Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan merupakan jalan hidup setiap manusia yang memiliki


bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling
tolong-menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan dan saling menjaga satu
sama lain. Maka dari itu setiap tanggal 3 Januari dinyatakan sebagai hari
kerukunan nasional.

Kata kerukunan berasal dari bahasa arab ruknun (rukun) kata jamaknya
adalah arkan yang berarti asas, dasar atau pondasi (arti generiknya).

Dalam bahasa Indonesia arti rukun ialah:


- Rukun Nominal berarti sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya
pekerjaan, seperti tidak sahnya manusia dalam sembahyang yang tidak
cukup syarat, dan rukunnya asas, yang berarti dasar atau sendi semuanya
terlaksana dengan baik tidak menyimpang dari rukunnya agama.
- Rukun Ajektif berarti baik dan damai tidak bertentangan hendaknya kita
hidup rukun dengan tetangga, bersatu hati, sepakat. Merukunkan berarti
mendamaikan menjadikan bersatu hati.

Sedangkan arti kerukunan ialah:

Kerukunan adalah perihal hidup rukun, rasa rukun, kesepakatan,


kerukunan hidup bersama. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-
perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik
tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima
dengan ketulusan hati yang penuh dengan keikhlasan. Kerukunan merupakan
kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola interaksi yang
beragam diantara unit-unit (unsure/subsistem) yang otonom. Kerukunan
mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling

3
4

menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta


sikap saling memaknai kebersamaan.

Dalam pengertian kehidupan sehari-hari kata rukun dan kerukunan


adalah damai dan perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata
kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan.
Kerukunan antar umat beragama bukan berarti merelatifier agama-agama
yang ada dan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan
menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai mazhab dari agama totalitas
itu, melainkan sebagai cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur
hubungan luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat
beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling toleransi antara
masyarakat yang beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka untuk
menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain
membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh
masing-masing masyarakat, dan kemampuan untuk menerima perbedaan.

Pengertian kerukunan antar umat beragama Indonesia adalah salah


satu negara yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab
kerukunan merupakan salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan
rakyat dan bangsa Indonesia. Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai
suku, agama, ras dan antar golongan bangsa Indonesia akan mudah terancam
oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak diinginkan. Kerukunan
dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan
suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga
menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan
kepribadian Pancasila.

Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan


yang dianut oleh masyarakat yang menjadi norma dan nilai yang diyakini dan
dipercaya. Agama diakui sebagai seperangkat aturan yang mengatur
keberadaan manusia di dunia.
5

Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi


kerukunan yaitu:

- Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama ialah kerukunan


diantara aliran-aliran yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama.
- Kerukunan diantara umat/komunitas agama yang berbeda-beda ialah
kerukunan diantara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu diantara
pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan
Budha.
- Kerukunan antar umar/komunitas agama dengan pemerintah ialah supaya
diupayakan keserasian dan keselarasan diantara para pemeluk agama dengan
para pejabat pemerintah dengan saling memahami dan menghargai tugas
masing-masing dalam rangka membangun masyarakat dan bangsa Indonesia
yang beragama.

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang memiliki


bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling
tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan, saling menjaga satu
sama lain.

Kerukunan antar umat beragama dapat dikatakan sebagai suatu kondisi sosial
dimana semua golongan agama bisa hidup berdampingan bersama-sama
tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya.

Kerukunan antar agama yang dimaksudkan ialah mengupayakan agar


terciptanya suatu keadaan yang tidak ada pertentangan intern dalam masing-
masing umat beragama, antar golongan-golongan agama yang berbeda satu
sama lain, antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang
lainnya, antara umat-umat beragama dengan pemerintah.
6

B. Tujuan Kerukunan Antar Umat Beragama

Berikut ini merupakan tujuan kerukunan hidup beragama:


- Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan.
Masing masing pengikut agama menghargai adanya keyakinan agama
lain yang akan mendorong rasa saling menghargai dan juga
memperdalam ajaran-ajaran serta berusaha untuk dapat
mengamalkannya.

- Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap.


Dengan adanya kerukunan hidup beragama, maka ketegangan adanya
perbedaan yang ada akibat perbedaan paham yang berpangkal pada
keyakinan keagamaan bisa dihindari.

- Menunjang dan mensukseskan pembangunan.


Dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa berusaha untuk dapat
melaksanakan serta mensukseskan pembangunan dari berbagai bidang.

- Memelihara dan mempererat persaudaraan.


Jika rasa kebersamaan dan kebangsaan yang terpelihara dan terbina
dengan baik. Jika kepentingan pribadi/golongan bisa dikurangi.
Sedangkan pada kehidupan beragama sudah jelas kepentingan kehidupan
agamanya sendiri yang menjadi titik suatu pandangan kegiatan.

C. Landasan Hukum Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan umat beragama telah diatur dalam landasan-landasan


hukum, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Q.S Al-Hujaraat [49]:13 yang berbunyi:


7

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
mengenal.”

- Landasan Idiil, yaitu Pancasila pada sila pertama yang berbunyi:


“Ketuhanan Yang Maha Esa”
- Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29
Ayat 1-2 yang berbunyi: “(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.”
- Landasan strategis, yaitu ketetapan MPR No.IV tahun1999 tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara.
- Landasan operasional, yaitu Peraturan Daerah, SK menteri dan peraturan
lainnya.

D. Wadah Kerukunan Kehidupan beragama

Banyak wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat pembuktian teori


yang telah diajarkan mengenai kerukunan hidup beragama. Agama manapun
mengajarkan sikap untuk hidup rukun dengan umat beragama lainnya. Salah
satu wadah yang sangat dekat dengan kita adalah organisasi-organisasi seperti
kepengurusan rukun warga (RW) yang mencakup seluruh warga sekitar dan
karang taruna untuk pemuda dan pemudi.

Warga RW dengan bermacam-macam agama dapat disatukan dengan


mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial misalnya dengan
mengadakan pekan olahraga atau POR. Selain itu, karang taruna dapat
8

mempersatukan pemuda-pemudi berbagai agama dengan mengadakan bhakti


sosial maupun pentas seni.

E. Pembangunan Kehidupan Beragama

1. Agama sebagai Sumber Nilai Pembangunan

a. Pembangunan untuk mencapai kebahagiaan hidup.


b. Kebahagiaan material nisbi, kebahagiaan mutlak dari Allah, yaitu
kebahagiaan batiniah dan lahiriah.
c. Hakikat pembangunan adalah manusia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia dengan segala totalitasnya, peradabannya,
kebudayaannya dan agamanya.
d. Bila tidak total akan terjadi penyimpangan. Ini bertentangan dengan
pembangunan nasional.
e. Aspirasi sosial harus sejalan dengan keutuhan hidup secara perorangan
masyarakat.
f. Pembangunan untuk membangun manusia dan agama untuk kebahagiaan
manusia.
g. Pembangunan perlu nilai agama, agama memberi bentuk, arti dan
kualitas hidup.
h. Agama memberi motivasi dan tujuan pembangunan.

2. Agama dan Ketahanan Sosial

a. Ketahanan nasional berarti menyatukan kekuatan rakyat bersama aparat


pemerintah dan alat keagamaan pemerintah.
b. Agama besar di dunia mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
kehidupan bangsa dalam wujud tradisi dan adat istiadat, serta corak
kebudayaan Indonesia.
c. Usaha bangsa Indonesia memerdekakan bangsa dan negara tidak terlepas
dari pengaruh dan motivasi agama.
9

d. Ketahanan nasional adalah dari, oleh dan untuk seluruh bangsa Indonesia
beragama. Maka ketahanan nasional harus terangkat dengan dukungan
umat beragama.

E. Pola Pembinaan Kerukunan Umat Beragama

- Kerukunan internal umat beragama:pembinaan kerukunan umat


beragama di mulai dari internal agama yang bersangkutan. Apabila
internal agama tidak memiliki kerukunan maka tidak akan dapat hidup
rukun dengan umat beragama lainnya.
- Kerukunan antar umat bergama:setelah internal telah mencapai
kerukunan, pembinaan kerukunan dapat melaju ke jenjang antar umat
beragama. Tahap ini bertujuan untuk membina umat beragama saling
menghormati dan saling menjaga.
- Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah:setelah kerukunan
antar umat beragama tercapai, umat beragama harus rukun kepada
pemerintah. Pemerintah dalam hal ini pemerintah Indonesia yang
memegang kekuasaan dan memberikan serta melaksanakan aturan-aturan
yang berlaku bagi setiap masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai