Abstrak
Toleransi merupakan masalah yang actual sepanjang masa, terlebih lagi toleransi beragama.
Islam memberikan perhatian yang tinggi terhadap perlunya toleransi beragama sejak awal
perkembangan Islam, baik tersurat di dalam Al Quran maupun tersirat dalam berbagai
perilaku Nabi. Aktualisasi toleransi beragama di Indonesia dipandang masih jauh dari ideal
karena itu sosialisasi dan pembinaan umat beragama di Indonesia perlu terus ditingkatkan.
A. PENDAHULUAN
masyarakat tersebut yang disebut nilai atau norma yang menjamin terwujudnya
anggota maupun kelompok yang berpotensi konflik dan bersifat destruktif antara
lain karena adanya perbedaan agama. Konflik antarpenganut agama biasanya dipicu
oleh prasangka antara penganut satu agama dengan yang lain yang berkembang
menjadi isu-isu yang membakar emosi. Munculnya sikap-sikap tersebut tidak datang
yang bersifat emosional. Dalam hal ini Khami Zada, (2002) mengungkapkan bahwa
kemanusiaan, yakni ketika agama tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup yang
kehidupan umat manusia. Atau dalam istilah Karl Marx, ketika agama telah menjadi
candu bagi masyarakat. Macam itulah yang sedang dialami bangsa Indonesia
secara tepat. Agama tampaknya bukan lagi alat kedamaian umat, tetapi sudah
menjadi ancaman menakutkan. Hal ini dapat dilihat dari hubungan positif antara
praktik beragama dengan aksi kekerasan yang sering terjadi. Sebab kekerasan adalah
adanya faktor pemahaman agama, terutama praktik dan pemahaman beragama yang
merugikan bagi bangsa dan negara termasuk bagi pemeluk agama itu sendiri.
Stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial dan budaya akan
untuk melaksanakan ajaran secara utuh dan integral dalam bentuk hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia, alam lingkungan, dan dengan Allah Sang Khalik.
Penataan hubungan antar penganut agama dalam ajaran Islam berakar pada
“benih’ yang telah ditanamkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang ke dalam diri manusia. Adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari bahwa
secara kodrati satu keturunan, secara kodrati diberiNya sifat-sifat dasar yang sama,
awal manusia terjadi ketika seseorang mulai dari rahim ibunya, dipelihara secara
lahir dan bathin. Selanjutnya lahir ke permukaan bumi ini, terus menerus dipelihara
oleh ibu dengan penuh “kasih sayang” (dalam bahasa Arab disebut “rahim” juga),
sampai remaja dan dewasa. Keturunan manusia terus berkembang secara lahiriyah
secara kekeluargaan dari generasi ke generasi. Hingga saat inipun, ketika umat
manusia telah berkembang menjadi berbagai ras, bangsa, suku bangsa, dan berbagai
kelompok yang lebih kecil ataupun berbagai “campuran”, hubungan kasih sayang
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan
tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja
yang islami dapat dibagi kedalam empat macam, yaitu: Pertama, ukhuwah
adalah bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama; Adam
sesama muslim.
hadisnya:
Seorang mukmin dengan mukmin seperti satu tubuh, apabila salah satu
Allah:
QS.Al-Mukminun,23:52
Kata umat dalam ayat di atas dikaitkan dengan tauhid karena itu umat
yang dimaksud adalah pemeluk agama Islam. Sehingga ayat tersebut pada
hakekatnya menunjukkan bahwa agama umat Islam adalah agama yang satu
dapat berbeda-beda dalam rincian (furu’) ajarannya. Karena itu, kesatuan umat
bukan berarti bersatu dalam satu wadah, melainkan kesatuan dalam aqidah.
Bisa saja berbeda dalam ras, bahasa, maupun budaya, tetapi semuanya bersatu
dalam aqidahnya.
Salah satu masalah yang dihadap umat Islam sekarang ini adalah
lemah. Kelemahan umat Islam terjadi hampir di semua sektor kehidupan, baik
daya manusianya.
Konsep kejamaahan yang tidak terpisahkan dari salat telah diabaikan dalam
produk dari westernisasi telah menjadi pilihan sebagian umat Islam. Salat,
puasa dan haji hanya dipandang semata-mata ibadah ritual, sedangkan ruhnya
tidak terbawa atau mewarnai kehidupan umat. Oleh karena itu, umat Islam
sendiri.
anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya, jika salah satu anggota tubuh
perpecahan umat. Hal yang menjadi sebab perpecahan pada umumnya bukanlah
hal yang bersifat mendasar. Perpecahan itu biasanya diawali dengan adanya
disikapi dengan cara mencari rujukan yang menurut kita- atau menurut ahli
yang kita percayai- lebih dekat kepada maksud yang sebenarnya. Terhadap
diberi ganjaran oleh Allah, walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu
keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang benar
dan salah bukan manusia, melainkan Allah swt yang baru akan kita ketahui
di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan bahwa yang
hukumnya secara pasti, baik dalam alQuran maupun sunnah Rasul, maka
Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat Islam, khususnya
bahwa Islam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep Alquran dan AsSunnah, tetapi dampak sosial
yang lahir dari pelaksanaan ajaran Islam secara
Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar
bangsa, nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna
makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang
Mengenal.QS.49:13
Universalisme Islam dapat dibuktikan antara lain dari segi agama, dan
doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia,
sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin
hanya dengan tindakan yang sangat mudah, yakni membaca syahadat. Jika ia
tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap
diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam.
wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama Islam,
dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khusus untuk
terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara universal yang berpihak kepada kebenaran,
kebaikan, dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian;
menjadi dasar bagi hubungan antar manusia secara universal dengan tidak
oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah.
Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh
dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam
hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.
lingkup kebaikan.
agama maupun kelompok sekuler. Dan pertentangan ini terus berlanjut yang
sendiri.
Dalam kesatuan wujud ini Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menjadikan
sejarah, kebudayaan, bahasa, politik dan lain-lain. dengan ilmu-ilmu ini akan
berwujud banyak. Secara filosofis dan teologis, logika ini merupakan sumber
Bagi mereka yang mendalami sejarah agama-agama, logika ini bukanlah hal
yang asing. Misalnya, dalam Veda dapat menemukan gagasan tentang Yang
Satu yang disebut dengan banyak nama. Kedua, agama sebagai alat. Karenanya,
wahyu dan doktrin dari agama-agama adalah jalan, atau dalam tradisi Islam
disebut syariat untuk menuju Yang Satu. Karena sebagai alat, yang ada dalam agama-agama adalah
kumpulan particular sarana yang digunakan sebagai alat
yang dengannya, Yang Satu dapat dicapai. Ketiga, pengenaan kriteria yang
yang dikehendaki. Agar bentuk dan corak yang baik dapat terwujud.
dari Allah Tuhan semesta alam maka bagi manusia tak ada alternatif lain,
dan tujuan bersama. Memang apabila tidak dipelihara dengan baik dapat saling
separatisme. Tetapi karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan
menyadari bahwa keberagaman ini merupakan ketentuan atau takdir dari Allah
Yang Maha Pengatur alam, maka insan Indonesia menggalang dan membina
persatuan bangsanya. Bukan hanya itu, dari keberagamaan ini pulalah dihimpun
bangsa dan negaranya. Dalam hal ini seorang ahli hikmah mengatakan “
Mencintai tanah air merupakan bagian dari iman. Kalimat ini cukup
umat beragama.
yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan
menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas itu.
Dengan kerukunan dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik
dalam pergaulan antara warga yang berlainan agama. Urgensi kerukunan adalah
kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama, sehingga tidak
ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak
lain. Dengan kerukunan umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan negara adalah milik bersama
dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal
maupun konservatif.
agama. Dan toleransi tidak akan menjadi apa-apa tanpa ada perubahan orinetasi
dari kaum agama untuk berani keluar dari pemahaman sebelumnya. Dalam hal
agama. Tanpa perubahan seperti itu, pada akhirnya toleransi tidak lebih dari
sekedar wacana yang tidak memiliki implikasi normative dalam tingkah laku
antar pemeluk agama.
Toleransi memiliki peranan yang penting dalam pluralism saat ini, tidak
hanya dipahami sebagai etika yang mengatur hubungan antar kelompok agama,
akan tetapi juga yang terpenting adalah adanya kepekaan baru untuk
agama tidak hanya pada aspek doktrin-teologis akan tetapi juga diperlukannya
C. PENUTUP
Tuhan semesta alam, maka diperlukan rasa keberterimaan dan usaha untuk
dan negaranya.
sanggup hidup dalam perbedaan dan bersikap toleran. Bersikap toleran berarti
bisa menerima perbedaan dengan lapang dada, dan menghormati hak pribadi
dan sosial pihak yang berbeda (the other) menjalani kehidupan mereka.