Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai banyak keragaman, salah satunya adalah

keragaman agama. Agama dijadikan sebagai landasan yang sangat penting,

Sebab digunakan sebagai pedoman hidup umat manusia dalam menjalankan

arti dasar dari kehidupannya. Sehingga, dapat dijadikan sebagai landasan dasar

individu dalam bertingkah laku dengan sesama. Dengan adanya latar belakang

sosial, agama dan budaya yang berbeda, maka masyarakat akan memiliki

sikap dan nilai yang berbeda pula. Sehingga mempunyai potensi terjadinya

konflik antar agama, maka perlu adanya sikap persatuan dan kesatuan antar

kelompok agar dapat menciptakan kehidupan yang harmonis.1

Dalam menciptakan sikap persatuan dan kesatuan perlu adanya

kerukunan antar umat beragama. Kerukunan berarti baik, damai dan tidak

berselisih. Persatuan dan kerukunan mempunyai hubungan yang sangat erat.

Persatuan hanya akan ada jika kerukunan tercipta. Kerukunan merupakan

syarat utama adanya persatuan. Persatuan dan kerukunan harus diterapkan

agar kehidupan masyarakat menjadi tentram dan damai. Kerukunan umat

beragama bukan berarti menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur

dari satu agama baru. Namun, kerukunan dimaksudkan agar terbina dan

1
Munandar Sulaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung: Eresco,
1992), 219.

1
2

terpelihara hubungan baik dalam pergaulan antara warga yang berkelainan

keyakinan.2

Kerukunan antar umat beragama bertujuan untuk mewujudkan

kesatuan pandangan dan kesatuan sikap, agar melahirkan kesatuan perbuatan

dan tindakan serta tanggung jawab bersama. Sehingga tidak ada pihak yang

melepaskan diri dari tanggungjawab. Dengan kerukunan umat beragama

menyadari bahwa masyarakat dan Negara adalah milik bersama dan menjadi

tanggungjawab bersama untuk memeliharanya. Oleh sebab itu, kerukunan

umat beragama bukanlah kerukunan sementara, dan bukan pula kerukunan

politis, namun kerukunan hakiki yang dilandasi oleh nilai-nilai universalitas

dan misi kemanusiaan.3

Keragaman agama dan keyakinan tidak mungkin dihindari, tetapi

diterima sebagai mitra dialog dan pemberdayaan. Agama boleh berbeda,

namun kerukunan diantara umat beragama harus tetap terpelihara demi

ketentraman dan kedamaian. Kerukunan antar umat beragama adalah

menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi saling merendahkan dan

menganggap agama yang dianutnya paling baik. Bentuk nyata yang dapat

dilakukan adalah dengan dialog antar umat beragama yang membahas

mengenai kerukunan dan perdamaian hidup dalam masyarakat.4

Dialog antar umat beragama dimaknai sebagai komunikasi antara dua

atau lebih orang yang mempunyai agama yang berbeda. Dialog menjadi jalan

2
Saidurrahman dan Afriansyah, Nalar Kerukunan: Merawat Keragaman Bangsa Mengawal NKRI
(Jakarta: Prenada Media, 2018), 17.
3
Ibid., 18.
4
Ibid.
3

bersama menuju kearah kebenaran, partnership tanpa ikatan dan tanpa

maksud yang tersembunyi.5 Dengan adanya dialog antar umat beragama, maka

masyarakat dapat mengenal berbagai agama, sehingga dapat menumbuhkan

sikap toleransi dan dapat mempererat hubungan antar sesama.6

Menurut Mukti Ali, dialog antar umat beragama bukan hanya saling

memberi informasi mengenai agama yang diyakini, dialog agama juga tidak

sama dengan usaha dari orang untuk menjadikan dirinya yakin akan agama

yang ia yakini dan menjadikan orang lain memeluk agama yang ia yakini.

Namun, dialog antar umat beragama dapat digunakan untuk meningkatkan

kerjasama antar individu yang berbeda keyakinan, sehingga kehidupan akan

menjadi harmonis tanpa adanya diskriminasi terhadap masalah keagamaan.7

Dengan demikian, dialog antar umat Islam dan Katolik merupakan

suatu percakapan/interaksi yang dilakukan oleh dua individu atau lebih yang

mempunyai agama yang berbeda, yaitu Islam dan Katolik yang bertujuan

untuk membina kerukunan dan kedamaian antar sesama.8

Dusun Ngesong Sumber Bentis merupakan sebuah Dusun yang berada

di Desa Manyaran Kacamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Di Dusun Sumber

Bentis terdapat dua agama yang dianut, yakni Islam (70%) dan Katolik (30%)

mereka hidup saling berdampingan. Adapula masyarakat yang melangsungkan

pernikahan lintas agama yaitu antara masyarakat yang beragama Islam dan

5
G. Edwi Nugrohadi, dkk., Menjadi Pribadi Religius dan Humanis (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), 58.
6
Mohammad Al Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an (Jakarta: Kencana, 2018),
257.
7
G. Edwi, Menjadi Pribadi Religius., 58.
8
Mohammad, Pendidikan Orang Dewasa., 257.
4

Katolik. Dengan adanya beragam agama yang dianut dapat menimbulkan

potensi terjadinya konflik antar agama yang dapat memecahkan persatuan dan

kesatuan. Namun, realitasnya masyarakat dapat hidup dengan rukun dan

damai. Tidak ada perselisihan yang terjadi secara serius yang dapat

mengakibatkan konflik antar agama.9

Kerukunan yang ada di masyarakat dilakukan melalui dialog antar

umat Islam dan Katolik dan peran serta aparat desa dalam membina kerukunan

umat. Hal yang menarik di sini adalah kerukunan antar umat Islam dan

Katolik tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja. Namun, anak-anak usia

dini di Dusun Ngesong Sumber Bentis sudah menjalin kerja sama yang baik

antara anak yang beragama Islam dengan anak yang beragama Katolik dalam

kehidupan sehari-hari ketika di sekolah, mengerjakan tugas kolompok, serta

ketika terdapat perayaan hari besar masing-masing agama, seperti ketika

terdapat perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. semua murid yang beragama

Islam dan Katolik ikut serta dalam memperingati hari tersebut. Menurut para

pemuka agama kerukunan antar umat Islam dan Katolik sudah ada sejak awal

adanya agama itu datang. Sehingga, sampai sekarang ini masyarakat hidup

dengan rukun dan tentram. Bentuk kerukunan yang terdapat di masyarakat

dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pada saat hari Kemerdekaan Indonesia semua masyarakat saling

membantu untuk menyukseskan berbagai acara untuk memperingatinya,

seperti membuat perlombaan untuk anak-anak, dan lain-lain. Dengan

9
Hasil Wawancara dengan Tokoh Agama Islam Ibu Tuminah Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds.
Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri.
5

adanya kegiatan ini maka masyarakat akan saling berinteraksi/berdialog

dengan sesama tanpa memperhatikan agama yang dianutnya. Sehingga

masyarakat akan saling mengenal satu sama lain.

2. Ketika terdapat masyarakat yang meninggal dunia mereka berta’ziah tanpa

memandang agama yang dianut. Jadi, apabila terdapat masyarakat yang

beragama katolik meninggal dunia maka masyarakat yang beragama islam

turut berduka dengan cara berta’ziah, hal ini dilakukan sebagai tanda

hormat terhadap sesama.

3. Saling mendukung dan bersilaturahmmi pada saat hari besar keagamaan

masing-masing agama. Jadi, apabila masyarakat yang beragama Islam

sedang merayakan hari Raya Idhul Fitri maka masyarakat yang beragama

Katolik turut serta bersilaturahmi dengan sesama. Dan sebaliknya, apabila

masyarakat yang beragama Katolik sedang merayakan Hari Natal, maka

masyarakat yang beragama Islam diundang untuk menghadiri acaranya

tersebut.10

Sedangkan aparat desa berperan sebagai pendukung dari semua

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, selama kegiatan tersebut tidak

menimbulkan perselisihan antar umat Islam dan Katolik. Serta sebagai tempat

untuk melakukan dialog antar umat Islam dan Katolik, karena dialog antar

umat Islam dan Katolik dilaksanakan ditampat tinggal aparat desa setempat.

Sehingga dalam hal ini aparat desa berwenang untuk membina sekaligus

10
Ibid.
6

mengawasi kegiatan dialog yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan

demikian, dialog antar umat Islam dan Katolik dapat berjalan dengan lancar.11

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kerukunan

masyarakat yang tercipta di Dusun Ngesong Sumber Bentis tersebut tidak

terlepas dari upaya dan kesadaran dari masyarakat setempat untuk saling

menghormati antar pemeluk agama. Upaya untuk mewujudkan kerukunan

antar pemeluk agama tersebut merupakan salah satu bentuk dari dialog agama

di Dusun Ngesong Sumber Bentis. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti lebih

mendalam mengenai bentuk-bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik yang

diterapkan dalam rangka menciptakan kerukunan dan kedamaian antar umat

beragama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “DIALOG ANTAR UMAT

ISLAM DAN KATOLIK DI DUSUN NGESONG SUMBER BENTIS

DESA MANYARAN KECAMATAN BANYAKAN KABUPATEN

KEDIRI”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana bentuk-bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik di Dsn.

Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri?

11
Ibid.
7

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan dialog antar

umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran

Kec. Banyakan Kab. Kediri?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan bentuk-bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik di

Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri.

2. Untuk menjelaskan fakto pendukung dan penghambat dalam menerapkan

dialog antar umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds.

Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri.

D. Manfaat Penelitian

Berikut manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti-peneliti yang

mengambil tema yang relevan atau sama dengan penelitian ini, sehingga

dapat memberikan kontribusi informasi mengenai dialog antar umat Islam

dan Katolik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat digunakan untuk menambah informasi mengenai dialog

antar umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds.

Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri.


8

b. Bagi Pemerintah Desa

Dapat dimanfaatkan oleh aparat desa sebagai evaluasi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat khususnya dalam

bidang dialog antar umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber

Bentis Ds. Manyaran Kec. Banyakan Kab. Kediri.

c. Bagi Akademik

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai

berbagai bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik yang diterapkan

di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec. Banyakan Kab.

Kediri dalam menciptakan kerukunan umat beragama.

E. Definisi Opersional Penelitian

1. Dialog Antar Umat Islam dan Katolik

Dialog antar umat Islam dan Katolik merupakan suatu

percakapan/interaksi yang dilakukan oleh dua individu atau lebih yang

mempunyai agama yang berbeda, yaitu agama Islam dan Katolik yang

bertujuan untuk membina kerukunan bersama.12

2. Bentuk-bentuk Dialog Antar Umat Islam dan Katolik

a. Dialog Diskusi Teologis

Dialog diskusi teologis dapat berbentuk pertemuan-pertemuan,

baik reguler maupun tidak reguler yang bertujuan untuk menjelaskan

ajaran agama atau keyakinan yang dianut oleh masing-masing pihak

12
Mohammad, Pendidikan Orang Dewasa., 257.
9

guna dipahami dan dimengerti, namun bukan untuk diperdebatkan atau

untuk memengaruhi peserta dialog yang agama atau keyakinannya

berbeda.13

a. Dialog untuk Doa Bersama

Model dialog ini sering dilakukan dalam pertemuan nasional

dan internasional yang dihadiri oleh berbagai tokoh agama yang

beragam dan para pengikutnya. Hal ini, bukan berarti doa bersama

dengan doa yang sama. Namun, melakukan doa bersama dengan cara

sendiri-sendiri sesuai dengan keyakinannya untuk tujuan yang sama.14

b. Dialog Kerjasama

Dialog perbuatan merupakan dialog yang dilakukan oleh

individu yang berbeda keyakinan untuk melakukan kerjasama guna

membantu orang lain tanpa melampaui batas sosio kultural yang ada.15

c. Dialog antarmonastik

Dialog antarmonastik merupakan dialog dengan teknik tukar-

menukar pegalaman hidup orang yang dianggap suci oleh agamanya

dengan cara menetap pada tempat tinggalnya dengan waktu yang telah

ditentukan.16

13
G. Edwi, Menjadi Pribadi Religius., 60.
14
Antonius, Noor Rachamat, dan Antonina Panca Yuni Wulandarai, Relasi dengan Tuhan
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), 367.
15
G. Edwi, Menjadi Pribadi Religius., 60.
16
M. Khoiril Anwar, “Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia”, Junal Dakwah, Vol. 19 No.1
(Yogyakarta: UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta, 2018), 105.
10

d. Dialog kehidupan

Dialog kehidupan merupakan bentuk yang paling sederhana

dari pertemuan antar umat beragama. Di sini para pemeluk agama yang

berbeda saling bertemu, dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka membaur satu sama lain dalam aktivitas sosial secara

normal.17

F. Telaah Pustaka

1. Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia dalam Perspektif TH.

Sumartana, oleh Mukhlis Huda (2004) Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Penelitian sebelumnya fokus penelitian terletak pada pemikiran

oleh seorang tokoh yaitu TH. Sumartana tentang dialog antar umat

beragama di Indonesia. Sehingga bertujuan untuk mengatahui berbagai

bentuk dialog antar umat beragama di Indonesia menurut TH. Sumartana.

Selain itu, untuk mengatasi persoalan dialog antar agama agar dialog antar

agama di Indonesia dapat dijalankan dengan lebih baik dari sebelumnya

tanpa menimbulkan permasalahan menganai keagamaan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya

yaitu metode library reseach dan pendekatan historis-faktual. Hal ini

dikarenakan dalam penelitian sebelumnya yang menjadi objek penelitian

adalah pemikiran seorang tokoh, Sehingga berusaha untuk menggali lebih

17
Samsi Pamolingo, Membumikan Dialog Dialog Liberartif (Yogyakarta: Deepublish, 2016), 9.
11

dalam mengenai pemikiran TH. Sumartana tentang dialog antar umat

beragama di Indonesia dengan cara mencari berbagai buku, artikel dan

jurnal yang ada diperpustakaan.

Penelitian sebelumnya menghasilkan temuan bahwa menurut TH.

Sumartana dialog antar umat beragama di Indonesia lebih menitik beratkan

pada aspek praktis, sehingga dialog antar umat beragama didahului dengan

dialog teologis yang kemudian ditindaklanjuti dalam tindakan parktis. Hal

ini dapat berupa kerjasama antar agama untuk memecahkan permasalahan

kemanusiaan dan kebangsaan. Sehingga akan menumbuhkan sikap

solidaritas yang tinggi diantara sesama.18

Penelitian yang akan dilakukan fokus penelitian tentang dialog

antar umat Islam dan Katolik. Sehingga bertujuan untuk menggali data

secara mendalam mengenai bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik

yang diterapkan dalam menciptakan kerukunan umat beragama serta

faktor yang mendukung maupun yang mengambat dalam dialog antar umat

Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec.

Banyakan Kab. Kediri. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan

kualitatif, karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kata-kata

yang menjelaskan mengenai berbagai macam bentuk dialog antar umat

Islam dan Katolik yang diterakapkan dalam mewujudkan kerukunan serta

faktor pendukung maupun penghambat dalam menerapkan dialog antar

18
Mukhlis Huda, “Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia dalam Perspektif TH. Sumartana”,
Skripsi tidak diterbitkan (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004.
12

umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran

Kec. Banyakan Kab. Kediri.

2. Dialog Antar Agama dalam Perspektif Konferensi Waligereja Indonesia

(KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU), oleh Muhammad Qoyyum (2019),

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian sebelumnya fokus penelitian pada perbandingan dialog

antar agama perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan

Nahdlatul Ulama (NU) yang bertujuan untuk menjelaskan pemikiran dari

kedua wadah dialog antar agama. Sehingga dapat mengetahui berbagai

macam dialog antar agama yang dapat diterapkan guna untuk memupuk

kehidupan damai dan rukun antar sesama.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya

yaitu menggunakan jenis penelitian kualitatif, sebab dalam pengumpulan

data menggunakan metode wawancara dan observasi yang mengharuskan

peneliti untuk turun langsung ke lapangan agar mendapatkan data yang

valid berupa kata-kata baik lisan maupun tertulis. Selain itu, dalam

penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan historis dan komparatif.

Pendekatan historis digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk

mencari data tentang asul-usul ide-ide atau pemikiran-pemikiran mengenai

dialog antar agama perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan

Perspektif Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan untuk pendekatan

komparatif digunakan untuk membandingkan antara dialog antar agama


13

perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan dialog antar

agama perspektif Nahdlatul Ulama (NU).

Penelitian sebelumnya menghasilkan temuan bahwa dialog antar

agama perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dilakukan

melalui dialog kehidupan. Dialog kehidupan merupakan interaksi yang

dilakukan secara langsung di dunia nyata antar umat beragama dan dapat

melakukan pekerjaan secara bersama-sama tanpa memandang agama yang

dianut. Sehingga kerukunan, keharmonisan dan persaudaraan antar sesama

dapat ditumbuhkan. Sedangkan dialog antar agama perspektif Nahdlatul

Ulama (NU) tidak jauh berbeda dengan perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia (KWI) yaitu dapat dilakukan melalui dialog kehidupan. Sebab

dialog antar sesama itu penting, jika dialog kehidupan ini tidak dapat

dilaksanakan dengan baik maka sikap toleransi antar sesama tidak akan

ada, sehingga terdapat prasangka-prasangka buruk terhadap sesama yang

dapat menyebabkan konflik antar agama19.

Penelitian yang akan dilakukan fokus penelitian tentang dialog

antar umat Islam dan Katolik. Sehingga bertujuan untuk menggali data

secara mendalam mengenai bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik

yang diterapkan dalam menciptakan kerukunan umat beragama serta

faktor yang mendukung maupun yang mengambat dalam dialog antar umat

Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec.

19
Muhammad Qoyyum, “Dialog Antar Agama dalam Perspektif Konferensi Waligereja Indonesia
(KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU)”, Skripsi tidak diterbitkan (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2019).
14

Banyakan Kab. Kediri. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan

kualitatif, karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kata-kata

yang menjelaskan mengenai berbagai macam bentuk dialog antar umat

Islam dan Katolik yang diterakapkan dalam mewujudkan kerukunan serta

faktor pendukung maupun penghambat dalam menerapkan dialog antar

umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran

Kec. Banyakan Kab. Kediri.

3. Masyarakat Sipil dan Dialog Antar Umat Beragama, oleh Rohwan (2015)

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Penelitian sebelumnya fokus penelitian pada masyarakat sipil dan

dialog antar umat beragama yang dilakukan oleh eLSA Semarang dan

FKUB Kota Semarang. Sehingga bertujuan untuk memahami konsep civil

society dan dialog antar agama yang menjadi prinsip masyarakat untuk

membangun pola kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, serta

untuk mengatahui peran wadah eLSA dan FKUB dalam membina

kerukunan umat beragama.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya

yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian field

research (penelitian lapangan). Sebab dalam pengumpulan data

menggunakan metode wawancara dan observasi yang mengharuskan

peneliti untuk turun langsung ke lapangan agar mendapatkan data yang

valid berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan. Sehingga dapat dianalisis

dengan metode deskriptif analisis.


15

Penelitian sebelumnya menghasilkan temuan bahwa dialog antar

agama oleh eLSA dilakukan dengan sistematika yang tersusun rapi, yaitu

adanya tahap persiapan, penyusunan jadwal, pendalam kasus, pemetaan

kasus dan pendampingan proses dialog sampai selesai. Hal ini dapat

berbentuk seperti kegiatan workshop, penerbitan modul beragama dan

berkeyakinan, advokasi terhadap pelanggaran kehidupan beragama.

Sedangkan dialog antar umat beragama oleh FKUB dilakukan dengan dua

dialog, yaitu intra agama dan antar agama. Dialog intra agama dilakukan

disemua agama yaitu Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan

Konghucu. Dialog antaragama dilakukan secara bersama-sama semua

agama.20

Penelitian yang akan dilakukan fokus penelitian tentang dialog

antar umat Islam dan Katolik. Sehingga bertujuan untuk menggali data

secara mendalam mengenai bentuk dialog antar umat Islam dan Katolik

yang diterapkan dalam menciptakan kerukunan umat beragama serta

faktor yang mendukung maupun yang mengambat dalam dialog antar umat

Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran Kec.

Banyakan Kab. Kediri. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan

kualitatif, karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kata-kata

yang menjelaskan mengenai berbagai macam bentuk dialog antar umat

Islam dan Katolik yang diterakapkan dalam mewujudkan kerukunan serta

faktor pendukung maupun penghambat dalam menerapkan dialog antar


20
Rohwan, “Masyarakat Sipil dan Dialog Antar Umat Beragama”, Skripsi tidak diterbitkan
(Semarang: UIN Walisongo, 2015).
16

umat Islam dan Katolik di Dsn. Ngesong Sumber Bentis Ds. Manyaran

Kec. Banyakan Kab. Kediri.

Anda mungkin juga menyukai