Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Secara hakiki, pendidikan merupakan proses pembinaan fitrah manusia dan
tranformasi budaya yang dilakukan secara seimbang dan integral. Keseimbangan
pada pembentukan dimensi spiritual dan dimensi kultural mengiringi manusia pada
peningkatan kualitas, ilmu, iman dan amalnya, baik secara vertical maupun secara
horizontal. Disinilah posisi manusia dilihat sebagai pilihan yang tepat untuk
mengembn amanah, puncak ciptaan yang sempurna, yang mendudukkan manusia
dalam fungsi gandanya, sebagai khalifah dan sebagai pengabdi.
Tak pelak lagi, pendidikan menjadi kebutuhan dasar (basic need) bagi setiap
orang. Hanya dengan pendidikan yang baik, seseorang akan mengetahui hak dan
tanggung jawabnya sebagi individu, anggota masyarakat dan sebagai makhluk
Tuhan. Karena itu pendidikan adalah hal yang fundamental.

1
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam
A. Hakikat Masyarakat
Manusia ialah makhluk berbudaya. Setiap pikiran, langkah, gerak dan merasa
terhadap sesuatu melahirkan budaya. Sedangkan hewan dan benda mati lainnya
tidak memiliki dan tidak melahirkan budaya. Selagi makhluk yang berfikir dan
merasa, manusia merespon segala persoalan hidup dengan cara kreatif, konstruktif
dan produktif sehingga melahirkan budaya.bagaimanapun hakikat kebudayaan itu
adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam
kesatuan ruang dan waktu.1
Jadi kebudayaan berdimensi manusia, kehidupan, ruang dan waktu. Disini dapat
ditambah bahwa kebudayaan adalah buah atau produk (hasil) interaksi manusia dan
lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya. 2 Dengan kata lain, kebudayaan
meliputi kehidupan manusia, baik secara individual maupun kelompok sejak dari
lahir sampai meninggal dunia, sejak dari pendidikan masa kanak-kanak samapai
dan belajar agma sampai menajalni kehidupan, mengurus tanaman, hewan ternak
menggunakan alat-alat, membentuk keluarga serta membentuk hubungan sosial,
ekonomi, politik, menyediakan saran mempertahan diri dan kelompoknya,
menyediakan sarana pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit serta
mempelajari ilmu-ilmunya.
Menurut Loren Bagus di kutip dari Hermawan masyarakat berasal dari bahasa
inggris yang disebut dengan istilah society, dari bahasa Latin societas (socio
mengambil bagian, berbagi, menyatukan). Masyarakat adalah suatu kumpulan
orang-orang atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuantujuan yang sama. Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian masyarakat
adalah:3

Usiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007) h. 65.
Muhammad Amin Al-Masri, Pedoman Pendidikan Masyarakat Islam Modren,
(Bandung: Husaini, 1987), h. 24.
3
Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009), h. 48-49.
2

2
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

1. Plato tidak membedakan antara pengerrtian negara dan masyarakat. Negara


tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang
lebih besar. Negara sama dengan masyarakat.
2. Aristoteles membuat perbedaan antara pengertian negara dan masyarakat.
Negara adalah kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri
dari keluarga-keluarga.
3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu
pandangan tentang masyarakat sebagai lebih dari satu agregat (gerombolan)
individu-individu.
Ada juga teori tentang masyarakat pascaindustri menurut Loren Bagus (1996)
dalam Hermawan (2009: 49). Dalam pandangan teori masyarakat pascaindustri,
perkembangan masyarakat ditentukan oleh tingkat perkembangan insdutri yang
dapat dilihat dari pendapatan kotor masyarakat (GNP). Ciri khas masyarakat
pascaindustri adalah meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam industryindustri pelayanan dan dalam produksi rohani (9/10 atau lebih dari populasi tenaga
kerja) dan kurangnya orang yang bekerja dalam produksi industry dan dalam
pertanian. Ciri penting lainnya adalah pengurangan waktu kerja dalam setahun,
pertumbuhan populasi nol, reorientasi perekonomian dan kebudayaan. 4
Sedangkan secara bahasa, kata masyarakat berasal dari bahasa Arab
syarikat yaitu pembentukan suatu kelompok atau golongan atau kumpulan. Dalam
bahasa Inggris, pergaulan hidup disebut social (sosial), hal ini di tujukan dalam
pergaulan

hidup

kelompok

manusia

terutama

dalam

kelompok

kehidupan

masyarakat teratur.5
Beberapa unsur yang ada dalam suatu masyarakat, yaitu: (1) hidup bersama dua
orang atau lebih, (2) hidup bercampur dan bergaul cukup lama, (3) hidup dalam
suatu kesatuan yang utuh, (4) mereka sadar bahwa sistem kehidupan bersama
menimbulkan sebuah kebudayaan tersendiri, sehingga mereka merasa adanya
keterlibatan di antara mereka, (5) adanya anturan yang jelas dan disepakati
bersama.6
Menurut Murthadha Muthahhari yang dikutip dari Rahmad Hidayat (2016: 249),
masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang terkait oleh sistem-sistem
4

Ibid, h. 49.
Rahmad Hidayat dan Heni Syafriana Nasution, Filsafat Pendidikan Islam:
Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016), h. 248.
6
Ramayulis dan Samsul Nizal, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 65.
5

3
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan yang hidup bersama-sama
dalam wilayah tertentu, iklim dan bahan makanan yang sama.
Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang
telah cukup lama tinggal di suatu tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai
aturan tertentu tentang tatacara hidup mereka menuju satu tujuan yang sama
dengan menghasilkan sebuah kebudayaan. Dengan semikian rumusan tentang
masyarakat yaitu:
1. Adanya sekelompok manusia.
2. Adanya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur mereka.
3. Bertempat tinggal didaerah tertentu dan telah berjalan cukup lama.
4. Adanya kebudayaan atau adat istiadat setempat.
B. Konsep Masyarakat dalam Perspektif Filsafat Islam
Masyarakat dalam Islam sering di istilahkan dengan ummat atau umma. Istilah
ummah berasal dari kata amma artinya bermaksud (qasshada) dan berniat keras
lazima. Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni gerakan dan tujuan, dan
ketetapan hati yang sadar. Dan sepanjang kata amma itu pada mulanya mencakup
arti kemajuan maka tentunya ia memperlihatkan diri sebagi kata yang terdiri atas
empat arti, yakni usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan. 7
Kata umat menurut al-Asflhani dalam Hermawan (2009: 50), diartikan sebagai
semua kelompok yang dihimpun oleh sesuati, seperti agama yang sama, waktu atau
tempat yang sama baik pehimpunannya secara terpaksa atau kehendak mereka
sendiri.
Kata umat dalam al-Quran sesebut sebanyak 52 kali dalam bentuk tunggal alDamighani dalam kamus al-Quran-nya merinci sembilan pengertian, kata umat
terdapat dalam al-Quran yaitu: kelompok agama (tauhid), waktu yang panjang,
kaum, pemimpin, generasi seilam, umat Islam, orang-orang kafir, dan seluruh umat
manusia. Dalam al-Quran banyak sekali penggunaan istilah umat ini, misalnya:
1. Umat berarti agama yang satu.
2. Umat berarti segolongan/kelompok.
3. Umat berarti sekumpulan orang yang diberi peringatan.
4. Umatan wahidin berarti agaman yang satu (Islam).
7

Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Departemen Agama RI, 2009, h. 50.

4
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

5. Ummat berarti agama.


6. Umat berarti pemeluk agama.
7. Umatan wasathan berarti umat yang seimbang.
Walaupun Islam mengajaran bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik
harus bermula dengan menciptakan manusia yang baik, sebab individu itulah yang
merupakan unit terkecil dan masyarakat, namun masyarakat menurut Islam berbeda
dengan masyarakat menurut padangan barat. Dalam pandangan sosiologi modern
yang ada adalah perjanjian sosial (la contract social). Sedang dalam pandangan
Islam yang ada adalah perjanjian perseorangan (la contract individual) antara tiap
manusia dengan Tuhan. Apapu yang berlaku pada masyarakat baik atau buruk,
bergantung pada anggta-anggotaya (individu-individunya). 8
Adapun ciri-ciri masyarakat Islam ideal menurut al-Syaibani di kutip dari
Hermawan (2009: 51), adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat Islam wujud diatas tiang iman kepada Allah, Nabi, Rasul, Kitab
Samawi, hari akhirat, hari kebangkitan, perhitungan dan balasan.
2. Masyarakat Islam meletakkan agama pada tempat yang tinggi.
3. Masyarakat Islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan tata
susila. Segala kegiatan dan perbuatan insan ditundukkan kepada prinsip dan
kaidah yang diterima sebagai insaniah yang jelas.
4. Masyarakat Islam memberi perhatian utama kepada ilmu sebab ilmu
dianggap cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama.
5. Masyarakat Islam menghormati dan menjaga kehormatan insan, tidak
memandang perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta, dan keturunan.
6. Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam
masyarakat Islam.
7. Masyarakat Islam adalah masyarakat dinamis dan bertkat untuk berkembang
dan berubah dengan pesat dan terus meneur.
8. Kerja mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam masyarakat Islam. Ia
dianggap neraca untuk menentukan kemanusiaan insan. Sebagai sumber hal
dan kewajibannya. Kerja merupakan hak dan tanggung jawan manusia.
9. Nilai dan peranan harta diperhitungkan untuk menjaga kehormatan insan dan
membantu ummah. Pemilik harta hakiki adalah Allah. Sebab manusia
memiliki harta kekayaan sebagai amanah.
8

Ibid, h. 53.

5
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

10. Kekuatan dan keteguhan yang diatur oleh agama, akhlak dan ukuran
kebenaran, keadilan, kasih sayang dan ciri-ciri insanlah yang luhur dijadikan
tujuan. Baik kekuatan moral dengan beriman kepada Allah, melenhkapi diri
ataupun kekuatan material dalam bentuk kekuatan ekonomi, kemajuan ilmu,
teknologi, pembangunan, kemajuan sosialm dan persenjataan.
11. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima
pengaruh yang baik dari masyarakat lain terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan. Ia menyeru kepada sifat saling tolong menolong baik dalam
hubungan luar negeri ataupun didalam negeri.
12. Masyarakat Islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah,
tolong menolong, bantu membantu atara satu dengan lainnya.
Berkenaan dengan kenyataan sosial, al-Quran memberikan informasi tentang
karakter yang perlu dimiliki oleh masyarakat Islam. Karakter tersebut adalah: 9
a. Masyarakat komunikatif. Manusia adalah makhluk yang saling berhubungan,
saling neginformasikan ide, makna, konsep dan pengertian anta satu dengan
lainnya, melalui bahasa suara, isyarat dan gerak.
b. Masyarakat penafsir. Manusia dalam kultur yang berbeda akan memberikan
penafsiran yang berbeda pula. Penafsiran dan perilaku manusia merupakan
produk dari kultur lingkungannya. Dalam kaitan ini, Islam mentoleransi
keberangan kultur yang nilainya tidak bertentangan dengan al-Quran dan
Sunnah. Kultur yang demikian disebut dengan urf.
c. Masyarakat nilai. Nilai-nilai ajaran Islam merupakan satu kesatuan.
Masyarakat Islam adlah masyarakat yang patuh terhadap nilai-nilai.
Gambaran masyarakat yang memegang teguh nilai adalah masyarakat
madinah.
d. Masyarakat keluarga. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terditi atas
keluarga-keluarga. Institusi keluarga terbentuk karena perkawinan. Keluarga
merupakan pencipta generasi baru. keluarga merupan institusi masyarakat
Islam yang sangat penting.
e. Masyarakat berorientasi pada mustadhafin. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang sangat kuat memihak kepada masyarakat yang lemah. Al-

Ali Nurdin, Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-Quran,
(Jakarta: Erlangga, 2006), h. 327-327.

6
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

Quran

melarang

seseorang

atau

suatu

masyarakat

meneksploitasi

masyarakat lainnya.
f. Masyarakat egaliter. Masyarakat egaliter merupakan masyarakat yang penuh
dengan persamaan, terbuka bagi pengembnagan warganya, tanpa melihat
asal strata sosial warga yang bersangkutan.
Perwujudan masyarakat yang ideal merupakan harapan bagi seluruh manusia.
Konsepsi

masyarakat

ideal

tersebut

sering

berhubungan

dengan

tujuan

bermasyarakat. Salah satu konsep masyarakat yang diharapkan muncul adalah


konsep masyarakat madani.
C. Dasar Pembentukan Masyarakat Islam
Menurut Mustafa Abd. al-Wahid dalam Ramayulis (2009: 66), dasar-dasar
pembentukan masyarakat Islam adalah sebagai berikut:
1. Persaudaraan
Masyarakat yang dibina atas dasar persaudaraan yang menyeluruh, dan
diikat oleh kesatuan keyakinan yaitu tidak ada Tuhan yang hak disembah selain
Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Masyarakat Islam bersifat universal
dan tidak terikat oleh perbedaan bangsa atau bahasa, ataupun warna kulit. Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT yang menegaskan bahwa, Semua ummat
yang beriman adalah saudara, dan oleh karena itu harus saling berbuat kebaikan
antar sesamanya. (Q.S. al- Hujarat: 10). Persaudaraan model Islam ini berbeda
dengan persaudaraan Arab zaman jahiliah yang berdasarkan ashobiyah atau
kabilah tertentu. Persaudaraan dalam Islam memiliki makna yang lluas, yaitu
persaudaraan yang tidak terbatas pada seketurunan, tetapi meliputi seluruh
manusia yang sama akidahnya.
2. Kasih Sayang
Masyarakat Islam dibina atas dasar rasa kasih sayang antara satu sama
lainnya. hal ini sesuai dnegan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa,
Tak sempurna iman seorang muslim sebelum mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.
3. Persamaan
Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Adapun yang
membedakan hanyalah fungsinya masig-masing dalam masyarakat. Ada orang
7
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

yang menjadi pemimpin da nada yang dipimpin. Tak ada perbedaan dihadapan
Allah antara orang Arab dan orang ajam kecuali dengan taqwanya.
4. Kebebasan
Masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau kemerdekaan.
Hal ini merupakan hak asasi setiap manusia. Dalam agama Islam taka da
paksaan dalam beragama (la ikraha fi al-Din). Hal ini bukan berarti orang Isam
bebas tidak beragama. Umat Islam dituntut agar melaksanakan ajaran agamanya
dengan baik dan benar.
5. Keadilan Sosial
Masyarakat Islam dibina atas dasar berkeadilan sosial, yaitu keadila yang
merata bagi seluruh ummat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu
meletakkan sesuatu pada proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Illahi.
Allah menganjurkan agar setiap manusia berlaku adil walaupun terhadap dirinya
sendiri. Kedilan dalam Islam meliputi hal-hal yang bersifat material dan spiritual.
Dengan dasar diatas, Rasulullah SAW mampu membina ummat-nya secara
bijaksana. Bahkan beliau memberikan contoh teladan dalam semua aspek
kehidupannya. Dengan pendekatan tersebut, menjadikan kepemimpinannya
sukses dalam mengantarkan umat sebagai masyarakat yang madani. Hal ini
terbukti setelah beliau membina masyarakat bertahun-tahun, masyarakatnya
aman dan makmur di bawah naungan Ilahi. Bahkan masyarakat lain pun sangat
menghargainya dan tidak memandang enteng masyarakat Islam.
D. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan
individual, sosial, dan kultural. Pada skala mikro, pendidikan bagi individu dan
kultural. Pada skala mikro, pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung
dalam skala relatif terbatas, seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru
dan satu atau sekelompok kecil siswanya, antara suami dan istri dalam kelurga,
antara orang tua dan anak.10 Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia
sebagai individu berkembang potensinya dan perangkat pembawaannya lebih baik
dan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik dan
asli. Tidak ada manusia yang diharapkan mempunyai kepribadian yang dama
sekalipun ketereampilannya hampir serupa. Adanya individu dan kelompok yang
10

Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 165

8
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dan


kebudayaan secara progresif. Pada tingkat dan skala yang kecil, pendidikan
merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesame
(subjek) yang mansing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaaan hakiki dalam
nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) merupakan
perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain.
Pada skala makro, pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar,
seperti dalam masyarakat antardesa, antarsekolah, antarkecamatan, antarkota,
masyarakat antarsuku, dan masyarakat antarbangsa. 11 Dalam skala makro
masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial, yaitupelimpahan harta
budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda
dalam kehidupan masyarakat. Dengan kestabilan masyarakat berlangsung dengan
baik dan bersama-sama. Pada bentuk skala makro ini, pendidikan sebagai gejala
sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi, terutama komunikasi dua arah.
Pendidikan adalah aktivitas khas masyarakat. Ia hanya ada dan berlangsung
dalam lingkungan masyarakat manusia. Di satu sisi, pendidikan merupakan yang
secara inheren telah melekat dalam tugas kemanusiaan manusia. Disisi lain,
pendidikan juga merupakan sarana atau instrument untuk membentuk dan
mewujudkan tatanan masyarakat ideal yang dicita-citakan Islam. Karenanya
pendidikan tidak bisa dipisahka dari masyarakat. 12
Agar pendidikan dan pengajaran dirasakan oleh seluruh warga negara Indonesia,
tanpa perbedaan status ekonomi dan sosial dan untuk menghilangkan buta huruf
dan buta tulis, artinya mengurangu kebodohan sekaligus kemiskinan, pemerintah
menetapkan wajib belajar, yaitu program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tangung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
Wajib belajar sembilan tahun adalah penerapan teori pendidikan dan pengajaran
yang berupa untuk mengurangi pengangguran di masyarakat.
Teori pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pengembangan
pendidikan adalah:13
1. Teori yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan pengembangannya.
11

Ibid, h. 165.
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami:Membangun Kerangka Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), h. 37
13
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 165.
12

9
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

2. Teori tentang pelaksanaan pendidikan dan pengajaran kaitannya dengan


jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
3. Teori pengembangan potensi diri dalam pendidikan dan pengajaran kaitannya
dengan

tanggung

jawab

anggota

masyarakat

dan

peerintah

untuk

menyukseskan wajib belajar.


4. Teori lokalisasi pendidikan, yaitu pengembangan potensi kebudayaan local
dan peneriaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern demi
kemajuan dunia pendidikan.
5. Teori pengembangan kurikurikulum yang berbasis pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, potensi masyarakat dan budaya local, dan
keyakinan serta kepecayaan dalam ajaran agama yang dianut.
6. Teori pendidikan dan pengajran yang berbasis pada pengembangan minat
dan bakat anak didik dengan penerapan kurikulum kejuruan. Pendidikan yang
diarahkan pada pencapaian kelulusan yang siap kerja.
Pemahaman

teori-teori

tersebut

didukung

oleh

Undang-undang

Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut: 14


(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara didaerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap

warga

negara

berhak

mendapat

kesempatan

meningkatkan

pendidikan sepanjang hayat.


Demikian pula, pada pasal 6 yang menyebutkan sebagai berikut:
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap

warga

negara

bertanggungjawab

terhadap

keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan.

14

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

10
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

Pada bagian ketiga tentang Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 8 dikutip dari
Anas Salahudin (2009: 166) disebutkan Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Pasal 9 dikutip dari Anas Salahudin (2009: 166), menyebutkan Masyarakat
berkewajiban

memberikan

dukungan

sumberdaya

dalam

penyelenggaraan

pendidikan.
Selanjutnya pada bagian keempat tentang Hak dan Kewajiban Pemerintah dan
Pemerntah Daerah Pasal 10 disebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-undang tersebut mempertegas pentingnya pendidikan bagi masyarakat
dan harus dilaksanakan sejak dini.
Sistem pendidikan di masyarakat harus mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan
ukhrawi. Dengan demikian, semua cabang ilmu pengetahuan secara materiil
ataupun formal yang dikaji di timur dan di barat termasuk ruang lingkup pendidikan
bermasa depan. Dengan demikian, pendidikan tidak menganut sistem tertutup,
tetapi terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia, baik tuntutan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan pemenuhan kebutuhan
hidup rohaniah. Kebutuhan tersebut senakin luas sejalande ngan meluasnya
tuntutan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itum secara aplikatif, pendidikan
harus berwatak akomodatif pada tuntutan kemajuan zaman yang ruanglingkupnya
berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehdupan sosial. Hal demikian,
tampak jelas pada teorisasi pendidikan yang akan dikembangkan.
Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pendidikan berkewajiban mendukung
sepenuh jiwa dalam mengembangkan fisik dan nonfisik lembaga pendidikan karena
tanpa dukungan dari masyarakat, lembaga pendidikan tidak akan mengalami
kemajuan. Pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan dan
pengembangan seluruh kebutuhan kependidikan. Masyarakat harus menerima hahhaknya dalam pendidikan karena seluruh masyarakat berhak mengeyam pendidikan
untuk cerdas, maju dan sejahtera.
E. Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Masyarakat terhadap Pendidikan Islam
11
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

1. Peran Masyarakat terhadap Pendidikan Islam


Pemahaman konsep masyarakat ideal yang dicontohkan Rasulullah Saw.
Sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan konsep pendidikan yang islami.
Ada 5 hal yang menggambarkan hubungan antara konsep masyarakat dengan
pendidikan, yaitu:15
a. Gambaran masyarakat ideal harus dijadikan salah satu pertimbangan
dalam merancang visi, misi dan tujuan pendidikan. Dalam hubungan ini
visi pendidikan dapat dirumuskan dengan menyatakan bahwa pendidikan
sebagai pusat keunggulan bagi pembentukan masyarakat yang beradab.
Sedangkan misinya adalah membangun masa depan bangsa yang cerah.
Sedangkan tujuannya menghasilkan sumber daya manusia yang siap
memajukan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Islami.
b. Masyarakat yang ideal harus dijadikan landasan bagi pengembangan
endidikan yang berbasis masyarakat. Yaitu pendidikan yang melihat
masyarakat bukan hanya sebagai sasaran atau objek penyelenggaraan
pendidikan, melainkan sebagai mitra dan subjek penyelenggaraan
pendidikan. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keadaan simana
didalamnya

terdapat

berabagai

potensi

yang

amat

luas

untuk

diberdayakan bagi penyelenggaaan kegiatan pendidikan. Jika masyarakat


memerlukan tenaga pendidik (guru), pustakawan tenaga adminsitrasi dan
sebagainya untuk kegiatan pendidikan, maka semuanya itu dapat
dimintaan kepada lembaga pendidkan. Demikian pula jika pendidikan
memerlukan lapangan olahraga, tempat praktek ibadah, magang dan
sebagainya, maka semuanya itu dapat dimintakan pada masyarakat.
c. Perkembangan yang terjadi di masyarakat harus dipertimbangkan dalam
merumuskan tujuan pendidikan.
d. Pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat
atau lapangan kerja. Jika lapangan kerja saat ini membutuhkan tenaga
operator komputer, maka pendidikan harus menghasilkan lulusan yang
mampu

mengoperasikan

komputer.

Selanjutnya

jika

dunia

kerja

membutuhkan para dokter dan sebagainya.


15

Salminawati dan Sahkholid Nasution, Filsafat Pendidikan Islam: Menbangun


Konsep Pendidikan yang Islami, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2016), h.
75-76.

12
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

e. Perkembangan dan kemajuan yang terjadi di masyarakat harus dijadikan


landasan bagi perumusan kurikulum. Dengan cara demikian akan terjadi
link and match antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.
Hal ini amat penting diperhatikan karena dunia pendidikan sering
mandapatkan kritikan dari berbagai kalangan yang disebabkan karena
tidak mampu manghasilkan lulusan yang siap pakai.
Dalam perspektif Islam, kewajiban utama masyarakat adalah mengesakan
Allah Swt. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari perjanjian atau primodial
kolektif ummat manusia.
Hal tersebut bermakna bahwa manusia menempatkan eksistensinya
sebagai suatu komunitas yang diikat oleh perjanjian atau kontrak yang sama.
Karena itu, mereka memiliki kewajiban religious untuk menyeru dan
mengingatkan sesama komunitas untuk berpegang teguh pada kontrak atau
perjanjian primodial kolektif, yakni bersyahadah atau mengakui keberadaan
dan keesaan Allah Swt.
2. Tugas dan Tanggung Masyarakat terhadap Pendidikan Islam
Secara umum tugas-tugas dan tanggung jawab edukatif yang harus
dilaksnakan masyarakat antara lain:16
a. Mengarahkan diri dan semua anggota masyarakat untuk bertauhid dan
bertaqwa kepada Allah.
b. Masyarakat berkewajiban men-tadib dan men-tarbiyahkan syariat Allah
Swt., sebagaimana dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Diantara muatan
yang harus di didik-kan tersebut adalah agar manusia membaca ayat-ayat
Allah. Menyeru agar manusia menyembah Allah dan menjauhi thagut,
memberi putusan yang adil, membawa berita gembira dan memberi
peringatan, dan menjadi saksi bagi sesama ummat.
c. Masyarakat

berkewajiban

saling

menyeru

ke

jalan

Allah

dan

menganjurkan kepadayang maruf dan mencegah yang mungkar.


d. Masyarakat harus mendidik sesamanya untuk selalu berlomba-lomba
dalam meletakkan kebajikan, sebab diantara rahasia mengapa Allah Swt.,
menjadikan manusia itu berkelompok-kelompok, tidak satu ummat saja

16

Rahmad Hidayat dan Henni Syafriana Nasution, Filsafat Pendidikan Islam:


Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016), h. 258-259.

13
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

adalah untuk menguji dan melihat bagaiaman manusia berkompetisi


dalam melakukan kebajikan.
e. Masyarakat berkewajiban membagi rahmad Allah Swt., atau berkorban
untuk sesamanya, karena sesungguhnya Allah Swt., telah mensyariatkan
hal-hal yang demikian.
f. Masyarakat harus menegakkan sikap adil agar mereka bisa menjadi saksi
terhadap perbuatan sesamanya, sebagaimana Rasul diutus Allah Swt.,
untuk menjadi saksi atau perbuatan yang mereka lakukan.
g. Masyarakat

berkewajiban

mendidik

tanggung

jawab

pada

setiap

warganya, sebab mereka hanya hidup dalam suatu rentang waktu. Suatu
saat ajal akan menjemput tanpa dapat diundur atau dimajukan. Akan ada
masa dimana setiap ummat akan melihat buku catatan amalnya dan
menerima balasan terhadap segala sesuatu yang telah dikerjakan.
F. Fungsi Pendidikan Islam bagi Masyarakat
Adapun hubungann fungsi pendidikan Islam terhadap masyarakat adalah utnuk
memperbaiki (ishlah) kehidupan masyarakat meliputi: 17
1. Ishlah al-Aqidah, yaitu memperbaiki akidah umat. Islam telah mampu
memperbaiki akidah dari masyarakat yang menyembah berhala kepada
agama tauhid. Dalam Islam, dzat yang berhak disembah hanyalah Allah Swt.
2. Ishlah al-Ibadah, yaitu memperbaiki cara beribadah. Rasulullah saw, telah
memberikan contoh bagaimana cara shalat, puada, haji dan sebagainya.
3. Ishlah al-Ailah, yaitu perbaikan berkeluarga. Pernikaham diatur secermatcermatnya. Hak dan kewajiban suami dijelaskan. Demikian pula hak dan
kewajiban anak sera hak dan kewajiban pembentu bila ada. Dalam Islam,
kesemuanya akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah Swt., nantinya.
4. Ishlah al-Adah, yaitu memperbaiki adat. Sebagaimana adat bangas Arab
Jahiliyah yang etrkenal buas dan kejam, seperti mengubur anak-anak mereka
yang

perempuan

hidup-hidup

yang

dianggap

menurunkan

derajat

perempuan. Islam menegaskan bahwa jiwa manusia mahal sekali dan tidak
boleh dibinasakan kecuali dengan hak.
5. Ishlah al-Mujtama, yatu memperbaiki umat manusia, pada umumnya.
Masyarakat Islam tidah hanya bergaul dengan sesamanya saja, akan tetapi
17

Ibid, h. 261-262.

14
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

juga bergaul dengan yang bukan muslim. Hal ini diatur mallui ketentuan yang
diperlihatkan oleh Rasulullah Saw. Orang-orang Islam harus bergaul secara
baik dengan masyarakat non-muslim selama mereka tidak memusuhi umat
Islam. Mreka dibiarkan melakukan ibahda menurut keyakinannya masingmasing. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt., yang menyatakan: bagimu
agamamu dan bagiku agamaku.

15
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama tinggal di suatu
tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai aturan tertentu tentang tatacara
hidup mereka menuju satu tujuan yang sama dengan menghasilkan sebuah
kebudayaan.
Kata umat menurut al-Asflhani dalam Hermawan (2009: 50), diartikan sebagai
semua kelompok yang dihimpun oleh sesuati, seperti agama yang sama, waktu atau
tempat yang sama baik pehimpunannya secara terpaksa atau kehendak mereka
sendiri.
Sistem pendidikan di masyarakat harus mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan
ukhrawi. Dengan demikian, semua cabang ilmu pengetahuan secara materiil
ataupun formal yang dikaji di timur dan di barat termasuk ruang lingkup pendidikan
bermasa depan.
B. Saran
Dari paparan pembahasan kami diatas mengenai hakikat masyarakat dan
implikasinya dalam pendidikan Islam, pemakalah sadar bahwa penulisan masih
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.

16
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA
Ali Nurdin, Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam alQuran, Jakarta: Erlangga, 2006.
Al-Masri, Muhammad Amin, Pedoman Pendidikan Masyarakat Islam Modren,
Bandung: Husaini, 1987.
Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama RI, 2009.
Hidayat, Rahmad dan Heni Syafriana Nasution, Filsafat Pendidikan Islam:
Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam, Medan: LPPPI, 2016.
Ramayulis dan Samsul Nizal, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Rasyidin, Al, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan, Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2012.
Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Salminawati dan Sahkholid Nasution, Filsafat Pendidikan Islam: Menbangun
Konsep Pendidikan yang Islami, Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2016.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007.

17
Hakikat Masyarakat dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai