Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“AGAMA DAN MULTIKULTUR DALAM


PROSPEKTIF IMAN KRISTEN”

DOSEN PENGAMPU :
( Ibu Yunilda Megawati Tulak Allo. S,Th., M. Th )
Disusun Oleh : kenny Jevon A.Ntiri (C30423009)

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK FAKULTAS EKONOMI


DAN BISNIS
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
berkatnya, kasih-nya dan karunianya. Sehingga saya sendiri telah menyelesaikan tugas makalah
ini. Dengan judul “AGAMA DAN MULTIKULTUR DALAM PROSPEKTIF IMAN
KRISTEN.”
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambahkan referensi
untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan, serta dapat menambah iman kita.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu penulis sangat berharap dukungan
serta sumbangsih pemikiran baik berupa kritikmaupun saran yang membangun.

Palu, 23 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman
dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang agamis, dimana setiap individu
menurut kebebasannya sendiri memeluk suatu agama tertentu. Pancasila sendiri mewadahi
semua ideologi agama yang ada di Indonesia, sebagai landasan hukum yang menetapkan
Ketuhanan dengan menempatkan agama pada posisi utama dan pertama. Hal inilah yang
akhirnya membuat perpaduan harmonis dari agama-agama yang ada di Indonesia, diikuti dengan
penyebaran tempat-tempat peribadatan dari berbagai agama di seluruh penjuru pulau di
Indonesia.
Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman
dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang agamis, dimana setiap individu
menurut kebebasannya sendiri memeluk suatu agama tertentu. Pancasila sendiri mewadahi
semua ideologi agama yang ada di Indonesia, sebagai landasan hukum yang menetapkan
Ketuhanan dengan menempatkan agama pada posisi utama dan pertama. Hal inilah yang
akhirnya membuat perpaduan harmonis dari agama-agama yang ada di Indonesia, diikuti dengan
penyebaran tempat-tempat peribadatan dari berbagai agama di seluruh penjuru pulau di
Indonesia.
Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman
dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang agamis, dimana setiap individu
menurut kebebasannya sendiri memeluk suatu agama tertentu. Pancasila sendiri mewadahi
semua ideologi agama yang ada di Indonesia, sebagai landasan hukum yang menetapkan
Ketuhanan dengan menempatkan agama pada posisi utama dan pertama. Hal inilah yang
akhirnya membuat perpaduan harmonis dari agama-agama yang ada di Indonesia, diikuti dengan
penyebaran tempat-tempat peribadatan dari berbagai agama di seluruh penjuru pulau di
Indonesia. Setiap agama memiliki tempat ibadahnya masing-masing

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian multikultural
2. Sejarah multikultural
3. Multikultural di Indonesia
4. Pengertian masyarakat multikultural
5. Konflik Multikultural
6. ciri – ciri masyarakat multikultural
7. Multikulturalisme dalam alkitab

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian multicultural


2. Mengetahui seajarah multicultural
3. Mengetahui multicultural di Indonesia.
4. Mengetahui masyarakat multikultural
5. Mengetahui ciri – ciri masyarakat multikultural
6. Mengetahui multikulturalisme dalam alkitab/ Perspektif iman kristen.
BAB 2
Pengertian Multikultural

Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan tentang


ragam kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan tentang
adanya keragaman, kebhinekaan, pluralitas, sebagai realitas utama dalam kehidupan
masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial- budaya, dan politik yang mereka anut
(Roald, 2009). Di sisi lain, pluralisme berasal dari kata plural dan isme, ‘plural’ yang berarti
banyak atau jamak, sedangkan ‘isme’ berarti paham. Sehingga, definisi dari pluralisme
adalah suatu paham atau teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak
substansi. Dalam perspektif ilmu sosial, pluralisme yang mengindikasikan adanya diversitas
dalam masyarakat memiliki dua wajah yakni: konsesus dan konflik (Roald, 2009).
Konsensus dalam hal ini mengandaikan bahwa masyarakat yang memiliki latar belakang
yang berbeda-beda itu akan mampu bertahan hidup karena para anggotanya menyepakati hal-
hal tertentu sebagai aturan bersama yang harus ditaati, sedangkan teori konflik justru
memandang sebaliknya bahwa masyarakat yang berbeda-beda itu akan bertahan hidup karena
adanya konflik. Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yag lebih dari satu,
keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen,
dan bahkan tidak dapat disamakan. Berbeda dengan konsep mutikulturisme yang memiliki
pandangan dunia – yang pada akhirnya diimplementasikan dalam kebijakan- tentang
kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan
perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama (Roald, 2009). Dalam konteks
agama, pluralisme dapat dipahami melalui dua sudut pandang. Pertama, melalui sudut
pandang sosial yang mana individu berhak untuk menganut agama apapun dan dalam hidup
semua umat beragama sama-sama belajar untuk toleran, dan menghormati iman atau
kepercayaan dari setiap penganut agama. Kedua, etika atau moral yaitu‚ semua umat
beragama memandang bahwa moral atau etika dari masing-masing agama bersifat relatif dan
sah apabila umat beragama menganut pluralisme agama dalam nuansa atis, maka didorong
untuk tidak menghakimi penganut agama lain (Roald, 2009).
1.1 Konflik

Konflik antar budaya dan menguatnya isu-isu SARA atau suku, agama, ras, dan antar golongan
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kurang pahamnya masyarakat
terhadap bagaimana cara untuk berbicara secara terbuka tentang ras, budaya, agama, dan
sebagainya dengan anggota dari peradaban lainnya (Ramirez, 2007). Hal ini menjadi penting
karena dengan berbicara secara terbuka, suatu masyarakat dapat saling mendengarkan dan
berbicara dengan masyarakat lainnya. Di sisi lain, kurangnya kesadaran masyarakat akan adanya
interdependensi dengan masyarakat lain yang tidak dapat dihindari juga menjadi salah satu faktor
penyebab rentannya terjadi konflik antar masyarakat. Faktor selanjutnya yaitu berupa
pembicaraan terkait dengan masa lalu yang buruk tentang kesalahpahaman dan perbuatan jahat
antara satu masyarakat terhadap masyarakat lainnya yang dapat memicu terjadinya pembalasan
dendam. Di sisi lain, antagonisme etnis juga menjadi pemicu terjadinya disintegrasi bangsa.
Antagonisme etnis yang berujung pada pertumpahan darah sendiri biasanya diakibatkan oleh
adanya campur tangan politikus yang memiliki keinginan untuk mempertahankan kekuasaannya
di dalam kelompoknya. Sikap ketidakpedulian terhadap masyarakat lain dapat menyebabkan
suatu masyarakat menjadi mudah untuk tidak percaya dan membenci masyarakat lain sehingga
dapat menimbulkan perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai