Anda di halaman 1dari 2

Pemikiran Dialogis Katolik dan Islam Kontemporer -inspirasi untuk

Indonesia
Dalam pemikiran Kristen tentang Islam, perkembangan teologi agama Kristen abad
ke-20 ada tiga padangan yang mendasari yaitu eksklusivisme, inklusifisme, dan pluralism.
Dalam penjelasannya eksklusivisme adalah keselamatan (atau di terima oleh Tuhan) hanya
melalui kepercayaan kepada Kristus dan komunitas Kristen, inklusifisme di tekankan melalui
kristus, tetapi anggota komunitas agama lain dapat di selamatkan, melalui kristus, (frase
kontroversial dari karl Rahner (1904-1984) orang Kristen anonym, sedangkan pluralism lebih
menekankan pada acara untuk keselamatan, anggota komunitas agama lain dapat di
selamatkan melalui mereka sendiri dalam tradisi keagamaan.
Menurut Luy Masyinong yang pergi ke negara lain di eropa untuk mempelajari lebih
dalam tentang ilmu agama, tetapi pada masa itu, situasi social politik wilayah tersebut sedang
tidak stabil, sehingga Luy Masyinong di tangkap, tetapi ada sebuah keluarga muslim yang
menyelamatkannya dan pada saat itu, Dia merasa sangat terpuruk dan tidak tentu arah, tetapi
dengan komunikasi yang baik, Luy Mayinong dapat menemukan iman kristianinya melalui
kelurga muslim terseut, dan Beliau bisa merasakan kehadiran Roh kudus, hadir melalui
keluarga muslim tersebut. jadi dapat di tekankan kembali bahwa perbedaan tidaklah menjadi
kendala bagi setiap orang untuk beriman, tetapi yang menjadi dasarnya adalah saat atau
situasi dimana seseorang bisa meyakini dan mejalankan makna spiritual hidup berimannya
dengan di tengah perbedaan kultur.
Dengan pemahaman ini, seiring dengan perkembangan zaman, Iman selalu
mengarahkan setiap orang untuk dapat melihat dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang
setara dengan lainnya. Karena ciptaan Tuhan yang setara inilah yang membuat setiap
manusia harus bisa memberikan penghayatan terhadap setiap situasi yang terjadi. Masyarakat
Indonesia merupakan salah satu kalangan masyarakat yang memiliki berbagai macam bentuk
keanekaragaman baik itu social, budaya, agama, ras, etnis dan lainnya, hal ini dikenal dengan
suatu perpaduan inkulturasi dari ketiga pandangan dasar yang sedang berkembang seluruh
masyarakat Indonesia dalam bentuk kultural. Sehingga dalam hal ini, komunikasi iman perlu
untuk dikembangkan dalam setiap golongan masyarakat Indonesia yang kultural, karena
dengan sebuah komunikasi yang baik dapat memberikan suatu kenyamanan dalam setiap
individu maupun golongan. Perbedaan bukanlah suatu objek yang menjadikan setiap individu
manusia merasa asing dengan sesama, tetapi dengan adanya perbedaan inilah yang membuat
seorang individu dapat memahami dirinya sebagai suatu ciptaan yang bermanfaat bagi
banyak orang, hal tersebut dapatlah terjadi jika setiap individu atau pribadi manusia dapat
menjalankan komunikasi iman yang baik dengan sesama.
Pada dasarnya pemikiran dialogis umat katolik dan islam kontemporer dapat dijadikan
sebagai suatu inspirasi untuk seluruh masyarakat Indonesia, karena seiring dengan
berkembangnya jaman banyak sekali perubahan telah terjadi, baik itu dari dalam maupun dari
luar yang membuat adanya kemajuan dalam berbagai bidang social kemasyarakatan yang
dapat meningkat secara signifikan, baik dalam perilaku, tindakan, maupun pola pemikirannya
yang berubah, seiring berjalannya waktu dari abad ke abad. Dalam komunikasi iman umat
katolik dan umat Islam dikatakan bahwa perbedaan agama dan keyakinan spiritualitas,

1
bukanlah suatu aspek yang digunakan sebagai salah satu bentuk ajang persaingan demi
melihat siapa yang paling unggul dan hebat, tetapi dengan berbagai perbedaan inilah yang
membuat bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia, oleh sebab itulah
Indonesia dikatakan sebagai negara/bangsa yang majemuk dengan berbagai keanekaragaman
atau pluralisme yang dimiliki. Perbedaan inilah yang membuat setiap individu dapat
menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitar, dalam ruang lingkup masyarakat plural;
seperti yang dikatakan Pak wildan dan pak ilham (Dosen UIN Jakarta) dalam sebuah dialog
agama yang terjadi di Univeritas Katolik Indonesia Atma Jaya yaitu “dalam suatu wilayah
masyarakat luas, terdapat semua ajaran agama yang ada di Indonesia (6 Agama: Islam,
Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu), yang menjadikan masyarakat
Indonesia di sebut sebagai negara yang majemuk, yang dapat memberikan sebuah pusat
perhatian dan inspirasi untuk semua Kalangan masyarakat Indonesia yaitu semua ajaran
yang ada dalam ruang lingkup wilayah tersebut selalu hidup damai, rukun dan tentram.
Sebab jika ada suatu hari raya kebesaran salah satu agama maka, semua masyarakat yang
ada dalam lingkungan wilayah tersebut pastikah selalu ikut terlibat dalam memeriahkan dan
merayakan hari raya tersebut, serta selalu memunculkan rasa solidaritas, dan kepakaan
terhadap sesama di sekitar tanpa memandang suatu perbedaan yang membuat setiap
individu merasa asing”. oleh sebab itu, dengan dialog inilah yang membuat setiap orang
dapat berpikir untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berada dalam situasi yang
majemuk dengan budaya kultur yang berbeda beda atau dalam situasi perbedaan iman
maupun kepercayaan masing-masing individu manusia.
Dapatlah ditegaskan kemabli bahwa “ketika kita bisa mencintai Agama Sendiri maka dapat
menjadikan kita pribadi yang terbuka terhadap sesama”. (Rm. Greg)

Anda mungkin juga menyukai