Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt,
karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya jualah serta kekuatan iman yang diberikan-Nya
sehingga hasil penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya yang direncanakan
Begitu pula sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, serta keluarga dan para sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang yang mengikuti beliau.
Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis mengalami berbagai hambatan dan kesulitan.
Namun hal itu dapat teratasi dengan baik berkat kerja keras dan tekad yang bulat serta bantuan
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyusunan hasil penelitian ini tidak mungkin
terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dan teristimewa penulis ucapkan
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran dari semua pihak, penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.
Penulis
HASIL PENELITIAN DI SMPS BINTANG LAUT DENGAN JUDUL
budaya, agama, adat istiadat, ras, Bahasa dan suku. Kemajemukan terwujud di Indonesia dalam
berbagai segi kehidupan bangsa Indonesia yang berada dalam gugusan kepulauan yang ribuan
jumlahnya serta kawasannya yang sangat luas. kemajemukan atau pluralitas menjadi suatu yang
khas dan tidak dapat dipisahkan dari kemanusiaan itu sendiri. Kemajemukan adalah seperti
pelangi yang berwana-warni. Sehingga bangsa Indonesia merumuskan konsep pluralism dan
multikulturalisme denagn semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi
tetap satu jua, dan dalam upaya menyatukan bangsa yang plural. Semboyan itu digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan yang terdiri atas beraneka ragam budaya, Bahasa
kenyataan yang tidak bisa dihindari. Keragaman ini diakui dalam konstitusi yang menjamin para
pemeluk agama berbeda untuk melaksanakan ajaran sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Namun, keragaman kepenganutan agama dan budaya bisa menjadi bencana yang mengandung
potensi konflik. Sebagai kenyataan sosial, pluralitas agama ini tak jarang menjadi problem,
dimana agama di satu sisi dianggap sebagai hak pribadi yang otonom, namun di sisi lain hak ini
memiliki implikasi sosial yang kompleks dalam kehidupan masyarakat. Masingmasing penganut
agama meyakini bahwa ajaran dan nilai-nilai yang dianutnya (claim of truth) harus diwartakan
1
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam konteks ini, agama seringkali menjadi
Dari sejarah umat manusia kita mengetahui bahwa ada sekian banyak agama yang pernah
dikenal oleh umat manusia. Banyak dari agama-agama itu telah lenyap. Di Indonesia pada waktu
lalu, dikenal berbagai agama suku yang secara berangsur-angsur hilang sejalan dengan masuknya
agama-agama baru. Sampai sekarang secara resmi Indonesia hanya mengenal lima agama yang
di akui Negara yaitu islam, Kristen (prosestan), Kristen (katolik), hindu dan budha. Agama kong
hu chu dalam praktiknya adalah agama, namun tetap belum di akui, kendati telah banyak upaya
yang ditempuh kea rah pengakuan tersebut. Setiap agama tersebut tentu saja mempunyai cara-
manusia yang merupakan inti pemberitahuan agama-agama. Walaupun demikian, hanya ada satu
yang boleh dikatakan merupakan inti soteriologis (keselamatan), yang diharapkan tidak saja
membawa kesejahteraan bagi para penganutnya sesudah yang bersangkutan meninggal dunia,
tetapi juga bermanfaat dan membawa berkat bagi kehidupan suatu masyarakat sekarang
(Kahmad: 2006).
Kerukunan antar umat beragama yang terdapat di daerah Riung kelihatan begitu damai
dan saling menghargai diantara umat beragama yang hidup saling berdampingan. Masyarakat
yang ada di Riung ini di dominasi oleh umat muslim yang berkedudukan di sana, tetapi mereka
tidak pernah saling menjatuhkan antar umat. Sama halnya dengan Non Muslim atau khususnya
katolik yang bertempat tinggal di daerah tersebut mereka tidak pernah saling mengusik. Terlepas
dari masyarakat setempat yang hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain,
terdapat pola kehidupan antar umat beragama yang berada pada rana pendidikan, tepatnya di
SMPS Bintang Laut. Sekolah ini merupakan sekolah katolik tetapi di dalamnya terdapat
beberapa siswa yang beragama Islam/Muslim. Meskipun begitu siswa yang ada di sekolah
tersebut tidak saling membatasi untuk bergaul dan terdapat toleransi antar umat beragama
diantara mereka. Kerukunan ini terjadi di SMPS Bintang Laut yang berada dalam satu ruang
lingkup sekolah. Selain dari pada itu, guru yang mengajar di sekolah tersebut juga terdapat guru
yang sesuai dengan agama yang mereka anut seperti guru agama Islam dan agama Katolik yang
pemerintah Orde Baru dengan melibatkan semua tokoh agama-agama yang ada di Indonesia.
Selama masa Orde Baru, relative tidak ada konflik antarpemeluk agama yang berbeda. Mungkin
orang akan mengira bahwa itu merupakan keberhasilan menerapkan konsep kerukunan. Namun,
ketika di Ambon, Aceh, Kupang dan di berbagai daerah lainnya terjadi berbagai kerusuhan dan
tindakan kekerasan yang berbau agama, konsep kerukunan antarumat beragama kembali
dipertanyakan. Bias saja kita meduga-duga bahwa keberhasilan menerapkan kerukunan umat
beragama di Indonesia semasa Orde Baru sejalan dengan kebijakan politis penguasa pada waktu
itu, yakni stabilitas Nasional demi berlangsungnya proses pembangunan nasional yang lebih
menekankan pada pendekatan keamanan (Security approach). Sama halnya, pendekatan ini
Oleh karena itu, perlu pengkajian ulang terhadap konsep kerukunan antarumat beragama
yang selama ini diterapkan pemerintah. Ia tidak lagi hanya sebagai bungkus formal dari
kenyataan pluralitas agama di Indonesia, tetapi harus menjadi motivator bagi terbentuknya
kesadaran beragama dan berteologi di Indonesia. Jika tidak, maka konflik antaragama tidak bisa
terhindarkan, akan selalu meledak. Bila terjadi, hal ini akan menghancurkan sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik aspek politis, ekonomi maupun sosial budaya.
Agar kerukunan hidup antarumat beragama menjadi etika dalam pergaulan kehidupan
beragama, Hugh Goddard, seorang kristiani Inggris, yang ahli teologi Islam mengingatkan, demi
kerukunan antarumat beragama, harus dihindari penggunaan “standar ganda” (double standars).
Orang-orang Kristen ataupun Islam, misalnya, selalu menerapkan standar-standar yang berbeda
untuk dirinya, biasanya standar yang ditunjukkan bersifat ideal dan normatif. Sedangkan
terhadap agama lain, mereka memakai standar lain yang lebih bersifat realistis dan historis.
memperkeruh suasana hubungan antarumat beragama. Ada tidaknya keselamatan dalam agama
lain, seringkali ditentukan oleh pandangan mengenai standar ganda kita. Keyakinan bahwa
agama sendiri yang paling benar karena berasal dari Tuhan sedangkan agama lain hanyalah
konstruksi manusia merupakan contoh dari penggunaan standar ganda itu. Dalam sejarah,
standar ganda ini biasanya dipakai untuk menghakimi agama lain dalam derajat keabsahan
teologis di bawah agamanya sendiri. Melalui standar ganda inilah terjadinya perang dan klaim-
ataupun perbedaan etnis. Akhirnya, konsep kebenaran dan kebaikan yang berakar dari ideologi
politik atau wahyu Tuhan sering menjadi alasan pembenaran atas penindasan kemanusiaan. Hal
ini pun bisa terjadi ketika kepentingan pembangunan dan ekonomi, atas nama kepentingan
umum, sring menjadi pembenaran atas tindak kekerasan. Ditambah dengan klaim kebenaran
(truth claim) dan watak misioner dari setiap agama, peluang terjadinya benturan dan
pesan agama yang lebih menyentuh kemanusiaan yang universal. Dalam hal ini, peran para
Situasi konflik agama juga dialami Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Berbagai
kerusuhan terjadi di daerah, antara lain di Tasikmalaya, Situbondo, Kupang, Sambas, Poso dan
juga di Maluku. Padahal, Indonesia selama ini dikenal sebagai bangsa yang plural, beradab, dan
memiliki semangat teloransi antara satu dengan yang lainnya dengan semangat kerukunan.
Perbedaan agama di Indoensia bukan merupakan hal baru, akan tapi sudah terpatri sejak nenek
moyang. Sayang sekali, suasana kerukunan kehidupan di masyarakat itu diusik secara brutal
melalui konflik sosial. Upaya untuk membangun kerukunan agama kembali setelah
terceraiberainya masyarakat akibat dari konflik agama sangat diperlukan dalam membangun
harmoni kehidupan. Kerukunan umat beragama merupakan bagian dari pilar pembangunan, yang
memberikan pengaruh besar pada keberhasilan. Dengan semakin mantapnya kerukunan antar
umat beragama maupun intern umat beragama, akan semakin kokoh pula persatuan dan
kesatuan bangsa. Pada saat yang sama, upaya untuk memanfaatkan agama untuk melegitimasi
konflik sosial akan semakin sulit dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan adanya perbedaan dapat diatasi dengan ilmu pendidikan keagamaan dan
bimbingan yang baik pada anak dengan bekal bimbingan keagamaan dapat diberikan baik di
masyarakat, sekolah maupun keluarga serta orang tua juga berperan penting untuk melakukan
tugas mendidik anak, dengan adanya pendidikan perlu dilakukan proses pendidikan sejak dini.
Pendidikan yang diberikan orang tua di rumah sangat berperan penting bagi pembentukan
karakter anak. Jika orang tua tidak membekali toleransi sejak dini, maka anak dapat menyimpang
dalam kekerasan dan memilih sifat egois dan berujung pada perkelahian terhadap orang lain.
Terhadap pemeluk islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya terdapat toleransi. karena Islam
adalah agama Fitrah sesuai dangan naluri, maka inti ajaran Islam memang amat ringan.
Dari fenomena tersebut maka penulis tertarik malakukan penelitian terkait “Kerukunan
Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut Kec. Riung Kab. Ngada”. Dalam penelitian ini
penulis meneliti sekolah tersebut telah merupakan pendidikan toleransi antar warga sekolah,
yang berbeda-beda asalnya, baik itu budaya, status ekonomi, dan khususnya antar umat
beragama. Agama yang di anut di SMPS Bintang Laut tersebut meliputi agama Islam dan
Katolik . Secara umum, siswa SMPS Bintang Laut dalam kesehariannya di sekolah terlihat
2. Apakah setiap guru mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan sikap toleransi
antar umat beragama? Ya, Karena sebagai Umat beragama kita wajib menjunjung tinggi nilai
– nilai toleransi antara umat beragama agar tidak terjadi kesenjangan sosial dalam lembaga
maupun masyarakat.
3. Apakah pola atau bentuk toleransi antar umat beragama yang di terapkan di SMPS Bintang
Laut? Saling menghargai antara umat beragama, berpartisipasi dalam kegiatan besar agama
antara umat beragama dan melaksanakan aturan agama yang dianut, taat melaksanakan
4. Apakah ada tata tertib atau visi misi sekolah terkait sikap toleransi antar umat beragama antar
siswa? Ya , Terwujudnya SMPS Bintang Laut Bekek Yang Unggul, Berprestasi , Mandiri,
Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Toleransi Antara Umat Beragama Serta
Berbudaya.
5. Apakah selama ini pendidikan toleransi antar umat beragama sudah terealisasikan ?
Ya ,setiap Guru n Peserta didik saling mengargai antara sesama yang sedang berdoa,
berpartisipasi dalam mengsukseskan hari raya besar agama antara sesame umat beragama.
6. Bagaimana hasil yang diperolah dari pendidikan toleransi antar umat beragama yang sudah
terlaksana? Terciptanya Kerukunan Antara Umat Beragama, Saling membantu Antara Umat
Beragama.
7. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut? Saling Berpartisipasi
dalam kegiatan Hari raya agama diantara sesama teman dalam lembaga dan Masyarakat,
universal agama dan menjunjung tinggi sikap Toleransi Antara sesama umat beragama.
2. Bagaimana strategi guru dalam mendidik dan menciptakan kerukunan antar umat beragama di
kelas maupun di luar kelas?memberikan suatu kegiatan keagamaan yang melibatkan semua
3. Bagaimana sikap guru terhadap murid atau siswa yang berbeda agama?menyayangi dan
4. Apakah ada kendala atau hambatan dalam mendidik murid atau siswa yang berbeda
5. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut?terjalin dengan baik
6. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS
Bintang Laut? Menjaga dan selalu menjalin silahturahmi dengan baik,di antra siswa dan
1. Bagaimana peran guru dalam pelaksanaan toleransi antar umat beragama? Bekerja sama
2. Bagaimana strategi guru dalam mendidik dan menciptakan kerukunan antar umat beragama
di kelas maupun di luar kelas? Tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang
lainnya, memberikan ucapan selamat bagi umat beragama yang merayakan pesta keagamaan,
3. Bagaimana sikap guru terhadap murid atau siswa yang berbeda agama? Sikap guru netral dan
4. Apakah ada kendala atau hambatan dalam mendidik murid atau siswa yang berbeda
5. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama di SMPS Bintang Laut? Kerukunan antar umat
beragama di SMPS Bintang Laut selalu rukun dan kerja sama dalam berbagai bidang
6. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS
Bintang Laut? Menciptakan suasana yang amat menyenangkan antara siswa dan guru yang
1. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS
Bintang Laut? dengan cara tidak memilih teman yang beragama lain.
2. Mengapa hubungan antar umat beragama terjalin rukun seperti yang kita lihat di sekolah
ini.jelaskan? karena kita saling menghargai umat yang beragama lain.karena saat agama lain
sedang beribadah kita tidak melarang atau mengganggu mereka saat beribadah.
3. Apa yang membuat kamu tertarik bersahabat dengan kawan atau teman yang berbeda
keyakinan dengan kamu? Supaya kita dapat saling membantu walau teman kita beragama
lain.
4. Bagaimana menurut pandangan kalian tentang kerukunan antar umat beragama yang ada di
SMPS Bintang Laut.jelaskan? pandangan saya warga SMPS Bintang Laut sangat menjunjung
1. Upaya apa yang Dilakukan Guru dalam Menjaga Kerukanan Antar Umat Beragama di SMPS
Bintang Laut? Bersikap sopan dan selalu menghargai pendapat teman, menghargai teman
2. Mengapa hubungan antar umat beragama terjalin rukun seperti yang kita lihat di sekolah
ini.jelaskan? Seperti yang kita lihat di sekolah ini hubungan antara umat beragama terjalin
rukun karena di sekolah ini tidak pernah terjadi percekcokan antara umat beragama.
3. Apa yang membuat kamu tertarik bersahabat dengan kawan atau teman yang berbeda
4. Bagaimana menurut pandangan kalian tentang kerukunan antar umat beragama yang ada di
SMPS Bintang Laut.jelaskan? Siswa-siswi di SMPS Bintang Laut selalu rukun dan tidak
beragama islam dan katolik akan tetapi mereka tidak saling mengusik atau mengganggu
temannya yang berbeda agama dengan mereka. Kerukunan antar umat beragama di SMPS