MANAJEMEN KONFLIK
( Strategi Konflik )
Makalah ini dibuat guna memenuhi mata kuliah Manajemen Konflik
Disusun Oleh :
NURDIN MUNTHE
37.13.3.035
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah
Strategi Konflik Manajemen Konflik ini sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Manajemen Konflik.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu mengumpulkan
dan mengkaji materi Strategi dan Konflik dari berbagai referensi dan pandangan kami
sendiri. Kami menggunakan metode penggumpulan data ini, agar makalah yang kami susun
dapat memberikan informasi yang akurat.
Sejalan dengan dinamika bangsa ini yang terus mencari generasi yang terbaik. Maka
kami mendukung niat baik itu dengan berusaha menyusun makalah ini semampu kami.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini pada
penulisan-penulisan berikutnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Oda Kinata Banurea sebagai pengajar mata
kuliah Manajemen Konflik yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah
makalah ini selesai tepat pada waktunya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
B. Rumusan Masalah
iv
B. Konponen Strategi
C. Jenis-jenis Strategi
E. Defenisi Konflik
F. Penyebab Konfllik
B. Mengendalikan Konflik
D. Penanganan Konflik
12
14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
ii
BAB I
PNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan fenomena dinamika yang tidak dapat dihindarkan dalam
kehidupan organisasi, bahkan konflik selalu hadir dalam setiap hubungan kerja antara
individu dan kelompok. Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang
terpisah dan berbeda kepada masing-rnasing orang dan menjamin tugas -tugas tersebut
terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri
bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut Swastha,
sebuah organisasi itu terdiri atas orang-orang yang melakukan tugas-tugas yang berbeda yang
dikoordinir untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragama. Manusia mempunyai perbedaan jenis kelamin,
strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran, politik,
serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut konflik tidak dapat dihindaridan
selalu akan terjadi. Dari sini ada benarnya jika sejarah umat manusia merupakan sejarah
konflik.
Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara, bangsa,
organisasi, perusahaan dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan
pertemanan. Konflik terjadi di masa lalu, sekarang dan pasti akan terjadi di masa depan.
Dengan demikian manusia selalu dihadapkan pada konflik selama hidupnya, untuk itu kita
harus memahami apa itu konflik dan bagaimana langkah-langkah agar dapat terbebas dari
konflik tersebut
Dengan kata lain organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja bersamasama ke arah suatu tujuan. Kerja sama untuk mencapai tujuan merupakan kebutuan individu
dalam era globalisasi seperti sekarang ini dan di masa yang akan datang tak seorang pun
individu yang dapat melepaskan diri dari organisasi. Melalui organisasi interaksi individu,
kelompok dapat menjadi efektif apa yang yang menjadi tujuan pribadinya akan dapat
dicapai.Di dalam organisasi terdiri dari individu dan kelompok yang selalu berinteraksi baik
dalam kerja sama maupun perbedaan. Perbedaan ini merupakan situasi ketidaksepahaman
iii
antara dua individu atau lebih terhadap suatu masalah yang merekahadapi di dalam sebuah
organisasi.
Perbedaan pada individu merupakan potensi manusia yang dapat menjadi potensi
positif maupun negatif. Upaya menumbuhkan/mengembangkan potensi positif dan
meminimalkan potensi negatif adalah upaya penanganan konflik.
Penanganan konflik terkait dengan kapasitas seseorang menstimulasi konflik,
mengendalikan konflik, dan mencari solusi pada tingkat yang optimum. Kemampuan yang
diperlukan dalam rangka penanganan konflik ini terwujud dalam bentuk keluasan pandangan
dan wawasan seseorang dalam rnemandang setiap persoalan, baik yang memiliki perbedaan,
maupun yang sama dengan kerangka pemikirannya. Ketrampilan penanganan konflik
terwujud dalam bentuk pencarian solusi terhadap konflik-konflik yang terjadi sehingga tidak
berdampak buruk terhadap individu maupun organisasi. Konflik dapat menimbulkan dampak
baik yang sifatnya konstruktif maupun yang destruktif. Karena dampak yang ditimbulkannya
tidak selamanya jelek, maka perlu dikelola dan penanganan yang baik. Berdasarkan uraian
tersebut diatas maka kajian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu strategi apakah yang
digunakan dalam penanganan konflik pada organisasi?
B. Rumusan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah yang tersaji dalam makalah ini antara lain :
1. Defenisi Strategi.
2. Konponen Strategi.
3. Jenis-jenis Strategi.
4. Melakukan Manajemen Strategi.
5. Defenisi Konflik.
6. Penyebab Konfllik.
7. Penyebab Konflik.
iv
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. DEFENISI STRATEGI
Griffin Mendefenisikan strategi sebagai rencana komprehenshif untuk mencapai
tujuan organisasi. (Strategy is a comprehenshif plan for accomplishing an organizations
goals). Tidak hanya sekedar mencapai, akan tetapi strategi juga dimaksudkan untuk
mempertahankan keberlangsungan organisasi dilingkungan dimana organisasi tersebut
menjalankan
aktivitasnya.
Bagi
organisasi
bisnis,
strategi
dimaksudkan
untuk
2. Ruang Lingkup
Yang dimaksud dengan ruang lingkup adalah lingkungan di mana organisasi atau
perusahaan tersebut beraktivitas. Lokal, regional, atau internasional adalah salah satu contoh
ruang lingkup dari kegiatan organisasi. Oleh karenanya, strategi yang akan dilakukan
mencakup ruang lingkup yang dihadapi oleh perusahaan.
3. Distribusi Sumber Daya
Yang dimaksud dengan distribusi sumber daya adalah bagaimana sebuah perusahaan
memanfaatkan dan mendistribusikan sumber daya yang dimilikinya dalam menerapkan
stratgei perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan raksasa General Electric memanfaatkan
profit yang diperolehnya dari Amerika untuk diinvestasikan di Asia dan Eropa sebagai
stratgei ekspansi yang dilakukannya.
C. JENIS STRATGI
Menurut Griffin, secara umum strategi dapat dibagi menjadi dua jenis dilihat dari
tingkatannya. Pertama adalah strategi pada tingkat perusahaan (corporate-level strategy)
kedua, strategi pada tingkat bisnis (bussiness level strategi). Strategi pada level perusahaan
atau korporat dilakukan perusahaan ssehubungan dengan persaingan antar perusahaan dalam
sektor bisnis yang dijalankannya secara keseluruhan. Persaingan yang ditunjukan melalui
Mie Sedap dan Supermie Rasa Sedap, pada level perusahaan sesungguhnya menunjukan
persaingan antara kelompok perusahaan indofood dan wings food, yaitu persaingan pada
bisnis makanan. Strategi pada level bisnis adalah alternatif strategi yang dilakukan oleh
perusahan sehubungan dengan persaingan bisnis yang dijalankannya pada beberapa jenis
bisnis yang diperdagangkan. Ketiga yaitu strategi pada tingkat fungsional (fungtional level
strateg). Iklan yang berganti-ganti pada produk Sunslik dan Pantine (yang seolah-olah saling
berbalasan satu dengan yang lain) menunjukan strategi pada tingkat fungsional, dimana
kedua perusahaan melakukan strategi pada bagian pemasarannya, khususnya padda tingkat
periklanannya.
Dengan menggabungkan kedua pembagian tadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga jenis strategi yang dilihat dari tingktannya, yaitu strategi ditingkat perusahaan, strategi
ditingkat bisnis, dan strategi ditingkat fungsional.
D. MELAKUKAN MANAJEMEN STRATEGIS
atau tidak dipercayai atau kecurangan; 7) keperibadian yang tidak cocok antar satu dengan
yang lainnya; 8) orang-orang saling bergantungan dengan yang lainnya; 9) orang-orang yang
dipaksa untuk bekerja keras demi kepentingan peribadi; 10) perbedaan dalam nilai dan
keyakinan. (Husaini Usman Manajemen (2009: 468).
Penyebab utama konflik adalah tujuan yang saling bertentangan. Meskipun orang
biasanya masuk kesituasi konflik dengan membawa tujuan tertentu, tujuan itu mungkin
berubah saat situasi berkembang dan pemahaman meningkat. Saat tujuan berubah, demikian
pula halnya dengan komunikasi konflik.
Pada dasarnya ada dua tipe tujuan dalam situasi konflik:
1. Tujuan Konten (isi). Tujuan konten melibatkan isu atau alasan yang jelas dari
suatu perselisihan. Ini discirikan oleh isu-isu seperti persaingan untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas (komputer versus kantor), pengambilan
keputusan (partisipasi dalam keputusan, dan hak (menjaga keadilan).
2. Tujuan Relasional. Dalam setiap konflik, pihak yang berkonflik mengejar tujuan
yang kemungkinan kurang begitu jelas ketimbang tujuan konten. Tujuan
Relasional mendefenisikan arti penting masing-masing pihak bagi pihak lain,
jarak emosional yang ingin mereka berikan, sejauh mana pihak dilihat sebagai
satu unit, atau hak-hak dimana masing-masing pihak bersedia memberikannya
kepada pihak lain. Tujuan relasional tidak didiskusikan secara terbuka
sebagaimana tujuan konten karena hal itu bisa menyebabkan perhatian pada
perbedaan rasional. Tetapi tujuan ini tidak kalah pentingnya dengan tujuan konten.
Konflik mungkin tidak bisa tertata jika tujuan relasional juga belum tertata.
G. BENTUK KONFLIK
Organisasi terdiri atas orang-orang. Orang-orang membentuk kelompok atau tim-tim.
Orang-orang atau kelompok-kelompok tadi didalam suatu organisasi akan saling
berkomunikasi atau bergaul. Sudah menjadi kodrad alam bahwa dalam setiap pergaulan pasti
terjadi kesalahan dan kekhilafan. Karena manusia tempatnya slah dan khilaf. Oleh sebab itu,
5
konflik merupakan proses alamiah yang terjadi dalam setisp organisasi sekaligus merupakan
dinamika organisasi dan kehidupan pribadi anggota organisasi. Dengan demikian, dalam
setiap organisasi dan individu selalu terjadi konflik. (Husaini Usman Manajen (2009: 467)
Konflik dapat terjadi lima bentuk, yaitu 1)konflik dengan diri sendiri (konflik dengan
hati nurani sendiri) atau (interersonal), 3) konflik diri sendiri dengan kelompok, 4) konflik
kelompok dengan kelompok dalam satu organisasi (intergroup), dan 5) kelompok
antaroranisasi (antargroup).
BAB III
PEMBAHASAN
Kebanyakan diantara kita sejak masa anak-anak telah diajarkan untuk menghindari
konflik dan bahkan ketidak sepakatan. Sering kali kita mendengar dari orang tua kita
berhenti bertengkar, tunjukanlah sikap persahabatan dan jangan berselisih.
Tetapi menurut Elsie Boulding, kecendrungan kita (yang berkaitan dengan soal
kultur) untuk tidak menunjukan sikap menentang, tidak selalu bersifat produktif.
Sikap menahan konflik terhadap konflik demikian merupakan salah satu kendala yang
dihadapi para manajer dalam rangka upaya mereka menstimulasi konflik yang bersifat
produktif.
A. STRATEGI MENGATASI KONFLIK
Frost dan Wilmot seperti yang dinyatakan (Kreps, 1986) mengidentifikasikan empat
strategi untuk mengatasi konflik, yaitu (1) menghindari (avoidance), (2) eskalasi, (3) reduksi,
dan (4) pemeliharaan (maintenance). Menghindar, artinya meningkatkan intensitas
pertentangan. Reduksi, artinya menurunkan intensitas pertentangan. Pemeliharaan, artinya
menjaga keseimbangan perbedaan.
Dunnete memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dalam lima kemungkinan,
yaitu 1) jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi maka gunakan pemaksaan
(forcing) atau compting, 2) jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah maka
gunakan penghindaran (avoiding), 3) jika kerja sama dan kepuasan diri seimbang (cukup)
maka gunakan kompromi (compromising), 4) jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri sendiri
tinggi maka gunakan kolaboratif (collaborating), dan 5) jika kerja sama tinggi dan kepuasan
diri sendiri rendah maka bunakan penghalusan (smoothing). (Husaini Usman Manajemen
(2009: 468).
Uraian tersebut digambaran seperti berikut:
Pemeriksaan
Kolaboratif
Kepuasan Diri
Penghindaran
Penghalusan
Kompromi
7
Forcing (pemaksaan) menyangkut penggunaan kekerasan, ancaman, dan taktik-taktik
penekanan yang membuat lawan melakukan seperti yang dikehendaki. Pemaksaan hanya
coock dalam situasi tertentu untuk melaksanakan perubahan yang penting dan mendesak.
Pemaksaan dapat mengakibatkan bentuk perlawanan terbuka dan tersembunyi (sabotase).
Avoding (penghindaran) berarti menjauh dari lawan konflik. Penghindaran hanya
cocok bagi individu atau kelompok yang tidak tergantung pada lawan individu atau kelompok
konflik dan tidak mempunyai kebutuhan lanjut untuk berhubungan dengan lawan konflik.
Andaikata kelompok-kelompok yang sedang bersengketa mendatangi manajer mereka
untuk mencapai suatu keputusan tentang persoalan yang dihadapi, tetapi sang manajer
tersebut tidak menunjukan sikap tertentu, maka kiranga ada pihak yang puas terhadap situasi
tersebut. Pura-pura tidak mengetahui adanya suatu konflik merupakan bentuk menghindari
yang sering kali terlihat dalam praktik.
Bentuk lain adalah keengganan untuk menghadapi konflik dengan jalan mengulurulur waktu dan memberikan alasan tunggu sampai lebih banyak keterangan tersedia.
Compromising (pengompromian) berarti tawar menawar untuk melakukan kompromi
sehingga mendapatkan kesepakatan. Tujuan masing-masing pihak adalah untuk mendapatkan
kesepakatan terbaik yang saling menghargai dan saling percaya.
Collaborating
berarti
kedua
belah
pihak
yang
berkonflik
masih
saling
B. MENGENDALIKAN KONFLI
Sebagai manajer, anda bertanggung jawab untuk membantu mengelola konflik
sebelum konflik itu masuk dalam tahap penyelesaian. Anda bisa mengelola lingkungan yang
menjadi lahan konflik dan meminimalkan kemungkinan konflik yang harus dipecahkan. Ini
bisa dilakukan dengan beberapa cara. Anda harus memantau cara iklim organisasi dan
mengamati situasi yang memunculkan konflik disfungsional.
Dengan menggunakan metode-metode yang kreatif, sering kali anda dapat
memperbanyak ketersediaan sumber daya. Karena sumber daya dan alokasinya sering
membuka pintu konflik, maka anda bisa mengelola situasinya dengan memperluas
ketersediaan sumber daya atau menyediakan sumber daya alternatif. Kadang-kadang upaya
ini berarto mentransfer dana atau mengalokasikan sumber daya yang menjadi tanggung jawab
anda. ( Patricis Buhler Management Skil (2007: 167).
C. PETUNJUK PENDEKATAN SITUASI KONFLIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D. PENANGANAN KONFLIK
Konflik termasuk jenis khusus frustrasi yang memerlukan memilih antar alternatif.
Dalam hal ini konflik tidak sebagai benturan keinginan langsung sebagaimana frustrasi,
melainkan sebagai benturan ketegangan yang penanganannya (conflict handling)
memerlukan pemilihan alternatif, dan bila sudah tertanggulangi maka ketegangannya akan
segera hilang. Oleh sebab itu, tentunya dalam penanganan konflik perlu mengetahui langkahlangkah proses.
Langkah-langkah dalam proses konflik pertama merupakan awal dari pengalaman
perilaku frustrasi dalam kesanggupan mencapai tujuan yang diinginkan, kedua sebagai9
konseptual situasi perilaku frustrasi, ketiga sebagai wakil penerang dari koseptual situasi, dan
keempat bagian dari reaksi dan kelima sebagai hasil dari beberapa produk konflik. Kelima
langkah tersebut menggambarkan sebagai kesatuan episode konflik satu ke episode konflik
lainnya, sehingga proses konflik merupakan konsekuensi dari proses yang satu menuju dan
berkembang ke proses konflik lain. Oleh sebab itu dalam penanganan konflik harus berpijak
dari titik dan episoda mana konflik terjadi. Demikian pula dalam melakukan penanganan dan
penanggulangan konflik dalam organisasi perlu diketahui misi, visi, ruang lingkup, kegiatan,
budaya dan produk organisasi tersebut dalam melakukan berbagai penanggulangan dan
penanganan konflik, sehingga dalam budaya organisasi dapat mengidentifikasikan dan
melakukan intelligensi atau penelusuran konflik yang timbuldi dalamnya, sehingga
penanggulangan dan penanganan konflik merupakan salah satu ciri budaya organisasi dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
Berikut merupakan tingkat-tingkat dalam konflik organisasi:
1. Penanganan Konflik Intrapersonal dalam Organisasi
Konflik intrapersonal sebagai konflik internal individual yang sulit dianalisis, pada
prinsipnya konflik intrapersonal merupakan hubungan antara kebutuhan, motif (usaha untuk
meraih) dan tujuan yang hendak dicapai atau need-drive-goal. Oleh sebab itu penangan
konflik intra personal harus dilihat dari aspek motivasi dari seseorang dalam menanggulangi
hambatan yang menghadang dirinya. Jadi seorang pemimpin atau pengelola organisasi bila
melihat bawahannya mengalami konflik intrapersonal yang perlu diperhatikan adalah
menelusuri apa yang menjadi tujuan individualnya bekerja dan apa penghalang dalam
melakukan tugas kerjanya di organisasi.
Sumber konflik intrapersonal tersebut menurut Massie dan Douglas adalah berawal
dari suatu kebutuhan pribadi yang memotivasi individu seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu, tetapi dalam perjalanannya mengalami halangan besar sebagai jenis frustrasi,
10
sehingga individu orang tersebut menghadapi kedua tujuan yang bersifat positif maupun
negatif serta dituntut untuk bersaing dalam memilih tujuan. Bentuk konflik tersebut ternyata
menghasilkan aspek tujuan postif dan negatif serta persaingan tujuan, dimana individu
seseorang harus memilih alternatif. Karena konflik intrapersonal merupakan konflik internal
individu dan bersifat pribadi, jadi bisa saja penghalang dari lingkungan organisasi yang
masuk ke dalam pribadinya atau dari dalam dirinya sendiri, maka cara menanggulangi
konflik intrapersonal dalam organisasi adalah melalui diskusi atau konsultasi antara
pimpinan organisasi dan individu tersebut sepanjang ada keterbukaan diri (self disclosure)
dari individu orang tersebut atau bila mungkin berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater
yang relevan dengan konflik antara masalah pribadi dengan tugas kerjanya. Tetapi pada
prinsipnya konflik intrapersonal yang paling bekepentingan adalah individu orang itu sendiri.
Bila konflik intrapersonal tersebut diimplementasikan dalam kegiatan akademik maka baik
mahasiwa staf maupun pimpinan-pimpinan lembaga pendidikan, maka konflik intrapersonal
bersumber kepribadian yang terpantul dan terkadang menganggu kuliah atau tugas kerjanya.
2. Penanganan Konflik Interpersonal dalam Organisasi
Konflik interpersonal atau antarpersonal didasari oleh emosi seseorang yang terjadi
karena tidak adanya keseimbangan apa yang diharapkan dengan apa yang diperolehnya. Hal
itu mengakibatkan terjadinya perbedaan yang dapat menimbulkan perselisihan, pertengkaran
dan lain sebagainya yang pada dasarnya terjadi antagonis dalam proses interaksi antar
individu atau personal dalam kegiatan akademik. Banyak faktor sebagai penyebab konflik
interpersonal, oleh sebab itu dalam penanganan konflik interpersonal harus melihat beberapa
aspek sumber yang menyebabkan timbulnya konflik tersebut. Sebagian besar dari konflik
interpersonal berasal dari rintangan personal komunikasi, hal tersebut sesuai dengan
pandangan Stromberg dan Westerlund yang dikutip oleh Miner baliwa halangan komunikasi
dapat menimbulkan pseudoconflict, yaitu hasil dari ketidaksanggupan dari partisipan dalam
mencapai keputusan kelompok, karena terjadi kegagalan dalam pertukaran informasi, opini
atau ide, sekalipun dalam kelompok sudah memiliki persetujuan bersama.
Konflik interpersonal yang relevan dengan akademik adalah dalam pelayanan
mahasiswa, dimana terjadinya konflik interpersonal antara mahasiswa dengan staf, karena
kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi, gagasan maupun ide, sehingga dalam
proses pelayanan mahasiswa lebih cenderung menerapkan ketentuan-ketentuan kaku yang
sering tidak cocok dengan ide maupun opini mahasiswa maupun staf akademik dalam
melakukan tugasnya.
Faktor lain timbulnya konflik interpersonal tidak adanya kepuasan perannya
dibanding dengan peran orang lain, tetapi yang sering timbul konflik interpersonal
11
disebabkan karena konflik situasi, yang terakhir konflik interpersonal dapat juga disebabkan
karena perbedaan etnis dan ketidakpuasan peranan antara orang satu terhadap orang lain
dapat bersifat obyektif ataupun subyektif. Bila dalam tolok ukur penilaian organisasi, dimana
pemimpin memiliki kepribadian yang adil dan bijaksana tentunya akan obyektif dalam
menentukan peranan staf akan disesuaikan dengan kemampuannya,tetapi bila berdasarkan
subyektifltas suka dan tidak suka maka akan menumbuhkan konflik antara pimpinan dan staf
yang berdampak terjadi konflik antar staf dengan staf dan bahkan bila kondisi tersebut
mengembang juga akan menimbulkan konflik interpersonal antar pimpinan dengan pimpinan.
Dalam menangani konflik interpersonal yang terbaik dalam organisasi lembaga pendidikan
harus kembalipada aturan dan tata tertib dan garis kebijakan lembaga pendidikan sebagai
tolok ukur yang dapat menanggulangi konflik interpersonal sekalipun terkadang emosi setiap
anggota organisasi akan terus terlibat di dalamnya. Di samping itu perlu adanya penumbuhan
jiwa besar dari semua pihak yang terutama pimpinan atau pengelola organisasi lembaga
pendidikan sebagai panutan dari stafnya.
3. Penanganan Konflik Antar Kelompok dalam Organisasi
Dalam organisasi terdiri dari kelompok-kelompok atau unit kerja, yang masingmasing berusaha untuk memperoleh dan mencapai kepuasan tertentu dalam mencapai tugas
dan tujuan organisasi, hal tersebut sering terjadi konflik yang sering disebut konflik antar
kelompoki (intergroup conflict) sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini
sering terjadi karena iklim atau atmosfer sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.
9. SOLUSI DAN METODE DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK
Ada beberapa solusi yang kiranya dapat dilaksanakan dalam usaha usaha
menyelesaikan konflik, yaitu:
1. Melakukan dan menerapkan konep bekerja yang berkolaborasi dan menjauhhi
sikap kerja yang bersaing secara negatif. Berkolaborasi adalah suatu situasi
dimana pihak-pihak pada suatu konflik masing-masing sangat berkeinginan untuk
memuaskan sepenuhnya kepentingan dari semua pihak. (Irham Fahmi
Manajemen Pengambilan Keputusan (2011: 204)
2. Merencanakan konsep adaptasi terhadap dimana perusahaan tersebut berada. Jika
kantor induknya dinegara Amerika, maka ketika ia membuka kantor cabang
kenegara lain seperti negara manyiritas muslim maka ia harus menerapkan dan
mengadoptasi dengan konsep budaya muslim yang berlaku disana, misalnya
12
Tujuan alasan
Kompromi
Komando otoritatif
Mengubah variabel
manusia
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam sebuah organisasi,
disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak
individu & kelompok yang memiliki sifat & tujuan yang berbeda satu sama lain.
Kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat
dieliminir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik
individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun
konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik
merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada
keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani
dengan baik serta mengalami eskalasi secara terbuka dapat merugikan kepentingan
organisasi.
Dari referensi tersebut maka upaya dalam penanganan konflik baik yang bersifat
interpersonal, intergroup maupun interorganization dapat ditanggulangi dan diselesaikan
secara efektif. Hal ini merupakan tantangan sekaligus sebagai peluang untuk belajar dan
menambah pengalaman para pemimpin atau pengelola organisasi lembaga pendidikan saat ini
maupun masa mendatang.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kitik dan saran
yang membangun kepada penulis demi kesempurnaannya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16