Disusun Oleh :
Atika Hanan Julia Harahap
Haura Tazkia
Nurdin Munthe
Siti Aisyah
KATA PENGANTAR
Asalammualaikum Wr.Wb
Tiada kata yang terlebih dahulu saya ucapkan kecuali rasa puja dan puji
syukur saya kepada Allah Subhanahu Wa Taala,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
2.2 Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
2.3 Prinsip Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
2.4 Langkah Langkah Kurikulum Pendidikan Islam
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata Kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih
kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya
dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam
bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish.
ii
Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti
sejumlah mata pelajaran disuatu perguruan.1
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata
pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pandangan ini
menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dalam pandangan yang muncul
kemudian, penekanan terletak pada pengalaman belajar. Dengan titik tekan tersebut,
kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang disajikan kepada para siswa
dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan
hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa
yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal
juga kegiatan kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini
sering disebut ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum sekurang-kurangnya memiliki dua
fungsi:
1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan; dan
2. Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.
Keutamaan mempelajari kurikulum bagi seseorang yang menekuni dunia
pendidikan adalah suatu kegiatan yang tidak boleh terlewatkan, karena berbicara
pendidikan berarti berbicara kurikulum yang ada didalamnya. Demikian halnya dengan
pendidikan Islam, tentunya terdapat kurikulum didalamnya. Maka, karena keperluan
yang utama tersebutlah dalam Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi
Agama Islam, salah satu materi yang harus dikuasai dan dipahami adalah tentang
Kurikulum dalam Pendidikan Islam.
Hasan Basri dan Ahmad Beni Saebani. 2010. Ilmu Pendidikan Islam Jilid II. Bandung: Pustaka
Setia. Hal: 57
iii
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diambil rumusan masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum secara etimologis adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari
bahasa latin curir yaitu pelari dan curere yang artinya tempat berlari. Selain itu, juga
berasal dari kata curriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Maka, pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.2
Dalam pandangan tradisional disebutkan bahwa kurikulum memang hanya
rencana pelajaran. Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum lebih dari sekedar
rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern adalah semua
yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam kalimat lain
disebut sebagai semua pengalaman belajar.
Adanya pandangan bahwa kurikulum hanya berisi rencana pelajaran di sekolah
disebabkan adanya pandangan tradisional yang mengatakan bahwa kurikulum memang
hanya rencana pelajaran. Pandangan tradisional ini sebenarnya tidak terlalu salah,
mereka membedakan kegiatan belajar kulikuler dan kegiatan belajar ekstrakulikuler dan
kokulikuler. Kegiatan kulikuler ialah kegiatan belajar untuk mempelajari pelajaran
wajib, sedangkan kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler disebut mereka sebagai
kegiatan penyerta. Praktik kimia, fisika atau biologi, kunjungan ke museum untuk
pelajaran sejarah misalnya, dipandang mereka sebagai kakulikuler (penyerta kegiatan
belajar bidang studi). Apabila kegiatan itu tidak berfungsi sebagai penyerta, seperti
pramuka dan olahraga, maka yang ini disebut kegiatan di luar kurikulum (kegiatan
ekstrakulikuler).3
,Zakiah Daradjat dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 96
Oemar Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara. Hal: 112
Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau
bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang
actual dan nyata, yaitu yang actual terjadi disekolah dalam proses belajar. Dalam
pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar,
seperti berkebun, olahraga, pramuka dan pergaulan serta beberapa kegiatan lainnya di
luar bidang studi yang dipelajari. Semuanya merupakan pengalaman belajar yang
bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman belar itulah
kurikulum.
Atas dasar ini, maka inti kurikulum adalah pengalaman belajar. Ternyata
pengalamn belajar yang banyak berpengaruh dalam pendewasaan anak, tidak hanya
mempelajari mata pelajaran interaksi sosial di lingkungan sekolah, kerja sama dalam
kelompok, interaksi dalam lingkungan fisik, dan lain-lain, juga merupakan pengalaman
belajar.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum menurut para pakar, yaitu:
1. Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the
school situations, artinya bahwa kurikulum merupakan keseluruhan usaha yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan atau sekolah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Smith memandang kurikulum sebagai seperangkat dan upaya pendidikan yang
bertujuan agar peerta didik memiliki kemampuan hidup bermasyrakat. Anak
didik dibina agar memiliki kemampuan menyesuaikan diri untuk menjadi bagian
dari masyarakat.
3. Harold Rugg mengartikan kurikulum sebagai program sekolah yang didalamnya
terdapat semua peserta didik dan pekerjaan guru-guru mereka.
4. Menururt Hilda Taba, kurikulum adalah suatu kegiatan dan pengalaman peerta
didik di sekolah yang sudah direncanakan.
Adapun pengertian kurikulum sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 butir 19
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
2
Imas Kurinasih, dan Sani Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan.
Kurikulum Pendidikan Islam tidak akan terlepas dari asas Islam itu sendiri yakni
Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka ciri utama yang bisa diketahui adalah mencantumkan
Al-Qur`an dan Al-Hadits sebagai sumber utama. ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam
menurut Al-Syaibani, yaitu:
1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan
akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil dari Al-Qur`an dan Al-Hadit serat
contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.
2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan
menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai
dengan tujuan pembinaan setiap aspek itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi
diajarkan mata pelajaran seperti ilmu-ilmu Al-Qur`an termasuk tafsir dan qiro`ah
serta mata pelajaran lainnya.
3. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
4. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus seperti ukir, pahat,
tulis-indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu, memperhatikan juga pendidikan
jasmani, latihan militer, teknik, keterampilan dan bahasa asing sekalipun
semuanya ini diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat
dan kebutuhan.
5. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan kebudayaan yang
sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan
zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
Adapun ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak
didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari
ajaran Islam;
4
2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang
memiliki keyakinan kepada Tuhan;
3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan AlQur`an dan Al-Hadits;
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akliah peserta
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan konkret;
Implikasinya
adalah
mengupayakan
kurikulum
agar
10. Prinsip analisis kegiatan. Prinsip ini mengandung tuntutan agar kurikulum
dikonstruksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajaran, serta analisis
tingkah laku yang sesuai dengan materi pelajaran.
11. Prinsip individualisasi. Prinsip kurikulum yang memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan pada umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi
peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat, serta
kelebihan dan kekurangannya.
12. Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep ini diterapkan dalam kurikulum
mengingat keutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang berkembang
dan perlunya keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai sukbjek yang sadar
akan nilai (yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidup). (Tim
Depag RI, 1979; 18). Semua hal tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya belajar
yang berkesinambungan.
Sedangkan menurut Asy-Syaibani (1979: 519-522), prinsip utama dalam
kurikulum pendidikan Islam adalah:
1. Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Adapun kegiatan
kurikulum yang baik berupa falsafah, tujuan, metode, prosedur, cara melakukan,
dan hubungan-hubungan yang berlaku dilembaga harus berdasarkan Islam.
2. Prinsip menyeluruh (syumuliyyah) baik dalam tujuan maupun isi kandungannya.
3. Prinsip keseimbangan (tawazun) antara tujuan dan kandungan kurikulum.
4. Prinsip interaksi (ittishaliyyah) antara kebutuhan siswa dan kebutuhan
masyarakat.
7
5. Prinsip pemeliharaan (wiqayah) antara perbedaan-perbedaan individu.
6. Prinsip perkembangan (tanmiyyah) dan perubahan (taghayyur) seiring dengan
tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolut ilahiyyah.
7. Prinsip integritas (muwahhadah) antara mata pelajaran, pengalaan, dan aktivitas
kurikulum dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan tuntutan zaman serta
tempat peserta didik berada.
D. Isi Kurikulum Pendidikan Islam
Sebelum mengetahui apa saja isi kurikulum pendidikan Islam, terlebih dahulu
harus diketahui mengenai syarat-syarat yang diajukan dalam perumusan kurikulum,
yaitu sebagai berikut.
2.
Hal: 301
Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ahmad Tafsir. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. HAL: 71
a. Ilmu fardhuain, yaitu ilmu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang
bersumber dari Kitab Allah.
b. Ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagai orang
muslim, seperti ilmu yang berkaitan dengan masalah duniawi, misalnya ilmu
hitung, kedokteran, teknik pertanian, industry, dan sebagainya.
2. Ilmu pengetahuan menurut fungsinya, terbagi:
a. Ilmu tercela (madzmumah), yaitu ilmu yang tidak berguna untuk masalah dunia
dan masalah akherat serta mendatangkan kerusakan, misalnya ilmu sihir,
nujum, dan perdukunan.
b. Ilmu terpuji (mahmudah), yaitu ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, serta ilmu yang dapat mendekatkan
diri manusia kepada Allah swt.
c. Ilmu terpuji dalam batas-batas tertentu, dan tidak boleh dipelajari secara
mendalam, karena akan mendatangkan atheis (ilhad) seperti ilmu filsafat.
Selanjutnya, Al-Ghazali membagi ilmu model ini kepada ilmu macam, yaitu:
10
1) Olahraga (riyadhiyah), seperti ilmu teknik, matematika, dan organisasi;
2) Ilmu logika (manthiq) yang digunakan untuk mendatangkan pemahaman dan
bukti dari dalil syari;
3) Ilmu teologi (uluhiyah), yaitu ilmu yang digunakan untuk memperbincangkan
Tuhan, seperti ilmu kalam;
4) Ilmu kalam (thabiyyah), yaitu ilmu yang digunakan mengetahui sifat-sifat
jasmani, seperti psikologi dan sebagainya;
5) Ilmu politik dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan dunia.
6) Ilmu pengetahuan menurut sumbernya, terbagi:
a. Ilmu syariyyah, yaitu ilmu-ilmu yang didapat dari wahyu ilahi dan sabda
Nabi saw.
b. Ilmu aqliyah, yaitu ilmu yang berasal dari akal pikiran setelah mengadakan
eksperimen dan akulturasi.
Konferensi di Islam adab 11 menghasilkan keputusan bahwa isi kurikulum terbagi
atas dua macam, yaitu perennial (naqliyah) dan acquired (aqliyah). Perennial diterima
melalui wahyu yang terdapat pada Al-quran dan As-Sunnah, sedangkan acquired
diperoleh melalui imajinasi dan pengalaman indra. Adapun rinciannya sebagai berikut.
1. Grup perennial, yaitu ilmu Al-quran, meliputi qiraati, hifzh, tafsir, sunnah,
sirah, tauhid, fiqh, ushu fiqih, bahasa Al-Quran (baik fonologi, sintaksis,
maupun semantik).
2. Grup acquired, yaitu:
a. Seni (imajinatif), meliputi seni islam arrsitektur, bahasa, dan sebagainya;
b. Seni intelek, meliputi pengetahuan sosial, kesusastraan, filsafat, pendidikan,
ekonomi, politik, sejarah, peradaban islam, ilmu bumi, sosiologi, linguistic,
psikologi, antropologi, dan sebagainya;
c. Ilmu murni, meliputi engineering dan teknologi, ilmu kedokteran, pertanian,
kehutanan, dan sebagainya;
d. Ilmu praktik (practical science), meliputi ilmu perdagangan, ilmu administrasi,
ilmu perpustakaan, ilmu kerumahtanggaan, ilmu komunikasi, dan sebagainya.
E.
11
Tujuan;
Isi atau program;
Metode atau proses pembelajaran; dan
Evaluasi.
Adapun dalam mendesain kurikulum pendidikan Islam berdasarkan komponen-
komponen kurikulum diatas, yaitu harus dimulai dari penyusunan atau perumusan
tujuan menurut Islam. Dan tujuan pendidikan Islam tidak lain sebagai berikut:
1. Jasmaninya sehat dan kuat;
2. Akalnya cerdas dan pandai;
3. Hatinya dipenuhi iman kepada Allah.
Untuk mewujudkan muslim seperti itu, pendesainan kurikulum dapat dilakukan
dengan kerangka sebagai berikut:
1. Untuk jasmani yang sehat dan kuat disediakan mata pelajaran dan kegiatan
olahraga dan kesehatan.
2. Untuk otak yang cerdas dan pandai disediakan mata pelajaran dan kegiatan yang
dapat mencerdaskan otak dan menambah pengetahuan seperti logika dan
berbagai sains.
7
Samsul Nizar. 2013. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. V. Jakarta: Kencana. Hal: 79
3. Untuk hati yang penuh iman disediakan mata pelajaran dan kegiatan agama.
Sementara itu, mata pelajaran dapat didesain sesuai dengan:
1. Perkembangan kemampuan siswa yang bersangkutan;
2. Kebutuhan individu dan masyarakatnya menurut tempat dan waktu.
Dan pendesainan kurikulum itu dengan memberikan pertimbangan, sebagai
berikut:
1. Prinsip berkesinambungan;
2. Prinsip berurutan; dan
3. Prinsip integrasi pengalaman.
12
Karena tujuan pendidikan disegala tingkatan dan jenis pendidikan berintikan
iman, maka seluruh mata pelajaran dan kegiatan belajar haruslah bertolak dari dan
menuju kepada keimanan kepada Allah. Dengan cara begitu maka kesatuan pengalaman
siswa akan terbentuk dan kesatuan pengalaman itu dikendalikan oleh otoritas Allah.
Dalam keadaan seperti itu, manusia akan mampu menempati posisinya sebagai kholifah
Allah yang memiliki otoritas tak terbatas dalam mengatur alam ini.
Jadi, inti (core) kurikulum pendidikan Islam adalah kehendak Allah. Dengan ini
maka kesatuan pengetahuan dan pengalaman akan berpusat pada Allah, pengaturan
kehidupan akan sesuai dengan kehendak Allah.
Kerangka kurikulum Islam sebagaimana dilukikan diatas adalah kurikulum yang
umum,
dapat
dan
dijadikan
acuan
oleh
orang
islam
dalam
mendesain
Tujuan;
Isi kurikulum (materi)
Metode
Evaluasi
Jika kita diterapkan teori itu dalam mendesain kurikulum, maka langkah-
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet. IV. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 212
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian yang sudah diketahui bahwa kurikulum merupakan
landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan
pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan Islam bukanlah proses yang
dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi
manusia, transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang harus
terususun. Dari penjelasan tersebut maksud kurikulum pendidikan Islam adalah
kurikulum pendidikan yang berasaskan ajaran Islam, yang bersumber dari Al-Quran,
Al-Hadits, Ijma` dan lainnya.
Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan
akhlak.
2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal dan rohani.
3. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
4. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus dan pendidikan
jasmani.
5. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan kebudayaan yang
sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan
zaman.
Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
16
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan dan Beni Ahmad Saebani. 2010. Ilmu Pendidikan Islam Jilid II. Bandung:
Pustaka Setia.
Daradjat, Zakiah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.
Kurinasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Cet. II. Surabaya: Kata Pena.
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet. IV. Jakarta: Bumi Aksara.
Nizar, Samsul. 2013. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. V. Jakarta: Kencana.
Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
17