Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 1 kelas MPI 5A:

1. Imroatul Rofi’ah (126207211012)


2. Badia Ma’rifatu Farhana (126207212059)
3. Guntur Risky Mustofa (126207212062)
4. Riska Maulaya (126207213125)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN TARBIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
DESEMBER 2023
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Konsep Manajemen Mutu Pendidikan” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungaggung.

2. Dr. Sutopo, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungaggung.

3. Dr. Siti Khoirun Nisak, S.Pd. M.Ag. selaku Koordinator Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungaggung.
4. Prof. Dr. Agus Zainul Fitri, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Manajemen Mutu
Pendidikan yang telah membimbing kami.
5. Drs. Samsul Huda, M. Pd. I.selaku Kepala Perpustakaan UIN SATU Tulungagung
6. Teman-teman mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung khususnya Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam Angkatan 2021 kelas 5A.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
semua. Kami menyadari sepunuhnya bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembacamengenai isi
makalah ini.

Tulungagung, 8 Desember 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
PRAKATA ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
A. Definisi Manajemen Mutu Pendidikan ............................................................................. 3
B. Tujuan Manajemen Mutu Pendidikan ............................................................................... 5
C. Ruang lingkup Manajemen Mutu Pendidikan .................................................................. 6
D. Sejarah Manajemen Mutu Pendidikan .............................................................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................... 14
DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen mutu pendidikan merupakan suatu proses manajemen untuk dapat


mencapai hasil yang optimal. Penerapan prinsip manajemen mutu pendidikan sangat cocok di
terapkan di sekolah untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas terutama di
dalam suatu organisasi berusaha memegang teguh nilai-nilai moral dengan menanam budaya
pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personil seperti administrator, guru, konselor,
tata usaha, yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan
prasarana pendidikan fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun
jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang
mendukung. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan kualitas yang maksimal sesuai yang
diharapkan.

Manajemen mutu pendidikan dapat dilihat dari perubahan paradigma dalam pendidikan
yang terjadi selama beberapa dekade terakhir. Pendidikan tidak lagi hanya dianggap sebagai
proses transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan
dalam pembelajaran siswa. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi semakin penting karena
tuntutan globalisasi dan persaingan yang semakin ketat. Negara-negara di seluruh dunia
berusaha untuk meningkatkan sistem pendidikan mereka agar dapat menghasilkan lulusan
yang kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Manajemen mutu pendidikan muncul sebagai pendekatan yang efektif untuk


meningkatkan kualitas pendidikan. Pendekatan ini mengadopsi prinsip-prinsip manajemen
mutu yang telah terbukti sukses dalam industri dan organisasi lainnya. Manajemen mutu
pendidikan melibatkan penggunaan metode dan alat-alat manajemen untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan memperbaiki kelemahan dalam sistem pendidikan.1

Penerapan manajemen mutu pendidikan dapat membantu lembaga pendidikan dalam


mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan siswa, meningkatkan kualitas pengajaran,

1
Abdul Hadi, Konsepsi Manajemen Mutu Dalam Pendidikan, Jurnal Idaarah, Vol. II, No. 2, Desember
2018, hal. 272.

1
meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga, serta memperkuat hubungan dengan
masyarakat. Dengan demikian, pentingnya mengkaji manajemen mutu pendidikan dapat
membantu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan mereka untuk memberikan pendidikan
yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah, sebagai
berikut:
1. Bagaimana definisi manajemen mutu pendidikan?
2. Bagaimana tujuan manajemen mutu pendidikan?
3. Bagaimana ruang lingkup manajemen mutu pendidikan?
4. Bagaimana sejarah perkembangan manajemen mutu Pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

Dengan adanya rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari
pembahasan tema makalah ini, sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi manajemen mutu pendidikan.


2. Mengetahui tujuan manajemen mutu pendidikan.
3. Mengetahui ruang lingkup manajemen mutu pendidikan.
4. Mengetahui sejarah perkembangan manajemen mutu pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen mutu dalam pendidikan merupakan cara atau langkah dalam


mengatur semua sumber daya pendidikan, yang diarahkan agar semua orang yang terlibat
di dalamnya melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam
perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan output yang sesuai bahkan
melebihi harapan “pelanggan pendidikan”. Karena pada dasarnya yang diharapkan oleh
masyarakat dari adanya lembaga pendidikan adalah bagaimana masyarakat dapat
mengambil manfaat dari berdirinya lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan.2
Manajemen mutu pendidikan juga sebagai seni dan ibu dalam mengelola jasa untuk
memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu supaya tidak terjadi keluhan.
Bagi peserta didik, sekolah adalah sarana untuk belajar dan di dalamnya terdapat sistem
yang terdiri dari input dan proses output. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan memiliki
peran yang penting untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik
agar siswa dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka islam sebagai
agama yang rahmatan lil alamin, memberikan perhatian serius terhadap perkembangan
pendidikan dan bagi keberlangsungan hidup manusia. Lembaga pendidikan islam akan
terus berkontribusi dalam membangun bangsa tidak hanya dengan melahirkan output-
output yang berintelektual tinggi output yang memiliki kualitas tinggi. 3
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang telah ada semenjak masa
kenabian Muhammad SAW., dari Al-Qur’an pula dapat digali dan dikembangkan ilmu-
ilmu pengetahuan baru yang belum diketahui oleh manusia sebelumnya, tak terkecuali

2
Winarsih, Kebijakan dan implementasi manajemen pendidikan tinggi dalam meningkatkan mutu
Pendidikan, Cendekian 15, no. 1 (2017), hal. 51-66.
3
Mohammad Ahyar Ma’arif, Manajemen Mutu Pendidikan, Jurnal At-Ta’alim, Vol. II, No. II, Juni 2016,
hal. 40.

3
tentang ilmu manajemen mutu yang dapat diterapkan dalam peningkatan mutu madrasah.
Salah satu ayat yang membicarakan tentang manajemen mutu adalah Qs. Ar-Ra’du ayat
11.
َُ ‫ُۗوإِّذَآُأ َ َرادَُٱ‬
ُ ُ‫ّللُبِّقَ ْو ٍُم‬ ۟ ‫ّللُ ََلُيغَيِّرُ َماُبِّقَ ْو ٍمُ َحت َ َٰىُيغَيِّر‬
َ ُ‫واُ َماُبِّأَنف ِّس ِّه ْم‬ َُِّ ‫ُِّو ِّم ْنُ َخ ْل ِّف ُِّۦهُيَ ْحفَظون َُهۥُمِّ ْنُأ َ ْم ِّرُٱ‬
ََُ ‫ّللُُۗإِّ َنُٱ‬ ِّ ٌ‫لَهُۥُمعَ ِّق َٰبَت‬
َ ‫ُم ۢنُبَي ِّْنُيَدَ ْيه‬
)11(‫ل‬
ٍُ ‫نُوا‬ ُِّ ‫ُو َماُلَه‬
َ ‫مُمنُدونِّ ُِّۦهُ ِّم‬ َ ُۚ‫س ٓو ًءاُفَ ََلُ َم َردَُلَهُۥ‬
Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perinta Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya, ada sekali-sekali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” (Qs. Ar. Ra’du; 11).
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya baik buruknya suatu hal yang
didapat sangat tergantung apa yang diusahakan.
Manajemen mutu pendidikan dari setiap proses mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pendidikan menjadi suatu
kesatuan utuh dan dilakukan sebaik mungkin secara terus menerus, dari awal sudah dimulai
dengan benar, menghindari kesalahan, cermat dan memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada customer.4 Manajemen mutu dalam konteks pendidikan merupakan
sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dan
terarah, yang dapat memberikan alat praktis pada setiap pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang.
Manajemen mutu sering disebut dengan istilah total quality manjement. Artinya dari semua
tugas-tugas manajerial yang dilakukan dapat memberi kualitas yang baik pada apa yang
dihasilkan. Dalam konteks pendidikan, mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan. Input pendidikan merupakan sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
demi berlangsungnya suatu proses. Sementara proses pendidikan merupakan perubahan
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Selanjutnya, output pendidikan merupakan kinerja
sekolah, yaitu prestasi lembaga pendidikan yang dihasilkan dari proses dan perilaku.5

4
Aan Komariah Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 306.
5
Zahroh, Aminatul, Total Quality Management; Teori & Praktek Manajemen Dalam Mendongkrak Mutu
Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hal. 28.

4
Bukan berarti, mutu/kualitas produksi dan pelayanan tidak ada standartnya (non
conformance requirment), melainkan dapat diukur dengan kriteria sesuai dengan rencana,
cocok dengan tujuan pembuatan dan penggunaan, tanpa cacat (zero defects) dan selalu baik
sejak awal. Oleh karena itu dalam produksi atau pelayanan perhatian tidak hanya sebatas
perbaikan mutu, tetapi juga penting dalam mengusahakan adanya mekanisme yang tepat
untuk menjamin mutu (quality assurance), kecocokan penggunaan produk untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (fit for use), dan juga mengendalikan mutu.
Dari beberapa definisi manajemen mutu pendidikan di atas dapat diartikan bahwa
manajemen mutu pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas yang dapat memberikan perangkat praktis setiap lembaga pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan untuk saat ini dan masa yang
akan datang.

B. Tujuan Manajemen Mutu Pendidikan

Penerapan konsep manajemen mutu dalam pendidikan memiliki beberapa tujuan.


Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan peningkaran mutu yang berkelanjutan dilaksanakan secara sistematis
untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Pencapaian ini membutuhkan manajemen
yang efektif agar tujuan tidak mengecewakan pelanggan atau masyarakat. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam mewujudkan keinginan
stakeholders.
2. Mengumpulkan umpan balik agar konsep manajemen ini dapat dilaksanakan dengan
mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman
budaya, sosial, ekonomi, masyarakat, dan kompleksitas geografis.
3. Meningkatkan kesadaran bahwa peningkatan mutu manajemen merupakan tanggung
jawab semua sektor masyarakat dengan penekanan pada peningkatan mutu yang
berkesinambungan di semua tingkatan lembaga pendidikan.
Membangun manajemen mutu pendidikan harus menjadi agenda dan kerja ayata
untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan visi dan misi baru. Di lembaga pendidikan,
konsep manajemen mutu pendidikan dapat dilihat secara sederhana dari pencapaian hasil

5
ujian atau dari cara alumni lembaga pendidikan tersebut dapat menerapkan perolehan ilmu
pengetahuannya atau dengan kata lain mereka dapat dipercaya menggambarkan derajat
perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuannya yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.6

C. Ruang lingkup Manajemen Mutu Pendidikan

Pentingnya kurikulum yang baik dan relevan sebagai salah satu upaya dalam
peningkatan mutu pendidikan. Namun dalam penggunaaan/ pengembangannya kurikulum
tidak dapat diadopsi secara keseluruhan dari tempat/ Negara lainnya walaupun Negara
tersebut memiliki pendidikan yang sangat bermutu. Hal ini dikarenakan berbedanya
harapan dan tujuan tentang pendidikan yang bermutu dari masing-masing Negara.
Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari tiga model yaitu input, proses dan
output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan menggunakan model ini, ada beberapa
kriteria dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi yaitu :
1. Input Pendidikan
Input pendidikan memiliki aspek sebagai berikut :
a. Memiliki Kebijakan Mutu
Lembaga pendidikan harus menyatakan dan memberikan gambaran kebijakan
tentang mutu yang akan dicapai dilembaga tersebut. Dengan demikian semua
komponen akan terfokus pada peningkatan mutu dan semua pihak akan mengetahui
dan menyadari betapa pentingnya mutu tersebut.
b. Sumber Daya Tersedia dan Siap
Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk berlangsungnya
proses pendidikan. Jika tidak ada sumber daya maka proses pendidikan tidak akan
berjalan dengan baik dan mengakibatkan sasaran sekolah tidak akan tercapai.
2. Proses Dalam Pendidikan
Sekolah memiliki efektifitas proses belajar mengajar yang tinggi. Dengan adanya
proses belajar tersebut dapat menjadikan peserta didik sebagai faktor utama
pendidikan. Seorang guru harus mampu membuat peserta didik itu memiliki

6
Alimin, Manajemen Mutu Pendidikan, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal.
248-249.

6
kecakapan belajar dan memperoleh pengetahuan tentang cara belajar yang efektif
(Learning How To Learn) serta mampu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan
agar peserta didik tidak bosan dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran.7
3. Output Yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output adalah kinerja sekolah. Kinerja
sekolah adalah prestasi yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja sekolah diukur
dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas
kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.8
D. Sejarah Manajemen Mutu Pendidikan

1. Inspection (Inspeksi)
Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok mutu yang utama
adalah bagian inspeksi/peninjauan. Selama produksi, para inspector mengukur hasil
produksi berdasarkan spesifikasi. Namun, bagian inspeksi tidak independen karena
biasanya mereka melapor ke pabrik. Hal ini pada akhirnya menyebabkan perbedaan
kepentingan. Jadi, seandainya inspeksi menolak hasil satu alur produksi yang tidak
sesuai, maka bagian pabrik akan berusaha meloloskannya tanpa mempedulikan mutu
dari produksi tersebut.

Pada masa ini ada beberapa orang ahli di bidang statistik yang namanya cukup
mencuat di permukaan, yaitu antara lain Walter A. Sewhart (1924) yang menemukan
konsep statistik untuk pengendalian variable-variabel produk, seperti panjang, lebar,
berat, tinggi, dan sebagainya. Sedang H.F.Dadge dan H.G. Romig (akhir 1920)
merupakan pelopor dalam pengambilan sampel untuk menguji penerimaan produk
(acceptance sampling).

2. Quality Control (Pengendalian Mutu)


Pada tahun 1924-an, kelompok inspeksi kemudian berkembang menjadi bagian
pengendalian mutu. Adanya Perang Dunia II mengharuskan produk militer yang bebas

7
E. Mulysa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002), hal. 149.
8
Muhammad fadhli, “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan”, TADBIR: jurnal studi manajemen
pendidikan, vol 1, no. 2, 2017, hal. 225.

7
cacat, sehingga mutu produk militer dijadikan sebagai salah satu faktor yang
menentukan kemenangan dalam peperangan. Tentu saja hal ini harus dapat diantisipasi
melalui pengendalian yang dilakuan selama proses produksi, menyebabkan tanggug
jawab megenai mutu dialihkan ke bagian quality control yang independen. Bagian ini
kemudian memiliki otonomi penuh dan terpisah dari bagian pabrik. Selain itu, para
pemeriksa mutu juga dibekali dengan perangkat statistika seperti diagram kendali dan
penarikan sampel.

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983) yang merupakan
pelopor Total Quality Control pada tahun 1960. Kemudian pada tahun 1970
Feegenbaum kembali memperkenalkan konsep baru, yaitu Total Quality Control
Organizationwide, disusul pada tahun 1983 Feigenbaum mengenalkan konsep baru
lainnya, yaitu konsep Total Quality System.

3. Quality Assurance (Pemastian Mutu)


Terkait dengan rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistis sering kali
tidak dapat dilayani oleh struktur pengambilan keputusan yang ada, pengendalian mutu
(quality control) kemudian berkembang menjadi pemastian mutu (quality assurance).
Bagian pemastian mutu ini bertugas untuk memastikan proses dan mutu produk melalui
pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi demi
peningkatan mutu. Pemastian mutu bekerja sama-sama dengan bagian-bagian lain yang
bertanggung jawab penuh terhadap mutu kinerja masing- masing bagian.

4. Quality Management (Manajemen Mutu)


Pemastian mutu bekerja berdasarkan keadaan sebagaimana adanya, sehingga upaya
yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan. pengendalian mutu, tapi sangat
sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Karena itu, untuk mengantisipasi persaingan,
aspek mutu perlu selalu dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan
fungsi-fungsi manajemen mutu.

5. Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu)


Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya fungsi produksi
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu. Dalam hal ini, tanggung jawab

8
terhadap mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu, tetapi sudah
menjadi tanggung jawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang kemudian
disebut Total Quality Management.

Pada masa ini sejarah mutu terpadu terlambat sampai di Barat, meskipun ide-ide
tersebut pada mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh W. Edwards
Deming. W. Edwards Deming, ia adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki gelar
PhD di bidang fisika. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula dari Barat, akan
tetapi Jepang memanfaatkan keahliannya sejak tahun 1950. Deming mulai
memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang metode-
metode menghilangkan variabilitas dan pemborosandari proses industri W. Edwards
Deming memulai kerjanya di Western Electric, milik tokoh legendaris Hawthorne di
Chicago. Western Electric adalah tempat kerja Joseph Juran, kontributor lain terhadap
revolusi mutu di Jepang, yang juga orang Amerika. Dari Western Electric, Deming pindah
kerja di Departemen Pertanian Amerika. Ketika bekerja di sana, Deming diperkenalkan
pada Walter Shewhart, seorang ahli statistic dari Bell Laboratories di New York.
Sebelumnya, Shewhart telah mengembangkan beberapat eknik yang membawa proses-
proses industri menuju pada apa yang la sebut dengan kontrol statistika. Hal ini merupakan
serangkaian teknik-teknik yang meminimalisasi unsur-unsur tidak terduga dari proses-
proses industri, sehingga industri lebih bisa diprediksi dan lebih dikontrol. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan pemborosan biaya dan penundaan waktu, Kontribusi pertama
Deming adalah mengembangkan dan meningkatkan metode-metode statistik Shewhart.

Metode-metode statistika Shewhart dan Deming, sekarang dikenal sebagai Statestica


Process Control (SPC). yang dikombinasikan dengan wawasan hubungan gerakan relasi
manusia yang diasosiasikan dengan Mayo dan koleganya, yang notabene merupakan
penyokong teori Total Quality Management (TQM). Deming mengunjungi Jepang
pertama kali di akhir tahun 1940-an untuk melakukan sensus Jepang pasca perang.
Terkesan dengan kinerjanya, Japanes Unionof Engineers and Scientists mengundang
Deming untuk kembali pada tahun 1950 untuk mengajarkan aplikasi kontrol proses statistik
kepada para pelaku industri di Jepang. Jepang menekan perhatian dalam merekonstruksi
industri mereka yang rusak karena perang. Pada saat itu, industri Jepang mengalami

9
kerusakan besar akibat bom yang dijatuhkan Amerika, sehingga industri yang tersisa hanya
bisa menghasilkan produk imitasi bermutu rendah. Deming menganjurkan agar mereka
mendesain metode-metode produksi serta produk mereka dengan standar tertinggi. Deming
yakin bahwa jika pendekatan tersebut sepenuhnya dijalankan, maka lebih kurang dari lima
tahun ke depan, perusahaan- perusahaan di Jepang akan mampu memposisikan dirinya
sebagai pemimpin pasar. Jepang menerapkan ide-ide Deming, Joseph Juran dan pakar mutu
Amerika lainnya yang berkunjung ke Jepang waktu itu. Revolusi mutu dimulai dari pabrik
dan diikuti oleh industri-industri jasa serta diikuti Bank dan keuangan. Jepang telah
mengembangkan ide- ide Juran dan Deming ke dalam apa yang mereka sebut Total Quality
Control (TQC), dan mereka mampu menjadi aktor pasar dunia. Dominasi pasar yang
mereka raih tersebut sebagian besar merupakan hasil dari perhatian mereka terhadap mutu,
Sangat jelas bahwa mutu memiliki sejarah yang berdiri sendiri dengan sejarah pendidikan.
Mutu yang dikenal awalnya lebih pada istilah TQM atau memiliki arti sebagai Manajemen
Mutu Terpadu pertama kali dikenalkan oleh Deming, seorang berkebangsaan Amerika
yang ahli dalam bidang statistika yang digunakan oleh Jepang untuk menganalisa industri
Jepang pasca kekalahan dengan Amerika dan Sekutu pada perang dunia II. Mutu dalam
konteks industri ini lah kemudian di ilhami masuk pada dunia pendidikan.

Dengan demikian pendidikan merupakan industri, dalam hal mengukur kemajuan maju dan
tidaknya suatu institusi pendidikan, maka hal yang dipakai ialah mutu. Pendidikan bukan
lagi dipandang sebagai organisasi kaku yang berbicara tentang pengembangan akal budi
semata, melainkan terkonfirmasi melalui pelayanan dalam institusi tersebut. Langkah awal
untuk mencapai mutu tidaklah sederhana seperti hanya mendengarkan pelanggan dan
memberikan respon pada pelanggan lalu hal yang baik akan tercipta sendirinya. Mencapai
mutu meniscayakan sebuah langkah awal yang lebih serius. Organisasi-organisasi yang
memahami bahwa sebagian besar rahasia mutu berakar dari mendengar dan merespon
secara simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan para pelanggan.

Sejarah mutu terpadu memang terlambat sampai di Barat, meskipun ide-ide


tersebut pada mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh W. Edwards
Deming. W. Edwards Deming, ia adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki gelar
PhD di bidang fisika. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula dari Barat, akan

10
tetapi Jepang memanfaatkan keahliannya sejak tahun 1950. Deming mulai
memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang
metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosandari proses industri W.
Edwards Deming memulai kerjanya di Western Electric, milik tokoh legendaris Hawthorne
di Chicago. Western Electric adalah tempat kerja Joseph Juran, kontributor lain terhadap
revolusi mutu di Jepang, yang juga orang Amerika. Dari Western Electric, Deming pindah
kerja di Departemen Pertanian Amerika. Ketika bekerja di sana, Deming diperkenalkan
pada Walter Shewhart, seorang ahli statistic dari Bell Laboratories di New York.
Sebelumnya, Shewhart telah mengembangkan beberapat eknik yang membawa proses-
proses industri menuju pada apa yang la sebut dengan kontrol statistika. Hal ini merupakan
serangkaian teknik-teknik yang meminimalisasi unsur-unsur tidak terduga dari proses-
proses industri, sehingga industri lebih bisa diprediksi dan lebih dikontrol. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan pemborosan biaya dan penundaan waktu, Kontribusi pertama
Deming adalah mengembangkan dan meningkatkan metode-metode statistik Shewhart.
Metode-metode statistika Shewhart dan Deming, sekarang dikenal sebagai Statestica
Process Control (SPC). yang dikombinasikan dengan wawasan hubungan gerakan relasi
manusia yang diasosiasikan dengan Mayo dan koleganya, yang notabene merupakan
penyokong teori Total Quality Management (TQM).9
Deming mengunjungi Jepang pertama kali di akhir tahun 1940-an untuk melakukan
sensus Jepang pasca perang. Terkesan dengan kinerjanya, Japanes Unionof Engineers and
Scientists mengundang Deming untuk kembali pada tahun 1950 untuk mengajarkan
aplikasi kontrol proses statistik kepada para pelaku industri di Jepang. Jepang menekan
perhatian dalam merekonstruksi industri mereka yang rusak karena perang. Pada saat itu,
industri Jepang mengalami kerusakan besar akibat bom yang dijatuhkan Amerika,
sehingga industri yang tersisa hanya bisa menghasilkan produk imitasi bermutu rendah.
Deming menganjurkan agar mereka mendesain metode-metode produksi serta produk
mereka dengan standar tertinggi. Deming yakin bahwa jika pendekatan tersebut
sepenuhnya dijalankan, maka lebih kurang dari lima tahun ke depan, perusahaan-
perusahaan di Jepang akan mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin pasar. Jepang
menerapkan ide-ide Deming, Joseph Juran dan pakar mutu Amerika lainnya yang

9
Boko, Yusri A, dkk, Manajemen Pendidikan Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Manggu, 2021), hal.190.

11
berkunjung ke Jepang waktu itu. Revolusi mutu dimulai dari pabrik dan diikuti oleh
industri-industri jasa serta diikuti Bank dan keuangan. Jepang telah mengembangkan ide-
ide Juran dan Deming ke dalam apa yang mereka sebut Total Quality Control (TQC), dan
mereka mampu menjadi aktor pasar dunia." Dominasi pasar yang mereka raih tersebut
sebagian besar merupakan hasil dari perhatian mereka terhadap mutu,Sangat jelas bahwa
mutu memiliki sejarah yang berdiri sendiri dengan sejarah pendidikan. Mutu yang dikenal
awalnya lebih pada istilah TQM atau memiliki arti sebagai Manajemen Mutu Terpadu
pertama kali dikenalkan oleh Deming, seorang berkebangsaan Amerika yang ahli dalam
bidang statistika yang digunakan oleh Jepang untuk menganalisa industri Jepang pasca
kekalahan dengan Amerika dan Sekutu pada perang dunia II. Mutu dalam konteks industri
ini lah kemudian di ilhami masuk pada dunia pendidikan.10
Dengan demikian pendidikan merupakan industri, dalam hal mengukur kemajuan
maju dan tidaknya suatu institusi pendidikan, maka hal yang dipakai ialah mutu.
Pendidikan bukan lagi dipandang sebagai organisasi kaku yang berbicara tentang
pengembangan akal budi semata, melainkan terkonfirmasi melalui pelayanan dalam
institusi tersebut. Langkah awal untuk mencapai mutu tidaklah sederhana seperti hanya
mendengarkan pelanggan dan memberikan respon pada pelanggan lalu hal yang baik akan
tercipta sendirinya. Mencapai mutu meniscayakan sebuah langkah awal yang lebih serius.
Organisasi-organisasi yang memahami bahwa sebagian besar rahasia mutu berakar dari
mendengar dan merespon secara simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan para
pelanggan.11

10
Ibid., hal. 191.
11
Supadi, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta: UNJ Press, 2020), hal. 30.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manajemen mutu pendidikan merupakan suatu prosesn yang mencakup proses


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas yang dapat memberikan perangkat praktis setiap lembaga
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan untuk saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Tujuan manajemen mutu pendidikan yaitu pemeliharaan dan peningkatan mutu yang
berkelanjutan dilaksanakan secara sistematis untuk memenuhi kebutuhan stakeholders,
mengumpulkan umpan balik agar konsep manajemen ini dapat dilaksanakan dengan
mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman budaya,
sosial, ekonomi, masyarakat, dan kompleksitas geografis, dan meningkatkan kesadaran
bahwa peningkatan mutu manajemen merupakan tanggung jawab semua sektor masyarakat
dengan penekanan pada peningkatan mutu yang berkesinambungan di semua tingkatan
lembaga pendidikan.
3. Pentingnya kurikulum yang baik dan relevan sebagai salah satu upaya dalam peningkatan
mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan berbedanya harapan dan tujuan tentang pendidikan
yang bermutu dari masing-masing Negara. Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari
tiga model yaitu input, proses dan output.
4. Ide-ide tersebut pada mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh W.
Edwards Deming. W. Edwards Deming, ia adalah seorang ahli statistik Amerika yang
memiliki gelar PhD di bidang fisika. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula
dari Barat, akan tetapi Jepang memanfaatkan keahliannya sejak tahun 1950. Deming mulai
memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang
metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosandari proses industri.

13
B. Saran

Dengan selesainya makalah ini, kami sangat berharap atas pemberian kritik dan saran
yang diberikan. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
menunjukkan kekurangan-kekurangan dari makalah kami agar menjadi lebih baik dan
memiliki kualitas yang lebih baik. Berdasarkan pembahasan diatas, jika ingin mengkaji lebih
dalam lagi, penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca buku apa saja yang berkaitan
dengan konsep dasar manajemen mutu pendidikan.

14
DAFTAR RUJUKAN

Alimin. 2021. Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan Islam. Vol. 19, No. 2.
Aminatul, Zahroh. 2014. Total Quality Management; Teori & Praktek Manajemen Dalam
Mendongkrak Mutu Pendidikan. Yogyakarta; AR-RUZZ MEDIA.
Boko, A, Yusri, dkk. 2021. Manajemen Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung: PT. Manggu.
Engkoswara, Aan Komariah.2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Fadhli, Muhammad. 2017. “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan”, TADBIR: jurnal
studi manajemen pendidikan, vol 1, no. 2.
Hadi, Abdul. 2018. Konsepsi Manajemen Mutu Dalam Pendidikan. Jurnal Idaarah. Vol. II,
No. 2.
Husain Usman, 2011. Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara)
Ma’arif, Mohammad Ahyar. 2016. Manajemen Mutu Pendidikan, Jurnal At-Ta’alim, Vol. II,
No. II, hal. 40.
Mulysa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sherly, dkk, 2020. Manajemen Pendidikan, (Bandung: Widina Bhakti Persada)
Supadi. 2020. Manajemen Mutu Pendidikan, Jakarta: UNJ Press.
Winarsih. 2017 Kebijakan dan implementasi manajemen pendidikan tinggi dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Cendekian 15, no. 1.

15

Anda mungkin juga menyukai