Disusun Oleh
Kelompok 2 Kelas 4B
1. Nanda Dwi Khoironi (126207211024)
2. Machmudatun Maghfiroh (126207211032)
3. Moh. Faqih Zuliansyah (126207212074)
i
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW., teladan bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Dengan segenap usaha,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pemasaran dan
Manajemen Pemasaran”.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran Pendidikan dan PR, serta meningkatkan kemantapan literasi
ilmiah bagi para pembaca. Doa dan dorongan dari berbagai pihak telah memberikan
kontribusi yang besar dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................................. ii
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan Islam (baca: madrasah), persoalan manajemen sebetulnya
merupakan topik perbincangan yang selalu hangat untuk didiskusikan, meskipun dalam
dinamika perkembangannya, madrasah telah bergelut lama dengan manajemen. Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan. Dunia pendidikan
Islam mempunyai peran penting dan strategis dalam menentukan arah maju dan mundurnya
kualitas pendidikan sebuah bangsa. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan benar-benar bagus, maka dapat dilihat kualitasnya.
Berbeda sekali dengan sebuah lembaga pendidikan yang itu akan menghasilkan generasi yang
berada di bawah standar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Oleh karenanya, pendidikan memang perlu menekankan pada penyediaan input pendidikan
seperti, guru, kurikulum, fasilitas pendidikan, buku-buku dan alat peraga serta sumber-sumber
belajar yanglain. Hal ini diasumsikan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan terjadi dengan
sendirinya bila input pendidikan tersebut bisa dipenuhi. Tetapi tanpa proses manajemen yang
baik, maka pendidikan yang demikian itu akan lemah untuk menghasilkan output yang
maksimal sebagaimana diharapkan. Sebetulnya otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk
reformasi yang perlu diapresiasi oleh seluruh komponen pengelola pendidikan secara
menyeluruh.
Dengan reformasi pendidikan itu, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya
kinerja semua kalangan di dalam lembaga pendidikan dengan mengacu pada peningkatan mutu
yang berkelanjutan, kreatifitas dan produktifitas yang tinggi.2 Namun unsur proses, terutama
unsur kelulusan, perlu mendapatkan perhatian yang tidak seenaknya. Di sinilah konsep sistem,
konsep proses dan outputmemiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai
kepuasan masyarakat sebagai pengguna pendidikan (stakeholder). Dalam kaitan ini, maka
1
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-undang RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung:Fokusmedia, 2005), hal. 95.
2
Yarafuddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Jakarta:
Grasindo, 2002), hal. 20.
1
muncullah salah satu wacana dan pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi
keleluasaan kepada sekolah/madrasah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai macam
kebijakan secara luas. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan tawaran kekinian dari
para tokoh pendidikan nasional yang diharapkan menjadi upaya ikhtiar semua pihak untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Manajemen
sekolah tampil sebagai alternatif paradigma baru dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang
bermartabat dan berkualitas guna menghantar anak didik sebagai generasi bangsa yang
memiliki mutu tinggi.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas dengan ini penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari dasar manajemen pendidikan?
2. Apasaja tujuan manajemen pendidikan?
3. Bagaimana kebijakan baru dalam manajemen pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. untuk mendeskripsikan pengertian dari dasar manajemen pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan manajemen pendidikan
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana kebijakan baru dalam manajemen pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti menangani
sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan dengan mendayagunakan
seluruh sumber daya yang ada. Menurut Donnely Gibson dan Ivancevich (1971:4),
Manajemen sebagai suatu proses dimana suatu individu dan kelompok dikoordiinasikan untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan pendidikan berasal dari kata Yunani “educare” yang
berarti membawa keluar yang tersimpan, untuk dituntut agar tumbuh dan berkembang. Dan
dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “tarbiyah”, berasal dari kata “raba-yarbu” yang
berarti mengembang, tumbuh. Menurut Ivan Illich, Pendidikan adalah pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dapat disimpulkan secara
sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait
dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan
tersebut, tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa
istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian
manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian
inilah yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang
sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.
Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa Inggris “administration” sebagai
“the management of executive affairs”. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen
disinonimkan dengan “management” suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas
(Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini,
manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi
pengaturan dalam arti luas. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses,
biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau
militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan. Menurut The Liang Gie, manajemen
adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu.
3
Dari pengertian Manajemen Pendidikan yang terakhir tersebut maka secara eksplisit
disebutkan bahwa manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Departemen
Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum kelanjutannya,
diarahkan kepada tujuan pendidikan.
3
Usep Setiawan, Manajemen Pendidikan Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Pada Lembaga Pendidikan
Formal, (Bandung :Widina Bhakti Persada Bandung, 2022), hal. 4-5.
4
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8. Meningkatkan citra positif pendidikan.4
4
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan Dalam Konteks Indonesia, (Bandung : Arsad Press, 2013),
hal. 4-5.
5
Rian Nugroho, Kebijakan Pendidikan yang unggul (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 115.
6
Nurcholis dan Hanif, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2007), hal. 263.
5
Maka kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hirarki
konstitusi yang berlaku disebuah wilayah. Kebijakan pendidikan harus dibuat oleh orang yang
berwewenang, yaitu para ahli dibidangnya agar tidak menimbulkan kerusakan pada pendidikan
dan lingkungan diluar pendidikan. Para administrator pendidikan, pengelola lembaga
pendidikan, dan para politisi yang berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur minimal
pembuat kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan yang telah dibuat, dapat dilakukan
evaluasi jika baik maka dapat dipertahankan dan dikembangkan, namun jika mengandung
kesalahan maka harus dilakukan perbaikan.
Kebijakan pendidikan berbentuk diantaranya: Undang-Undang Pendidikan, keputusan
pengadilan, peraturan mentri, dan masih banyak bentuk lainnya lagi yang menyangkut
pendidikan. Bentuk output kebijakan pendidikan di Indonesia yaitu: Undang-undang, peraturan
pemerintah maupun segala macam peraturan yang dikeluarkan oleh Negara untuk mengatur
pendidikan. PP No.61 Tahun 1999, PP No. 152 Tahun 2000, PP No. 153 Tahun 2000, PP No.
155 Tahun 2000, UU Sisdiknas Tahun 2003 dan UU No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan
tinggi merupakan seperangkat kebijakan pendidikan yang ada di Indonesia. Charles O. Jones
menyatakan ada 5 komponen kebijakan pendidikan yaitu7;
1. Goal (Tujuan)
Tujuan diartikan sebagai hasil yang ingin didapatkan oleh individu maupun
kelompok dalam rentang waktu yang ditetapkan. Tujuan dirancang sebagai langkah
awal dalam merencanakan suatu kegiatan. Sebuah kebijakan pendidikan harus memiliki
tujuan yang jelas agar proses penerapanya terarah. Tujuan kebijakan pendidikan harus
dibuat rasional agar mudah diterima oleh berbagai pihak;
2. Plans (Rencana)
Setelah tujuan pendidikan dirancang maka selanjutnya adalah membuat
perencanaan kerja yang lebih spesifik agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Rencana kerja dibuat bertujuan untuk proses manejemen dan penerapan
kebijakan pedidikan agar proses pengeimplementasianya terarah dan jelas;
3. Programme (Program).
Setelah perencanaan kerja dibuat maka selanjutnya adalah proses
pengembangan program. Program merupakan aktivitas berupa proyek yang nyata
berdasarkan tujuan yang telah didesain sebelumnya. Program merupakan upaya yang
7
Charles O. Jones, American Politics and the organization of energy decision making. Annual Review of
Energy, (1979, 4(1)), hal. 99-119.
6
dilakukan agar tercapainya tujuan dengan cara melihat tingkat keberhasilannya.
Pembuatan kebijakan pendidikan diharapkan untuk dapat mengembangkan beberapa
alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan ketika proses pengambilan keputusan;
4. Decision (Keputusan).
Keputusan merupakan sebagai bentuk tindakan dalam penentuan tujuan,
pembuatan rencana program, pelaksanaan program, dan proses evaluasi program.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil uji coba terhadap
alternatif-alternatif kebijakan pendidikan. Hasil keputusan kebijakan pendidikan harus
bersifat rasionalitas agar hasil tersebut dapat diterima oleh berbagai pihak;
5. Efects (Dampak)
Dampak merupakan pengaruh yang ditimbulkan setelah kebijakan di
laksanakan. Dampak ini dapat berupa sengaja maupun ketidaksengajaan baik berupan
dampak priimer maupun dampak sekunder. Dampak juga dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan
organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut,
tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Tujuan utama manajemen pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian para pelajar
agar sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional dan tingkat perkembangan atau perbaikan
untuk usia pendidikan. Tidak hanya itu, tujuan ini juga meliputi identifikasi kelemahan,
kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan.
Kebijakan pendidikan berbentuk diantaranya: Undang-Undang Pendidikan, keputusan
pengadilan, peraturan mentri, dan masih banyak bentuk lainnya lagi yang menyangkut
pendidikan. Bentuk output kebijakan pendidikan di Indonesia yaitu: Undang-undang, peraturan
pemerintah maupun segala macam peraturan yang dikeluarkan oleh Negara untuk mengatur
pendidikan. PP No.61 Tahun 1999, PP No. 152 Tahun 2000, PP No. 153 Tahun 2000, PP No.
155 Tahun 2000, UU Sisdiknas Tahun 2003 dan UU No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan
tinggi merupakan seperangkat kebijakan pendidikan yang ada di Indonesia.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai konsep bauran pemasaran pendidikan. Berdasarkan pembahasan diatas, jika ingin
mengkaji lebih dalam lagi maka penulis juga menyarankan untuk membaca buku apa saja yang
berkaitan dengan manajemen pemasaran pendidikan.
8
DAFTAR RUJUKAN
Hanif dan Nurcholis, (2007), Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jones, C. O. (1979). American politics and the organization of energy decision making. Annual
Review of Energy.
Mustari, Mohamad. (2013). "MANAJEMEN PENDIDIKAN Dalam Konteks Indonesia".
Bandung, ARSAD PRESS.
Nugroho, Rian, (2008). Kebijakan Pendidikan Yang Unggul, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pendidikan, S. N. (2005). Dan Undang-undang RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Fokusmedia.
Setiawan, Usep. (2022). "MANAJEMEN PENDIDIKAN Konsep Dasar dan Ruang Lingkup
Pada Lembaga Pendidikan Formal". Bandung, WIDINA BHAKTI PERSADA
BANDUNG.
Syarafuddin, (2002). Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan: Konsep, Strategi Dan
Aplikasi, Jakarta: Grasindo.