Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Hijjatul Umroh
Leni Marlina
PASCASARJANA
2021
2
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kami haturkan kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta taufiq-Nya sehingga kami dalam keadaan sehat
wal-‘afiyat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan abadi kita,
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis dan evaluasi
kebijakan pendidikan agama islam. Dengan judul Klasifikasi Kurikulum Dan Tantangan
Dunia Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum. Oleh karena itu, kami ucapkan terima
kasih pada semua pihak yang terkait, terutama dosen pengampu, sahabat yang telah
berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam penyusunan makalah
ini, sehingga berjalan dengan lancar dan selesai dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kurang
baik dalam segi struktur kalimat, pemilihan kata-kata, dan isi. Oleh karena itu kami mohon
saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini yang nantinya akan bermuara kepada
kesempurnaan pengetahuan yang kita peroleh.
Penulis,
Hijjatul Umroh
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................2
D. Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kurikulum Pendidikan Agama Islam............................3
B. Klasifikasi Kurikulum.....................................................................5
C. Tantangan Dunia Pendidikan Dalam Pengembangan Kurikulum 11
D. Inovasi Kurikulum PAI...................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dan kurikulum adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, ini karena
kurikulum dengan pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lain. Ini sejalan dengan
para pakar pendidikan yang menyatakan bahwa fungsi utama sekolah adalah
pembinaan dan pengembangan semua potensi individu, terutama pengembangan
potensi fisik, intelektual, dan moral setiap peserta didik. Maka sekolah harus
berfungsi sebagai tempat pendidikan formal untuk mengembangkan semua potensi
peserta didik sebagai sumber daya manusia2
1
Hasan baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajara PAI Berbasis Ligkungan’, Cendekia, 14.3 (2016), 46–76
2
Akmal Mundiri, ‘Inovasi Pengembangan Kurikulum Pai Di Smp Nurul Jadid’, Tadrib, 4.1 (2018), 41–68.
3
Noorzanah, Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal, (2017) Hal. 68.
1
Kurikulum, dalam proses pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Karena berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang
pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusansuatu lembaga pendidikan.3
Sebagai alat yang penting untuk mencapaitujuan, kurikulum hendaknya adaptif
terhadap perubahan zaman dankemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya
teknologi.4
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
4
M. Ilyas Junaidi Addakhil, Problematika Pengembangan Kurikulum Di Lembaga Pendidikan Islam: Tinjauan
Epistimologi, Ta’limuna Vol. 9. (2019), Hal.2
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Mustofa, ‘Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Pesantren, Madrasah Dan Sekolah.’, UMM
Press, 2012.hlm.136
6
M. T. Nugraha, ‘Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Menuju Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA).’, Pendidikan, 14.2 (2016), 36–54.hlm.72
7
Masykur, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum . 2008. Hal : 13
3
berada di bawah tanggung jawab sekolah.8 Pendapat ini memperkuat bahwa ruang
lingkup kajian kurikulum itu bersipat luas, artinya bukan hanya terbatas pada
kumpulan mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas akan tetapi kegiatan-kegiatan
di luar kelas yang dapat dipertanggung jawabkan baik oleh sekolah mapun guru.
Selain itu pendapat B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
mengemukakan bahwa kurikulum ialah : sejumlah pengalaman yang secara potensial
dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapa berfikir dan berbuat
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.
Pendapat ini memberikan pemikiran kepada kita bahwa kurikulum itu harus
menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan
dikemudian hari, sehingga setiap siswa mempunyai bekal sebagai hasil
pengamalaman belajar yang dibutuhkan ketika meraka sudah lulus dan hidup
ditengah-tengah masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh William B. Ragan, Dalam
buku Modern Elementary Curriculum menjelaskan bahwa kurikulum adalah :
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah yakni segala pengalaman anak di
bawah tanggung jawab sekolah, kurikulum tidak hanya mengikuti batas pelajaran ,
tetapi seluruh kehidupan dalam kelas, jadi hubungan sosial antara guru dan murid,
metode .
Kurikulum merupakan suatu komponen terpenting dalam pendidikan agar
nantinya pendidikan dapat dijalankan dengan baik dan menghasilkan output yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan. Kurikulum merupakan
pedoman atau acuan yang berisi tujuan pembelajaran, ruang lingkup, isi materi, serta
strategi pembelajaran. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan
kurikulum yang berorientasi pada kegiatan pendidikan agama Islam. Meskipun
pendidikan agama Islam terkesan membuat kurikulum sendiri khusus PAI, namun
fungsi, tujuan dan kompetensi – kompetensi yang diajarkan dalam kurikulum
pendidikan agama Islam semata-mata adalah untuk mendukung dan menguatkan
kurikulum pendidikan Nasional dalam menghadapi tantangan pendidikan Nasional
sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan Nasional tersebut. Isi tujuan pendidikan
dalam pendidikan Nasional salah satunya ialah berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia yang kemudian dengan hadirnya kurikulum Pendidikan Agama
8
Ibid, hal : 14
4
Islam maka tujuan tersebut dapat dicapai, khususnya pada sekolah yang menerapkan
kurikulum Pendidikan Agama Islam tersebut, seperti pada MI, MTs, dan MA.9
Pendidikan Islam diakui dalam pola pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, Pendidikan Islam dijadikan sebagai institusi mengakui keberadaan institusi
pendidikan Islam eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai subjek mengakui
pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang harus diberikan di tingkat dasar
perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai suatu nilai adalah penemuan nilai-
nilai Islam dalam sistem pendidikan. Meskipun begitu, pendidikan Islam tidak kebal
dari masalah yang muncul di era global ini.10
Jadi, kurikulum pendidikan Islam adalah rancangan pendidikan dan
pembelajaran pendidikan islam yang diberikan kepada peserta didik agar dapat
menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan memiliki keterampilan dalam hidup
harus dijiwai oleh ajaran islam dan nilai Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As
Sunnah sehingga menjadi pribadi yang sempurna.
B. Klasifikasi Kurikulum
Secara garis besar dari beberapa pengertian kurikulum, dapat diklasifikasikan
ke dalam dua jenis. Pertama, kurikulum sebagai program, rencana atau harapan, dan
kedua, kurikulum sebagai pengalaman belajar, hasil, atau kegiatan nyata yang
dilaksanakan di sekolah. Kurikulum sebagai program disebut dengan kurikulum
tertulis dan bersifat ideal. Kurikulum secara ideal memuat rencana berbagai hal dalam
sistem pendidikan, terutama mengenai tujuan atau kompetensi yang diharapkan, hasil
belajar, batasan isi, kegiatan, sistem penilaian, dan pengelolaan lingkungan belajar.
Semua itu dituangkan dalam garis-garis besar program pembelajaran (GBPP), silabus,
skenario persiapan pembelajaran, dan bentuk-bentuk perencanaan lainnya. Sementara
itu, kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan perwujudan dari kurikulum
yang direncanakan disebut dengan kurikulum actual, yaitu kegiatan nyata pada saat
terjadinya pembelajaran baik diselenggarakan di dalam maupun di luar kelas. Apabila
kurikulum dimaknai dari sudut pandang yang luas maka program pendidikan pada
suatu sekolah tidak hanya mengatur dan menentukan tema atau topik-topik kegiatan
belajar, tetapi juga menyajikan bagaimana program pendidikan TK menyediakan
9
Errin Tri Rahmawati, dkk. PERBAIKAN SUBSTANSI KURIKULUM MELALUI INOVASI DALAM MENGHADAPI
PROBLEMATIKA ERA REVOLUSI 4.0, AL YASINI, 2021, hal.92
10
M. Ilyas Junaidi Addakhil, Problematika Pengembangan Kurikulum Di Lembaga Pendidikan Islam: Tinjauan
Epistimologi, Ta’limuna Vol. 9. (2019), Hal.4
5
berbagai sarana dan fasilitas untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara wajar dan optimal.
11
Menurut S. Nasution (1989: 80) dalam Baderiah klasifikasi kurikulum
terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu:
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada
minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat
menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian anak secara keseluruhan. Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada
sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan
kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :12
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan
masing-masing berdiri sendiri
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan
diberikan dalam waktu tertentu
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai
para siswa
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah,
dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
11
Baderiah, Pengembangan Kurikulum, Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018. hal. 61
12
Ibid, hal. 62
6
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem
penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan
para siswa
g. Pendidik berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan
mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h. Peserta didik sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum
secara kooperatif
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a. Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis
b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit
untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c. Mudah dievaluasi dan dites
d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam
mempergunakannya lebih mudah
f. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan dan Lebih tersusun
secara sistematis.
7
2. Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan
adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan
antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA
disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
b. Menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan
etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
c. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa
mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata
pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata
bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan Bahasa
13
Ibid, hal. 64
8
1) Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang
mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2) Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya
hubungan antara berbagai mata pelajaran
3) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam
dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4) Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih
fungsional
5) Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada
pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
14
Ibid, hal. 65
9
c) Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya
terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan
kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial
dan etika.
10
Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :
1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan
dan direncanakan secara terus-menerus
2) Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman
yang saling berkaitan
3) Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang
dihadapi secara aktual
4) Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat
pribadi maupun sosial
5) Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum
ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi,
sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah :
a) Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat
b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar
c) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat
d) Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi
e) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.15
15
Ibid, hal. 66
11
Atas dasar itu perubahan kurikulum dilakukan karena dianggap belum sesuai
dengan harapan yang diinginkan sehingga perubahan kurikulum mesti terjadi dimana
dan kapan saja. Hal ini dilakukan demi menciptakan generasi masa depan yang
berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul,
mampu bersaing di dunia Internasional. Kehadiran kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang nyata dalam mewujudkan proses
berkembangnya sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, untuk
menghadapi tantangan yang akan menimpa dunia pendidikan Indonesia,
Perubahan dan perkembangan merupakan bagaian peroses alami dalam
kehidupan. Manusia diberikan potensi akal untuk berpikir terhadap segala persoalan-
persoalan hidupnya. Perkembangan teknologi adalah bagian dari perkembangan
kemampuan akal manusia dalam memberdayakan dan memanfaatkan segala sumber
daya yang telah disediakan. Namun sebuah perkembangan teknologi tidak selalu
bebas dari sebuah nilai kemanfaatan tetapi juga membawa dan menyelipkan sebuah
pengaruh yang timbul dari mula awal kemanfaatanya (negative effect).
Era 4.0 dikenal juga sebagai era digital atau era disrupsi, karena perubahan
yang mendasar dan masif tejadi pada masyarakat terhadap bidang teknologi yang
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Era 4.0 sangat erat dengan kemajuan
teknologi internet, dengannya banyak menwarkan berbagai hal seperti informasi,
berita, hiburan, ekonomi, dan lain sebaginya. Hari ini semua itu dapat terhubung dan
tersambung ke samua smartphone, kesuama itu juga memiliki potensi yang sama
antara untuk kemanfaatan atau penyelewengan/penyalah gunaan. Beberpa platform
media hiburan dengan mudah diakses dari smartphone dan tidak jarang bermuatan
hal-hal yang ditidak sesuai dengan norma-norma agama. Sumber informasi yang
cepat membuat orang dibelahan dunia dapat mengatahuinya namun begitu banyaknya
informasi sehingga setiap orang dapat memberikan persepsi masing-masing akan
informasi tersbut bahkan tak jarang informasi tesrsebut dimanipulasi untuk dijadikan
sebuah bahan agar saling menghancurkan dan menebar kebencian.16
Paradigma dalam pendidikan agama Islam terhadap perkembangan industry
4.0 dihadapakan pada dua hal yaitu pragmatis atau preventif. Pragmatis diartiakan
bahwa kemajuan teknologi dan inovasi di era 4.0 ini adalah merupakan solusi dan
kemudahan untuk mengoptimalkan, mengefektifkan dan mengefisiensikan pendidikan
16
Eko Risdianto, Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. (Bengkulu: Universitas Bengkulu.
2019), hlm 2
12
atau kegiatan belajar mengajar dengan mencoba menemukan teknologi yang sesuai
terhadap kebutuhan ketercapaian tujuan pendidikan yang sudah ditentukan (era
pendidikan 4.0 dengan cyber system). Sedangkan preventif merupakan padangan
bahawa revolusi industry 4.0 dengan segala inovasi dan teknologi yang dibawanya
merupakan pisau yang bermata dua, memiliki potensi yang berdampak positif dan
berdampak negative. Hal-hal kemungkinan terburuk inilah yang juga menjadi
perhatian dan harus diantisipasi oleh pendidikan agama Islam sebagaimana telah
dijelaskan tadi oleh Amin Abdullah. Untuk persoalan pemanfaatan teknologi dalam
pendidikan ternyata ditemukan masalah yang tidak kalah penting yaitu GAPTEK
(gagap teknologi/ melek teknologi), sebagimana hasil survei yang dilakukan oleh
KEPALA Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan
(Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Gatot
Suhartowo menyebut saat ini dari total guru yang ada di Indonesia, baru 40 persen
yang melek dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Selebihnya, masih 60
persen guru masih gagap dengan kemajuan di era digital ini.17
Era revolusi 4.0 merupakan era yang berisi begitu banyak kemajuan di bidang
teknologi, komunikasi dan informasi yang semakin cepat dan mudah dalam
pengaksesannya. Era revolusi 4.0 sendiri memiliki sejarah yang panjang hingga
akhirnya dapat terus mengalami kemajuan hingga saat ini. Revolusi industry sudah
mulai sejak akhir abad ke-18 yang disebut revolusi industry 1.0 ditandai dengan
ditemukannya alat tenun mekanis pertama tahun 1784, kemudian awal abad ke-20
disebut revolusi industry 2.0 dengan beralihnya tenaga uap ke tenaga listrik,
selanjutnya awal tahun 1970 revolusi industry 3.0 dengan penggunaan elektronik dan
teknologi informasi guna membantu memudahkan produksi, lalu revolusi industry 4.0
pada tahun 2011 sampai sekarang dengan banyak produk yang sudah dihasilkan dari
revolusi industry 4.0 .18
Revolusi industry sekarang memiliki pengaruh yang besar dan mempengaruhi
hampir di semua bidang kehidupan. Salah satunya adalah bidang pendidikan yang
terus ikut memperbaharui dirinya agar dapat sesuai dengan zaman. Tantangan
revolusi 4.0 terhadap pengembangan kurikulum PAI sangat banyak dan bervariasi.
17
http://jejakrekam.com/2019/03/19/hasil-survei-pustekkom-60-persen-guru-di-indonesiagagap-teknologi-
informasi/ diakses 17 Oktober 2021
18
Errin Tri Rahmawati, dkk. PERBAIKAN SUBSTANSI KURIKULUM MELALUI INOVASI DALAM MENGHADAPI
PROBLEMATIKA ERA REVOLUSI 4.0, AL YASINI, 2021, hal.99
13
Pertama, tantangan gagap teknologi yang masih menjangkiti sebagian besar
masyarakat Indonesia, baik di daerah desa, pinggiran kota, bahkan daerah pedalaman.
Data menunjukkan dari total guru yang ada di Indonesia, baru 40% yang melek
teknologi, informasi dan komunikasi, sedangkan yang lainnya, 60% guru masih
gaptek atau gagap teknologi era digital ini. Gaptek atau gagap teknologi ini menjadi
salah satu tantangan terberat yang harus bisa dilewati di era revolusi 4.0 karena di
zaman ini semua sudah serba canggih namun ada saja orang yang masih belum bisa
menggunakan gawai, tidak dapat akses internet, bahkan untuk mendapat listrik pun
masih kesulitan. Efeknya terhadap pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam, akan terhambat proses berkembangnya ide, apabila perlu untuk memanfaatkan
teknologi tetapi masih gagap teknologi. Selain itu akibat gagap teknologi maka
pengimplementasian kurikulum yang sudah dikembangkan menjadi tidak maksimal
dan akhirnya gagal untuk diajarkan.
Kedua, semakin majunya teknologi informasi membuat materi ataupun
kurikulum yang diajarkan juga harus bisa sepadan atau seimbang dengan kemajuan
zaman itu, maka hal ini menjadi salah satu tantangan yang dapat menggugah para
guru/pendidik, bahkan pemerintah agar tetap bisa menyajikan atau mengembangkan
kurikulum pendidikan agama Islam dengan tetap memperhatikan batasan-batasan
yang baik namun juga bisa mengikuti perkembangan zaman.
Ketiga, Tantangan revolusi industry 4.0 yang selanjutnya yaitu paradigma
yang melekat pada revolusi industry 4.0, yaitu pragmatis atau preventif. Dari sudut
pandang pragmatis, revolusi industry merupakan solusi dan kemudahan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan mencoba menemukan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dari sudut
pandang preventif, yaitu lebih kearah pencegahan. Jadi digambarkan bahwa revolusi
industry ini bagaikan pedang bermata dua yang bisa saja membawa dampak negative
dan positif bagi kita. Khususnya dalam mengembangkan kurikulum pendidikan
agama Islam, perlu berhati-hati menggunakan teknologi dan informasi yang bisa saja
apabila kita kurang tepat pemilihan teknologi tersebut, bisa jadi kita akan gagal dalam
menyampaikan kurikulum pendidikan agama Islam kepada siswa.
Keempat, pelaksanaan pendidikan agama Islam lebih banyak bermuara pada
aspek metodologi pembelajaran PAI sehingga menjadikan 1) kurang bisa mengubah
pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang
mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan
14
dalam diri peserta didik, 2) kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan
program-program pendidikan non-agama, 3) kurang mempunyai relevansi terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan bersifat statis akontekstual dan lepas
dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nila-nilai agama sebagai nilai
yang hidup dalam keseharian.19
Selanjutnya terdapat kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam. Menurut Tafsir yang dikutip oleh Muhaimin mengklasifikasikan ke
dalam dua bagian, yaitu pertama, kesulitan yang datang dari sifat bidang studi
pendidikan agama Islam itu sendiri, yang banyak menyentuh aspek-aspek metafisika
yang bersifat abstrak atau bahkan menyangkut hal-hal yang bersifat suprarasional,
sedangkan peserta didik telah banyak terlatih dengan halhal yang bersifat rasional,
sehingga sulit mencerna dan menghayati hal-hal yang supra-rasional. Kedua,
kesulitan yang datang dari luar bidang studi PAI itu sendiri. Antara lain
menyangkutdedikasi guru PAI mulai menurun, lebih bersifat transaksional dalam
bekerja, orang tua di rumah mulai kurang memperhatikan pendidikan agama bagi
anaknya, orientasi tindakan semakin materialis, orang semakin bersifat rasional dan
bersifat individualis, control social semakin melemah, dll.20
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan
pertama terletak pada guru. Kurangnya partisipasi guru dalam pengembangan
kurikulum. Hal itu bisa jadi disebabkan beberapa hal antara lain: kurang kesesuaian
pendapat antar sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator,
kurang waktu, kurangnya kemampuan dan pengetahuan guru itu sendiri. Hambatan
lain datang dari masyarakat. Dalam pengembangan kurikulum, membutuhkan
dukungan masyarakat baik segj pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik
terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah
sistem input dari kurikulum. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang
digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Masalah biaya juga menjadi salah satu hambatan pengembang kurikulum. Misal,
pengembangan kurikulum berbentuk kegiatan eksperimen membutuhkan biaya yang
cukup banyak. Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif dan guru termasuk
golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejakjejak yang lama secara
19
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cetakan ke-5, 26-27
20
Ibid, hal.28
15
rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang paling mudah dilakukan.
Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebih banyak.
Mencetuskan ide-ide baru dalam pembaharuan kurikulum itu lebih mudah daripada
menerapkannya dalam praktik. Meskipun telah dilaksanakan sebagai percobaan,
masih banyak mengalami hambatan dalam penerapannya. Oleh sebab itu inovasi
kurikulum harus melibatkan semua pihak yang terlibat dan mungkin juga memerlukan
perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan.21
21
Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 255-256
16
Fenomena merosotnya moral anak bangsa Indonesia sekarang dan krisis
multidimensi yang sedang dihadapi, dari hasil kajian berbagai disiplin dan
pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan bahwa segala macam krisis
berpangkal dari krisis akhlak atau moral. Krisis ini oleh sementara pihak di karenakan
kegagalan pendidikan agama (Islam).22
Dipandang dari sudut keberhasilan pendidikan agama ada tiga indikasi pokok,
pertama, keberhasilan mentransfer ilmu, kedua pentransferan nilai, ketiga
pentransferan ketrampilan. Bagian pertama terkait dengan pengetahuan koginitf.
Bagian kedua terkait dengan nilai baik dan buruk, peserta didik diarahkan mencintai
nilai-nilai kebaikan dan membenci nilainilai kejahatan, bagian ketiga terkait dengan
perbuatan nyata.23
Perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan dan tuntutan dunia global harus
diantisipasi dan direspon oleh dunia. pendidikan. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta komunikasi membawa perubahan yang besar dalam
pola dan gaga hidup umat manusia. Diperkirakan perubahan itu akan terus berjalan
maju dan menuntut perubahan dalam cara pandang, cara bersikap, serta bertindak
masyarakat termasuk generasi penerus bangsa ini. Kurikulum madrasah harus bisa
mengantisipasi perubahan itu dan merespon tuntutan zaman yang selalu berubah.
Kurikulum PAI dan Bahasa Arab diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
madrasah mampu beradaptasi dengan perubahan. Dengan demikian, lulusannya
kompatibel dengan tuntutan zamannya dalam membangun peradaban bangsa.
22
Eko Risdianto, Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. (Bengkulu: Universitas Bengkulu.
2019), hlm 2
23
Muhammad Zia Ul Haq & Tasman Hamami, pengembangan kurikulum pendidikan agama islam di era 4.0,
Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 20200. HAL. 259-260
17
Islam, sehingga memungkinkan peserta didik menjalankan kewajiban beragama
dengan baik terkait hubungan dengan Allah SWT maupun sesama manusia dan alam
semesta. Pemahaman keagamaan tersebut terinternalisasi dalam diri peserta didik,
sehingga nilai-nilai agama menjadi pertimbangan dalam cara berpikir, bersikap dan
bertindak untuk menyikapi fenomena kehidupan ini.
18
1) Semakin menguatnya faham transnasional yang berpotensi menggeser cara
beragama khas Indonesia yang moderat, toleran dan membudaya.
2) Isu yang terkait dengan lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta semakin
terbukanya akses pendidikan secara global.
3) Era disrupsi yang memiliki
ciri uncertainty (ketidakpastian), complexity (kerumitan), fluctuity (fluktuasi
), ambiguity (kemenduaan) berdampak terhadap kehidupan manusia.
19
j. Penguatan pola pengkondisian suasana kebatinan peserta didik yang
memungkinkan peserta didik dapat menerima, merasa dan menghayati ajaran
agama.
k. Penguatan pola pembelajaran religius dengan menjadikan nilai-nilai akhlak
dan agama Islam yang moderat sebagai inspirasi cara berfikir, cara bersikap
dan bertindak pada proses pembelajaran.
Kurikulum PAI dan Bahasa Arab dikembangkan melalui penguatan tata kelola
madrasah dengan:
1) penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman berbasis madrasah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala madrasah sebagai educational leader (pimpinan
kependidikan);
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran;
20
4) pembudayaan nilai-nilai agama Islam dalam pengelolaan dan praktik
pendidikan; dan
5) menjadikan peserta didik menjadi fokus utama sebagai penerima dampak
positif dari kebijakan dan pemanfaatan teknologi.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan islam adalah usaha sadar manusia yang dilakukan pendidik kepada
anak didik untuk menumbuh kembangkan potensi anak didik baik jasmani atupun
rohani dengan tujuan menjadi manusia yang mandiri dan dapat berkarya di
masyarakat. Untuk melaksanakan hal tersebut, pendidikan islam diperlukan
perencanaan dengan penyusunan kurikulum, sebab kurikulum iyalah alat utama
untuk mencapai targer dari pendidikan sendiri.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam mengalami berbagai
perubahan paradigm a dikarenakan beberapa faktor yakni munculnya fenomena-
fenomena yang mempengaruhi pengembangan kurikulum itu sendiri.
Pengembangan kurikulum PAI hendaknya dapat memberikan solusi terbaik bagi
masyarakat yang sedang menghadapi permasalahan tersebut dengan
menginjeksikan nilai-nilai keislaman secara terstruktur sedini mungkin sebagai
bekal dalam kehidupannya
Tantangan pengembangan kurikulum PAI begitu banyak dihadapi, seperti 1)
Gagap teknologi yang terjadi pada para pendidik, 2) Materi yang hadir perlu
sesegera mungkin dilakukan penyesuaian dengan perkembangan zaman, 3)
paradigma yang melekat pada revolusi industry 4.0, yaitu pragmatis atau
preventif, 4) pelaksanaan pendidikan agama Islam lebih banyak bermuara pada
aspek metodologi pembelajaran PAI dan bebrapa kesulitan lain yang dihadapi
dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, berupa faktor internal dan faktor
eksternal dari bidang studi PAI itu sendiri.
Munculnya inovasi dilatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab masalah-
masalah krusial dalam pendidikan termasuk keresahan pihak-pihak tertentu dalam
bidang pendidikan seperti keresahan guru tentang pelaksanaan yang dianggapnya
menyulitkan, keresahan masyarakat tentang kualitas pendidikan selama ini yang
cenderung merosot. Inovasi merupakan sesuatu yang baru dalam situasi social
tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
22
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Maka dari itu sangat penulis harapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
23
DAFTAR PUSTAKA
Akmal Mundiri, ‘Inovasi Pengembangan Kurikulum PAI di SMP Nurul Jadid’, Tadrib,
4 (2018).
Eko Risdianto, Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. (Bengkulu:
Universitas Bengkulu. 2019),
Errin Tri Rahmawati, dkk. Perbaikan Substansi Kurikulum Melalui Inovasi Dalam
Menghadapi Problematika Era Revolusi 4.0, Al Yasini, 2021
24
http://jejakrekam.com/2019/03/19/hasil-survei-pustekkom-60-persen-guru-di-
indonesiagagap-teknologi-informasi/ diakses 17 Oktober 2021
25