Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt,

karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya jualah serta kekuatan iman yang diberikan-Nya

sehingga hasil penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya yang direncanakan

walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Begitu pula sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW, serta keluarga dan para sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang yang mengikuti beliau.

Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis mengalami berbagai hambatan dan kesulitan.

Namun hal itu dapat teratasi dengan baik berkat kerja keras dan tekad yang bulat serta bantuan

dan dukungan dari semua pihak.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan hasil penelitian ini tidak mungkin

terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dan teristimewa penulis ucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan

saran dari semua pihak, penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

Bekek , Oktober 2019

Penulis
HASIL PENELITIAN DI SMPS BINTANG LAUT DENGAN JUDUL

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI SMPS BINTANG LAUT KECAMATAN

RIUNG KABUPATEN NGADA

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, karena memiliki beranekaragam

budaya, agama, adat istiadat, ras, Bahasa dan suku. Kemajemukan terwujud di Indonesia dalam

berbagai segi kehidupan bangsa Indonesia yang berada dalam gugusan kepulauan yang ribuan

jumlahnya serta kawasannya yang sangat luas. kemajemukan atau pluralitas menjadi suatu yang

khas dan tidak dapat dipisahkan dari kemanusiaan itu sendiri. Kemajemukan adalah seperti

pelangi yang berwana-warni. Sehingga bangsa Indonesia merumuskan konsep pluralism dan

multikulturalisme denagn semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi

tetap satu jua, dan dalam upaya menyatukan bangsa yang plural. Semboyan itu digunakan untuk

menggambarkan persatuan dan kesatuan yang terdiri atas beraneka ragam budaya, Bahasa

daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan (Ghazali: 2013).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistis dan ini merupakan

kenyataan yang tidak bisa dihindari. Keragaman ini diakui dalam konstitusi yang menjamin para

pemeluk agama berbeda untuk melaksanakan ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Namun, keragaman kepenganutan agama dan budaya bisa menjadi bencana yang mengandung

potensi konflik. Sebagai kenyataan sosial, pluralitas agama ini tak jarang menjadi problem,

dimana agama di satu sisi dianggap sebagai hak pribadi yang otonom, namun di sisi lain hak ini

memiliki implikasi sosial yang kompleks dalam kehidupan masyarakat. Masingmasing penganut

agama meyakini bahwa ajaran dan nilai-nilai yang dianutnya (claim of truth) harus diwartakan

1
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam konteks ini, agama seringkali menjadi

potensi konflik dalam kehidupan masyarakat (Ghazali: 2013).

Dari sejarah umat manusia kita mengetahui bahwa ada sekian banyak agama yang pernah

dikenal oleh umat manusia. Banyak dari agama-agama itu telah lenyap. Di Indonesia pada waktu

lalu, dikenal berbagai agama suku yang secara berangsur-angsur hilang sejalan dengan masuknya

agama-agama baru. Sampai sekarang secara resmi Indonesia hanya mengenal lima agama yang

di akui Negara yaitu islam, Kristen (prosestan), Kristen (katolik), hindu dan budha. Agama kong

hu chu dalam praktiknya adalah agama, namun tetap belum di akui, kendati telah banyak upaya

yang ditempuh kea rah pengakuan tersebut. Setiap agama tersebut tentu saja mempunyai cara-

caranya sendiri dalam memahami, menginterprestasikan dan menyampaikan keselamatan kepada

manusia yang merupakan inti pemberitahuan agama-agama. Walaupun demikian, hanya ada satu

yang boleh dikatakan merupakan inti soteriologis (keselamatan), yang diharapkan tidak saja

membawa kesejahteraan bagi para penganutnya sesudah yang bersangkutan meninggal dunia,

tetapi juga bermanfaat dan membawa berkat bagi kehidupan suatu masyarakat sekarang

(Kahmad: 2006).

Kerukunan antar umat beragama yang terdapat di daerah Riung kelihatan begitu damai

dan saling menghargai diantara umat beragama yang hidup saling berdampingan. Masyarakat

yang ada di Riung ini di dominasi oleh umat muslim yang berkedudukan di sana, tetapi mereka

tidak pernah saling menjatuhkan antar umat. Sama halnya dengan Non Muslim atau khususnya

katolik yang bertempat tinggal di daerah tersebut mereka tidak pernah saling mengusik. Terlepas

dari masyarakat setempat yang hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain,

terdapat pola kehidupan antar umat beragama yang berada pada rana pendidikan, tepatnya di

SMPS Bintang Laut. Sekolah ini merupakan sekolah katolik tetapi di dalamnya terdapat
beberapa siswa yang beragama Islam/Muslim. Meskipun begitu siswa yang ada di sekolah

tersebut tidak saling membatasi untuk bergaul dan terdapat toleransi antar umat beragama

diantara mereka. Kerukunan ini terjadi di SMPS Bintang Laut yang berada dalam satu ruang

lingkup sekolah. Selain dari pada itu, guru yang mengajar di sekolah tersebut juga terdapat guru

yang sesuai dengan agama yang mereka anut seperti guru agama Islam dan agama Katolik yang

masing-masing mengajar sesuai dengan agama mereka.

Konsep kerukunan antarumat beragama pernah dirumuskan dan ditetapkan oleh

pemerintah Orde Baru dengan melibatkan semua tokoh agama-agama yang ada di Indonesia.

Selama masa Orde Baru, relative tidak ada konflik antarpemeluk agama yang berbeda. Mungkin

orang akan mengira bahwa itu merupakan keberhasilan menerapkan konsep kerukunan. Namun,

ketika di Ambon, Aceh, Kupang dan di berbagai daerah lainnya terjadi berbagai kerusuhan dan

tindakan kekerasan yang berbau agama, konsep kerukunan antarumat beragama kembali

dipertanyakan. Bias saja kita meduga-duga bahwa keberhasilan menerapkan kerukunan umat

beragama di Indonesia semasa Orde Baru sejalan dengan kebijakan politis penguasa pada waktu

itu, yakni stabilitas Nasional demi berlangsungnya proses pembangunan nasional yang lebih

menekankan pada pendekatan keamanan (Security approach). Sama halnya, pendekatan ini

digunakan pula terhadap pelaksanaan kerukunan antarumat beragama (Kahmad: 2006).

Oleh karena itu, perlu pengkajian ulang terhadap konsep kerukunan antarumat beragama

yang selama ini diterapkan pemerintah. Ia tidak lagi hanya sebagai bungkus formal dari

kenyataan pluralitas agama di Indonesia, tetapi harus menjadi motivator bagi terbentuknya

kesadaran beragama dan berteologi di Indonesia. Jika tidak, maka konflik antaragama tidak bisa

terhindarkan, akan selalu meledak. Bila terjadi, hal ini akan menghancurkan sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara, baik aspek politis, ekonomi maupun sosial budaya.
Agar kerukunan hidup antarumat beragama menjadi etika dalam pergaulan kehidupan

beragama, Hugh Goddard, seorang kristiani Inggris, yang ahli teologi Islam mengingatkan, demi

kerukunan antarumat beragama, harus dihindari penggunaan “standar ganda” (double standars).

Orang-orang Kristen ataupun Islam, misalnya, selalu menerapkan standar-standar yang berbeda

untuk dirinya, biasanya standar yang ditunjukkan bersifat ideal dan normatif. Sedangkan

terhadap agama lain, mereka memakai standar lain yang lebih bersifat realistis dan historis.

Melalui standar ganda inilah, muncul prasngka-prasangka teologis yang selanjutnya

memperkeruh suasana hubungan antarumat beragama. Ada tidaknya keselamatan dalam agama

lain, seringkali ditentukan oleh pandangan mengenai standar ganda kita. Keyakinan bahwa

agama sendiri yang paling benar karena berasal dari Tuhan sedangkan agama lain hanyalah

konstruksi manusia merupakan contoh dari penggunaan standar ganda itu. Dalam sejarah,

standar ganda ini biasanya dipakai untuk menghakimi agama lain dalam derajat keabsahan

teologis di bawah agamanya sendiri. Melalui standar ganda inilah terjadinya perang dan klaim-

klaim kebenaran dari satu agama atas agama lain.

Ternyata yang tampak ke permukaan, berkaitan dengan terjadinya konflik antaragama,

bisa sebagai akibat kesenjangan ekonomi (kesejahteraan), perbedaan kepentingan politik,

ataupun perbedaan etnis. Akhirnya, konsep kebenaran dan kebaikan yang berakar dari ideologi

politik atau wahyu Tuhan sering menjadi alasan pembenaran atas penindasan kemanusiaan. Hal

ini pun bisa terjadi ketika kepentingan pembangunan dan ekonomi, atas nama kepentingan

umum, sring menjadi pembenaran atas tindak kekerasan. Ditambah dengan klaim kebenaran

(truth claim) dan watak misioner dari setiap agama, peluang terjadinya benturan dan

kesalahmengertian antarpenganut agama pun terbuka lebar, sehingga menyebabkan retaknya

hubungan antarumat beragama. Demi terciptanya hubungan eksternal agama-agama, perlu


dilakukan dialog antaragama. Sedangkan untuk internal agama, diperlukan reinterprestasi pesan-

pesan agama yang lebih menyentuh kemanusiaan yang universal. Dalam hal ini, peran para

tokoh agama (ulama) mesti lebih dikedepankan (Kahmad: 2006).

Situasi konflik agama juga dialami Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Berbagai

kerusuhan terjadi di daerah, antara lain di Tasikmalaya, Situbondo, Kupang, Sambas, Poso dan

juga di Maluku. Padahal, Indonesia selama ini dikenal sebagai bangsa yang plural, beradab, dan

memiliki semangat teloransi antara satu dengan yang lainnya dengan semangat kerukunan.

Perbedaan agama di Indoensia bukan merupakan hal baru, akan tapi sudah terpatri sejak nenek

moyang. Sayang sekali, suasana kerukunan kehidupan di masyarakat itu diusik secara brutal

oleh berbagai kepentingan sempit dari pihak-pihak yang mengiginkan Indonesia bercerai-berai

melalui konflik sosial. Upaya untuk membangun kerukunan agama kembali setelah

terceraiberainya masyarakat akibat dari konflik agama sangat diperlukan dalam membangun

harmoni kehidupan. Kerukunan umat beragama merupakan bagian dari pilar pembangunan, yang

memberikan pengaruh besar pada keberhasilan. Dengan semakin mantapnya kerukunan antar

umat beragama maupun intern umat beragama, akan semakin kokoh pula persatuan dan

kesatuan bangsa. Pada saat yang sama, upaya untuk memanfaatkan agama untuk melegitimasi

konflik sosial akan semakin sulit dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan adanya perbedaan dapat diatasi dengan ilmu pendidikan keagamaan dan

bimbingan yang baik pada anak dengan bekal bimbingan keagamaan dapat diberikan baik di

masyarakat, sekolah maupun keluarga serta orang tua juga berperan penting untuk melakukan

tugas mendidik anak, dengan adanya pendidikan perlu dilakukan proses pendidikan sejak dini.

Pendidikan yang diberikan orang tua di rumah sangat berperan penting bagi pembentukan

karakter anak. Jika orang tua tidak membekali toleransi sejak dini, maka anak dapat menyimpang
dalam kekerasan dan memilih sifat egois dan berujung pada perkelahian terhadap orang lain.

Terhadap pemeluk islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya terdapat toleransi. karena Islam

adalah agama Fitrah sesuai dangan naluri, maka inti ajaran Islam memang amat ringan.

Dari fenomena tersebut maka penulis tertarik malakukan penelitian terkait “Kerukunan

Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut Kec. Riung Kab. Ngada”. Dalam penelitian ini

penulis meneliti sekolah tersebut telah merupakan pendidikan toleransi antar warga sekolah,

yang berbeda-beda asalnya, baik itu budaya, status ekonomi, dan khususnya antar umat

beragama. Agama yang di anut di SMPS Bintang Laut tersebut meliputi agama Islam dan

Katolik . Secara umum, siswa SMPS Bintang Laut dalam kesehariannya di sekolah terlihat

mencerminkan sikap toleransi.

Adapun hasil wawancara yang saya dapatkan di SMPS Bintang Laut:

Wawancara dengan kepala sekolah bapak Elias Ebo S.Pd:


1. Berapa jumlah pendidik di SMPS Bintang Laut? 10 Orang

2. Apakah setiap guru mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan sikap toleransi

antar umat beragama? Ya, Karena sebagai Umat beragama kita wajib menjunjung tinggi nilai

– nilai toleransi antara umat beragama agar tidak terjadi kesenjangan sosial dalam lembaga

maupun masyarakat.

3. Apakah pola atau bentuk toleransi antar umat beragama yang di terapkan di SMPS Bintang

Laut? Saling menghargai antara umat beragama, berpartisipasi dalam kegiatan besar agama

antara umat beragama dan melaksanakan aturan agama yang dianut, taat melaksanakan

ibadah sesuai agama yang dianut.

4. Apakah ada tata tertib atau visi misi sekolah terkait sikap toleransi antar umat beragama antar

siswa? Ya , Terwujudnya SMPS Bintang Laut Bekek Yang Unggul, Berprestasi , Mandiri,
Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Toleransi Antara Umat Beragama Serta

Berbudaya.

5. Apakah selama ini pendidikan toleransi antar umat beragama sudah terealisasikan ?

Ya ,setiap Guru n Peserta didik saling mengargai antara sesama yang sedang berdoa,

berpartisipasi dalam mengsukseskan hari raya besar agama antara sesame umat beragama.

6. Bagaimana hasil yang diperolah dari pendidikan toleransi antar umat beragama yang sudah

terlaksana? Terciptanya Kerukunan Antara Umat Beragama, Saling membantu Antara Umat

Beragama.

7. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut? Saling Berpartisipasi

dalam kegiatan Hari raya agama diantara sesama teman dalam lembaga dan Masyarakat,

menghargai antara teman yang sedang berdoa, menumbuhkembangkan penghayatan nilai

universal agama dan menjunjung tinggi sikap Toleransi Antara sesama umat beragama.

Wawancara dengan guru agama islam Amin Iskandar:


1. Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan toleransi antar umat beragama? Mengajarkan

kepada siswa untuk saling menghormati antar umat beragama

2. Bagaimana strategi guru dalam mendidik dan menciptakan kerukunan antar umat beragama di

kelas maupun di luar kelas?memberikan suatu kegiatan keagamaan yang melibatkan semua

siswa tampa melihat perbedaan status agama

3. Bagaimana sikap guru terhadap murid atau siswa yang berbeda agama?menyayangi dan

berlaku adil dengan siswa yang berbeda agama

4. Apakah ada kendala atau hambatan dalam mendidik murid atau siswa yang berbeda

keyakinan?tidak ada kendala

5. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut?terjalin dengan baik
6. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS

Bintang Laut? Menjaga dan selalu menjalin silahturahmi dengan baik,di antra siswa dan

guru-guru.ketika diadakan kegitan keagamaan di sekolah.

Wawancara dengan guru agama katolik Maria Goreti S.Ag:

1. Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan toleransi antar umat beragama? Bekerja sama

antara agama demi menjaga keutuhan dan keharmonisan beragama.

2. Bagaimana strategi guru dalam mendidik dan menciptakan kerukunan antar umat beragama

di kelas maupun di luar kelas? Tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang

lainnya, memberikan ucapan selamat bagi umat beragama yang merayakan pesta keagamaan,

adanya bakti sosial di gereja dan di masjid

3. Bagaimana sikap guru terhadap murid atau siswa yang berbeda agama? Sikap guru netral dan

tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain dalam mengambil keputusan

4. Apakah ada kendala atau hambatan dalam mendidik murid atau siswa yang berbeda

keyakinan? Tidak ada kendala

5. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut? Kerukunan antar umat

beragama di SMPS Bintang Laut selalu rukun dan kerja sama dalam berbagai bidang

kerohanian dan jasmani

6. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS

Bintang Laut? Menciptakan suasana yang amat menyenangkan antara siswa dan guru yang

berbeda agama di sekolah maupun di luar sekolah.

Wawancara dengan siswa agama katolik Aneseldisi Mengo:

1. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS

Bintang Laut? dengan cara tidak memilih teman yang beragama lain.
2. Mengapa hubungan antar umat beragama terjalin rukun seperti yang kita lihat di sekolah

ini.jelaskan? karena kita saling menghargai umat yang beragama lain.karena saat agama lain

sedang beribadah kita tidak melarang atau mengganggu mereka saat beribadah.

3. Apa yang membuat kamu tertarik bersahabat dengan kawan atau teman yang berbeda

keyakinan dengan kamu? Supaya kita dapat saling membantu walau teman kita beragama

lain.

4. Bagaimana menurut pandangan kalian tentang kerukunan antar umat beragama yang ada di

SMPS Bintang Laut.jelaskan? pandangan saya warga SMPS Bintang Laut sangat menjunjung

kerukunan antar umat beragama.

Wawancara dengan siswa agama islam Aisah:

1. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS

Bintang Laut? Bersikap sopan dan selalu menghargai pendapat teman, menghargai teman

yang berbeda agama.

2. Mengapa hubungan antar umat beragama terjalin rukun seperti yang kita lihat di sekolah

ini.jelaskan? Seperti yang kita lihat di sekolah ini hubungan antara umat beragama terjalin

rukun karena di sekolah ini tidak pernah terjadi percekcokan antara umat beragama.

3. Apa yang membuat kamu tertarik bersahabat dengan kawan atau teman yang berbeda

keyakinan dengan kamu? Karena saling hormat-menghormati dan saling menghargai

meskipun mereka berbeda agama.

4. Bagaimana menurut pandangan kalian tentang kerukunan antar umat beragama yang ada di

SMPS Bintang Laut.jelaskan? Siswa-siswi di SMPS Bintang Laut selalu rukun dan tidak

pernah membeda-bedakan agama.


Kesimpulan dari hasil penelitian saya adalah di SMPS Bintang Laut memiliki siswa yang

beragama islam dan katolik akan tetapi mereka tidak saling mengusik atau mengganggu

temannya yang berbeda agama dengan mereka. Kerukunan antar umat beragama di SMPS

Bintang Laut tersebut sangat terjalin erat.

Anda mungkin juga menyukai