Anda di halaman 1dari 21

KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Bpk. Mukti Ali, MA

Disusun Oleh:
Fikhi Dzikrulloh
Miftahul Anaam Hasbullah
Abi Khalyubi
Agung Kurniawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman
dan nikmat sehat, baik sehat jasmani dan sehat rohani. Shalawat serta Salam kita
haturkan kepada junjungan kita, nabi besar kita yang telah membawa umat manusia
dari zaman kegelapan dari ilmu sampai ke masa yang terang benderang akan ilmu
seoerti sekarang ini.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan judul “ KURIKULUM DALAM
PENDIDIKAN ISLAM ”. Disamping itu kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan.
Maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 20 November 2019

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Kurikulum..................................................................................2
B. Kurikulum Menurut Pendidikan Islam.........................................................3
C. Dasar, Prinsip dan Fungsi Kurikulum...........................................................5
D. Syarat Perumusan Kurikulum......................................................................8
E. Model Kurikulum.........................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu pola pendidikan dimana seluruh
komponen atau aspeknya di dasarkan pada ajaran islam. Visi, misi, tujuan,
proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan
peserta didik, kurikulum, bahan ajar dan komponen pendidikan lainnya
harus didasarkan pada ajaran islam.
Salah satu komponen penting dan harus diperhatikan dalam
pendidikan yaitu kurikulum, merupakan suatu rancangan yang memuat
semua pengalaman belajar yang disediakan untuk siswa dalam rangkai
mencapai tujuan pendidikan islam sudah tentu harus memperhatikan aspek-
aspek yang bersangkutan dan sesuai dengan ajaran islam.
Orientasi kurikulum dalam pendidikan islam tidak hanya diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia, juga untuk kebahagiaan hidup
di akhirat. Tidak hanya mengembangkan segi-segi wawasan intelektual dan
keterampilan jasmani, melainkan juga pencerahan keimanan, spiritual,
moral dan akhlaq mulia secara seimbang.
Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam dunia pendidikan
terutama lebih khususnya dalam pendidikan islam, maka pada pembahasan
kali ini akan dibahas mengenai Kurikulum dalam Pendidikan Islam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diambil adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kurikulum ?
2. Bagaimana Kurikulum Menurut Pendidikan Islam ?
3. Apa Prinsip dan fungsi kurikulum ?
4. Apa Syarat Perumusan Kurikulum ?
5. Bagaimana Metode Kurikulum ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui kurikulum menurut pendidikan agama islam.
3. Unruk mengetahui fungsi dan prinsip kurikulum.
4. Untuk mengetahui syarat perumusan kurikulum.
5. Untuk mengetahui metode kurikulum.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara bahasa, kata kurikulum berasal dari bahasa latin Currere,
yang berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari
kata curruculum yang berarti a running course, dan dalam bahasa prancis
dikenal dengan courier berarti to run (berlari).kurikulum pernah diartikan
dengan “Rencana Pelajaran”, yang terbagi menjadi rencana pelajaran
minimum dan rencana terurai. Pada tataran implementasinya, rencana
pelajaran itu tidak semata-mata hanya membicaran proses pengajaran saja
melainkan membahas cakupan yang ebih luas lagi, yaitu berbicara masalah
pendidikan. Oleh karena itu, istilah “Rencana Pendidikan” ternyata belum
dapat mewakili apa yang disebut dengan kurikulum tersebut.
Secara terminology, bahwa kurikulum berarti suatu program
pendidikan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara pedoman dalam
proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam UUD nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (UUSPN) adalah “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Dengan pernyataan tersebut di atas artinya bahwa kurikulum adalah
sangat penting bagi berlangsungnya proses pendidikan dan proses
pencapaian bermacam kemampuan yang harus ditempuh oleh anak didik.
Dari pernyataan tersebut dapat di pahami bahwa kurikulum memiliki
beberapa unsur-unsur, antara lain:
 Kurikulum adalah seperangkat rencana, yang berhubungan
dengan proses pembelajaran.
 Kurikulum memiliki unsur-unsur pengaturan tujuan, isi dan
bahan pelajaran.
 Kurikulum memiliki unsur-unsur pengaturan cara yang
digunakan.
 Kurikulum juga mengandung unsur-unsur sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pendidikan.

2
Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik sehingga
dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan,
perkembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Kebijakan umum
dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan visi, misi, dan
strategi pembangunan pendidikan nasional. Kebijakan umum dalam
pengembangan kurikulum nasional mencakup prinsip-prinsip:
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
Kesamaan memperoleh kesempatan.
Memperkuat identitas nasional penghadapi abad
pengetahuan.
 Menyongsong tantangan teknologi informasi dan
komunikasi.
 Mengambangkan keterampilan hidup.
 Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum.
 Pendidikan alternatif
 Berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan.
 Pembangunan multikultur.
 Penilaian berkelnjutan.
 Pendidikan sepanjang hayat.
B. Kurikulum Menurut Pendidikan Islam
Tafsir (2004) membedakan antara pendidikan agama islam (PAI)
dan pendidikan islam. PAI dibakukan sebagai kegiatan mendiidikkan
agama islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “agama
islam”, karena yang diajarkan adalah agama islam bukan pendidikan
agama islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan
agama islam disebut sebagai pendidikan agama islam. Kata “pendidikan”
ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI
sejajar atau sekategori dengan pendidikan matematika (nama
paelajarannya matematika), pendidikan olahraga (nama pelajarannya
olahraga), pendidikan biologi (nama pelajarannya adalah biologi), dan
seterusnya. Sedangkan pendidikan islam adalah nama sistem, yaitu sistem
pendidikan yang islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara
keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang di idealkan.
Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun
berdasarkan Alquran dan hadis.
Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam Menurut al-Shaibani
sebagaimana yang dikutip oleh Anin Nurhayati, dalam bukunya
“Kurikulum Inovasi” , dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Kurikulum pendidikan islam harus mewujudkan tujuan
pendidikannya, materi pelajarannya. Untuk pelajaran

3
agama dan akhlak harus diambil dari al-qur’an dan Hadist
serta contoh-contoh suri tauladan dari tokoh-tokoh
terdahulu yang baik.
 Kurikulum pendidikan islam sangat memperhatikan
pengembangan menyeluruh tentang aspek Pribadi siswa,
yaitu dari intelektual, psikologis, sosial dan spitritual.
Untuk pengembangan menyeluruh ini, kurikulum harus
dengan tujuan pembinaan pada setiap aspek tersebut.
Untuk para peserta didik harus diajarkan berbagai ilmu
pengetahuan.
 Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan
keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan
akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia. Keseimbangan
itu tentunya bersifat relatif karena tidak dapat di ukur
secara obyektif.
 Kurikulum pendidikan islam juga memperhatikan seni
halus, yaitu seni ukir, pahat, tulis indah, gambar dan
sejenisnya. Selain itu harus memperhatikan pendidikan
jasmani, latihan militer, teknik ketrampilan, latihan
kejuruan, pertukangan dan bahasa asing. Semuanya
berdasarkan bakat dan minat.
 Kurikulum islam juga memperhatikan perbedaan-
perbedaan kebudayaan di tengah masyarakat, baik itu
kaitannya dengan kebutuhan dan masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat, keluwesan, serta menerima
perkembangan dan perubahan. Kurikulum pendidikan
islam juga memiliki keserasian dengan kesesuaian
perubahan zaman.

Dalam literatul lain, disebutkan bahwa ciri-ciri kurikulum


pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

4
 Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai
tujuan, kandungan, metode dan tehniknya yang bercorak
agama.
 Memperhatikan dan membimbing segala pribadi peserta
didik baik dari sisi intelektual, psikologis, sosial maupun
spiritualnya.
 Memperhatikan keseimbangan berbagai aspek ilmu
pengetahuan.
 Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan denganb
bakat dan minat peserta didik.

Bersifat dinamis dan fleksibel yakni sanggup menerima perkembangan dan


perubahan apabila dipandang perlu.
C. Dasar, Prinsip dan Fungsi Kurikulum
Dasar Kurikulum
Dasar yaitu landasan atau fontamen tempat berpijak atau tegaknya
sesuatu agar sesuatu tersebut kokoh tegak berdiri. Dasar suatu bangunan
yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan
itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar penidikan islam yaitu
fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat
tegak berdiri dan tidak mudah roboh oleh tiupan angin kencang berupa
ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan
adanya dasar ini maka pendidikan islam akan tegak berdiri dan tidak
diombang ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun
mempengaruhinya. Dasar pendidikan islam secara gris besar ada tiga
yaitu: Al-qur’an, As-sunnah, dan perundang-undangan yang berlaku di
negara kita.
Prinsip Kurikulum
Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam menurut Mujib, yaitu:

1. Prinsip yang berorientasi pada tujuan. “Al-umur bi maqashidiha”


merupakan adagium ushuliyah yang berimplikasi pada aktivitas kurikulum
yang terarah, sehingga tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya dapat
tercapai. Disamping itu, perlu adanya persiapan khusus bagi para
penyelenggara pendidikan untuk menetapkan tujuan-tujuan yang harus
dicapai oleh peserta didik seiring dengan tugas manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah swt.

5
2. Prinsip relevansi. Implikasinya adalah mengusulkan agar kurikulum yang
ditetapkan harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga tuntutan pendidikan
dengan kurikulum tersebut dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja
yang dibutuhkan masyarakat, serta tuntutan vertical dalam mengeban nilai-
nilai ilahi sebagai rahmatan li al-alamin.
3. Prinsip efisiensi dan efektifitas. Implikasinya adalah mengusulkan agar
kegiatan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan
sumber-sumber lain secara cermat dan tetap sehingga hasilnya memadai dan
memenuhi harapan sera membuahkan hasil sebanyaknya. Islam
mengajarkan agar seorang muslim menghargai waktu sebaik-baiknya (QS.
Al-‘Ashr: 1, Adh-Dhuha: 1, Al-lail: 1, Asy-Syams: 1-9), sehingga tidak ada
hari libur untuk beraktivitas (QS. Al-Jumu’ah: 9-10), serta menghargai
tenaga dan aktivitas manusia. Baik tidaknya seseorang ditentukan oleh nilai
kerjanya (QS. An-Najm: 39-40). Di samping itu, Islam juga mengajarkan
agar seseorang sedapatnya menggunakan hartanya sesederhana mungkin,
tidak bolos, dan tidak menggunakannya untuk sesuatu yang kurang
bermanfaat (mubadzir). (QS. Al-Isra’: 26-27).
4. Prinsip fleksibilitas program. Implikasinya adalah kurikulum disusun begitu
luwes, sehingga mampu disesuaikan dengan situasi setempat, waktu dan
kondisi yang berkembang, tanpa mengembang tujuan pendidikan yang
diinginkan. Prinsip ini tidak hanya dilihat dari salah satu faktor, tetapi juga
dilihat dari totalitas ekosistem kurikulum, baik yang berkenaan dengan
perkembangan peserta didik (kecerdasan, kemampuan, dan pengetahuan
yang diperolah), metode yang digunakan, fasilitas yang tersedia, serta
lingkungan yang mempengaruhinya.
5. Prinsip integritas. Implikasinya adalah mengupayakan kurikulum agar
menghasilkan manusia yang seutuhnya, manusia yang mampu
mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas fikir, serta manusia
yang mampu menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Di samping itu,
pengupayaan kurikulum tersebut menghasilkan peserta didik yang mampu
menguasai ilmu-ilmu qur’ani (din Allah) dan ilu-ilmu kawni (sunnah
Allah) yang bertujuan untuk mencari ridha Allah swt. Prinsip ini dilakukan
dengan cara memadukan semua komponen kurikulum tanpa adanya
penggalan satu dengan lainnya.
6. Prinsip kontinuitas (istiqamah). Implikasinya adalah bagaimana susuna
kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkesinambungan dengan
kegiatan-kegiatan kurikulum lainnya, baik secara vertical (penjenjangan,
tahapan), maupun secara horizontal.
7. Prinsip sinkronisme. Implikasinya adalah bagaimana suatu kurikulum dapat
seirama, searah dan setujuan, serta jangansampai terjadi kegiatan kurikulum
lain yang menghambat, berlawanan, atau mematikan kegiatan lain.
8. Prinsip objektivitas. Implikasinya adalah adanya kurikulum tersebut
dilakukan melalui tuntutan kebenaran ilmiah yang objektif, dengan
mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosi yang irasional. (QS. Al-
Ma’idah: 8).

6
9. Prinsip demokrasi. Implikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus
dilakukan secara demokrasi. Artinya, saling mengerti, memahami keadaan
dan situasi tiap-tiap subjek dan objek kurikulum. Segala tindakan sebaiknya
dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat, sehingga kegiatan itu
didukung bersama dan apabila terjadi kegagalan maka tidak meyalahkan
satu dengan yang lain.
10. Prinsip analisis kegiatan. Prinsip ini mengandung tuntutan agar kurikulum
dikonstruksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajaran, serta
analisis tingkah laku yang sesuai dengan materi pelajaran.
11. Prinsip individualisasi. Prinsip kurikulum yang memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan pada umumnya yang meliputi seluruh aspek
pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat,
serta kelebihan dan kekurangannya.
12. Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep ini diterapkan dalam kurikulum
mengingat keutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang
berkembang dan perlunya keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai
sukbjek yang sadar akan nilai (yang menghayati dan yakin akan cita-cita
dan tujuan hidup). (Tim Depag RI, 1979; 18). Semua hal tersebut tidak akan
tercapai tanpa adanya belajar yang berkesinambungan.
Sedngkan menurut Asy-Syaibani (1979: 519-522), prinsip utama dalam
kurikulum pendidikan Islam adalah:
1. Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Adapun kegiatan
kurikulum yang baik berupa falsafah, tujuan, metode, prosedur, cara melakukan,
dan hubungan-hubungan yang berlaku dilembaga harus berdasarkan Islam.
2. Prinsip menyeluruh (syumuliyyah) baik dalam tujuan maupun isi kandungannya.
3. Prinsip keseimbangan (tawazun) antara tujuan dan kandungan kurikulum.
4. Prinsip interaksi (ittishaliyyah) antara kebutuhan siswa dan kebutuhan
masyarakat.
5. Prinsip pemeliharaan (wiqayah) antara perbedaan-perbedaan individu.
6. Prinsip perkembangan (tanmiyyah) dan perubahan (taghayyur) seiring dengan
tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolut ilahiyyah.
7. Prinsip integritas (muwahhadah) antara mata pelajaran, pengalaan, dan aktivitas
kurikulum dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan tuntutan zaman serta
tempat peserta didik berada.

Fungsi kurikulum PAI


 Bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan :
a) sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang
diinginkan atau dalam istilah kbk disebut standar kompetensi PAI, meliputi
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi lintas kurukulum,
kompetensi tamatan atau lulusan, kompetensi bahan kajian PAI,

7
Kompetensi mata pelajaran PAI(TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA),
Kompetensi mata pelajaran SD-SMA.
b) Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama islam di
sekolah/madrasah.
 Bagi sekolah/madrasah di atasnya:
a) Melakukan penyesuaian
b) Menghindari keteerulangan sehingga tidak boros waktu
c) Menjaga kesinambungan
 Bagi masyarakat:
a) Masyarakat sebagai pengguna lulusan, sehingga
sekolah/madrasah harus menetahui hal-hal yang , menjadi
kebutuhan masyarakat dalam konteks pengembangan
PAI.
b) Adanya kerja sama yang harmonis dalam hal pembenahan
dan pengembangan kurikulum PAI.

D. Syarat Perumusan Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menetukan


dalam sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk
mencapai suatu sistem pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

Kurikulum pendidikan Islam, selain harus berlandasan pada dasar-


dasar dan juga harus menganut prinsip-prinsip yang akan mewarnai
kurikulum itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang
diharapkan makan sudah barang tentu kurikulum yang diformulasikannya
pun harus mengacu pada dasar pemikiran yang Islami pula, serta dari
pandangan hidup dan pandangan tentang manusia serta diarahkan pada
tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaidah-kaidah Islami.

Disamping itu, dengan kurikulum memudahkan pula


penyelenggaraan pendidikan Islam mengembangkan pembidangan keahlian
dan keterampilan sesuai dengan sasaran dan tuntutan sumber daya manusia
sebagai input, objek dan, subjek pendidikan Islam.

8
Menyadari strategisnya posisi dan fungsi kulikulum dalam
penyelenggaraan pendidikan Islam, maka perumusan kurikulum pendidikan
Islam disamping harus mengacu kepada prinsip-prinsip dan ciri kurikulum
pada umumnya juga harus mempertimbangkan prinsip-prinsip dan nilai-
nilai ajaran Islam. Dalam hal ini penulis akan memberikan beberapa contoh
mengenai prinsip dan ciri kurikulum pendidikan Islam dikemukakan seperti
berikut:

1. Kurikulum harus sejalan dengan idelitas Islam, yaitu kurikulum


yang mengandung materi ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi
sebagai alat untuk mecapai tujuan kehidupan yang Islami.
2. Kurikulum yang Islami harus diproses/diaktualisasikan dengan
metode yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam.
3. Antara kurikulum, motode, dan tujuan pendidikan Islam harus saling
berkaitan (releven) dengan produk/hasil yang diinginkan
4. Cakupan dan kandungannya harus luas dan menyeluruh, sehingga
mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran Islam yang
mendalam serta memperhatikan pengembangan dan bimbingan
segala aspek pribadi siswa, intelektual, psikologi, sosial dan
spiritual.
5. Selalu disesuaikan dengan bakat dan minat peserta didik.

Bila dikaji secara cermat dan mendalam, prinsip dasar kurikulum


pendidikan Islam di atas sudah ideal, baik dilihat dari perancangan sebuah
kurikulum maupun kemungkinan pencapaian hasil pendidikan Islam
apabila racangan kurikulum dimaksud dapat diaplikasikan dengan konsisten
dan efektif.

Pendidikan Islam sebagai bagian dari pendidikan secara umum sejak


masa lalu telah mengembangkan, merumuskan, dan mempedomani
kurikulum dalam peyelenggaraan pendidikan Islam, walaupun susunan dan
orientasinya juga mengalami perubahan dan perkembangan sesuai tututan
perkembangan dunia pendidikan.

E. Model Kurikulum

Pengembangan kurikulum berkenaan dengan model kurikulum


yang dikembangkannya. Minimal ada empat model kurikulum yang
banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum
subjek Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi
(Sukmadinata, 2009)

9
Masing-masing model sejalan dengan teori yang mendasarinya, bertolak
dari asumsinya atau keyakinan dasar yang berbeda sehingga menimbulkan
pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan pendidik,
peserta didik, isi maupun proses pendidikan. Keempat model kurikulum
tersebut memiliki acuan teori atau konsep pendidikan yang berbeda.
Kurikulum subjek akademis mengacu pada pendidikan klasik, yaitu
perenialisme dan esensialisme; kurikulum humanistic mengacu pada
pendidikan pribadi; kurikulum rekonstruksi social mengacu pada
pendidikan interaksional dan kurikulum kompetensi mengacu pada
teknologi pendidikan.

1. Kurikulum Subjek Akademis


Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model
kurikulum yang paling tua. Kurikulum ini menekankan isi atau
materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan
klasik, yang berorientasi pada masa lau, bahwa semua ilmu
pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya telah ditemukan oleh
para ahli di masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskanya kepada generasi baru. Kurikulum ini sangat
mengutamakan isi pendidikan. Ukuran keberhasilan peserta didik
dalam belajar adalah yang menguasai seluruh atau sebagian besar
dari isi pendidikan yang diajarkan guru.
Para pengembang kurikulum tinggal memilih bahan-bahan
materi ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahli disiplin ilmu,
kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik. Guru
sebagai penyampai bahan ajar harus menguasai semua pengetahuan
yang menjadi isi kurikulum.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran)
kurikulum subjek akademis. Pola-pola organisasi yang terpenting
menurut Sukmadinata (2009) di antaranya sebagai berikut.
a) Correlated curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu peajaran dikorelasikan denga pelajaran lainnya
b) Unfied atau concentrated curriculum

10
pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran
disiplin ilmu.

c) Integrated curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya,
maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah
tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu
d) Problem solving curriculum
Pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial
yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan
dan keterampian yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau
disiplin ilmu
2. Kurikulum humanistic
Model kurikulum humanistic menekankan pengembangan
kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang, antara
perkembangan segi intelektual (kognitif), afektif, dan psikomotor.
Kurikulum humanistic menekankan pengembangan potensi dan
kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peserta
didik. Pembelajaran segi-segi social, moral, dan afektif mendapat
perhatian utama dalam model kurikulum ini. Pembelajarannya
berpusat pada peserta didik (student centererd).
Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi.
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh pata ahli pendidikan
humanistic, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi
(personalized education), yaitu John Dewey (progressive education)
dan J.J. Rousseau (Romantic Education).
3. Kurikulum rekonstruksi social
Kurikulum rekontruksi social lebih memusatkan
perhatiannya pada pemersalahan yang dihadapi peserta didik dalam
masyarakat kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
intruksional. Pendidikan merupakan kegiatan bersama, interaksi dan
kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi pada
peserta didik dan guru melainkan juga antara peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik dengan orang-orang lingkungannya dan
sumber-sumber belajar lainnya. Melalui interasi kerjasama ini,
peserta didik berusaha memecahkan permasalahan yang

11
dihadapinya dengan masyarakat, menuju pembentukan masyarakat
yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi social memiliki kompenen-
kompenen yang sama dengan model kurikulum lain, tetapi isi dan
bentuk-bentuknya berbeda. Setiap tahun program pendidikan
mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan utama dari rekonstruksi
social adalah menghadapkan para peserta didik dengan tantangan,
ancaman, hambatan, atau gangguan yang biasanya dihadapi
manusia. Tantangan merupakan bidang garapan dari studi social
yang perlu didekati dari bidang-bidang lain, seperti ekonomi,
sosialogi, spikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam dan
matematika. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal
ini dapat dikaji dalam kurikulum.
Dalam pembelajaran rekonstruksi social, para
pengembangan kurikulum berusaha mencari keselarasan antara
tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Guru-guru berusaha
membantu para peserta didik menemukan minat dan kebutuhannya.
Para peserta didik sesuai dengan minatnya masing-masing, berusaha
memecahkan masalah social yang dihadapinya. Kerja sama yang
terbentuk baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antarkelompok dalam kegiatan pleno, sangat mewarnai metode
rekonstruksi social. Kerja sama ini juga terjadi antara peserta didik
dengan tokoh masyarakat. Bagi rekontruksi social, belajar
merupakan kegiatan bersama, ada ketergantungan antara seorang
dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar mereka tidak ada
kompetesi, yang ada adalah kerja sama, saling pengertian dan
consensus. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang cocok
adalah pendekatan pembelajaran kooperatif, bukan kompetitif
(Widyastono, 2000).
4. Kurikulum kompetensi
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan
kompetensi menjadi suatu keharusan. Setiap orang dituntut
kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (depdiknas, 2004.)
sementara itu, menurut spencer dan spencer (1993) kompetensi
merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan
timbal balik dengan suatu criteria efektif atau kecakapan terbaik

12
seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Selanjutnya, berdasarkan
kajian dari literature. Widyastono (2013) merumuskan kompetensi
adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah dimiliki seseorang, harus
diwujudkan dalam bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif).
Seseorang dikatakan kompeten dibidang tertentu, apabila ia
memiliki pengetahuan dibidang itu, kemudian pengetahuan tersebut
diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya, kita tau bahwa merokok dapat mengganggu
kesehatan, tetapi masih ada diantara kita hobi nya merokok. Nah,
orang yang hobi nya merokok itu, dapat dikatakan baru sekadar
memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, tetapi belum memiliki
kompetensi atau belum kompeten dibidang kesehatan karena
pengetahuannya belum diwujudkan dalam bertindak dan bersikap.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi ,
dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran
ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan
isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemelihararaa dan
pengawetan ilmu tersebut, melainkan pada penguasaan kompetensi.
Suatu kompetensi yang benar diuraikan menjadi kompetensi yang
lebih spesifik dan menjadi perilaku yang dapat diamati atau diukur.
Penerapan tekonologi dalam bidang pendidikan khususnya
kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat keras
(teknologi alat) dan perangkat (teknologi system).

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kurikulum berasal dari bahasa latin Currere, yang berarti lapangan
perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curruculum yang
berarti a running course, dan dalam bahasa prancis dikenal dengan courier
berarti to run (berlari).kurikulum pernah diartikan dengan “Rencana
Pelajaran”, yang terbagi menjadi rencana pelajaran minimum dan rencana
terurai. Pada tataran implementasinya, rencana pelajaran itu tidak semata-
mata hanya membicaran proses pengajaran saja melainkan membahas
cakupan yang ebih luas lagi, yaitu berbicara masalah pendidikan. Oleh
karena itu, istilah “Rencana Pendidikan” ternyata belum dapat mewakili apa
yang disebut dengan kurikulum tersebut.
Secara terminology, bahwa kurikulum berarti suatu program
pendidikan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara pedoman dalam
proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. kurikulum memiliki beberapa unsur-unsur,
antara lain:
 Kurikulum adalah seperangkat rencana, yang berhubungan
dengan proses pembelajaran.
 Kurikulum memiliki unsur-unsur pengaturan tujuan, isi dan
bahan pelajaran.
 Kurikulum memiliki unsur-unsur pengaturan cara yang
digunakan.
 Kurikulum juga mengandung unsur-unsur sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pendidikan.
Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum nasional
mencakup prinsip-prinsip:
 Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
 Kesamaan memperoleh kesempatan.
 Memperkuat identitas nasional penghadapi abad
pengetahuan.
 Menyongsong tantangan teknologi informasi dan
komunikasi.
 Mengambangkan keterampilan hidup.
 Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum.
 Pendidikan alternatif

14
 Berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan.
 Pembangunan multikultur.
 Penilaian berkelnjutan.
 Pendidikan sepanjang hayat.

Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam Menurut al-Shaibani


sebagaimana yang dikutip oleh Anin Nurhayati, dalam bukunya
“Kurikulum Inovasi” , dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Kurikulum pendidikan islam harus mewujudkan tujuan
pendidikannya.
 Kurikulum pendidikan islam sangat memperhatikan
pengembangan menyeluruh tentang aspek Pribadi siswa.
 Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan
keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan
akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
 Kurikulum pendidikan islam juga memperhatikan seni
halus, yaitu seni ukir, pahat, tulis indah, gambar dan
sejenisnya. Selain itu harus memperhatikan pendidikan
jasmani, latihan militer, teknik ketrampilan, latihan
kejuruan, pertukangan dan bahasa asing.
 Kurikulum islam juga memperhatikan perbedaan-perbedaan
kebudayaan di tengah masyarakat, baik itu kaitannya dengan kebutuhan dan
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, keluwesan, serta menerima
perkembangan dan perubahan
Dalam literatul lain, disebutkan bahwa ciri-ciri kurikulum
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
 Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai
tujuan, kandungan, metode dan tehniknya yang bercorak
agama.
 Memperhatikan dan membimbing segala pribadi peserta
didik baik dari sisi intelektual, psikologis, sosial maupun
spiritualnya.

15
 Memperhatikan keseimbangan berbagai aspek ilmu
pengetahuan.
 Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan denganb
bakat dan minat peserta didik.
Dasar pendidikan islam secara gris besar ada tiga yaitu: Al-qur’an, As-
sunnah, danperundang-undangan yang berlaku di negara kita.
Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

1. Prinsip yang berorientasi pada tujuan.


2. Prinsip relevansi.
3. Prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Prinsip fleksibilitas program.
5. Prinsip integritas.
6. Prinsip kontinuitas (istiqamah).
7. Prinsip sinkronisme.
8. Prinsip objektivitas.
9. Prinsip demokrasi.
10. Prinsip analisis kegiatan.
11. Prinsip individualisasi.
12. Prinsip pendidikan seumur hidup

Fungsi kurikulum bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan :


c) sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang
diinginkan atau dalam istilah kbk disebut standar kompetensi PAI, meliputi
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi lintas kurukulum,
kompetensi tamatan atau lulusan, kompetensi bahan kajian PAI,
Kompetensi mata pelajaran PAI(TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA),
Kompetensi mata pelajaran SD-SMA.
d) Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama islam di
sekolah/madrasah.

prinsip dan ciri kurikulum pendidikan Islam dikemukakan seperti


berikut:

6. Kurikulum harus sejalan dengan idelitas Islam, yaitu kurikulum


yang mengandung materi ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi
sebagai alat untuk mecapai tujuan kehidupan yang Islami.

16
7. Kurikulum yang Islami harus diproses/diaktualisasikan dengan
metode yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam.
8. Antara kurikulum, motode, dan tujuan pendidikan Islam harus saling
berkaitan (releven) dengan produk/hasil yang diinginkan
9. Cakupan dan kandungannya harus luas dan menyeluruh, sehingga
mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran Islam yang
mendalam serta memperhatikan pengembangan dan bimbingan
segala aspek pribadi siswa, intelektual, psikologi, sosial dan
spiritual.
10. Selalu disesuaikan dengan bakat dan minat peserta didik.

Macam-macam metode kurikulum

5. Kurikulum Subjek Akademis


6. Kurikulum humanistic
7. Kurikulum rekonstruksi social
8. Kurikulum kompetensi

17
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Ridjalaluddin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Selatan: Pusat Kajian Islam FAI
Uhamka.

Uhbiyati, N. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA.

18

Anda mungkin juga menyukai