Anda di halaman 1dari 79

0

PERAN GEREJA BALA KESELAMATAN DALAM MEMELIHARA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (STUDI HUBUNGAN

SOSIAL MASYARAKAT BERAGAMA KRISTEN DAN ISLAM

DI DESA UWEMANJE)

SKRIPSI

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Bala Keselamatan Palu Untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaran Memperoleh Gelar Sarjana Teologi (S1)

Diajukan Oleh :

………………..
NIM:

PROGRAM STUDI TEOLOGI


PPPPR
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BALA KESELAMATAN PALU

NOVEMBER

2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara yang sangat majemuk dimana terdapat

beberapa agama yang dipeluk oleh masyarakatnya dan mempunyai ribuan

kebudayaan yang berbeda-beda.Setiap warga negara mempunyai hak dan

kebebasan dalam memeluk dan beribadah menurut agamanya masing-

masing.Kebebasan memeluk agama ini dilindungi oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Dengan begitu sangatlah penting untuk menjalankan Tri Kerukunan Umat

Beragama sebagai pedoman pokok dalam menjalani kehidupan beragama.Hal ini

sangat penting karena menjadi pedoman untuk terciptanya sebuah kehidupan yang

rukun dan tentram pada sebuah bangsa. Tanpa menjalankan Tri Kerukunan ini,

yaitu: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan

kerukunan umat beragama dengan pemerintah maka sebuah bangsa akan terpecah

belah. Oleh karena itu, dengan kemajemukan ini sangat mungkin akan menjadi

celah masuknya konflik yang diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan yang timbul

di antara masyarakat.
2

Agama Islam dan Kristen adalah agama yang terbesar di Indonesia. Islam

dan Kristen adalah dua agama yang memiliki ajaran misionaris, tentu saja akan

saling bertentangan dan saling memengaruhi satu dengan yang lainya.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang plural, akan tetapi

Indonesia bukanlah negara agama dan juga negara sekuler akan tetapi bangsa

yang mengakui keberadaan agama.1Kemudian kemunculan setiap agama lahir dari

lingkungan yang plural dan membentuk dirinya sebagai tanggapan terhadap

pluralitas tersebut. Oleh karena itu, jika pluralitas agama tidak dipahami secara

benar dan arif oleh masing-masing pemeluk agama akan menimbulkan dampak,

tidak hanya berupa konflik antar umat beragama tetapi juga konflik sosial dan

disintegrasi bangsa.2Indonesia merupakan negara kepulauan dengan budaya

( suku, ras, bahasa, busana, kuliner dan lain-lain ). Selain itu Indonesia telah

meresmikan enam agama besar di Indonesiayakni : Islam, Kristen, Katolik,

Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Oleh karena itu Indonesia disebut sebagai plural

atau majemuk. Untuk tidak terjadi konflik sosial dan disintergrasi bangsa, maka

harus diberikan pemahaman kepada setiap pemeluk agama secara benar dan arif

sesuai dengan ajaran agama yang dipeluk masing – masing.

Ditinjau dari sudut pandang keagamaan, manusia memiliki kecenderungan sifat

yang berbeda-beda.Ada yang eksklusif, inklusif, dan plural.Dalam konteks antar

umat beragama, ada agama sebagai media pemersatu umat dengan melalui elit

agama dan dialog antar agama dengan harapan muncul kesadaran beragama untuk

1
Ahsanul Khalikin, Pandangan Pemuka Agama Terhadap Kebijaksanaan Pemerintah Bidang
Keagamaan (Jakarta:Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat, 2013), hlm. 1.
2
Zainuddin, Pluralitas Agama: Pergulatan Dialog Islam-Kristen Indonesia (Malang:UINMalang
Press, 2010), hlm.2.
3

menciptakan persaudaraan sejati, yang bersadarkan spirit kebenaran universal

agama.3Jika agama dijadikan media pemersatu,maka akan tercipta kerukunan

antar umat beragama serta persaudaraan yang sejati antar pemeluk agama yang

satu dengan yang lain.

Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta

hubungan antar manusia dengan kelompok di dalam proses kehidupan

bermasyarakat. Proses yang dimaksud proses saling memengaruhi serta

melibatkan unsur-unsur yang baik dan buruk, dan biasanya tergantung dari

mentalitas pihak yang menerima. Artinya, sampai sejauh mana pihak penerima

mampu menyaring unsur-unsur luar yang diterimanya melalui proses pengaruh

memengaruhi. Dalam proses interaksi anak muda, remaja, ibu-ibu, bahkan sampai

yang tua pastilah terjadi interaksi sosial.

Sosialisasi tersebut merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak

yang dididik atau yang diajak mampu mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai

yang berlaku dan dianut oleh masyarakat.Tujuan pokok dari sosialisasi bukanlah

semata-mata agar manusia bersikap dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan menghargainya.4Setiap

masyarakat Desa Uwemanje harus mematuhi kaidah-kaidah dan nilai – nilai yang

berlaku dalam masyrakat maupun dalam lingkungan gereja sehingga tidak terjadi

konflik antar umat beragama di Desa Uwemanje.

3
Zainuddin, Pluralitas Agama: Pergulatan Dialog Islam-Kristen Indonesia (Malang:UIN
Malang Press 2010), hlm. 7.
4
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Perss,2012), hlm.
385.
4

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan

yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Konflik yang

terjadi pada komunitas keagamaan selama ini karena adanya kesalahpahaman atau

kurangnya kesadaran beragama sehingga menyebabkan banyak terjadinya konflik

antar umat beragama.Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir (omni

present), baik merupakan konflik perorangan maupun konflik masyarakat.

Konflik yang terjadi antara masyarakat yang beragama Islam dan Kristen

seringkali terjadi antara masyarakat majemuk yang tidak mempunyai ikatan

kekerabatan, dan dapat juga disebabkan adanya hal-hal tertentu yang

mendasariterjadinya konflik tersebut seperti masalah ekonomi, sosial, dan

politik.Konflik tersebut dapat diredam jika ada toleransi antar umat beragama dan

membiarkan masing-masing umat beragama menjalankan kegiatan keagamaan,

caraberibadah, dan kepercayaan kepada Tuhan yang diyakini dalam masing-

masing agama tidak dapat dimasuki agama yang lain serta adanya ruang sendiri

untuk menyampaikan ajaran agama dan seharusnya masing-masing pemimpin

menceritakan keselamatan yang diberikan Tuhan berdasarkan jaminan

keselamatan agama yang dianutnya sehingga pembicaraan tidak menyinggung

agama yang lain yang seringkali menjadikan hal itu suatu potensi konflik. Di

Indonesia kebudayaan adalah hal sangat mendasar dalam memengaruhi kehidupan

masyarakat sehari-hari. Salah satu tokoh dalam bidang ilmu antropologi agama

Clifford Geertz menjelaskan aspek-aspek teoritis ini dalam sebuah esai dengan

judul Religian as a Cultre System(1966) Geertz menyebutkan bahwa agama


5

adalah suatu sistem kebudayaan, yang artinya bahwa kebudayaam dan agama

adalah bagai dua sisi dari mata uang, tidak terpisahkan dan saling bercampur.

Desa Uwemanje adalah salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan

Kinovaro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Desa ini terletak di dataran rendah

yang mayoritas penduduknya adalah suku Kaili Da’a. Ada dua agama yang dianut

oleh penduduk Desa Uwemanje, yakni Kristen dan Islam.Penduduk Desa

Uwemanje sebagian besar adalah anggota jemaat Gereja Bala Keselamatan dan

itu ditandai dengan adanya 3 (tiga) Gedung Gereja Bala Keselamatan di Desa

Uwemanje, 1 (satu) Gedung Gereja GPID Bukit Hermon, 1 (satu) Gedung Gereja

Bethel, dan 1 (satu) Masjid.

Kerukunan antar umat dan inter umat beragama yang ada di Desa

Uwemanje sudah terjadi dari zaman dahulu sebagai buktinya masyarakat dapat

hidup berdampingan dalam kekeluargaan dengan prinsip saling menghormati

perbedaan dan bukan menjadi hambatan bagi masyarakat yang tinggal di desa ini.

Sebagai contoh ketika acara Natal yang dirayakan pada tanggal 25 Desember oleh

jemaat Kristen saudara-saudara yang beragama Islam diundang untuk menghadiri

jamuan kasih yang diadakan selesai acara.Demikian juga jika saat hari raya Idul

Fitri saudara-saudara yang beragama Kristen juga diundang untuk silahturahmi.

Pada bulan Desember tahun 2019 yang lalu diadakan Natal Desa Perdana di Desa

Uwemanje yang panitianya terdiri dari anggota jemaat gereja Bala Keselamatan,

Gereja Pentakosta di Indonesia, Gereja Protestan Indonesia Donggala, dan dari

Masjid Nurul Iman Desa Uwemanje.Hal ini membuktikan bahwa perbedaan yang

ada pada masyarakat Desa Uwemanje memiliki prinsip bahwa perbedaan


6

keyakinan tidak menjadikan mereka hidup dalam ketegangan hingga

menimbulkan konflik yang dilatarbelakangi oleh masalah agama. Namun,

kehidupan mereka justru sangat harmonis, bisa hidup secara berdampingan dan

sangat menjunjung tinggi toleransi dalam beragama.

Bagi penduduk agama adalah masalah kepercayaan yang dimiliki oleh

masing-masing individu yang bukan menjadikan alasan sebagai perbedaan untuk

saling menyalahkan ajaran yang dianut oleh masing-masing individu. Sehingga

masyarakat di Desa Uwemanje bukan hanya mengakui keberadaan hak agama

lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan

sebagai masyarakat yang saling menghormati satu sama lain. 5Desa Uwemanje

merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kinovaro yang memahami

perbedaan agama. Dan masyarakat desa Uwemanje memiliki kerukunan antar

umat beragama yang luar biasa karena masyarakat desa Uwemanje saling

menghormati satu dengan yang lain dalam hal beribadah.

Kerukunan dalam beragama ini sudah berlangsung lama yakni sudah

berlangsung puluhan tahun yang lalu dan sampai saat ini kerukunanberagama

senantiasa dilestarikan dan terus dipelihara sampai anak cucu. 6Sudah kurang lebih

5 tahun penulis berdomisili di Desa Uwemanje belum ada terjadi perselisihan atau

konflik antar umat beragama ( antara Kristen dan Islam ), Hal ini dikarenakan

umat beragama yang ada di Desa Uwemanje sejak dulu memiliki toleransi antar

umat beragama yang sangat baik sampai saat ini. Gereja Bala Keselamatan

merupakan salah satu gereja yang memiliki peranan dalam memeliharan

5
Pengamatan penulis di lapangan .
6
Sambutan Kepala Desa pada acara silahturahmi Idul Fitri tahun 2019.
7

kerukunan antar umat beragama dengan melaksanakan kegiatan bersama seperti

kegiatan Paskah bersama dan kegiatan Natal bersama.Dalam pernyataan Misi dari

Gereja Bala Keselamatan mengatakan bahwa “Bala Keselamatan adalah gerakan

Internasional, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Gereja Tuhan yang

universal.Berita yang disampaikan berdasarkan pada Alkitab.Pelayanan

dimotivasi oleh kasih kepada Allah.Tugas panggilannya adalah mengabarkan Injil

Kristus dan menolong sesama dalam kebutuhan tanpa diskriminasi”. 7Itulah

sebabnya kehadiran Gereja Bala Keselamatan di berbagai tempat harus dapat

memberi dampak bagi masyarakat umum, khususnya anggota-anggota jemaat

yang dilayani.

Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje memiliki jumlah jemaat yang

terbanyak dari gereja-gereja yang ada di Desa Uwemanje, Jumlah jemaat Gereja

Bala Keselamatan yang ada di Desa Uwemanje sekitar 80% dari total masyarakat.

Sekitar 88 tahun usia jemaat Gereja Bala Keselaman Korps Uwemanje. Dalam

waktu 88 tahun gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje telah menghasilkan 2

Korps yaitu Korps Porame di Desa Porame dan Korps Rawio yang terletak di

Dusun Rawio Desa Uwemanje, serta 1 Pos Pelayanan yaitu Pos Pelayanan Korps

Uwemanje di Desa Uwemanje. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Korps

Uwemanje merupakan pilar penting dalam memelihara kerukunan umat beragama

yang ada di Desa Uwemanje karena dari jumlah anggota yang lebih banyak dan

juga karena panggilan untuk mengasihi sesama seperti yang Alkitab katakan

7
Melatie M. Brouwer, Zambrud di Khatulistiwa (Bandung : Kantor Pusat Teritorial Bala
Keselamatan Indonesia, 1994), hlm.3.
8

dalam Yohanes 15:12 “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,

seperti Aku telah mengasihi kamu”.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk menulis karya ilmiah ini,

karena penulis mendapat pengalaman indah tentang kerukunan antar umat

beragama saat melayani selama 4 tahun di Gereja Bala Keselamatan Korps

Uwemanje. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis termotivasi untuk

meneliti dan mengkaji dalam bentuk karya ilmiah dengan judul: “Peran Gereja

Bala Keselamatan Korps Uwemanje dalam Memelihara Kerukunan Antar

Umat Beragama. (Studi Hubungan Sosial Masyarakat yang Beragama

Kristen dan Islam di Desa Uwemanje)”.

1.2 Rumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana peran Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje dalam

memelihara kerukunan antar umat beragama di Desa Uwemanje?

2. Bagaimana bentuk hubungan sosial yang harus dilakukan untuk

memelihara kerukunan antar umat beragama di Desa Uwemanje?

1.3 Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka maksud dan tujuann dari penulisan

skripsi ini adalah :


9

1. Untuk mengetahui peran Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje

dalam memelihara kerukunan hidup antar umat beragama di Desa

Uwemanje.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk hubungan sosial yang harus

dilakukan untuk memelihara hubungan antar umat beragama di Desa

Uwemanje.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa penulisan karya ilmiah ini, tidak saja menjadi syarat

mutlak dalam mencapai Gelar Sarjana Teologi,tetapi penulis berharap agar karya

ilmiah ini bisa bermanfaat untuk semua kalangan. Adapun manfaat penulisan

karya ilmiah ini sangat penting untuk :

1. Ilmu Pengetahuan

Dalam bidang ilmu pengetahuan tentu hal ini sangat bermanfaat, karena

melalui karya ilmiah ini, setiap individu yang membaca akan mendapat

pengetahuan-pengetahuan yang baru khususnya dalam bidang kerukunan

antar umat beragama.

2. Masyarakat/Jemaat.

Sebagai masyarakat atau jemaat melalui karya ilmiah ini, penulis sangat

berharap bahwa masyarakat dan jemaat yang membaca akan mengerti dan

melakukan konsep kerukunan hidup antar umat beragama.


10

3. Gereja.

Gereja sebagai lembaga atau organisasi dapat terbantu dengan adanya

karya ilmiah ini, Sehingga gereja juga akan memahami panggilannya

dalam dunia ini sebagai representatif Allah yang memenuhi panggilannya

untuk saling mengasihi dan hidup rukun antara sesama manusia.

4. Akademis.

Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan untuk Sekolah Tinggi Teologi Bala

Keselamatan Palu dalam bidang pengembangan pengetahuan, khususnya

berhubungan dengan kerukunan antar umat beragama sehingga pembaca

dan rekan-rekan mahasiswa memeroleh manfaat ketika berada dalam

situasi yang berhubungan dengan kerukunan antar umat beragama.

5. Penulis.

Untuk memberikan pemahaman yang baru dalam dunia pelayanan yang

sedang dijalani dan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar

sarjanan Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Balai Keselamatan Palu.

1.5. Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya membatasi karya ilmiah ini

pada Peran Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje dalam Memelihara

Kerukunan antar Umat Beragama di Desa Uwemanje.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian


11

Untuk penulisan karya ilmiah ruang lingkup penelitian adalah jemaat

Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje Divisi Palu Barat.

1.7. Metode penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka metode penelitian yang akan

digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Untuk memudahkan penulis mendapatkan informasi yang

benar dan tepat yang berkolerasi dengan pokok masalah yang diangkat dalam

Skripsi ini, maka penulis melakukan wawancara dengan cara tanya jawab secara

lisan.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah proses dan prosedur pemaparan hasil penelitian

maka penulis sajikan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian,

metode penelitian, batasan masalah, ruang lingkup penelitian, sistimatika

penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka: Berisi gambaran teori tentang konsep kerukunan antar

umat beragama perspektif undang-undang (peraturan) yang berlaku di

Negara Kesatuan Republik Indonesia, berbagai kajian teoritik tentang


12

konsep kerukunan antarumat beragama dengan menelusuri berbagai data

kepustakaan yang ada, kajian ini diharapkan mampu untuk menganalisis

terhadap data-data yang terkumpul, meliputi: pengertian tentang

kerukunan hidup antarumat beragama yang dikembangkan oleh

masyarakat di Desa Uwemanje, dan peran Gereja Bala keselamatan dalam

memeliharaKerukunan antar Umat Beragama di Desa Uwemanje.

BAB III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian, fokus penelitian, aspek-aspek penelitian, sasaran

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB. IV. HASIL PENELITIAN PERAN GEREJA DALAM MEMELIHARA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA.

Berisi analisa data tentang konsep kerukunan hidup antarumat beragama

yang telah dipaparkan di Bab I, II, dan III.Tema Pokok tentang hubungan

antara jemaat beragama Kristen dengan masyarakat beragama Islam dalam

kehidupan yang selama ini diterapkan di Desa Uwemanje. Bab ini akan

memuat masalah inti dari penelitian ini, yaitu mengenai konsep kehidupan

antara jemaat gereja dan masyarakat Islam di dalam kehidupan, dan

bagaimana penerapannya.

BAB V. PENUTUP

Bab ini merupakan akhir dari proses penelitian ini, yang berisi hasil akhir

dari kajian yang telah dilakukan dalam bentuk kesimpulan dan saran, baik

yang bersifat teoritis maupun praktis.

BAB II
13

LANDASAN TEORI

2.1. Peran Gereja dalam memelihara kerukunan

Kalau kita berbicara mengenai Peran Gereja dalam memelihara kerukunan

merupakan sesuatu yang sangat indah karena Gereja memiliki peranan yang

sangat penting dalam memelihara kerukunan serta memiliki tanggung jawab yang

sangat luar biasa.

2.1.1. Pengertian Gereja

Kata “gereja” diambil dari bahasa Yunani yang artinya perkumpulan atau

sidang.8Pada dasarnya gerjea adalah kumpulan orang-orang yang mengaku bahwa

Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.Troeltsch mengatakan gereja adalah

lembaga yang dianugerahi kemuliaan dan keselamatan sebagai hasil karya

penebusan, gereja mampu menerima masa dan menyesuaikan dirinya dengan

dunia.9Menarik untuk kemudian melihat bahwa gereja adalah orang-orang yang

dipanggil keluar dari dunia, untuk melakukan kehendak Allah.10

Hal ini hendak menjelaskan bahwa orang-orang yang dipanggil oleh Allah

adalah orang-orang yang sudah dikuduskan untuk kembali kedunia diutus menjadi

warga dunia yang bersaksi tentang Allah. Itu sebabnya lebih cocok jika

gereja dimengerti sebagai kumpulan orang-orang yang hidup tampil beda dengan

orang-orang dunia dan mengikuti kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari.


8
Martin B. Dalton, Gereja dan bergereja Apa dan Bagaimana (Jakarta : Yayasan
Komunikasih Bina Kasih 1994), hlm. 10.
9.
Capprilli Guangga, Aku dan Gereja (Ajaran Alkitab tentang Gereja) (Malang : Seminari
Asia Tenggara, 1997), hlm. 1.
10
Wilson Nadea, A.Biblical Exposition of 27 Fubdalmental Doctrines (Indonesia Publising
House, 1992), hlm. 168.
14

Dengan demikian gereja adalah umat yang dipanggil keluar dari kehidupan

semula untuk masuk kedalam kehidupan yang baru, kehidupan yang bergantung

sepenuhnya kepada pemilik kehidupan yaitu Allah.11Kehidupan baru yang dijalani

orang-orang yang dipanggil oleh Allah seharusnya dijalani dengan kekudusan.St.

Augustinus berpendapat bahwa gereja dinamai kudus, sebab persekutuannya

dibentuk oleh orang yang dikaruniai Tuhan dengan hadiah-hadiah yang kudus,

yaitu Firman-Nya dan Sakramen-Nya,12 Gereja dilihat sebagai alat untuk

menyatakan kehendak Allah bagi dunia. Para pemikir Kristen menjelaskan

tentang gereja berdasarkan apa yang ada dalam Alkitab. Melihat sejarah gereja

dalam Alkitab, maka dapat ditemukan gambaran gerjea dalam kitab Perjanjian

Lama dan kitab Perjanjian Baru. Chris Marantika menulis :

“ Untuk mengimplementasikan program di dunai dan bagi dunia, Allah


mendirikan suatu lembaga khusus. Dalam Perjanjian lama Lembaga itu adalah
umat Israel, sedangkan dalam Perjanjian baru lembaga unik itu ialah gereja.Kedua
lembaga ini berbeda dalam berbagai segi hakiki namun sama dari segi tujuan
pengadaan, yakni memberitahukan perbuatan Allah yang benar.”

2.1.2. Konsep Gereja dalam Perjanjian Lama

Kata gereja barulah muncul pada masa Perjanjian Baru, namun gambaran

gereja sebenarnya sudah ada sejak masa Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama

gambaran gereja mengarah pada kehidupan bangsa Israel mengenai bangsa Israel,

dalam Ulangan 7.7-9 dikatakan “ Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari

bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu

bukanlah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa, tetapi karena TUHAN

11
Andar Ismail, Selamat bergereja ( Jakarta: BPK Gunung Mulia2009), hlm. 3.
12
Berkhof, H. Sejarah Gereja, disadur untuk Indonesia( Jakarta : BPK. Gunung Mulia
1991), hlm. 55.
15

mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada

nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan

yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari rumah perbudakan,

dari tangan Firaun, raja Mesir. Sebab itu haruslah kau ketahui, bahwa TUHAN,

Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih

setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-

Nya. Sampai kepada beribu-ribu keturunan. Hal ini hendak menjelaskan bahwa

gereja dalam Perjanjian Lama adalah bangsa Israel yang dipilih langsung oleh

otoritas Allah. Bahkan umat Israel disebut sebagai :Jemaat di padang gurun” 13

Allah kemudian menempatkan bagnsa Israel di tanahKanaan. Di tanah Kanaan

bangsa Israel dipimpin oleh Yosua. Menjadi gereja atau umat Allah ditanah

Kanaan, bangsa Israel harus bersikap dengan hati-hati, Yosua berkata kepada

bangsa Israel, Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan

segala yang tertulis dalm kitab, hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang

ke kanan atau ke kiri, dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa bangsa

yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama Allah mereka dan

bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka.

Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN Allahmu seperti yang kamu lakukan

sampai sekarang (Yosua 23:6-8) 14

Dalam hal ini bangsa Israel digambarkan sebagai gereja yang hidup

ditengah tengah dunia yang berdosa, namun harus bisa tampil beda dengan

13
Wilson Nadea, A Biblika Expsition of 27 Fundamental Doctrines ( Indonesia Publising
hoaus, 1992), hlm. 34.
14
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 345.
16

bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Allah memberitahukan bangsa Israel

untuk hidup di tanah Kanaan, namun Allah memisahkan bangsa Israel dari

bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada Allah. Meskipun pada kenyataannya

bangsa Israel sering melanggar apa yang Allah perintahkan, seperti terjadinya

kawin campur dengan bangsa lain, dan penyembahan berhala. Tetapi hal ini

hendak menjelaskan bagaimana Allah memisahkan kehidupan umat pilihan-Nya

dan kehidupan dunia. Di sisi lain, gereja juga memiliki arti orang-orang yang

dipisahkan Allah dari kehidupan dunia. Pada hakikatnya gereja berasal dari

Tuhan, gereja bukan suatu lembaga buatan manusia.15Itu berarti meskipun gereja

baru muncul secara nyata pada masa Perjanjian Baru, tetapi kenyataannya adalah

gambaran tentang gereja sudah ada sejak masa Perjanjian Lama. Jika dihubungkan

berdasarkan konsep gereja perjanjian Lama dengan penanaman gereja maka akan

didapatkan beberapa hal penting yang dapat berguna bagi penanaman gereja masa

kini. Israel sebagai gambaran gereja dalam Perjanjian Lama dipilih oleh Allah, itu

berarti terjadinya bangsa pilihan selau diawali dari Allah. Pemilhan Allah kepada

bangsa Israel disertai dengan penyertaan-Nya yang sempurna, Allah selalu ada di

setiap persoalan yang dihadapi bangsa Israel.Hal ini memberi pemahaman bahwa

penanaman gereja dimulai dari Allah dan sebagaimana Allah menyertai umat-Nya

Israel, begitupula Allah menyertai gereja sebagia umat-Nya masa kini.Dalam hal

ini seharusnya gereja terus berkembang karena diawali dengan penanaman gereja

oleh Allah.

2.1.3. Konsep Gereja Dalam Perjanjian Baru

15
Zakaria J. Ngelow, Sejarah Gereja (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998),
hlm. 10.
17

Gereja muncul secara nyata di zaman Perjanjian Baru. Dalam kitab Kisah

Para Rasul menceritakan sejarah gereja Kristen mula mula setelah naiknya Yesus

Kristus ke Surga Kisah para Rasul ini menjelaskan bagaimana pengikut-pengikut

Yesus Kristus dengan pimpnan Roh Kudus menyebarkan kabar baik tentang

Yesus di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke uung bumi

(Kisah para Rasul 1:8) kisah para rasul bisa dibagi dalam tiga bagian. Di dalam

ketiga bagian ini tampak meluasnya wilayah dimana kabar baik tentang Yesus

disiarkan dan gereja didirikan.

1. Permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat naik

ke Sorga.

2. Perluasan ke daerah daerah lain di Palestina

3. Perluasan yang lebih besar lagi ke negeri-negeri di sekitar laut tengah

sampai sejauh Roma 16

Dalam Perjanjian Baru kelompok Kristen tidak disebut gerja melainkan

jemaat. Sehingga diartikan sebagai perkumpulan orang-orang percaya untuk

berbakti bersama-sama di sebuah tempat tertentu, mereka tinggal bersama-sama

dengan jemaat itu satu tahun lamanya. Sambil mengajar banyak orang di

Antiokhialah.Murid-murid itu untuk pertama kalinya dseibut Kriten, (Kisah Para

Rasul 11:26) Perjanjian Baru juga memberikan gambaran tentang gereja.17

1. Gereja disebut kerajaan (kingdom)

16
http//id.wikipedia. org /wiki/Kisah Para Rasul.
17
Bruce Milne, Mengenal Kebenaran( Jakarta : BPK Gunung Mulia,2003), hlm. 293.
18

Hal ini menunjukkan sifat pemerintahan dalam gereja itu, bersifat monarki

absolut maksudnya hanya ada satu raja yaitu Kristus (Matius 28:28).Suatu

kerjaan adalah resmi bila ada raja, rakyat, hukum, hukuman bagi yang melanggar

dan berkat bagi yang taat.Kekuasaan Yesus sebagai raja adalah absolute tidak

ada raja yang memerintah sebelum atau sejak dia memiliki kuasa itu.

2. Gereja itu disebut keluarga Allah (God Family)

Hal ini tentunya berhubungan satu sama lain dalam kerajaan itu. Untuk

keluarga jasmani manusia dilahirkan dengan kelahiran alamiah, maka untuk

menjadi keluarga rohani maka rohani manusia perlu dilahirkan dengan air dan roh

yaitu baptisan yang turun melalui firman Allah (Yohanes 3:3) manusia dilahirkan

dengan memberitakan Injil yang memperanakan manusia baru (2 Tesalonika 2:4)

Gereja itu disebut keluarga Allah, menunjukkan hubungan yang tidak terpisahkan

satu sama lain. Masyarakat gereja tidak merasa asing antara yang satu dengan

yang lain. Dalam keluarga akan terasa bebas dari tekanan.

3. Gereja itu disebut tubuh (Body)

Hal ini menekankan hubungan di antara anggota tubuh (Roma 12 : 4, 5, 1

Korintus 12 : 12). Tubuh itu memiliki satu kepala yakin Kristus, rasul Paulus

tujuh kali menulis kata satu tubuh dalam surat kirimannya. Satu fakta mendasar

dari gereja sebagian tubuh adalah dimana itu hanya bisa digerakkan dan diarahkan

oleh kepala.Kristus sebagai kepala gereja adalah satu-satunya berhak untuk

mengarahkan gereja tersebut. Dalam tubuh itu juga dibutuhkan kerjasama sama

anggota agar semuanya bisa menjalankan fungsi masing-masing. Dan tentu tidak

akan ada satu pun diantara anggota bisa berfungsi tanpa kepala
19

4. Gereja itu disebut sebagai tiang penopang kebenaran.

Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus

hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang

dan dasar kebenaran (1 Timotius 3 :15) adalah tanggung jawab orang Kristen

untuk memberitakan dan mempertahankan kebenaran. Namun sangat

disayangkan justru dari kalangan gereja itu sendirilah yang telah banyak

menghancurkan kebenaran dengan mempraktekkan dan mengajarkan kepalsuan

Rasul Paulus sebelumnya sudah mempringatkan hal ini kepada penatua-penatua

jemaat di Efesus : Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang

ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan

itu (Kisah Para Rasul 20:2)”18

Dalam Perjanjian Baru ditemukan sebeutan lain untuk menjelaskan gereja

dan anggota gereja. Sebutan untuk gereja dalam Perjanjian Baru,

1. Jemaat Kristus, : Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus. Salam

kepada kamu dari semua jemaat kristus” (Roma 16:16). Disebut Gereja

Kristus karena Dialah pemiliknya. Kristus telah menebus dan

menyucikannya dengan darah-Nya sendiri.

2. Jemaat Allah: kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang

dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang

kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama

Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita (1 Korintus

18
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 228.
20

1:2). Ketaatan gereja itu terhadap Allah telah menjadikan mereka jemaat

Allah.

3. Jemaat Anak Sulung : Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang

namanya terdaftar di Sorga, dan kepada Allah yang menghakimi semua

orang dan kepada roh roh orang-orang benar yang telah menjadi

sempurna : (Ibrani 12:23). Hal ini merupakan suatu kehormatan dan

kemuliaan bagi gereja di dunia karena kita adalah buah sulung yang

menunjukkan bahwa kita merupakan warga negara surgawi. Sebagaimana

Yesus adalah yang sulung dan yang lebih utama dari segala ciptaaan

(Bukan berarti bahwa Yesus adalah mahluk ciptaan) (Kolose 1:15).

2.1.4. Sebutan Untuk Anggota Gereja

“Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya,

sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama

kalinya disebut Kristen “ (Kisah Rasul 11:26). Kata “ Kristen : atau dalam bahasa

Inggrisnya disebut “ Christian” merupakan perpaduan dari dua kata yaitu “Christ

(Kristus): dan Akhiran “ ian “ yang berarti milik atau pengikut. Jadi, Kristen

adalah orang yang menjadi milik Krsitus atau orang yang hidupnya mengikuti

pola kehidupan yang dijalankan Kristus. Kata Kristen ditemukan sebanyak tiga

kali dalam Perjanjian Baru yaitu Kisah Rasul 11:26 di kota Antiokhia-lah nama

Krsiten itu pertama kali disebut, Kisah Rasul 26:28, Raja Agrippa, dengan lantang

berkata hampir saja engkau menjadikan aku orang Kristen. Kisah Rasul 26:29,

Jawap Paulus “Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan

bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir disini dan yang
21

mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku kecuali belenggu-belenggu

ini”.

2.1.5. Tugas dan Panggilan Gereja

Berdasarkan amanat Agung TUHAN Yesus Kristus tersebut, secara tegas

dan jelas Yesus Kristus memberikan tugas dan perintah kepadamu (Menunjuk

pada gereja-gereja, serta mereka yang percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan

Juruselamat, untuk melaksanakan tanggung jawab agar semua bangsa menjadi

murid-Nya.

“ Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di Surga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapak dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yan telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28 : 18 – 20, sering disebut Amanat
Agung Tuhan Yesus Kristus).

Proses untuk menjadikan semua bangsa sebagai murid tersebutlah yang

menghantar gereja-gereja misi dan pemberitaan yang berisi hal-hal berikut :

1. Koinonia

Koinonia berarti persekutuan, ada dan terciptanya persekutuan mempererat

persaudaraan, semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan.Jadi dalam

gereja harus ada dan tercipta persekutuan, sekaligus terpeliharanya persekutuan

yang telah ada dan tercipta, gereja harus menyampaikan model persekutuan yang

dimilikinya itu kepada semua umat manusia.Gereja terbentuk karena adanya


22

persekutuan orang-orang yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan

Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam

persekutuan, Kisah 2:42, selalu berkumpul dalam persekutuan yang erat, Kisah

5:12 sehingga terbentuknya persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9”. Semua orang akan

dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus : 1 Kor 15:22 menurut

rasul-rasul, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami

beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami.

Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya

Yesus Kristus “ 1 Yoh 1:3.

Karena sebagai tugas gereja dan gerjea, koinonia, seperti itulah yang harus

diberitakan serta dipraktekkan.Anrtinya koinonia, bukan hanya dibentuk di dalam

lingkungan gereja, melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup dan kehidupan

sehari-hari.Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga mendapat

persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah menyucikannya

dari segala dosa, 1 Yohanis 1:7. Dengan itu, setiap anggota Tubuh Kristus, harus

memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa menbedakan suku, ras,

golongan, dan jenis kelamin dan semua latar belakang lainnya, semuanya

merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus.

2. Marturia

Marturia bermakna kesaksian, bersaksi memberi kesaksian secara benar

dan tepat tentang hal hal yang pernah dilihat dan didengar, menceritakan realitas

yang sebenarnya, mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan

peristiwa yang dialami sebelumnya. Gereja-gereja harus melaksanakan marturia


23

karena “Injil Kerajaan Allah menjadi kesaksian untuk semua bangsa “ Mat 24:14

Kisah 20:24, dan jika marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

TUHAN Allah meneguhkan kesaksian gereja-gereja dengan tanda-tanda dan

mujizat-mujizat dan berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karunia Roh

Kudus, Ibr 2:4.

Oleh sebab itu, rasul-rasul pada masa gereja mula-mula memberikan, “

Apa yang telah ada sejak semua, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba

tentang Firman hidup, : 1 Yon 1:1-3, isi utama dalam pemberitaan para rasul

adalah “ Yesus adalah Mesias, “ Kisah 4:33 18:5, Pemberitaan rasul-rasul

tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan gereja sampai ke

penjuru dunia. Pada konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu

Yesus adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan

nyanyian, tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak

terbatas dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada ia harus

bermarturia.

3. Diakonia

Diakonia artinya melayani.Pada situasi dan kondisi budaya masa lalu,

diakonia mendapat pengembangan makna sehingga bermakna melakukan sesuatu

dengan setia, jujur, serta tanggung jawab. Artinya seseorang (Biasanya hamba

atau budak) yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan

tanggung jawab, ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk
24

tuannya, dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan dan

kehendak tuannya. Pengembangan makna diakonia ini lah yang ada pada Yesus.

Ketika masih berada secara fisik di bumi, Ia berkata “ Sama seperti Anak Manusia

datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-

Nya menjadi tebusan bagi banyak orang “ Kehadiran Yesus untuk melayani

tersebutlah yang merupakan tugas gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa gereja

mula-mula-mula menyangkut banyak aspek serta dilakukan oleh orang-orang

yang dipilih secara khusus, Kisah Para Rasul 6:1-7 sehingga rasul-rasul dapat

berkonsentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan

perbuatan. “Jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan

kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala

sesuatu karena Yesus Kristus ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai

selama lamanya “ 1 Pet 4:1.

Pada konteks kekinian, berdiakonia tak berbatas pada bantuan materi

kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya,

pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun

yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain lain.

Diakonia harus membawa perubah yang pada seseorang maupun masyarakat.

Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya

melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya melalui pendidikan yang baik,

seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya

2.2. Kosep Kerukunan Antar Umat Beragama


25

2.1.2. Pengertian Kerukunan

Kalau kita berbicara mengenai kerukunan antar umat beragama merupakan

sesuatu yang indah karena, kerukunan sangat dirinduhkan oleh semua orang

bahkan semua agama.

Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cetakan ketiga tahun 1992, artinya

rukun adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan

tolong menolong dan persahabatan.19 Kata kerukunan berasal dari kata dasar

rukun, berasal dari bahasa arab ruknun (Rukun) jamaknya arkan berarti asas atau

dasar, misalnya rukun Islam, asas Islam atau dasar Agama Islam. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut : Rukun (Nomina) : (1)

sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti tidak sah

sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya. (2) asas, berarti dasar, sendi

semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari rukunnya, rukun Islam ;

tiang utama dalam agama Islam, rukun iman dasar kepercayaan dalam agama

Islam. Rukun (a-ajektiva) berarti, (1) baik dan damai, tidak bertentangan, kita

hendaknya hidup rukun dengan tetangga, (2) bersatu hati, bersepakat, penduduk

kampung itu rukun sekali, merukunkan berarti (1) mendamaikan, (2) menjadikan

bersatu hati kerukunan (1) perihal hidup rukun, (2) rasa rukun kesepakatan

kerukunan hidup bersama.20

19
WJS Posaerwardarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1980),
hlm.106
20
Imam Siaukane, Komplikasi kebijakan dan peraturan Perundang-Undangan Kerukunan
Umat beragama.(Jakarta: Puslibang, 2008), hlm. 5.
26

Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab

yakni ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila, jamaknya rukun adalah

arkaan.Dari kata arkaan diperoleh pengertian bahwa kerukunan merupakan suatu

kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur, yang berlainan dari setiap unsur tersebut

saling menguatkan, kesatuan tidak dapat terwujud jika ada di antara unsur tersebut

yang tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan beragama adalah

terjadinya hubungan yang baik antara penganut agama yang satu dengan yang

lainnya dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama, dengan cara saling

memelihara, saling mejaga serta saling menghindari hal-hal yang dapat

menimbulkan kerugian atau menyinggung perasaan.21

Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau

concord.Dengan demikian, kerukunan berarti kondisi sosial yang ditandai oleh

adanya keselarasan, kecocokan, atau ketidakberselisihan (harmony,

concordance).Dalam literatur ilmu sosial kerukunan diartikan dengan istilah

integrasi (lawan disintegrasi) yang berarti the creation and maintenance of

diversified patterns of interactions among outnomous units. Kerukunan

merupakan kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola interaksi yang

beragam di antara unit unit (unsur / sub sistem) yang otonom. Kerukunan

mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima

saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap memaknai

kebersamaan.22 Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli

sebagai berikut :

21
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta, Pustaka Pelajar 220), hlm. 190.
22
Ridwan , Lubis, Cetak Biru Peran Agama (Jakarta: Puslitbang, 2005), hlm. 7-8.
27

1. W. J.S. Purwadarninta, menyataka

Kerukunan adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta

membolehkan suatu pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan maupun

yang lainnya yan berbeda dengan pendirian.23

2. Dewan Ensiklopedi Indonesia

Kerukunan dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap

membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda,

selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan

menghormati hak asasi manusia.24

3. Ensiklopedi Amerika

Kerukunan memiliki makna sangat terbatas, ia berkonotasi menahan diri

dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikian ia

memperlihatkan sikap tidak stuju yang tersembunyi dan biasanya merujuk

kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang diperbolehkannya bersifat

terbatas dan bersyarat.25

Dari beberapa defenisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan

adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada

orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai

pengakuan hak-hak asasi manusia, kerukunan diartikan adanya suasana

persaudaraan dan kebersamaan atara semua orang meskipun mereka berbeda


23
WJS.Poerwardarmirta, Kamus umum Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1980),
hlm.1084.
24
Dewan Ensiklopedia Indonesia, Ensklopedia Indonesia JILID 6 (Van Hoeve 1 th) hlm.
3588.
25
Ibid, hlm. 2334.
28

secara suku, ras, budaya, agama golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu

proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan serta

kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai dan

tentram.26Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai

oleh suasana yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai

konflik, melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berfikir dan bertidak demi

mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa hidup

bersama tanpa ada kecurigaan dimana tumbuh sikap saling menghormati dan

kesediaan bekerja sama demi kepentingan bersama.

Kerukunan atau hidup rukun adalah suatu sikapp yang berasal dari lubuk

hati yang paling dalam terpancar dari kemauan untuk berinteraksi satu sama lain

sebagai manusia tanpa tekanan dari pihak manapun.27Dalam pengertian sehari-hari

kata rukun dan kerukunan adalah damai dan perdamaian.Dengan pengertian ini

dijelaskan bahwa kata kerukunan dipergunakan dan berlaku dalam dunia

pergaulan.Bila kata rukun ini dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti

antar golongan atau antar bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan

menurut tujuan kepentingan kebutuhan masing-masing sehingga disebut dengan

kerukunan sementara.Kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan

sementara adalah kerukunan yang dituntut oleh situasi seperti menghadapi musuh

bersama, bila musuh telah selesai dihadapi maka keadaan akan kembali

sebagaimana sebelumnya. Kerukunan politis sama dengan kerukunan sementara

26
Said Agil Husain Al Munawar, Fiki Hubungan Antar Umat beragama ( Jakarta Ciputant
PresS2003), hlm. 4.
27
Faisal Ismail, DInamika Kerukunan Antar Umat Beragama (Bandung PT. Remaja
Rosdakarya 2014), hlm. 1.
29

karena ada sementara pihak yang terdesak. Kerukunan politis biasanya terjadi

dalam peprangan dengan mengadakan genjatan senjata untuk mengulur-ngulur

waktu sementara mencari kesempatan atau menyusun kekuatan.Sedangkan

kerukunan hakiki adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran atau hasrat

bersama demi kepentingan bersama.Jadi, kerukunan hakikatnya adalah kerukunan

mruni mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh

hipokrisi (penyimpangan). Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata kerukunan

hanya digunakan atau berlaku hanya dalam kehidupan pergaulan kerukunan antar

umat beragama bukan berarti merelatifi agama-agama yang ada melebur kepada

satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu

menjadi madzhab dari agama totalitas ini melainkan sebagai cara atau sarana

untuk mempertemukan mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama

atau antar golongan umat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.”28

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting : pertama,

kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau

kelompok lain. Kedua, keseidiaan membiarkan orang lain untuk menggunakan

ajaran yang diyakininya. Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima

perbedaan dan merasakan indahnya sebuah perbedaan serta mengamalkan

ajarannya.Keluhuran masing-masing ajaran adalah pedoman hidup umat manusia

yang bersumber dari ajaran Tuhan. Dalam terminologi yang digunakan oleh

28
Said Agil Munawar, Fiki Hubungan Antar Umat Beragama (Jakarta: Ciputan 2005) hlm.
30

pemerintah secara resmi konsep kerukunan hidup antar umat beragama ada tiga

kerukunan yang dilebur dengan istilah : Trilogi Kerukunan” yaitu :

1. Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama.Yaitu kerukunan di

antara aliran-aliran/paham yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama.

2. Kerukunan diantara umat komunitas agama berbeda-beda.

Yaitu kerukunan diantara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu di

antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan

Budha.

3. Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah.

yaitu supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk

atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling memahami

dan menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat,

dan bangsa Indonesia yang beragama.29

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang memiliki

bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling

tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan, saling menjaga satu

sama lain.

2.2.2. Pengertian kerukunan antar umat beragama

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua

golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing

29
Depag RI,Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesi (Jakarta Badan
Penelitian dan pengembangan Agama Proyek peningkatan Kerukunan Umat meragama di
Indonesia 1997), hlm. 8-10.
31

untuk melaksanakan kewajiban agamanya.Masing-masing pemeluk agama yang

baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama

tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak

keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa

kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan

unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda, sebab hal tersebut akan merusak

nilai agama itu sendiri. Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa

diartikan dengan toleransi antar umat beragama.Dalam toleransi itu sendiri pada

dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar

umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu

samalainnya msalnya dalam hal beribadah antar pemeluk agama yang satu dengan

lainnya tidak saling menganggu.30

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang

harmonis dalam dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling

menguatkan yang diikat oleh sikap pengendalian hidup dalam wujud :

1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agamanya.

2. Saling hormat menghormati dan bekerjasama intern pemeluk agama, antar

berbagai golongan agama dan umat umat beragama, dengan pemerintah

yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan negara.

30
Wadihyudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk perguruan Tinggi (Jakarta, PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia 2009), hlm.. 32.
32

3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada

orang lain.

Dengan demikian kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu

tongkat utama dalam memelihara hubungan suasana yang baik, damai, tidak

bertengkar, tidak gerak, bersatu hati dan bersepakat antar umat beragma yang

berbeda-beda agama untuk hidup rukun.31

2.2.3. Dasar Alkitab tentang Kerukunan.

Kalau kita memperhatikan dalam Alkitab Daud menuliska sesuatu yang

luar biasa untuk Bangsa Israel supaya mereka hidup rukun satu dengan yang lain

seperti yang terulis dalam :

1. Mazmur 133:1, mengatakan “ Sungguh, alangkah baik dan indahnya,

apabila saudara – saudara hidup dengan rukun!”32

2. Yeremia 32:39, mengatakan “ Aku akan memberi mereka satu hati dan

satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa

untuk kebaikkan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian.”33

3. Roma 12:16 mengatakan “ Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu

bersama, janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi,

tetapiarahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhan. Janganlah

menganggap dirimu pandai.”34

31
Alo Liliweri, Gatra Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta Pelajar 2001), hlm.255.
32
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 872.
33
Ibid. hlm. 1100.
34
Ibid hlm. 262
33

Penulis berpendapat bahwa hidup rukun itu sangat penting sekali untuk

kita miliki sebagai umat beragama atau orang yang percaya kepada Tuhan, hidup

rukun kita harus kita lakukan dan buktikan melalui :

1. Hidup rukun dalam keluarga.

Hidup rukun harus kita mulai dari keluarga kita, seorang suami harus

hidup rukun dengan istrinya, seorang ayah dan ibu harus hidup rukun dengan

anak – anaknya. Kalau dalam keluarga kita sudah hidup rukun penulis yakin

kita pasti bisa hidup rukun dengan tentangga.

2. Hidup rukun dengan tetangga.

Hidup rukun dengan tetangga sangatlah penting sekali karena hal

itulah yang sangat di dambahka oleh setiap orang, kalau kita hidup rukun

dengan tetangga betapa indahnya.

3. Hidup rukun antar umat beragama.

Hidup rukun antar umat beragama sangat didambahkan oleh setiap

orang bahkan setiap Agama yang ada di Indonesia khusunya di desa

uwemanje, memiliki kerukunan antar umat beragama yang luar biasa yang

akan terus di pertahankan sampai turun temurun, sampai kepada anak cucu.

4. Hidup rukun dalam Masyarakat


34

Rukun dalam masyarakat, sangat diharapkan oleh setiap masyarakat

yang ada dalam sebuah Desa.Hal tersebut juga merupakan keinginan dari

pemerintah, satu kebahagiaan bagi pemerintah Desa jika masyarakatnya hidup

rukun.35

2.2.4. Undang-Undang(Peraturan) tentang kerukunan antar umat

beragama di Indonesia.

Dijelaskan dalam pasal 1 angka (1) peraturan bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan

tugas Kepala Daerah/Wakil. Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah

ibadah. Kerukunsn antar umat beragama adalah hubungan sesame umat beragmaa

yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai

kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara didalam negara kesatuan Republik

Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.36

Penulis memahami pengertian kerukunan umat beragama, tampaknya

peraturan bersama di atas mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa kondisi

kerukunan antar umat beragama bukan hanya tercapainya suasana batin yang

penuh toleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana

mereka bisa saling bekerjasama membangun kehidupan umat beragama yang

35
Pendapat Penulis
36
Abu Tolhah Kerukunan Antar Umat Beragama (Semarang: IAIN Wali Songgo, 1990),
hlm.41.
35

harmonis itu bukan sebuah hal yang ringan. Semua ini harus berjalan dengan hati-

hati mengingat agama sangat melibatkan aspek emosi umat, sehingga sebagian

mereka lebih cenderung dengan kebenaran dan pada mencari kebenaran.Meskipun

sudah banyak sejumlah pedoman telah digulirkan, pada umumnya masih sering

terjadi gesekan-gesekan dalam menyiarkan agama dan pembangunan rumah

ibadah.

Ada lima kualitas, kerukunan umat beragama yang perlu dikembangkan yaitu

nilai relegiusitas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas.

1. Kualitas kerukunan hidup umat beragama harus merepresentasikan sikap

religius umatnya. Kerukunan yang terbangun hendaknya merupakan

bentuk dan suasana hubungan yang tulus yang didasarkan pada motif-

motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu

kerukunan benar-benar dilandaskan pada nilai kesucian, kebenaran, dan

kebaikan dalam rangka mencapai keselamatan dan kesejahteraan umat.

2. Kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola

interaksi antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan

yang serasi “Senada dan seirama” kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa

rasa sepenanggungan.

3. Kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada

pengembangan nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana

yang interaktif bergerak, bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan

nilai kepedulian, dan kebajikan bersama.


36

4. Kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diorientasikan pada

pengembangan suasana kreatif, suasana yang mengembangkan gagasan,

upaya dan kreativitas bersama dalam berbagai sektor untuk kemajuan

bersama yang bermakna.

5. Kualitas kerukunan umat beragama harus diarahkan pula pada

pengembangan nilai produktivitas umat. Untuk itu kerukunan ditekankan

pada pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai

sosial praktis dalam uapaya mengentaskan amal kebajikan bakti sosial,

badan usaha, dan berbagai kerjasama sosial ekonomi yang

mensejahterakan umat.37

Dalam menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut :

1. Saling tenggang rasa menghargai dan toleransi antar umat beragama.

2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu

3. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya.

4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan

negara atau pemerintah.

2.3. Kajian teoritik tentang konsep Kerukunan Antar Umat Beragama.

2.3.1. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Kristen dan Islam di Desa

Uwemanje.

37
Ridwan Lubi, Cetak Biru Peran Agama ( Jakarta Puslitbang 2005),hlm. 12-13
37

Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar

umat beragama Kristen dan Islam di Desa Uwemanje yaitu :

1. Saling menghormati

Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk, melestarikan

dan meningkatkan keyakinannya. Dengan mempertebal keyakinan maka

setiap umat beragama akan lebih saling menghormati sehingga perasaan

takut dan curiga semakin hari bersama dengan meningkatkan taqwa,

perasaan curiga dapat dihilangkan. Rasa saling menghormati juga

termasuk menanamkan rasa simpati atas kemajuan-kemajuan yang dicapai

oleh kelompok lain, sehingga mampu menggugah optimis dengan

persaingan yang sehat. Diusahakan untuk tidak mencari kelemahan-

kelemahan agama lain, apalagi kelemahan tersebut dibesar-besarkan.

2. Kebebasan Beragama

Setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama

yang disukai serta situasi dan kondisi memberikan kesempatan yang sama

terhadap semua agama. Dalam menjabarkan kebebasan perlu adanya

pertimbangan sosiologis dalam arti bahwa kenyataan proses sosialisasi

berdasarkan wilayah, keturunan dan pendidikan juga berpengaruh terhadap

agama yang dianut seseorang.

3. Menerima orang lain apa adanya.

Setiap umat beragama harus mampu menerima seseorang apa

adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan, melihat umat ang


38

beragama lain tidak dengan persepsi agama yang dianut. Seorang agama

Kristen menerima kehadiran orang Islam apa adanya begitu pula

sebaliknya. Jika menerima orang Islam dengan persepsi orang Kristen

maka jadinya tidak kerukunan tapi justru mempertajam konflik.

4. Berfikir Positif

Dalam pergaulan antar umat beragma harus dikembangkan cara

berfikir yang positif dimana tidak ada rasa curiga satu dengan lain dalam

memelihara kerukunan antar umat beragama dan saling mendukung antar

umat beragama sehingga kerukunan akan tetap terpelihara dengan baik.

Penulis berpendapat kerukunan adalah proses interaksi antar umat

beragama, yang membentuk ikatan-ikatan sosial yang tidak individualis,

dan menjadi satu kesatuan yang utuh di bawah peran tokoh agama, tokoh

masyarakat, meliputi masyarakat yang mempunyai sistem serta memiliki

bagian-bagian peran tersendiri yaitu seperti pada umumnya yang terjadi di

lingkup masyarakat lain. Durkheim mengatakan bahwa penghapusan

diskriminasi mereka menuju kemerdekaan.berkeyakinan membutuhkan

beberapa prasyarat, antara lain pengakuan dan penghormatan atas

pluralisme, merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan kerukunan.

2.3.2. Kerukunan Hidup Intern Umat Beragama di Desa Uwemanje.

Jikalau penulis berbicara mengenai kerukunan hidup inter umat beragama

di Desa Uwemanje merupakan sesuatu yang luar biasa karena di Desa Uwemanje

memiliki kerukunan hidup inter umat beragama yang luar biasa yaitu antar jemaat
39

gereja GPDI Bukit Hermon Uwemanje, jemaat Gereja Bethel Uwemanje, jemaat

Gereja Bala Keselamatan Korps Rawio, Jemaat Gereja Bala Keselamatan Korps

Uwemanje tidak ada gesekan – gesekan baik jemaat dengan jemaat maupun para

hamba Tuhan dan tokoh – tokoh gereja karena adanya saling pengertian serta

saling menghargai satu dengan yang lain.

2.3.3. Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Uwemanje

Penulis memberika pengertian kerukunan umat beragama adalah hubungan

sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling mengerti, saling

menghargai satu sama lain tanpa terjadinya benturan dan konflik agama. Penulis

dan pemerintah berupaya untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat

beragama dapat berjalan secara harmonis, sehingga masyarakat Desa Uwemanje

dapat memelihara kerukunan antar umat beragama dengan baik. Kerukunan hidup

antar umat beragama di Desa Uwemanje memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan keberagaman masing-

masing pemeluk agama.

Masing-masing penganut agama mengakui adanya kenyataan

agama lain, akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus

memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk

mengamalkannya. Maka dengan demikian keimanan dan keberagamaan

masing-masing menganut agama akan dapat lebih meningkatkan lagi. Jadi

semacam persaingan yang bersifat positif, bukan yang bersifat

negati.Persaingan yang sifatnya positif perlu dikembangkan.


40

2) Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap

Dengan terwujudnya kerukunan hidup beragama, maka secara

praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham

yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Dapat

dibayangkan kalau pertikaian dan perbedaan paham terjadi di antara

pemeluk agama yang beraneka ragam ini, maka ketertiban dan keamanan

nasional akan terganggu. Tapi sebaliknya kalau antar pemeluk agama

sudah rukun, maka hal yang demikian akan dapat mewujudkan stabilitas

nasional yang semakin mantap.

3) Menunjang dan mensukseskan pembangunan

Dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa berusaha untuk

melaksanakan dan mensukseskan pembangunan dari segala bidang. Usaha

pembangunan akan sukses apabila didukung dan ditopang oleh segenap

lapisan masyarakat. Sedangkan apabila tidak dapat mengarahkan kegiatan

untuk mendukung serta membantu pembangunan.Bahkan dapat berakibat

sebaliknya, yakni bisa menghambat usaha pembangunan itu sendiri.

Membangun dan berusaha untuk memakmurkan bumi ini memang

sangat dianjurkan oleh agama Islam. Untuk memperoleh kemakmuran,

kebahagiaan, dan kesuksesan dalam segala bidang, salah satu usaha agar

kemakmuran dan pembangunan selalu bejalan dengan baik, maka

kerukunan hidup beragama perlu kita wujudkan dengan baik, maka


41

kerukunan hidup beragama perlu kita wujudkan demi kesuksesan dan

berhasilnya pembangunan di Desa Uwemanje.

4) Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan.

Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina

dengan baik, bila kepentingan pribadi atau golongan dapat dikurangi.

Sedangkan dalam kehidupan beragama sudah jelas kepentingan kehidupan

agamanya sendiri yang menjadi titik pandang kegiatan. Bila hal tersebut di

atas tidak disertai dengan arah kehidupan bangsa dan negara, maka akan

menibulkan gejolak sosial yang bisa mengganggu keutuhan bangsa dan

negara yang teridri dari penganut agama yang berbeda, karena itulah

kerukunan hidup beragama untuk memelihara persatuan dan kesatuan

bangsa harus dikembangkan. Memelihara dan mempererat persaudaraan

sesama manusia atau dalam bahasa ukhuwahnya insaniah sangat

diperlukan bagi bangsa yang majemuk/plural dalam kehidupan

keberagamannya. Dengan terlihatnya ukhuwah insaniah tersebut maka

percekcokan dan perselisihan akan bisa teratasi. Itulah antara lain hal-hal

yang hendak dicapai oleh kerukunan antar umat beragama dan hal tersebut

sudah tentu menghendaki kesadaran yang sungguh-sungguh dari masing-

masing penganut agama itu sendiri.

2.4. Hubungan sosial masyarakat Desa Uwemanje


42

Kalau kita berbicara mengenai hubungan sosial di dalam masyarakat

sangat indah sekali karena hubungan social sangat di perlukan oleh masyarakat

untuk memelihara kerukunan antar umat beragama seperti:

2.4.1. Peran Pemerintah dalam memelihara kerukunan antar umat

beragama.

Dalam mempererat hubungan social masyarakat, maka Pemerintah

setempat memiliki peran dalam memelihara kerukunan antar umat beragama di

Desa Uwemanje. Ada beberapa faktor yang mendukung kerukunan antar umat

beragama yaitu :38

1. Memperkuat dasar-ma dengan pemerintahan.

2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya

mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun

dalam bingkai tiologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan

dan sikap toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka

memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan

agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan antar umat beragama

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusian dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang

berfungsinya dijadikan sebagai pedokan bersama dalam melaksanakan

38
Sambutan Kepala Desa saat pembukaan kegiatan olah raga yang dilaksanakan oleh
Gereja Bala Korps Uwemanje.tahun 2018.
43

prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya

dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi

kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan agar tidak

terjadi penyimpanan-penyimpanan nilai-nilai sosial keagamaan.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan

cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluik agama lain,

sehingga akan terciptanya suasana kerukunan yang manusiawi tanpa

dipengaruhi faktor-faktor tertentu.

Adapun langkah-langkah yang hanya diambil dalam memantapkan

kerukunan hidup beragama, diarahkan kepada empat strategi yang

mendasar yakni:39

1. Pembinaan formal termasuk aparatur pemerintah dan para Pembina non

formal yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen

penting dalam pembinaan kerukunan antar umat beragam.

2. Masyarakat dihimbau melalui kegiatan olah raga dapat memelihara

kerukunan antar umat beragama. Perlu ditingkatkan sikap mental dan

pemahaman terhadap ajaran agama masing-masing.

3. Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama

perlu dijabarkan dan disosialisasikan agar bisa bisa dimengerti oleh


39
Sambutan Kepala Desa saat pembukaan kegiatan olah raga yang dilaksanakan oleh
Gereja Bala Korps Uwemanje.tahun 2018.
44

seluruh lapisan masyarakat dengan demikian diharapkan tidak terjadi

kesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat maupn oleh

masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian di

antara sesama umat beragama.

4. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar

umat beragama untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.

Menjaga kerukunan hidup antar umat beragama salah satunya dengan

dialog antar umat beragama. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang

modern yang demokrasi adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai

kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam

suatu keniscayaan.Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan hidup antar

umat beragama.Secara historis banyak terjadi konflik antar umat beragama,

misalnya konflik di Poso antara umat Islam dan umat Kristen.Agama di sini

terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut.Sangatlah ironis konflik

yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada

para pemeluknya agar hidup dengan kedamaian, saling tolong menolong dan juga

saling menghormati.Untuk itu marilah setiap orang jaga tali persaudaraan antar

sesama umat beragama.

Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang

multikultur adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun

pemerintah.Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi

bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar supaya agama bisa menjadi alat

pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar.
45

Oleh karena itu, diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama

untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat

beragama. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama

terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang benar di antara pemeluk agama

dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.40

2,4.2. Hubungan kekeluargaan

Berbicara mengenai hubungan keluarga di Desa Uwemanje merupakan hal

yang luar biasa karena hubungan kekeluargan di desa Uwemanje sangat baik

sekali, penulis memberikan beberapa hal mengenai hubungan kekeluargan

seperti:

1. Hubungan keluarga dengan keluarga sangat baik sekali karena saling

memperhatikan satu dengan yang lain.

2. Hubungan Keluarga dengan tetangga sangat baik karena jika ada sesuatu

yang dilaksanakan tetangga selalu memberikan bantuan dan dukungan

yang luar biasa.

3. Hubungan Keluarga jemaat Gereja Bala Keselamatan dengan Jemaat

Gereja GPDI, Jemaat Gereja Bethel, Jemaat Gereja Korps Rawio, Jemaah

Masjid Desa Uwemanje.

4. Hubungan keluarga dengan pemerintah Desa Uwemanje dimana setiap

keluarga sangat menghargai Pemerintah desa dan seluruh aparat

40
Sambutan Kepala Desa saat pembukaan kegiatan olah raga yang dilaksanakan oleh
Gereja Bala Korps Uwemanje.tahun 2018.
46

pemerintah desa, karena pemerintah desapun sangat memperhatikan setiap

keluarga yang ada di Desa Uwemanje.

2.4.3. Toleransi antar umat beragama

Toleransi berasal dari Bahasa Inggris, Tolerance. Menurut Webster’sNew

American Dictionary (Halaman 1050) arti Tolerance adalah liberty to ward the

opinions of other diartikan dalam bahasa Indonesia artinya (lebih kurang) adalah

memberi kebebasan (membiarkan) pendapat orang lain dan berlaku sabar

menghadapi orang lain. Dalam bahasa Arab toleransi adalah tasamuh artinya

membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan saling memudahkan. Kamus

Umum Indonesia mengartikan toleransi itu sebagai sikap atau sikap menenggang,

dalam makna menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat,

kepercayaan, kelakuan yang lain dari yang dimiliki oleh seseorang atau yang

bertentangan dengan pendirian seseorang. Sikap itu harus ditegakkan dalam

pergaulan sosial terutama antara anggota-anggota masyarakat yang berlainan

pendirian, pendapat dan keyakinan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang laim, tanpa

mengorbankan diri sendiri.41Pada umumnya toleransi diartikan sebagai pemberian

kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesame warga masyarakat untuk

menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya

masing-masing.Selama di dalam menjalankan dan menentukan sikap itu tidak

bertentangan dengan syarat-syarat terciptanya ketertiban dan perdamaian

41
H.M. Daud Ali, dkk. Islam untuk di siplin hokum Sosial dan Politik (Jakarta,Bulan
Bintang, 1988), hlm. 80.
47

masyarakat.42Dalam hidup antar umat beragama ada beberapa faktor yang

mendorong terjadinya kerukunan antar umat beragama yaitu:

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama

serta antar umat beragama dengan pemerintah.

2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya

mendorong dan mengarahkan seluruh umat untuk hidup rukun dalam

bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan

sikap toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka

memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan

agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup ntern dan antar

umat beragama.

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya

dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip

berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan

memperlihatkan adanya sikap keteladanan. Dari sisi ini maka penulis

dapat mengambil hikmah bahwa nilai-nilai kemanusian itu selalu tidak

formal akan mengantar nilai pluralitas ke arah upaya selektifitas kualitas

moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya (makromah), yakni

komunitas warga memiliki kualitas ketaqwaan dan nilai-nilai solidaritas

sosial.

42
Umar hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar
Menuju Dialog dan Kerukunan antar Umat Beragama (Subaya,PT. Bina Ilmu,1997), hlm. 22.
48

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi

kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan agar tidak

terjadi penyimpanan-penyimpanan nilai-nilai sosial kemasyarakatan

maupun sosial agama.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan

cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,

sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa

dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realitas dalam kehidupan

bermasyarakat. Oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang

dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

2.4.4. Faktor-Faktor Penghambat Terjadinya Kerukunan Antar Umat

Beragama.

Ada beberapa faktor yang akan menjadi penghambat terjadi kerukunan antar

Umat beragama yaitu:

1. Pendirian Rumah Ibadah

Apabila dalam mendirikan rumah ibadah tidak melihat situasi dan kondisi

umat beragama dalam kacamata stabilitas sosial dan budaya masyarakat

setempat maka akan tidak menutup kemungkinan menjadi biang dari

pertengkaran atau munculnya permasalah umat beragama.

2. Penyiaran Agama

Apabila penyiaran agama bersifat agitasi dan memaksakan kehendak

bahwa agama sendirilah yang paling benar dan tidak mau memahami
49

keberagamaan agama lain, maka dapat memunculkan permasalahan agama

yang kemudian akan menghambat kerukunan antar umat beragama, karena

disadari atau tdak kebutuhan akan penyiaran agama terkadang berbenturan

dengan aturan kemasyarakatan.

3. Perkawinan Beda Agama

Perkawinan beda agama disinyalir akan mengakibatkan hubungan yang

tidak harmonis terlebih pada anggota keluarga masing-masing pasangan

berkaitan dengan perkawinan, warisan, dan harta benda, dan yang paling

penting adalah keharmonisan yang tidak mampu bertahan lama di masing-

masing keluarga.

4. Penodaan Agama

Melecehkan atau menodai doktrin suatu agama tertentu. Tindakan ini

sering dilakukan baik peroragan atau kelompok, meski dalam skala kecil,

baru-baru ini penodaan agama banyak terjadi baik dilakukan oleh umat

agama sendiri maupun dilakukan oleh umat agama lain yang menjadi

provokatornya.

5. Berebut kekuasaan

Saling berebut kekuasaan masing-masing agama saling berebut

anggota/jemaat dan umat, baik secara intern, antar umat beragama,

maupun antar umat beragama untuk memperbanyak kekuasaan.

6. Beda Pentafsiran
50

Masing-masing kelompok di kalangan antar umat beragama,

mempertahankan masalah-masalah yang prinsip misalnya dalam

perbedaan penafsiran terhadap kitab suci dan ajaran-ajaran keagunan

lainnya dan saling mempertahankan pendapat masing-masing secara

fanatik dan sekaligus menyalahkan yang lainnya.

7. Kurang kesadaran

Masih kurang kesadaran di antar umat beragama dari kalangan tertentu

menganggap bahwa agamanya yang paling benar, misalnya di kalangan

umat Islam yang dianggap lebih memahami agama dan masyarakat Kristen

menganggap bahwa di kalangannya benar.

2.5. Metode Penginjilan Umum di tengah Masyarakat Majemuk, di Desa

Uwemanje dalam Memelihara Kerukunan Antar Umat Beragama.

Metode penginjilan atau mengabarkan Injil sangat di butuhkan oleh

seorang pelayanan Tuhan dan perlu di pelajari dengan baik supaya kita dapat

melakukan penginjilan dengan baik.Bagaimana orang-orang Kristen dapat terlibat

dalam penginjilan?Mereka seharusnya secara pribadi bertanggung-jawab untuk

menyampaikan injil atau kabar baik itu. Firman Tuhan mengatakan “Maka kata-

Nya kepada murid-murid-Nya: Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.

Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan

pekerja-pekerja untuk tuaian itu”, (Matius 9:37-38).43

43
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 14.
51

Siapa yang bertanggung jawab dalam penginjilan atau mengabarkan Injil?

Pendeta?Majelis? Opsir Setempat? Misionaris?.Umum orang Kristen menganggap

kewajiban mengabrkan Injil adalah tanggung jawab para Pemimpin

Gereja.Alkitab tidak membenarkan anggapan ini. Alkitab tegas menandaskan :

a. Semua orang percaya adalah“garam”atau“terang”dunia(Matius 5:13 – 16).

b. “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis. 1 : 8); “kami ini adalah utusan-

utusan Kristus “ ( 2 Kor. 5 : 20)

c. Teladan orang Kristen pada Gereja mula-mula (Kis. 8 :1, 4).

d. Perintah Tuhan Yesus (Matius 28 : 19, 20).

Menyimak keempat butir di atas, jelaslah kewajiban mengabarkan Ijnil

adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan

dan Juruselamatnya. Setia orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai

kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.44

2.5.1. Pengertian Penginjilan.

Penginjilan adalah suatu pekerjaan sedunia untuk semua orang Kristen.

Firman Tuhan Mengatakan ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa

murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan

ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”

(Matius 28:19-20).

44
D.W. E llis, Metode Penginjilan,(Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF, Jakarta10510)
hlm. 7
52

Yang dimaksud dengan Mengabarkan Injil atau Penginjilan umum ialah

memberitakan Injil anugrah Allah kepada sekolompok ataau sejumlah orang.45

Ada beberapa pengertian penginjilan yang tertulis dalam Alkitab yang

perlu di perhatikan sebagai berikut:

1. Menyampaikan Injil tentang Yesus Kristus harus menjadi suatu cara hidup

orang yang percaya kepada Tuhan. Firman Tuhan yang terdapat dalam,

Kolose 1:25-27 mengatakan “Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai

dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-

Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari

abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan

kepada orang-orang kudus-Nya. Kepada mereka Allah mau

memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-

bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah

pengharapan akan kemuliaan”. 46

3. Injil harus diberitakan ke mana-mana sebelum Yesus datang. Firman Tuhan

Mengatkan, ” Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia

menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba

kesudahannya” (Matius 24:14). 47

4. Menyampaikan Injil tidak perlu menjadi seorang terdidik yang canggih

sehingga boleh memberitakan Yesus. Firman Tuhan mengatakan,

”Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak

45
D.W. E llis, Metode Penginjilan,(Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF, Jakarta10510)
hlm. 138.
46
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 326.
47
Ibid hlm. 43
53

datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk

menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan

untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu

Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan

dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku

tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan

keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada

hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah” (1 Korintus 2:1-5).48

5. Kita dipanggil untuk menjadi wakil-wakil Yesus dalam menyampaikan Injil.

Firman Tuhan mengatakan,”Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus,

seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama

Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah”

(2 Korintus 5:20). 49

6. Penginjilan adalah berbicara untuk Tuhan, tetapi juga menjadi teladan dalam

kebenaran. Firman Tuhan mengatakan,” Lalu Ia berkata kepada mereka:

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Markus 16:15). ”Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu,

supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”

(Yohanes 13:35).50

7. Penginjilan itu lebih daripada sekedar berkhotbah dan bersaksi. Firman

Tuhan Mengatakan,” Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN

telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar


48
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008) hlm. 269
49
Ibid. hlm. 295
50
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 177
54

baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk

hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan

kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara”

 (Yesaya 61:1).51

2.5.2. Metode Penginjilan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Metode berarti cara yang terartur

dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan atau sasaran yang

ditentukan demin mencapai tujuan yang pasti.52 Fungsi metode berarti sebagai alat

untuk mencapai tujuan. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, misionaris atau

penginjilan adalah usaha pemberitaan Injil terhadap orang lain, dimana seorang

yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada orang lain

dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orangyang baru menerima Kristus itu

dibimbing menjadi saksi Kristus pula.2 Namun dalam kenyataannya,

mengabarkan Injil bukanlah suatu hal yang mudah.Buktinya setiap orang

mempunyai kepribadian sendiri.Mereka harus didekati sesuai dengan

kepribadiannya.Karena itu, suatu metode diperlukan agar usaha penginjilan dapat

berjalan dengan lancar.Kepribadian merupakan sesuatu yang sukar dirumuskan.

Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, perasaan, dan

kemauan. Karena itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada

akal seseorang, sehingga perasaannya digerakkan, dan diserahkan kepada Yesus

51
Ibid. hlm. 1031
52
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka Jakarta BP. No. 3658) hlm.580-581.
55

Kristus.Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya

sendiri.

2.5.3. Bentuk metode penginjilan Tuhan Yesus kepada Masyarat umum:

Selanjutnya contoh metode penginjilan Tuhan Yesus kepada Umum.

Tuhan Yesus

mempunyai pelayanan yang luas kepada masyarakat umum, yang meliputi empat

pendekatan pokok yaitu:

a. Berkhotbah .

Orang banyak mendengar tentang kerajaan, tentang penghukuman atas

kemunafikan agama, dan tentang sifat-sifat Allah melalui khotbah-khotbah Tuhan

Yesus.Ia mengungkap hal-hal baru tentang konsepsi-konsepsi Perjanjian Lama

yang terkubur dalam tradisi. Ia menyatakan kebenaran pokok yang lebih mulia

dari konsepsi mengharapkan keselamatan dengan jalan melakukan hukum Taurat.

"Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat"

ketika Ia berkhotbah dengan kasih dan penuh wibawa. Kisah Para Rasul 8: 26-40.

b. Mengajar .

Tak pernah ada orang yang mengajar seperti Dia. Ia mengajar kepada orang

banyak dilereng-lereng bukit dengan pemandangan Danau Galilea, kepada

kelompok-kelompok di desa-desa, kepada orang seorang dalam rumahnya, kepada

orang yang ingin tahu, dan kepada mereka yang membaktikan dirinya. Ia

menyatakan kebenaran yang murni melalui perumpamaan-perumpamaan yang

menerangi realitas kehidupan.

c. Menyembuhkan.
56

Tak seorang pun yang meninggalkan Tuhan Yesus tanpa disembuhkan

sama sekali. Pada suatu saat, banyak orang berkumpul di sekeliling-Nya, "Dan

semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar

daripada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya".

d. Mengadakan mukjizat.

Orang banyak berkerumun dan menyaksikan ketika Tuhan

menyembuhkan orang kusta, memberikan penglihatan kepada orang buta,

memberi makan orang banyak dan membangkitkan orang mati. Murid-murid-Nya

takjub ketikaIa meredakan angin ribut. Dalam keheningan setelah angin ribut

diredakan, merekamelihat Yesus berjalan di atas air melalui kabut menuju perahu

mereka.53

2.5.4. Bentuk Metode Penginjilan di Desa Uwemanje yang dapat di

laksanakan.

Dengan memperhatikan metode yang di lakukan oleh Tuhan Yesus dalam

Alkitab.Penulis mengambil satu kesimpulan untuk melakukan Penginjilan di Desa

Uwemanje dalam memelihara kerukunan Antar Umat beragama dengan memakai

metode yang di lakukan oleh luar biasa sehingga orang banyak mengikut Dia lalu

Percaya kepada-Nya. Penulis memakai Metode Pengijilan sebagai berikut:

1. Berkhotbah melalui toa

Sejak di tetapkan oleh pemerintah dan Jendral Brian Peddle Pimpinan

Gereja Bala Keselamatan Sedunia dari KPI London dikirim kepada semua

Komandan Teritorial dan di teruskan kepada Komandan Divisi serta semua Opsir

53
http://bahankomsel.blogspot.com pada 10 Mei 2020
57

Distrik untuk tidak melaksanakan Ibadah apapun di Gereja tetapi di rumah-rumah

setiap jemaan demi memutuskan penyebaran Virus Corona.

Penulis sebagai Opsir Korps Uwemanje memutuskan untuk berkotbah

berdoa, putar lagu Rohani melalui pengeras suara yaitu Toa setiap hari minggu

bahkan setiap pagi, hasilnya sangat luar biasa karena dari keluarga kita dari

Islampun mendengar dan mereka sangat senang sekali karena mereka juga penulis

doakan hal itu mereka sampaikan kepada jemaat Korps Uwemanje bahkan hal itu

di benarkan oleh Kepala dusun Bapak Yunus Tonji juga sebagai Sersan Mayor

Korps Uwemanje di saat penulis mengadakan pertemuan serta wawancara dengan

kepala Dusun Bapak Yunus Tonji,.54

2. Bersaksi

Alkitab dengan jelas memberikan petunjuk tentang arti bersaksi seperti yang

tertulus dalam Firman Tuhan. Firman Tuhan mengatakan “ Apa yang telah ada

sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami,

yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba deengan tangan kami tentang

Firman Hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” (1 Yohanes 1 : 1.)55

Semua orang Kristen adalah saksi dalam memberitakan Injil, entah mereka

menyaksikan Kristus melalui hidup dan perkataan serta tingkah laku kita.Dalam

kesaksian, yang terutama adalah teladan; kehidupan kita harus memancarkan

pengakuan kita melalui teladan, memantapkan kepercayaan orang pada kita dan

54
Pendapat penulis
55
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 384.
58

membuka kesempatan untuk bersaksi.56di depan umum kepada Masyarakat yang

ada di Desa Uwemanje.

Kalau kita membaca dalam Firman Tuhan mengatakan “ Jangan seorang

pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-

orang percaya, dalam perkataanmu,dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam

kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.” ( 1 Timotius 4 : 12 ).57

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan adalah pelayan-pelayan Tuhan

yang harus mejadi saksi dalam memberitakan Injil.Kuasa untuk memberitakan

Injil adalah dari Tuhan melalui Roh Kudus-Nya.Kita dapat memberitakan Injil

dengan menyaksikan pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi dalam

kehidupan kita.Kita dapat memberritakan Injil dengan memuliakan Kristus dalam

kehidupan kita sehari hari.Firman Tuhan Mengatakan ”Karena itu pergilah,

jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan

Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa

sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20).58

Salah satu contoh bagaiman Penginjila dilaksanakan di Desa Uwemanje

dengan cara bersaksi ada satu keluarga yaitu keluaga Bapak Carles di Korps

Uwemanje dalam satu rumah ada dua keyakinan atau agama yang di anut

sebagai berikut Bapak dan kedua Putrinya beragama Kristen dan menjadi jemaat

Gereja Bala Keselamatan tetapi Ibu beragama Islam dengan adanya kesaksian

56
Chales Rigg, Billy Graham Counseling Depertemen. Persekutuan Pembaca
Alkitab(Menneapolis,Minnesota 55403,USA), hlm. .
57
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 340.
58
Ibid. Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 54.
59

yang di sampaikan oleh Penulis dalam keluarga ini ibu ini menerima dengan baik

apa yang penulis sampaikan sehingga suaminya dan kedua putrinya diselalu

anjurkan untuk ke Gereja, Ibadah kunjungan rumah kalau dapat giliran untuk

suami dan anaknya ibu ini tidak pernah menolak. Jika ada ibadah natal, ucapan

syukur, ibadah KKR ibu ini selalu hadir saat ini, keluarga ini sangat rukun.

Penulis saat ini tinggal menunggu kapan saatnya ibu ini mengambil keputusan

untuk menjadi orang Kristen serta menjadi anggota Gereja di Korps Uwemanje. 59

Firman Tuhan mengatakan “ Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita

dan janganlah malu karena Aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah

menderita bagi injil-Nya oleh kekuatan Allah.” ( 2 Timotius 1 : 8 ).60

3. Diakoni.

Pelayan Diakonia merupakan salah satu bentuk penginjilan yang sudah di

laksanakan oleh Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje selama Penulis

mulai melakukan pelayanan di Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje

Penulis melaksanakan pelayanan Diakonia ini kepada Masyarakat Desa

Uwemanje baik yang beragama Kristen Maupun kepada yang beragama Islam,

pelayanan ini di laksanakan pada saat ada duka atau pada saat ada kegiatan

Desa.61

2.5.5. Tugas Penginjil

59
Pendapat Penulis
60
Alkitab Terjemahan Baru ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 2008), hlm. 54.
61
Pendapat Penulis
60

Tugas penginjil adalah menyampaikan berita Inji. Isi berita Inji jika

dituliskan secara lengkap “ Masih banyak hal-hal yang diperbuat oleh Yesus,

tetapi jika semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agakny dunia ini tidak

dapat memuat semua kitab yang harus di tulis itu (Yohanes 21 : 25).

Ada tujuh berita Injil yang harus disampaikan kepada semua orang yang

ada di dunia ini khususnya di Desa Uwemanje sebagai berikut:

1. Berita tentang Allah

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa kita tidak akan dapat

mengenal Allah yang benar kecuali Allah itu sendiri yang menyatakan diri-Nya

kepada manusia melalui Alkitab. Allah yang benar adalah Allah yang di

tunjukkan oleh Alkitab adalah :

a. Allah adalah Roh (Yohanes 4 : 24)

b. Allah adalah Terang (1 Yohanes 1 : 5)

c. Allah adalah Kasih (Yohanes 3 : 16)

2. Berita tentang Keadaan Manusia

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa keadaan manusia yang

benar adalah menurut pandangan Allah yang telah digambarkan dalam Alkitab,

bukan berdasarkan pandangan manusia sendiri. Keadaan manusia menurut Alkitab

adalah:

a. Manusia makhluk mulia karena diciptakansegambar dengan Allah dan

diberi kuasa oleh Allah atas segala binatang dan ciptaan Allah lainnya

( Kejadian 1 : 26 – 28)
61

b. Manusia mkhluk hina karena sudah jatuh dalam kuasa dosa sehingga

membawah kematian dan hukuman di neraka, terpisah dari hadirat Allah

(Kejadian 2 : 16 – 17).

3. Berita tentang Yesus Kristus,

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa manusia tidaak mampu

menyelamatkan diri nsendiri dari kematian rohani kuasa iblis yang

membelenggunya dan manusia tidak akan bisa lahir baru karena rohaninya telah

rusak dan mati. Untukn itu manusia membutuhkan Juruselamat. Alkitab

menyatakan bahwa Juruselamat itu adalah Yesus Kristus karena :

a. Yesus adalah manusia sejati ( Liukas 2 7;40) tetapi juga Allah sejati yang

disebut sebaga sang Putra atau sang Anak ( Yohanes 10 : 30, 14 : 9-10)

b. Yesus datang kedalam dunia untuk menyelamatkan manusia, memberi

hidup baru( Likas 19 : 10).

4. Berita tentang Salib Kristus

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa karya terbesar Yesus

Kristus adalah penyelamatan manusia melalui pengurbanan-Nya di kayu salib.

Dalam kekristenan arti salib penting salib Kristus adalah:

a. Pendamaian Allah dengan Manusia (1 Tesalonika 1 : 10.

b. Penebusan bagi dosa manusia ( 1 Petrus 1 : 13-21)

c. Pembenaran bagi manusia ( Roma 4 : 5)

d. Pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah ( 2 Korintus 5:18 – 21).

5. Bertita tentang Roh Kudus


62

Injil yang disampaikan harus menyatakan bahwa Roh Kudus sebagai salah

satu dari oknum Allah Tri Tunggal. Dinyatakan bahwa:

a. Roh Kudus adalah Allah yang nama-Nya disatukan dengan Allah Bapa

dan (Matius 28 : 19)

b. Roh Kudus adalah oknum (pribadi) yang berpengetahuan ( 1 Korintus 2 :

10 – 11), menolong kita dalam doa (Roma 8 : 26 – 27), memimpin kita

( Kis. 16 : 6 – 7).

c. Roh Kudus ikut ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan misi

menginsafkan manusia yang telah dibutahkan oleh Iblis ( 2 Korintus 4 : 4).

6. Berita tentang Keselamatan.

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan bahwa keselamatan adalah

kelepasan seseorang dari keadaan sebagai manusia lama yang berdosa menjadi

manusia baru yang telah mendapat pengampunan dosa oleh iman kepada Yesus

Kristus. Keselamatan itu bukan jerih payah usaha manusia melaiankan anugerah

Allah melalui pengurbana Yesus Kristus. Pembaharuan keadaan orang percaya

melputi :

a. Mengalami lahir baru secara rohani ( Yohanes 3 : 3),

b. Menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5 : 17).

c. Memiliki arah hidup yang baru ( Matius 7 : 13- 14).

7. Berita tentang Gereja

Injil yang kita sampaikan harus menyatakan berita tentang gereja yang di

dalamnya terdapat arti dan sifat-sifat gereja serta kewajiban orang percaya untuk

menjadi anggota gereja. Kewajiban anggota gereja adalah:


63

a. Berbakti di gereja lokal masing-masing ( 1 Petrus 2 : 4)

b. Bersekutu antara anggota yang satu dengan anggota yang lain

(1 Petrus 2:5).

Seorang Penginjil di haruskan memiliki syarat-syarat umum sebagai

seorang kristiani tetapi juga memiliki syarat-syarat khusus sebagai Penginjil yaitu

1. Keyakinan Mengenai Keselamatan

Seorang penginjil harus mengenal Yesus Kristus secara pribadi.

Seorang Penginjil harus yakin dengan keselamatan pribadi yang telah

diterimanya dari Tuhan Yesus.

2. Kedewasaan Rohani.

Seorang penginjil harus dewasa secara rohani karena ia akan membimbing

seseorang menjadi anak rohaninya untuk percaya kepada Tuhan.62

Penulis sangat setuju sekali jika seorang penginjil harus yakin dengan

keselamatan yang ia terima secara pribadi dari Tuhan Yesus dan harus

memiliki kehidupan rohani yang sudah dewasa supaya seorang Penginjil dapat

membimbing orang lain untuk percaya kepada Tuhan Yesus.63

62
Bambang Eko Putranto, Misi Kristen (Andi – Penrbit Buku dan Majalah Rohani,
Jogjakarta 55281) hlm.160-164.
63
Pendapat Penulis.
64

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian yang

bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu; kajian berbagai studi dan

kumpulan berbagai jenis materi empiris, seperti studi kasus, kisah hidup,

pengalaman personal, pengakuan introspektif, wawancara, artifak, berbagai teks

dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional, dan berbagai teks

visual.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah,(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana


65

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tehnik pengumpulan data dilakukukan

secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.64

Pengambilan data melalui deskriptif kualitatif yaitu dengan cara

mendeskripsikan (menggambarkan) suatu populasi tertentu yang sedang diamati

dan fokus penelitiannya adalah perilaku yang sedang terjadi. Peneliti terlibat

dengan kegiatan orang-orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data peneliti. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut merasakan apa

yang di kerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan dukanya. Dengan oservasi

partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. 65

Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala

sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategori tertentu.Seperti

yang telah dikemukakan, analisis data kualitatif setelah di lapangan meliputi

analisis deskritif.66

Jenis data dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari data primer dan data

sekunder.Sumber data primer adalah data dalam bentuk variabel atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek

yang dapat dipercaya.Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),

literatur, foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat
64
.Sugiyono.Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2020), hlm. 9.
65
Sugiyono.Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2020), hlm. 106.
66
Ibid, hlm. 174.
66

memperkaya data primer. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik

pengumpulan data, maka tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi (pengamatan) interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi

dan gabungan keempatnya.67 Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis adalah berusaha mendeskripsikan dan menganalisis hasil data yang

diperoleh secara mendalam dari subjek permasalahan tentang kegiatan

komunikasi kelompok yang dilakukan tokoh agama dan masyarakat dalam

menjaga kerukunan umat berbeda beragama di Desa Uwemanje.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini adalah Desa

Uwemanje, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi dikarenakan beberapa alasan.

Pertama, mengetahui di Desa Uwemanje memiliki masyarakat plural yang terdiri

dari dua agama yaitu Islam dan Kristen, serta tiga organisasi Gereja yakni Bala

Keselamatan, Gereja Pentakosta, dan Gereja Protestan.

Kedua, terdapat tempat ibadah yang letaknya hampir mewakili setiap dusun, yaitu

gereja Protestan di dusun 1, Masjid gereja Pentakosta, dan gereja Pos Pelayanan

Bala Keselamatan di dusun 2, Gereja Bala Keselamatan Korps I Uwemanje di

dusun 2, Gereja Bala Keselanatan Korps Rawio di dusun 3.

Ketiga, hubungan sosial keagamaan di Desa Uwemanje yang selalu rukun baik

dalam kegiatan kerja bakti memperbaiki saluran air, membangun gereja, dan

masjid, serta hubungan sosial yang lain yang dapat memelihara kerukunan antar

umat beragama di Desa Uwemanje.


67
Ibid, hlm. 104
67

3.3. Subjek dan ObjekPenelitian

3.3.1. Subjek Penelitian

Subyek penelitian merupakan informan yang diteliti. Menentukan

informan merupakanhal yang sangat penting untuk membantu peneliti dalam

proses penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive

sampling (sampel bertujuan).

Menurut sugiyono purposive sampling merupakan sampel yang sengaja di pilih

karenawaktu dan tujuan tertentu yang penulis anggap dapat mewakili dan

memahami masalah yang diteliti. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk

memperoleh keterangan serta data-data lebih lanjut sehingga penelitian dapat

diselesaikan dengan baik. Melalui informan inti, penulis anggap dapat

meminimalisir kesalahan dalam penelitian sehingga penulis menganggap subyek

yang akan diteliti layak untuk menjadi informan. Untuk meminimalisir kesalahan-

kesalahan yang terjadi dilapangan, maka Spradly dalam Faisal 1990: 44,

menerangkan persyaratan yang dipenuhi oleh seorang informan yaitu:68

1. Mereka yang menguasai dan memahami melalui proses enkulturasi sehingga

sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati.

2. Mereka tergolong masi sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang

tengah diteliti.

68
Sugiyono, Metode penelitian kualitatif, hlm 98
68

3. Mereka mempunyai kesempatan dan waktu yang memadai untuk diminta

informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga

lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Untuk menentukan informan penelitian maka diperlukan criteria sebagai

berikut:

1. Orang yang di pandang memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam

tentang obyek yang akan diteliti.

2. Orang yang dipandang mampumemberikan informasi secara mendalam

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

3. Orang yang terlibat langsung dalam aktivitas lembaga yang akan dijadikan

pusat penelitian.

4. Orang yang mengetahui atau terlibat langsung dalam komunitas

masyarakat yang menjadi obyek dari penelitian. Maka informan dalam

penelitian ini terdiridari :

1. Tokoh masyarakat Desa Uwemanje

2. Opsir Setempat Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje

3. Tokoh Pemuda Desa Uwemanje

3.3.2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini obyek penelitian yang diambil berdasarkan subyek

penelitian yang sudah di tentukan penulis. Dan yang menjadi obyek penelitian kali
69

ini di ambil dari masyarakat Desa Uwemanje yang berjumlah sekitar …. jiwa.

Adapun jumlah anggota jemaat Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje saa

tini sebanyak 403 orang. Obyek penelitian dipilih berdasarkan purposive sampling

sehingga terpilih 25 orang tokoh-tokoh masyarakat sebanyak 9 orang, tokoh-tokoh

gereja sebanyak 10, dan tokoh pemuda sebanyak 6 orang.

3.3.3 Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh.69 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua

sumber data yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(ataupetugasnya) dari sumber pertamanya.70 Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Tokoh Masyarakat Desa Uwemanje,

Opsir Setempat Gereja Bala Keselamatan Korps Uwemanje, Tokoh pemuda

DesaUwemanje.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.71 Dalam penelitian ini,

dokumentasi dan angket merupakan sumber data sekunder.

69
SuharsimiArikunto. ProsedurPenelitiansuatupendekatanpraktik. Hlm. 129.
70
SumadiSuryabrata. Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), hlm. 93
71
Ibid. hlm. 94.
70

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Wawancara.

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih

dengan tujuan tertentu. Wanwancara atau interviu adalah sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, tanpa menggunakan pedoman wawancara.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara

sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Dia

pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan

diakhiri.72

Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan responden

yang terpilih yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui dan memahami

maksud peneliti.

2. Observasi.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra

lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.didalam

pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian.

72
H. M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Kencanan Prenada Media Group 2005), hlm. 126.
71

Seseorang yang sedang melakukan pengamatan, tidak selamanya menggunakan

pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa

yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya: seperti apa yang didengar,apa yang ia

cicipi, apa yang dirasakan dari penciumannya, bahkan apa yang ia rasakan dari

sentuhan-sentuhan kulit.73 Tehnik observasi dalam penelitian ini penulis berusaha

mengamati kondisi situasi sosial, maupun masyarakat beserta kegiatan di Desa

Uwemanje.

3. Dokumentasi

Dokumentasi (Documentary historical) Teknik pengumpulan data dengan

dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh dengan dukumen-dokumen,

di antaranya adalah 55 dokumen berupa arsip-arsip, dokumen milik lembaga atau

pribadi dan dokumen publik seperti data atau informasi yang tercantum di

berbagai media masa, kepustakaan, bahan publikasi instan dan pengumuman

publik. Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial.Pada intinya metode dokumentasi

adalah metode yang digunakan untuk menulusuri data historis.Dengan demikian

pada penelitian sejarah, maka bahan dokumentasi memegang peranan yang amat

penting.74Dengan teknik dokumentasi ini dapat diperoleh data

tentanggambaranumum obyek wilayah penelitian di Desa Uwemanje guna

memenuhi kelengkapan penulisan skripsi.

73
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik
Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Kencanan Prenada Media Group 2005), hlm. 133-134.
74
IBurhan Bungin, Metodologi Penelitian Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik
Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Kencanan Prenada Media Group 2005), hlm. 144.
72

3.5. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Pendekatan kualitatif pada penelitian ini memusatkan perhatian pada

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-

gejala sosial di dalam masyarakat, sehingga pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan sosiologi yang menjadikan makna dari gejala-gejala sosial dan budaya

sebagai objek analisis dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategori dalam

mendapatkan data. Dalam hal ini penulis berusaha mengetahui hubungan antara

umat Islam, dan Kristen dalam melakukan kegiatan komunikasi kelompok untuk

mencapai tujuan yang sama yaitu menjaga kerukunan antar umat beragama di

Desa Uwemanje.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah penulis mengumpulkan seluruh data dan

informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini peneliti

melakukan beberapa proses analisis dan interpretasi hasilnya, yaitu melalui

pengeditan (editing), pemberian kode (koding), dan pemrosesan data (data

processing). Setelah data terhimpun dan diteliti kembali catatan-catatan tersebut

yang disebut dengan editing diolah dalam suatu proses dan analisis. Diantaranya

adalah melakukan verifikasi, yaitu pemeriksaan data yang benar atau tidak

(kesalahan) dari hasil survei yang dilakukan, dengan cara melalui:

1) Penyelidikan dari sumber-sumber kesalahan yang terjadi dalam proses

penelitian,
73

2) Menggevaluasi mengenai tingkat akseptabilitas hasil berdasarkan landasan

teori dan empiris (berdasarkan pengalaman).

Tujuan verifikasi adalah untuk membandingkan hasil penelitian dengan

data ekstrem yang mungkin dapat terjadi dalam masalah sama dan juga untuk

mengetahui apakah hasil tersebut sesui atau tidak dengan landasan teoritis

terhadap masalah yang ditelaah tersebut.75

Dalam menganalisis data hasil temuan di lapangan, penulis menggunakan

konsep dasar pemikiran sebagai berikut:

6. Semakin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka

semakin banyak interaksi dan komunikasi yang dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan.

2. Semakin banyak orang melakukan interaksi dan komunikasi, maka semakin

sering orang tersebut memahami perasaan orang lain.

3. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan semakin tinggi

frekuensi interaksi dan komunikasi yang dilakukan, berarti juga semakin

sering aktivitas dilakukan.

Menganalisi data penelitian merupakan suatu langkah yang sangat

kritis.Penulis mencoba membuktikan konsep pemikiran teori dengan

membandingkan dengan fakta yang ada secara aktual dan akurat sesuai objek

yang diteliti.76 Adapun objek kajian penulisan ini adalah fenomena sosial tentang

komunikasi kelompok tokoh agama dalam relasi sosialnya terhadap masyarakat di

75
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations dan Media( Jakarta: Rajawali, 2009 ),
hlm. 166.
76
Yatim Riyanto, Petodologi Penelitian Pendidikan( SIC Anggota IKAPI No.035/JTI 1996),
hlm.104.
74

Desa Uwemanje dalam menjaga kerukunan umat berbeda agama, sehingga apa

yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini bisa terjawab dengan maksimal.

3.7. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan tahap pemeriksaan data serta penentu kesahihan

atau validitas hasil penelitian.Dengan demikian data yang valid, absah adalah data

yang tidak ada bedanya antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.Uji keabsahan data dalam penelitian,

sering hanya ditekankah pada uji validitas dan reliabilitas. 77 Dalam hal ini, penulis

menggunakan tiga teknik yaitu sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan Perpanjangan pengamatan yaitu menambah

insensitas pengamatan lapangan secara langsung. Karna perpanjangan

pengamatan sangat sering terjadi dan memungkinkan terjadi hubungan

antara peneliti dengan informan atau narasumber menjadi akrab tanpa ada

jarak lagi saling terbuka maka saling percaya, senhingga tidak ada lagi

informasi yang disembunyikan dan disitu peneliti akan menemukan

informasi secara lengkap. Disini peneliti melakukan penelitian dari bulan

Maret 2020 sampai bulan September 2020.

2. Tringulasi data Tringulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagi cara dan waktu. Keabsahan data ini merupakan cara untuk

mengetahui data pembanding atas data yang diperoleh. Sedangkan

tringulasi yang dilakukan peneliti adalah tringulasi sumber. Tringulasi

sumber berfungsi untuk membandingan antara hasil wawancara responden


77
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2020), hlm. 181.
75

A dengan responden B tentang keterangan mereka untuk beberapa tema

yang sama dan diperbandingkan hasilnya. Triangulasi sumber dilakukan

peneliti dengan membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil

pengamatan peneliti di lapangan. Pada penelitian ini, untuk menguji

kredibilitas data tentang relasi hubungan antar pemeluk Islam, Kristen.

Penulis menggunakan triangulasi sumber, teknik, dan waktu.Tahap yang

dilakukan penulis dengan melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat dan

agama di Desa Uwemanje.Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh kesimpulan

dan data yang akurat.


76
77
78

Anda mungkin juga menyukai