Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA PROTESTAN

AGAMA DAN MULTIKULTURAL DALAM


PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

DOSEN PEMBIMBING :

Megawati tulak allo


Disusun oleh :

KELOMPOK V

Kharen Angelica Gloria Hia (C20120184)

Irene Graceshella Evenia Peuru (C20120199)

Kelas : M5/E

EKONOMI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
berkat dan kasih-Nya serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Dengan judul “AGAMA DAN MULTIKULTURAL DALAM
PERSPEKTIF IMAN KRISTEN” ini dengan baik tanpa ada halangan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
menjadi referensi untuk menambah wawasan , ilmu pengetahuan, serta dapat
menambah iman kita.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
memohon maaf bila ada penulisan kata atau tata bahasa yang masih salah dan
kurang berkenan. Saran, tanggapan, dan kritik anda yang membangun sangat
penulis harapkan guna menyempurnakan makalah ini

Palu, april 2021

penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..2

BAB 1 : PENDAHULUAN………………………………………………3
A. latar belakang …………………………………………………………….3

B. Rumusan masalah ……………………………………………3


C. Tujuan …………………………………………………………….4
BAB 11 : PEMBAHASAN …………………………………….4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Multikulturalisme adalah sebuah diskursus budaya. Multikulturalisme adalah


sebuah paham tentang kultur yang beragam. Abdullah (2006) menyatakan
multikulturalisme sebagai sebuah paham yang menekankan kesenjangan dan
kesetaraan budaya-budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi
budaya yang ada. Dengan kata lain penekanan utama multikulturalisme adalah
pada kesetaraan budaya. Multikulturalisme sebenarnya juga merupakan konsep
dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui
keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis maupun
agama. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman kita bahwa sebuah bangsa
yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan keanekaragaman
budaya (multikultur). Bangsa yang multikultur adalah bangsa dengan kelompok-
kelompok etnik atau budaya (etnic and cultural groups) yang ada dapat hidup
berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh
kesediaan untuk menghormati budaya lain. Dalam pengertian semacam ini maka
multikulturalisme itu meskipun tidak sama persis sejajar dengan pengertian
pluralisme.

Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu


keragaman dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan
bangsa. Selain itu, masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang
agamis, dimana setiap individu menurut kebebasannya sendiri memeluk suatu
agama tertentu. Pancasila sendiri mewadahi semua ideologi agama yang ada di
Indonesia, sebagai landasan hukum yang menetapkan Ketuhanan dengan
menempatkan agama pada posisi utama dan pertama. Hal inilah yang akhirnya
membuat perpaduan harmonis dari agama-agama yang ada di Indonesia, diikuti
dengan penyebaran tempat-tempat peribadatan dari berbagai agama di seluruh
penjuru pulau di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian multikultural
2. Sejarah Multikultural

3. Multikultural di Indonesia

4. Pengertian masyarakat multikultural

5. Ciri-ciri masyarakat multikultural

6. Multikulturalisme dalam Alkiab

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian multikultural

2. Mengetahui sejarah multikultural

3. Mengetahui multikultural di Indonesia

4. Mengetahui masyarakat multikultural

5. Mengetahui ciri-ciri masyarakat mulikultural

6. Mengetahui multikulturalisme dalam Alkitab/Perspektif Iman Kristen


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Multikultural
Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pandangan seseorang tentang berbagai kehidupan di bumi, atau kebijakan
yang menekankan penerimaan keragaman budaya, dan berbagai budaya
nilai-nilai (multikultural) masyarakat, sistem, budaya, adat istiadat, dan
politik yang mereka pegang.
Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan
seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan
yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan
berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan
masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik
yang mereka anut.

Pengertian Multikultural Menurut Para Ahli

Multikultural yang berkaitan dengan budaya dan kemungkinan dibatasi oleh


konsep nilai-sarat atau memiliki kepentingan tertentu.

 J. S Furnival
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan
memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.

 Nasikun
Sebuah masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
dari tatanan sosial, masyarakat, atau kelompok yang secara kultural,
ekonomi, dan politik dipisahkan (diisolasi), dan memiliki struktur
kelembagaan dan berbeda satu sama lain.

 Clifford Geertz
Sebuah masyarakat plural adalah masyarakat yang terbagi menjadi beberapa
subsistem embrio itu sendiri dan terikat dalam ikatan primordial.
 Pierre L Van den Berghe
Menunjukkan bahwa masyarakat majemuk ditandai sebagai berikut.

Mengalami segmentasi ke dalam kelompok subkultur yang berbeda satu


dengan yang lain.

Memiliki struktur sosial dibagi menjadi lembaga nonkomplementer.

Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota bahwa nilai-nilai


dasar.

Relatif sering bertentangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Secara relatif pertumbuhan integrasi sosial pada paksaan (pemaksaan) dan


saling ketergantungan di bidang ekonomi.

Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas yang lain.

 Azyumardi Azra, (2007)


“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian
dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
menekankan penerimaan realitas pluralitas agama dan multikultural yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme juga dapat
dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam
kesadaran politik.

 Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra,( 2007)


Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa jenis
kumunitas budaya dengan semua manfaat, dengan sedikit perbedaan dalam
konsepsi dunia, sistem makna, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat
istiadat dan kebiasaan.

 Lawrence Blum, dikutip Lubis (2006: 174)


Multikulturalisme meliputi pemahaman, apresiasi dan penilaian budaya
seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain.
 (Suparlan 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson
2000)
Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam
kesetaraan baik individu dan budaya.

 (A. Rifai Harahap 2007, mengutip M. Atho ‘Muzhar)


Gagasan multikulturalisme, perspektif, kebijakan, sikap dan tindakan, oleh
orang-orang dari negara, beragam dalam hal etnis, budaya, agama dan
sebagainya, tetapi bercita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan
yang sama dan kebanggaan untuk membela pluralitas.

Sebab Terjadinya Multikultural

- Faktor geografis
Faktor ini sangat mempengarudi apa dan bagaimana kebiasaan sua tu
masyarakat. Maka dalam suatu daera yang memiliki kondisi geografis yang
berbeda maka akan terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikultural).

- Pengaruh budaya asing


Mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural, karena
masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan
terpengaruh dengan kebiasaan budaya asing.

- Kondisi iklim yang berbeda


Maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis suatu daerah.

Bentuk Masyarakat Multikultural

a. Interseksi
- Konsep
Interseksi merupakan suatu titik potong atau pertemuan. Dalam sosiologi,
interseksi dikenal sebagai suatu golongan etnik yang majemuk.

- Definisi
Dalam Sosiologi, interseksi adalah persilangan atau pertemuan keanggotaan
suatu kelompok sosial dari berbagai seksi. Baik berupa suku, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.

Suatu interseksi terbentuk melalui interaksi sosial atau pergaulan yang


intensif dari anggota-anggotanya melalui sarana pergaulan dalam
kebudayaan manusia, antara lain bahasa, kesenian, sarana transportasi, pasar,
sekolah.

Dalam memanfaatkan sarana-sarana interseksi sosial itu, anggota


masyarakat dari latar belakang ras, agama, suku, jenis kelamin, tingkat
ekonomi, pendidikan, atau keturunan berbeda-beda dapat bersama-sama
menjadi anggota suatu kelompok sosial tertentu atau menjadi penganut
agama tertentu.

- Penjelasan definisi
Jadi, yang dimaksud dengan interseksi adalah suatu masyarakat yang terdiri
dari banyak suku,budaya,agama, dll yang berbaur menjadi satu kesatuan di
dalam komunitas tertentu.

b. Konsolidasi
- Konsep
Suatu proses penguatan pemikiran atas kepercayaan yang telah diyakini agar
kepercayaan akan sesuatu yang diyakini semakin kuat. Yang mana hal ini
dilakukan oleh orang yang lebih mengerti akan kepercayaan yang dianut.

- Definisi
Konsolidasi adalah suatu proses penguatan yang dilakukan untuk
memberikan tambahan keimanan atas apa yang telah seseorang yakini, yang
biasanya dilakukan oleh orang yang sudah mencapai tingkatan tertenatu.

- Penjelasan definisi
Jadi, yang dimaksud dengan konsolidasi adalah suatu penguatan atas apa
yang telah melekat pada dirinya.

c. Primordialisme
- Konsep
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh
hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat,
kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan
pertamanya.

- Definisi
Primordialisme berasal dari kata bahasa latin primus yang artinya pertama
dan ordiri yang artinya tenunan atau ikatan. Ikatan seseorang pada kelompok
yang pertama dengan segala nilai yang diperolehnya melalui sosialisasi akan
berperan dalam membentuk sikap primordial.

Di satu sisi, sikap primordial memiliki fungsi untuk melestarikan budaya


kelompoknya. Namun, di sisi lain sikap ini dapat membuat individu atau
kelompok memiliki sikap etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang cenderung
bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain.

Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata


budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak
kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan
sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu
sangat menguntungkan bagi dirinya.

- Penjelasan definisi
Jadi, suatu etnosentrisme adalah suatu kepercayaan yang sudah mendarah
daging. Maka setiap orang yang memiliki etnosentrisme pasti dia akan sulit
menerimapaham lain selain paham yang telah mendarah daging dalam
dirinya.

d. Etnosentrisme

- Konsep

Etnosentris sangat erat hubungannya dengan apa yang disebut in group


feeling (keikut sertaan dalam kelompok) tinggi. Biasanya dalam suatu
kelompok sosial sering kita melihat perang antar desa,perang antar suku
ataupun perang dalam agama dan sebagainya. Tapi entosentris lebih kepada
anggapan suatu kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling
unggul.

- Definisi
Jadi, yang dimaksud dengan etnosentris adalah suatu anggapan dari
kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling unggul.

- Penjelasan definisi
Dari definisi di atas kita dapat memahami bahwa dalam suatu masyarakat
majemuk terdapat suatu kelompok yang beranggapan bahwa
kelompoknyalah yang paling unggul dari kelompok-kelompok sosial lain.

e. Politik Aliran

- Konsep

Politik aliran adalah suatu kelompok masyarakat yang tergabung dalam


ormas-ormas yang memiliki suatu pemersatu berupa partai politik dalam
suatu negara, sehingga ormas tersebut dikatakan penganut partai yang
memang dijadikan pemersatu dalam negara.

- Definisi
Politik Aliran adalah suatu organisasi masyarakat yang memiliki dekengan
(jawa) untuk memelihara dan menyejahterakan anggotanya. Contoh :
Hahdhotul Ulama’ memiliki dekengan berupa Partai Keadilan
Sejahtera(PKB), Muhammadiyyah memiliki dekengan berupa Partai Amanat
Nasional(PAN), dll.

- Penjelasan definisi
Jadi, jelas bahwa politik aliran adalah suatu partai politik yang memiliki
suatu dukungan dari suatu organisasi masyarakat sebagai pembangun
kekuatan dalam pemilihan umum.

B. Sejarah Multikultularisme
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi
yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state)
sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan
budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk
menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing
homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk
bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara
mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan
baru.

Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-


Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun
1999.[9] Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni
Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit.
[butuh rujukan] Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa,
terutama Inggris dan Prancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah
kebijakan multikulturalisme.[10] Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai
menjadi subyek debat di Britania Raya dan Jerman, dan beberapa negara
lainnya.

Multikulturalisme pertama kali digunakan secara luas pada tahun 1970-an,


pertama-tama oleh negara Kanada (1971), kemudian disusul oleh Australia
(1973) sebagai bagian dari kebijakan warga negara mendampingi dan
mengelola keanekaragaman etnis yang berada di wilayah pemerintahannya.
Dilihat dari konteks ini, munculnya terminologi multikulturalisme adalah
sebentuk kesadaran kolektif yang kemudian dituangkan dalam bentuk
kebijakan negara atas lahirnya sejumlah konsekuensi baik sosial maupun
kultural, terutama konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan sebagai
akibat dari gelombang migrasi berskala besar yang terjadi pada dekade
1960-an dan akhir tahun 1970-an.

Sejak pertama kali dicetuskan oleh Komisi Kerajaan Kanada (Canadian


Royal Commission) pada 1995, penggunaan ‘multikuturalisme’ secara
formal oleh negara mendapatkan dukungan dari para politikus dan akademisi
yang menggagas dan mempromosikannya. Mereka menyebut kebijakan ini
sebagai sebuah ’keharusan’ (imperatif) politik yang bersifat progresif dan
ekspresi resmi dari keyakinan akan keunggulan nilai-nilai liberal seperti
kesamaan, toleransi dan sikap inklusif (inclusiveness) terhadap para
pendatang (migrants) yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-
beda. Berikut kutipan dari salah seorang pejabat pemerintah Kanada
berkaitan dengan kebijakan “Multikulturalisme yang diberlakukan di
Kanada adalah sesuatu yang fundamental bagi kepercayaan kita bahwa
setiap warga negara adalah ‘sama’ (equal). Multikulturalisme menjamin
setiap warga negara untuk tetap mempertahankan indentitas mereka,
berbangga atas leluhur mereka, dan mempunyai ‘rasa’ kepemilikan yang
mendalam’ (a sense of belonging)”.

Sementara itu, Australia mendeklarasikan diri multikultural dan memeluk


paham multikulturalisme di awal 1970-an sebagai tanggapan terhadap
‘meningkatnya jumlah orang-orang Asia yang datang dan bermukim di situ’
dan ‘kehadiran para pendatang dari wilayah di luar Australia yang tidak bisa
digolongkan ke dalam tipe atau kategori tertentu’ . Hal yang kurang lebih
sama juga terjadi di Kanada, USA, Israel, Inggris, dan Jerman, meskipun
unsur-unsur penyusun multikultural di masing-masing negara ini berbeda-
beda.

Di awal abad ke-21, sudah lazim bagi negara-negara Barat yang menganut
paham demokrasi liberal untuk menyebut diri mereka sebagai masyarakat
multikultural (multikultural societies), meskipun tidak semuanya
menetapkan ‘kebijakan multikultural yang resmi’ (official policies of
mulculturalism). Bahkan sejumlah negara-bangsa yang secara tradisional
dikenal sebagai masyarakat yang homogen secara budaya, seperti Jerman
dan Jepang, tidak lagi bisa menyangkal fakta bahwa populasi mereka
diwarnai dan dipengaruhi oleh kemajemukan rasial dan etnis yang relatif
tinggi dalam dua-tiga dekade terakhir ini. Sebagai salah satu dampak akut
dari migrasi global yang semakin intensif , “dunia menjadi tempat bagi
negara-negara yang multi etnis , dengan komposisi lebih dari 30% populasi
berasal dari masyarakat di luar negara tersebut.”

C. Multikultular di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural.
Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep
masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna
yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat
mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.

Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap


suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat
multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan
hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas
tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya
masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.

Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai


multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah
pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai
kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap
realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai
pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition”
(Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa
multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan, dan penilaian
atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme
tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah
mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh
setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain.

Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan


akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam
dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau di
mana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang
membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas
pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.

Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi


pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta
mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi
bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai
hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Indonesia memiliki sejarah multikulturalisme selama puluhan abad. Di


Indonesia, multikulturalisme telah ada di negeri ini jauh sebelum merdeka.
Diterimanya kehadiran para pendatang eropa yang akhirnya menjadi
penjajah, dan kehadiran pedagang dari Timur Tengah yang kemudian ikut
membangun dan mengukir sejarah megeri ini, merupakan bukti bahwa telah
ada unsur multikultural dalam hati bangsa ini.

Sejarah kontemporer telah mencatat adanya Sumpah Pemuda 28 Oktober


1908, lima sila Pancasila, pasal 32 UUD 1945, simbol Bhineka Tunggal Ika
pada lambang burung Garuda Pancasila, dan semangat gotong royong,
merupakan bukti tak terbantahkan tentang jiwa dan semangat multikultural
pada bangsa ini.

Secara historis, sejak jatuhnya Presiden Soeharto dari kekuasaannya yang


kemudian diikuti dengan masa yang disebut sebagai “era reformasi”,
kebudayaan Indonesia cenderung mengalami disintegrasi. Dalam pandangan
Azyumardi Azra, bahwa krisis moneter, ekonomi dan politik yang bermula
sejak akhir 1997, pada gilirannya juga telah mengakibatkan terjadinya krisis
sosio-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Jalinan tenun
masyarakat (fabric of socirty) tercabik-cabik akibat berbagai krisis yang
melanda masyarakat.

Krisis sosio budaya yang meluas itu dapat disaksikan dalam berbagai bentuk
disorientasi dan dislokasi banyak kalangan masyarakat kita, misalnya:
disintegrasi sosio-politik yang bersumber dari euphoria kebebasan yang
nyaris kebablasan, lenyapnya kesabaran sosial (social temper) dalam
menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah
melakukan tindakan kekerasan dan anarki, merosotnya penghargaan
kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial, semakin
meluasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya,
berlanjutnya konflik dan kekerasan yang bersumber atau sedikitnya
bernuansa politis, etnis dan agama seperti terjadi di Aceh, Kalimantan Barat
dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-lain.

Dari perspektif politik Indonesia, berakhirnya sentralisme kekuasaan yang


pada masa Orde Baru memaksakan “mono-kulturalisme”, monokulturalitas,
keseragaman, memunculkan reaksi balik, yang bukan tidak tidak
mengandung sejumlah implikasi negatif bagi rekonstruksi kebudayaan
Indonesia yang pada hakikatnya multi-kultural. Bersamaan dengan proses
otonomisasi dan desentralisasi kekuasaan pemerintahan, terjadi pula
peningkatan gejala “provinsialisme dan etnisitas”.

Pemahaman terhadap kultur subjektif masyarakat menjadi sangat penting


mengingat selama 32 tahun perbedaan dianggap memiliki potensi destruktif
yang berbahaya dan mengancam kesatuan bangsa. Sehingga, realitas
sosiologis dari keberagamaan masyarakat direpresi dan didekonstruksi
sesuai dengan arah kebijakan negara Orde Baru. Rekonstruksi wacana
etnisitas gaya Orde Baru memandang bahwa perbedaan dan
keanekaragaman etnis merupakan penghambat utama pembangunan
nasional.

Derivasi dari kebijakan yang unfairness tersebut menyumbat terciptanya


ruang publik (free public sphere) bagi masyarakat dalam membangun dialog
lintas kultural, bersosialisasi, berinteraksi, dan saling komunikasi antar
kelompok masyarakat multi-etnik. Padahal, penyeragaman dan penihilan
entitas lokal justru menjadi “bara dalam sekam” yang setiap saat siap
meledak, menjelma menjadi konflik sosialkamanusiaan yang menelan
korban jiwa anak bangsa.

Cultural engineering yang dilakukan negara lewat meretraadisionalisasi


budaya etnis selama masa pembangunan Orde Baru, diredusir untuk
mengikuti laju perkembangan proyek modernisasi politik negara. Salah
satunya, mencampuradukkan komposisi penduduk Indonesia agar bisa
menjaga pertahanan nasional (lewat program wawasan nusantara) yang
berdampak langsung pada proses inkulturasi antar etnis di Indonesia menjadi
kurang alamiah. Sehingga, solidaritas bangsa sebagai unit budaya dan politik
yang berangkat dari pengakuan cultural distinctiveness unsur-unsur
pembentukan bangsa tidak berkembang dengan baik.

Pemerintahan Orde Baru secara sistematik telah mengkooptasi potensi


kelompok etnis untuk berkembang secara optimal. Tidak hanya itu,
distribusi kekuasaan dan marginalisasi pembangunan melalui eksploitasi
sumber daya alam dan ekonomi, membangun struktur penindasan baru yang
sangat hegemonik. Kekerasan politik yang dibangun negara menjadi
precipitating event terbentuknya herarki kekerasan dilapisan masyarakat
bawah. Benih disintegrasi sosial yang tumbuh dan berkembang dalam tubuh
masyarakat ikut dibentuk oleh kekuatan negara melalui pranata sosial dan
instrument politiknya yang tidak berfungsi secara maksimal.

Berangkat dari asumsi historis di atas, dibutuhkan rekonstruksi paragdimatik


dalam memaknai perbedaan dan pergeseran yang berlaku dalam komunitas
kultur. Membangun pemahaman kultur subjektif antar kelompok etnik
adalah salah satu pondasi dalam upaya membangun jalan resolusi konflik
dan perdamaian dalam masyarakat.

Menurut analisis Muhaemin el-Ma’hady, akar sejarah multikulturalisme


bisa dilacak secara historis, bahwa sedikitnya selama tiga dasa warsa
kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu
perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan,
membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul karena adanya
perbedaan secara terbuka, rasional dan damai.

Kenyataan yang sulit diingkari, bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari


sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain, sehingga
negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat
multicultural.

Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh para pendiri bangsa ini
untuk mendesain kebudayaan Indonesia, bagi pada umumnya orang
Indonesia kini multikulturalisme adalah sebuah konsep yang masih asing.

Faktor Masyarakat Multikultural di Indonesia


 Faktor Sejarah Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah terutama dalam hal rempah-rempah. Sehingga banyak negara-
negara asing ingin menjajah seperti Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.

Dengan demikian mereka tinggal dalam jangka waktu yang lama bahkan ada
yang menikah dengan bangsa Indonesia. Kondisi inilah yang menambah
kekayaan budaya dan ras yang di Indonesia.

 Faktor Pengaruh Kebudayaan Asing


Globalisasi merupakan proses penting dalam penyebaran budaya dalam
masyarakat dunia terutama Indonesia dengan sitem demokrasinya menjadi
negara ini merupakan negara yang terbuka. Dengan keterbukaan tersebut,
masyarakat mudah menerima budaya yang datang dari luar meski sering
terjadi benturan budaya asing dengan budaya lokal.

Masuknya budaya asing inilah salah satu faktor memperkaya budaya dan
membuat masyarakat menjadi masyarakat multikultural. Pengaruh dari luar
wilayah Nusantara banyak memengaruhi keberagaman budaya dan agama.
Di mana pengaruh tersebut di antaranya dibawa oleh para pedagang asing,
penjajah, serta imigran lainnya.

 Faktor Geografis
Keadaan geografis Indonesia yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa ikut
memberi kontribusi dalam terciptanya masyarakat multikultural. Letak
Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra mengakibatkan
banyak disinggahi berbagai suku bangsa dari seluruh dunia.

Selain itu negara kaya rempah-rempah, Indonesia juga memiliki letak


geografis yang strategis yaitu diantara dua benua dan dua samudra sehingga
Indonesia dijadikan sebagai jalur perdagangan internasional.

Karena sebagai jalur perdagangan, banyak negara-negara asing datang ke


Indonesia dengan tujuan berdagang seperti Cina, India, Arab, dan negara-
negara Eropa. Kondisi inilah memambah budaya yang masuk ke Indonesia
dan terciptanya masyarakat multikultural.
 Faktor fisik dan geologi
Kalau dilihat dari struktur geologi Indonesia terletak diantara tigal lempeng
yang berbeda yaitu Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan
Indonesia menjadi negara berpulau-pulau dan memiliki beberapa tipe
geologi seperti: tipe Asiatis, tipe peralihan, dan tipe Australis.

Dengan berpulau-pulau maka kehidupan masyarakat setiap pulau berbeda-


beda sesuai dengan kondisi pulauanya. Masyarakat yang berada di pulau
kecil akan mengalami kesulitan sumber daya alam, dan pulau besar memiliki
sumber daya alam yang banyak. Hal ini lah membuat budaya setiap pulau
berbeda pula.

 Faktor Iklim berbeda


Kondisi lingkungan pun memengaruhi keberagaman kehidupan masyarakat
di Nusantara. Hal ini disebabkan perbedaan pola penghidupan, mata
pencaharian, tatanan sosial, dan tipe kemasyarakatan.

Selain memiliki berbagai pulau di Indonesia yang mempengaruhi


kebudayaan masyarakat, iklim juga sangat mempengaruhi kebudayaan di
Indonesia seperti: orang yang berada di daerah pegunungan dengan iklim
sejuk membentuk kebudayaan masyarakat yang ramah. Sedangkan orang
yang berada di tepi pantai yang memiliki iklim panas membentuk kontrol
emosi seseorang lebih cepat marah.

Keanekaragaman Ras
Ada tiga ras yang dapat kita sebutkan yaitu

 Ras Mongoloid
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :

Kulit berwarna kuning samap sawo matang


Rambut lurus
Bulu badan sedikit
Mata sipit

 Ras Kaukasoid
Memiliki ciri-ciri berikut ini
Hidung mancung
Kulit putih
Rambut pirang sampai coklat
Kelopak mata lurus

 Ras negroid
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut

Rambut keriting
Kulit hitam
Bibir tebal dan kelopak mata lurus

Keanekaragaman suku bangsa dan budaya

Di indonesia banyak dijumpai beranekaragaman suku bangsa, bahasa, adat


istiadat maupun etnis yang menjadikan bentuk masyarakat multikultural
diantaranya:

- Pakaian adat
- Tarian daerah
- Lagu daerah
- Bahasa daerah
- Adat istiadat
- Makanan khas daerah
- Rumah adat
- Senjata tradisional
- Kesenian daerah
- Alat musik

Keanekaragaman agama dan kepercayaan

- Islam
- Katolik
- Protestan
- Budha
- Hindu
- Konghucu
D. Pengertian Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa
macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit
perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk
organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan.Acuan utama bagi
terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara
kebudayaan.

Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat sebagai


mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat
tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup
semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang
membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai
kebudayaan yang seperti sebuah mozaik tersebut. Model multikulturalisme
ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa
Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan
bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945,
yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak
kebudayaan di daerah”.

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.


Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis
yang begitu beragam dan luas. Pada prinsipnya, pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang mengharagai perbedaan. Sehingga nantinya
perbedaan tersebut tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Sikap
saling toleransi inilah yang nantinya akan menjadikan keberagaman yang
dinamis, kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa yang patut untuk
dilestarikan.

Dalam pendidikan multikultural, setiap peradapan dan kebudayaan yang ada


berada dalam posisi yang sejajar dan sama, tidak ada kebudayaan yang lebih
tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari kebudayaan yang lain,
dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan diantara pihak-pihak
yang terlibat, anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi dari
kebudayaan yang lain akan melahirkan fasisme, nativisme dan chauvinism,
dengan dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada gilirannya
akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan sehingga
nantinya terwujud masyarakat yang makmur, adil, sejahtera yang saling
menghargai perbedaan.

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa


macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit
perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk
organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan. Dalam suatu masyarakat
pasti akan menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki
karakteristik berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan karakteristik itu berkenaan
dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi sosial. Masyarakat seperti ini
disebut sebagai masyarakat multikultural.

Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi,


dan Kultural. “Masyarakat” artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
terus menerus dan terikat oleh rasa toleransi bersama, “Multi” berarti banyak
atau beranekaragam, dan “Kultural” berarti Budaya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas
banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya
suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan
budaya suku bangsa yang lainnya.

Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan


terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga
masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang
tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan
ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat
tersebut.

Pengertian Masyarakat Multikultural Menurut Para Ahli


Berikut ini ialah pengertian masyarakat multikultural menurut para ahli
yaitu:
 Menurut J. S. Furnivall
Masyarakat multikultural ialah masyarakat yang terdiri atas dua elemen atau
lebih yang hidup sendiri-sendiri, tanpa melakukan kontak satu sama lain
dalam kehidupan politik.

 Menurut Clifford Geertz


Masyarakat multikultural ialah masyarakat yang terbagi menjadi beberapa
subsistem, dimana masing-masing subsistem tersebut terikat oleh ikatan
primordial.

 Menurut Parekh
Masyarakat multikultural ialah masyarakat yang memiliki berbagai jenis
komunitas budaya dengan segala manfaat dan sedikit perbedaan yang ada,
sejarah, adat-istiadat dan kebiasaan yang ada.

E. Ciri-ciri Masyarakat Multikultural

1. Terjadi segmentasi ke dalam kelompok sub budaya yang saling berbeda


(Primordial). Masyarakat multikultural yang tersegmentasi dalam
kelompok subbudaya saling berbeda adalah masyarakat yang terbagi-bagi
dalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan ras, suku, agama masing-
masing dan dalam pergaulan terpisahkan karena individu lebih memilih
berinteraksi dengan orang satu suku, ras, atau agamanya saja. Dalam
pengertian lain, masyarakat multikultural terlihat hidup bersama meski
berbeda ras, agama, dan etnis (tersegmentasi), akan tetapi dalam
kesehariannya mereka lebih sering memilih bersahabat atau bergaul
dengan orang-orang berasal dari daerah mereka saja karena dianggap
lebih mudah berkomunikasi, memiliki ikatan batin yang sama, dan
memiliki banyak kesamaan.

2. Mempunyai struktur yang terbagi ke dalam lembaga non komplementer.


Dalam masyarakat multikultural tidak hanya mempunyai lembaga formal
yang harus ditaati, tetapi mereka juga mempunyai lembaga informal
(nonkomplementer) yang harus ditaati. Dengan kata lain, mereka lebih
taat dan hormat pada lembaga nonkomplementer tersebut karena
dipimpin oleh tokoh adat yang secara emosional lebih dekat.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota terhadap nilai yang
bersifat dasar. Masyarakat multikultural dengan berbagairagam ras, etnik,
dan agama menyebabkan perbedaan persepsi, pengalaman, kebiasaan,
dan pengetahuan akan menyebabkan sulitnya mendapatkan kesepakatan
terhadap nilai maupun norma yang menjadi dasar pijakan mereka.
Singkatnya, masyarakat ini sulit menyatukan pendapat karena perbedaan-
perbedaan yang mereka pegang.

4. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling


tergantung secara ekonomi. Dengan berbagai perbedaan, masyarakat
multikultural susah mendapatkan kesepakatan dalam berbagai hal.
Dengan itulah, untuk menyatukannya harus ada pemaksaan demi
tercapainya integrasi sosial. Selain itu, masyarakat ini saling tergantung
secara ekonimi diakibatkan oleh kedekatannya hanya dengan kelompok-
kelompok mereka saja.
5. Adanya dominasi politik suatu kelompok atas kelompok lain Masyarakat
multikultural mempunyai kelompok-kelompok berbeda-beda secara
ekonomi dan politik. Tak bisa dipungkiri akan terdapat kelompok yang
mendominasi politik dan dengan sendirinya kelompok tersebut biasanya
memaksakan kebijakan politiknya demi keuntungan kelompoknya
sendiri.
Karakteristik Masyarakat Multikultural

 Indonesia adalah negara yangmempunyai sumber daya alam yang


melimpah terutama dalam hal rempah-rempah. Sehingga banyak negara-
negara asing ingin menjajah seperti Portugis, Belanda, Inggris, dan
Jepang. Dengan demikian mereka tinggal dalam jangka waktu yang lama
bahkan ada yang menikah dengan bangsa Indonesia. Kondisi inilah yang
menambah kekayaan budaya dan ras yang di Indonesia.

 Globalisasi adalah suatu proses penting dalam penyebaran budaya dalam


masyarakat dunia terutama Indonesia dengan sitem demokrasinya
menjadi negara ini merupakan negara yang terbuka. Dengan keterbukaan
tersebut, masyarakat mudah menerima budaya yang datang dari luar
meski sering terjadi benturan budaya asing dengan budaya lokal.
Masuknya budaya asing inilah salah satu faktor memperkaya budaya dan
membuat masyarakat menjadi masyarakat multicultural
 Selain itu negara kaya rempah-rempah, Indonesia juga mempunyai letak
geografis yang strategis yaitu diantara dua benua dan dua samudra
sehingga Indonesia dijadikan sebagai jalur perdagangan internasional.
Karena sebagai jalur perdagangan, banyak negara-negara asing datang ke
Indonesia dengan tujuan berdagang seperti Cina, India, Arab, dan negara-
negara Eropa. Kondisi inilah memambah budaya yang masuk ke
Indonesia dan terciptanya masyarakat multikultural.
 Kalau dilihat dari struktur geologi Indonesia terletak diantara tigal
lempeng yang berbeda yaitu Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini
menjadikan Indonesia menjadi negara berpulau-pulau dan mempunyai
beberapa tipe geologi seperti: tipe Asiatis, tipe peralihan, dan tipe
Australis. Dengan berpulau-pulau maka kehidupan masyarakat setiap
pulau berbeda-beda sesuai dengan kondisi pulauanya. Masyarakat yang
berada di pulau kecil akan mengalami kesulitan sumber daya alam, dan
pulau besar memiliki sumber daya alam yang banyak. Hal ini lah
membuat budaya setiap pulau berbeda pula.
 Selain mempunyai berbagai pulau di Indonesia yang mempengaruhi
kebudayaan masyarakat, iklim juga sangat mempengaruhi kebudayaan di
Indonesia seperti: orang yang berada di daerah pegunungan dengan iklim
sejuk membentuk kebudayaan masyarakat yang ramah. Sedangkan orang
yang berada di tepi pantai yang mempunyai iklim panas membentuk
kontrol emosi seseorang lebih cepat marah.
Sifat Masyarakat Multikultural

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki


beberapa sifat sebagai berikut:

- Adanya segmentasi dalam bentuk kelompok sub kebudayaan yang


berbeda satu sama lain.
- Mempunyai struktur sosial yang terbagi dalam lembaga yang sifatnya
non-komplementer.
- Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota terhadap nilai yang
bersifat dasar.
- Adanya integrasi sosial yang tumbuh karena adanya paksaan dan adanya
saling ketergantungan dalam bidang ekonomi.
- Adanya dominasi politik yang dilakukan oleh suatu kelompok kepada
kelompok lainnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Masyarakat Multikultural

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya masyarakat


multikultural ialah sebagai berikut:

 Faktor Sejarah
Negara kita memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah. Tak heran
bila banyak bangsa asing yang berdatangan karena ingin menguasai sumber
daya alam Indonesia, seperti Belanda, Inggris, Portugis dan juga Jepang.
Bangsa asing ini menjajah dan menetap di Indonesia dalam kurun waktu
yang cukup lama, bahkan tak sedikit yang akhirnya menikah di Indonesia.
Kondisi ini menimnbulkan kekayaan budaya dan rasa di Indonesia sehingga
terbentuklah masyarakat multikultural.

 Faktor Pengaruh Kebudayaan Asing


Globalisasi ialah proses penting dalam penyebaran budaya di dunia, tak
terkecuali di Indonesia. Karena keterbukaannya masyarakat Indonesia lebih
mudah untuk menerima budaya asing walaupun harus terjadi gesekan atau
benturan dengan budaya lokal.

 Faktor Geografis
Indonesia diapit oleh dua benua dan dua samudra, kondisi geografis ini
menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan Internasional. Karena
itulah banyak negara asing yang datang ke Indonesia untuk berdagang,
seperti Arab, Cina, India dan lain sebagainya. Kondisi ini akan menambah
budaya asing yang masuk ke Indonesia sehingga terbentuklah masyarakat
multikultural.

 Faktor Fisik Dan Geologi


Jika dilihat dari struktur geologi, Indonesia terletak di antara tiga lempeng
yaitu lempeng Asia, Australia dan Pasifik. Karena itulah Indonesia sebagai
negara kepulauan mempunyai tiga tipe geologi yakni tipe Asiatis, Australia
dan Peralihan. Kehidupan masyarakat yang tinggal disuatu pulau saja
berbeda dengan kehidupan masyarakat di pulau lain. Biasanya masyarakat
yang tinggal dipulau yang kecil akan sulit untuk memperoleh sumber daya.
Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pulau besar. Hal ini membuat
kebudayaan setiap pulau berbeda-beda.

 Faktor Agama
Selama ini agama turut membentuk interaksi antara manusia dalam suatu
tetanan kehidupan. Agama juga menjadi simbol dan sejarah yang
memperkuat manusia dalam aturan sesuai ajaran kitab suci. Indonesia
sendiri memiliki masyarakat yang berbeda-beda agama dan kepercayaannya
sehingga terbentuklah masyarakat multikultural.

 Faktor Iklim
Kondisi geografis, iklim ataupun cuaca yang berbeda-beda bisa berpengaruh
terhadap pola perilaku masyarakat dalam menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan kondisi yang ada.

 Faktor Keanekaragaman Ras


Ras merupakan sistem klasifikasi untuk mengelompokkan manusia
berdasarkan fisik, asal usul geografis dan lain sebagainya. Perbedaan ras
juga menjadi salah satu faktor timbulnya masyarakat multikultural.

Jenis-Jenis Masyarakat Multikultural

Berdasarkan kecenderungan perkembangan dan praktik multikulturalisme,


masyarakat multikultural dibedakan menjadi beberapa jenis:

- Multikulturalisme Isolasionis
Multikulturalisme isolasionis ialah kelompok masyarakat multikultural yang
menjalani kehidupan secara otonom dengan interaksi antar kelompok
seminimal mungkin.

- Multikulturalisme Akomodatif
Multikulturalisme akomodatif merupakan jenis masyarakat yang mempunyai
kultur dominan yang membuat penyesuaian tertentu untuk kaum minoritas.
Masyarakat ini memberi kebebasan kepada kaum minoritas untuk
mempertahankan apa yang menjadi kebudayaan mereka.

- Multikultural Otonomis
Multikultural otonomis merupakan masyarakat multikultural yang hidup
bersama dan berupaya menciptakan kesetaraan budaya mereka.

- Multikultural Kritikal Atau Interaktif


Multikultural kritikal atau interaktif merupakan jenis masyarakat yang tidak
fokus terhadap kehidupan kultural otonom, tapi lebih kepada menciptakan
kultur bersama yang mencerminkan dan menegaskan perspektif masing-
masing kelompok masyarakat.

- Multikulturalisme Kosmopolitan
Multikulturalisme kosmopolitan merupakan jenis masyarakat yang berusaha
menghilangkan batas kultural dalam kehidupan mereka sehingga terciptalah
masyarakat yang tak terikat pada budaya tertentu.

Masalah Timbul Dalam Masyarakat Multikultural

Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang


dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain
itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia.
Namun, di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar
menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh
karena itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan
guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa.
Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat
keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti konflik antaretnis yang
terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.

Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan


hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan
kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk
konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin
terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara
penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara
mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang
pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam
Masjid Sayo.

Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik yang dipicu
oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam
di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya
permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya,
permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.

Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu


munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan
antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak
orang. Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman
benar-benar perlu diperhatikan.

Wujud Atau Bentuk Masyarakat Multikultural

Masyarakat multkultural merupakan masyarakat yang memiliki beragam


kebudayaan tanpa membedakan suku, ras, agama, dan sebagainya.
Multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang mengakui dan
mengangungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual
maupun secara kebudayaan. Masyarakat majemuk (plural society) belum
tentu dapat dinyatakan sebagai masyarakat multikultural (multicultural
society), karena bisa saja di dalamnya terdapat hubungan antarkekuatan
masyarakat varian budaya yang tidak simetris yang selalu hadir dalam
bentuk dominasi, hegemoni dan kontestasi.

Dari masyarakat bali ini kita akan mendapatkan cermin dan pembelajaran
dari sebuah masyarakat multikultural, dimana masyarakat disana sangat
toleran terhadap agama yang lainnya. Bali sangat terkenal sebagai satu-
satunya wilayah di Indonesia dengan pemeluk Hindu terbesar. Ini
merupakan berkah Tuhan yang memperkaya keragaman di Bumi Nusantara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Promosi Bali sebagai daerah
tujuan wisata sering kali membuat kita lupa akan satu hal yang penting,
bahwa Pulau Dewata ini sebenarnya juga merupakan cermin bagi toleransi
dan kerukunan hidup beragama.

Toleransi kehidupan beragama di Bali telah berlangsung berabad-abad dan


memiliki fondasi kultural yang sangat kuat, sehingga tidak mudah terkoyak.
Sejauh ini kita tidak pernah mendengar ada masalah dalam hubungan
antaragama di Bali. Umat Hindu dan Islam di Bali hidup berdampingan
dengan damai, saling tolong, dan saling menghargai. Mereka berbaur dengan
masyarakat dan budaya setempat. Karena itu, lembagalembaga adat yang
tumbuh dan hidup di kalangan masyarakat Hindu di Bali juga tumbuh dan
hidup di kalangan masyarakat Islam di Bali, semisal tradisi subak atau
penggunaan nama-nama sesuai dengan urutan kelahiran seperti Wayan,
Made, Ketut, dan seterusnya.

Ujian berat bagi hubungan antaragama di Bali pernah muncul ketika terjadi
peledakan bom pada 2002 (dan kemudian ledakan bom pada 2005). Saat itu
Bali luluh lantak oleh serangan yang dilakukan orang-orang yang
mengklaim sedang berjihad atas nama Islam. Lebih dari satu tahun setelah
serangan bom Bali pertama (2002), suasana Bali benar-benar sunyi dan
mencekam. Orang bali tentu marah dengan kajadian tersebut. Namun,
kemarahan mereka tidak membabi buta. Mereka tahu membedakan antara
Islam dan terorisme.

Orang Bali mengerti benar bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan
perdamaian. Umat Hindu Bali adalah orang-orang yang terbuka terhadap
agama Islam. Meskipun Islam agama minoritas, mereka sangat
menghargainya. Orang Hindu Bali sangat concerned dengan posisi, kelas,
dan pembagian tugas. Politik dan agama masing-masing ada tempatnya
sendiri-sendiri. Politik sejajar dengan pasar, rumah sakit, restoran, bandara,
sekolah, gelanggang olahraga; sementara agama mempunyai posisi ”di atas”
yang berisi kitab suci, pura, dan para ulama (sulinggih). Penempatan
(positioning) inilah yang menjadikan agama begitu terhormat dan tidak
mudah diseret-seret ke politik. Sebaliknya, provokasi berbau politik tidak
mudah memasuki wilayah agama.
Di tengah-tengah kehidupan masyarakat Hindu, terdapat sebuah desa yang
bernama Pegayaman. Penduduk desa ini hampir semuanya muslim.
Kehidupan sehari-hari desa ini menunjukkan warna Islam yang kuat. Desa
Pegayaman oleh sebagian masyarakat Bali disebut sebagai Nyama Selam
yang artinya ‘masyarakat Islam. Di Desa Pegayaman inilah orang-orang
Jawa dan Bugis mengem-bangkan ajaran Islam dan berhasil mendirikan
Masjid Safinatus Salam yang diprakarsai Kumpi Haji Yahya. Safinatus
Salam merupakan masjid tertua dan terbesar di Buleleng, Bali. Masjid
Safinatus Salam oleh masyarakat Pegayaman dan sekitarnya dijadikan pusat
pengembangan Islam di daerah Bali.

Di desa ini telah dibentuk jamaah-jamaah pengajian yang bersifat rutin.


Semua kegiatan, baik itu pengajian maupun hal-hal yang menyangkut ajaran
Islam, pelaksanaannya dipusatkan di Masjid Safinatus Salam. Dalam
hubungan kemasyarakatan, tidak pernah ada konflik yang disebabkan
perbedaan agama. Membangun rumah dan sarana umum, mereka tetap
bergotong-royong walaupun berbeda agama. Bahkan, ketika Masjid
Safinatus Salam direnovasi pada 11 Maret 1986, tukang atau buruh yang
memperbaiki Masjid Safinatus Salam juga banyak dari orang-orang yang
beragama Hindu. Selain itu wujud nyata multikulturalisme di Bali juga
tercermin dari sikap masyarakat bali yang masyoritas hindu tetap
memperbolehkan warga bali muslim untuk melaksanakan ibadah sholat
jum’at di hari raya nyepi.

Sikap toleran masyarakat bali memang dapat kita jadikan sebagai contoh.
Jika sebuah kelompok mayoritas dapat menempatkan kelompok minoritas
untuk mendapatkan indentitas dan pengakuan maka dengan hal itu akan
terbentuk kesederajatan dalam kehidupan yang harmonis. Meskipun
masyarakat bali kental dengan tradisi dan kebudayaan nenek moyang
mereka, hal itu tindak menjadikan masyarakat disana menjadi primodial dan
apatis terhadap agama maupun budaya yang lainnya. Seiring perkembangan
jaman dan meningkatnya pendidikan dibali juga menumbuhkan kesedaran
dan semangat persatuan masyarakat untuk saling menghargai dan toleran
terhadap kelompok minoritas.
Itulah salah satu wujud masyarakat multikultural di indonesia yaitu
masyarakat bali yang sangat menghargai kaum minoritas agama islam
disana, mereka tahu benar bagaimana seharusnya mereka bersikap terhadap
kelompok minoritas agar selalu terjalin persatuan dan kehidupan yang
harmonis.

Manfaat Masyarakat Multikultural

Pengaruh yang paling dominan dalam terbentuknya masyarakat


multikultural adalah sikap mental masyarakat itu sendiri. Sikap masyarakat
yang cenderung primordial dan tidak adil akan menjadi faktor penghambat
terciptanya masyarakat multikultural tersebut. Kondisi itu dapat
diminimalisasi atau bahkan dapat dihilangkan apabila manfaat dari
terciptanya masyarakat multikultural disadari oleh semua pihak.

Manfaat yang dapat dipetik dari masyarakat multikultural adalah sebagai


berikut:

- Melalui hubungan yang harmonis antarmasyarakat, dapat digali kearifan


budaya yang dimiliki oleh setiap budaya.
- Munculnya rasa penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul
sikap toleransi yang merupakan syarat utama dari masyarakat
multikultural.
- Merupakan benteng pertahanan terhadap ancaman yang timbul dari
budaya kapital yang cenderung melumpuhkan budaya yang beragam.
Paham kapitalisme cenderung diskriminatif dan cenderung mengabaikan
eksistensi budaya setempat.
- Multikulturalisme merupakan alat untuk membina dunia yang aman dan
sejahtera. Dengan multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama,
saling menghargai, dan saling membantu untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang dihadapi. Masalah yang dihadapi oleh suatu masyarakat
secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada masyarakat
lain pula.
- Multikulturalisme mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu
tidak dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja, tetapi kebenaran
itu ada di mana-mana, tergantung dari sudut pandang setiap orang.
Masyarakat multikultural mengganggap bahwa dengan saling mengenal
dan saling menghargai budaya orang lain, dapat tercipta kehidupan yang
penuh toleransi untuk terciptanya masyarakat yang aman dan sejahtera.

F. Makna Multikulturalisme dalam Alkitab/Perspektif Iman Kristen

Kolose 3:11 lebih mempertegas lagi bahwa Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu. Menjadi manusia baru dalam Kristus berarti manusia
yang tidak lagi melihat sesamanya dari perbedaan latar belakang suku,
bangsa, budaya, kelas sosial kaya-miskin, pandangan hidup, kebiasaan dan
lain-lain. Menjadi manusia baru artinya orang beriman yang telah menerima
keselamatan dalam Yesus Kristus wajib menerima, menghargai dan
mengasihi sesamanya tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.
Ketika membaca Kitab Perjanjian Lama terutama lima kitab pertama ada
kesan seolah-olah Allah membentuk Israel sebagai bangsa yang eksklusif
dan menjauhkannya dari bangsa-bangsa lain. Hal ini melahirkan pemikiran
seolah- olah Allah “mengabaikan” bangsa lain, seolah-olah Allah menolak
mereka. Akan tetapi, dalam tulisan Kitab Perjanjian Lama, ketika Israel
masuk ke tanah Kanaan ada seorang perempuan beserta keluarga besarnya
diselamatkan karena ia telah menolong para pengintai. Nampaknya yang
menjadi fokus utama dalam Kitab Perjanjian Lama adalah bagaimana Allah
mempersiapkan Israel sebagai bangsa yang akan mewujudkan “Ibadah dan
ketaatannya” pada Allah. Jadi, yang ditolak dari bangsa-bangsa lain adalah
ibadah mereka yang tidak ditujukan pada Allah. Jika orang-orang Israel
bergaul dengan bangsa- bangsa itu dan mereka tidak memiliki kemampuan
untuk memilter atau menyaring berbagai pengaruh dari budaya dan ibadah
mereka maka akibatnya bangsa itu akan melupakan Allah dan tidak lagi
beribadah kepada-Nya. Dalam kaitannya dengan multikultur di Indonesia,
kita dapat mengangkat pertanyaan sebagai berikut: Apakah mewujudkan
multikulturalisme berarti kita kehilangan identitas suku, bangsa dan agama
kita? Tentu tidak, inilah yang ditolak oleh Allah dalam Perjanjian Lama,
yaitu ketika persentuhan atau pertemuan umat-Nya dengan bangsa-bangsa
lain menyebabkan mereka kehilangan identitasnya sebagai umat Allah.
Multikulturalisme dibangun di atas dasar solidaritas, persamaan hak,
keadilan dan HAM dimana perbedaan diterima dan diakui serta tidak
menghalangi kerja sama dalam menanggulangi berbagai permasalahan
kemanusiaan. Yesus sendiri mengemukakan sebuah cerita mengenai orang
Samaria yang murah hati untuk menjelaskan pada para pendengarnya
mengenai siapakah sesama manusia dan bagaimana kita harus mengasihi.
Cerita mengenai orang samaria yang murah hati mewakili pandangan Yesus
mengenai kasih pada sesama. Bahwa semua orang tanpa kecuali terpanggil
untuk mewujudkan solidaritas dan kasih bagi sesama tanpa memandang
perbedaan latar belakang. Solidaritas dan kasih itu tidak meniadakan
perbedaan namun menerima perbedaan itu sebagai anugerah dan dalam
perbedaan itulah manusia diberi kesempatan untuk mewujudkan kasih dan
solidaritasnya bagi sesama. Di zaman Perjanjian Lama, ketika bangsa Israel
akan memasuki tanah Kanaan, ada seorang perempuan Kanaan beserta
keluarganya yang diselamatkan karena perempuan itu membantu para
pengintai ketika mereka sedang dikejar oleh tentara Kanaan.

Menerapkan Kesadaran dan Praktik Hidup Multikultur

Tuhan menciptakan manusia dalam kepelbagaian supaya dapat saling


mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain. Dalam diri manusia juga
dianugerahi kebaikan dan kemampuan untuk beradaptasi dalam kaitannya
dengan alam dan lingkungan hidup terutama dengan sesamanya. Manusia
juga diciptakan sebagai makhluk mulia yang memiliki harkat dan martabat.
Di era modern sekarang ini, masyarakat dunia memiliki kesadaran
multikultur yang jauh lebih baik, bahkan pemenuhan hak setiap orang untuk
diterima dan dihargai. Hak untuk memperoleh keadilan, demokrasi dan
HAM telah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh negara
terhadap warganya maupun oleh sesama warga negara termasuk warga
gereja. Meskipun demikian, masih banyak terjadi pelanggaran terhadap
pemenuhan hak pribadi maupun kelompok masyarakat minoritas. Ambil
contoh di Indonesia pada zaman orde baru tidak ada pengakuan terhadap
agama Khonghucu, bahkan masyarakat keturunan Cina amat dibatasi hak-
hak politiknya. Sejak zaman reformasi, kaum minoritas mulai menikmati
pemenuhan hak-haknya. Di bawah pemerintahan Presiden Abdulrahman
Wahid, negara mengakui agama Khonghucu dan hak-hak masyarakat
keturunan Cina dipulihkan sama dengan kaum pribumi Indonesia. Bahkan
ada seorang tokoh muda dari kalangan pribumi keturunan Cina, yang akrab
disapa Ahok, menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta. Ketika buku ini ditulis
beliau dalam proses untuk menjadi Gubernur Jakarta karena Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo terpilih sebagai Presiden RI yang ke-7. Dengan
demikian, sesuai dengan UU maka wakil Gubernur akan dilantik sebagai
Gubernur. Hal itu merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Sebelum
Ahok ada Kwik Kian Gie yang pernah menjadi menteri di zaman
pemerintahan Megawati Soekarno Puteri. Pada kabinet Indonesia Bersatu
yang dipimpin oleh SBY juga Marie Pangestu menjabat sebagai Menteri
Ekonomi Kreatif dan Pariwisata. Mereka berhasil menembus tembok
minoritas dan membuktikan bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk
menjadi pemimpin di negara ini. Pada sisi lain, dalam kehidupan beragama,
nampak masih ada keterbatasan bagi kaum minoritas agama. Ada harapan
seiring berjalannya waktu dan semakin maju pendidikan dan cara berpikir
masyarakat kita maka akan terwujud keadilan dan persamaan hak bagi
seluruh bangsa tanpa kecuali. Dalam komunitas kristiani, gereja-gereja di
Indonesia dibangun di atas bangunan suku karena anggota gereja terdiri dari
orang-orang yang berasal dari berbagai suku, budaya, adat dan kebiasaan
serta geograis yang berbeda- beda. Bahkan tiap sinode gereja berada di
geograis tertentu dengan budaya dan suku tertentu. Meskipun gereja-gereja
nampak memiliki ailiasi dengan suku dan daerah tertentu namun tetap
terbuka bagi orang-orang yang berasal dari daerah, suku dan budaya lainnya.
Misalnya GKI yang dahulunya merupakan gereja untuk orang-orang
Indonesia keturunan Tionghoa, pada masa kini yang menjadi anggota GKI
berasal dari berbagai suku, budaya dan daerah. Demikian juga GPIB yang
didirikan untuk orang-orang dari Indonesia Timur pada masa kini terbuka
bagi orang-orang dari berbagai daerah, suku dan budaya. Gereja Bethel
Indonesia GBI adalah gereja yang sangat terbuka terhadap multikultur,
jemaatnya amat beragama dari segi suku, kebangsaan, budaya, geograi
bahkan kelas sosial. Ada beberapa sinode gereja yang anggotanya terbatas
pada suku tertentu, misalnya pada orang-orang Batak. Dalam gereja yang
multikultur, setiap orang dapat belajar membangun persekutuan di atas
berbagai perbedaan. Jemaat dapat belajar dari saudara seiman yang berasal
dari daerah, suku dan budaya yang berbeda. Nilai-nilai budaya dan suku
yang positif dapat memperkaya liturgi dalam ibadah. Pola- pola hubungan
antarjemaat yang positif juga dapat diperkaya dari nilai-nilai budaya yang
beragam.

Sumbangan Multikulturalisme dalam memperkuat Persatuan Umat


Kristen dan Bangsa Indonesia.
Ada beberapa nilai yang dapat diwujudkan dalam tindakan untuk
memperkuat persatuan sebagai bangsa Indonesia yang multikultur.
1. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan
dalam masyarakat.
2. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik
yang mayoritas maupun minoritas.
3. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan
perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.
4. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling
menghormati dalam perbedaan.
Pendidikan Multikultural

Merupakan sebuah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses (James


Banks,1997). Untuk menciptakan kesempatan yang sama bagi semua peserta
yang berasal dari ras, suku, agama, budaya dan kelas sosial yang berbeda.
Pendidikan Multikultural menciptakan kesederajatan pendidikan bagi
peserta dari berbagai ras, etnis kelas sosial dan kelompok budaya yang
berbeda. Pendidikan Multikultural adalah sebuah proses transformasi untuk
membantu peserta didik agar cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan
masyarakat secara kreatif, inovatif dan imaginatif. Dengan kata lain bahwa
Pendidikan Multikultural adalah suatu konsep filosofis yang menjangkau
luas, hubungan dari pelbagai etnis, ras, agama dan juga kategori yang
direkonstruksi secara sosial dan gender. Pendidikan Multikultural bertujuan
untuk menciptakan kesederajatan dalam dunia pendidikan dan memperkaya
wawasan berpikir bagi peserta didik dari berbagai ras, etnis, kelas sosial dan
kelompok budaya yang berbeda. Salah satu tujuan utama dari Pendidikan
Multikultural adalah mempersiapkan peserta didik untuk bersikap terbuka
dan inklusif, dalam memahami dan menerima suatu perbedaan, sehingga
mampu menjangkau kelas sosial dengan membangun segala bentuk stereotip
atau pelabelan tentang, prasangka dengan diskriminasi suku, ras, agama dan
budaya untuk membangun kebersamaan lintas budaya. Pendidikan
Multikultural memfokuskan diri pada kebutuhan akan perubahan dan
transformasi social, karena:

a) Membantu peserta didik memperoleh pemahaman diri yang lebih luas


dengan melihat dari sudut pandang, suku, agama, dan budaya.
b) Menolong peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghargai
suku, ras, agama, serta budayanya.

c) Mempersiapkan peserta didik dengan ketrampilan, sikap dan pengetahuan


yang diperlukan agar mereka cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan
masyarakat yang multikultural.

d) Mereduksi dan mengobati trauma-trauma yang timbul karena


diperlakukan diskriminatif rasial dari kelompok suku, ras, agama, dan
budaya yang berbeda.

e) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kekhususan atau


keunikan potensi dari setiap kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang
berbeda.

Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural ialah untuk memperkaya


wawasan berpikir kepada peserta didik agar mereka mengenal budaya, suku,
ras dan agama diluar budaya lain. Pendidikan Multikultural menjadi
landasan teoritis dan suatu model untuk transformasi sosial yang membentuk
pribadi iman Kristen dan keterlibatan sosial peserta dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai perspektif (lokal dan internasional) dan
pengalaman-pengalaman multikultural. Melalui proses transformasi sosial
dalam Pendidikan

Multikultural dilakukan melalui 4 tingkatan dalam kurikulum:

 Pendekatan Kontribusi:
Bertujuan agar peserta didik dapat melihat unsur-unsur budaya sebagai
sesuatu yang asing dan terpisah dari pengalaman hidup mereka sendiri,
karena pengintergrasiannya hanya pada permukaan.

 Pendekatan Penambahan:
Bertujuan agar pendidikan yang dapat menambahkan isi, konsep, tema,
dalam menerima Perspektif budaya lain ke dalam kurikulum, namun tidak
mengubah struktur dan tujuan serta mencirikan karakteristiknya yang
mendasar.
 Pendekatan Transformasi:
Bertujuan untuk menolong peserta didik dalam sudut pandang yang berbeda
etnis dengan konsep, isu, tema untuk mencari solusi pada setiap konflik
terjadi dimasyarakat.

 Pendekatan Aksi Sosial:


Tujuan penting dari Pendidikan Multikultural Untuk membantu peserta didik
agar memperoleh pengetahuan, dan komitmen yang diperlukan untuk
membuat keputusan reflektif dan melakukan aksi personal, sosial dan sipil
untuk mempromosikan demokrasi dan kehidupan demokratis. Manfaat dari
pendidikan multikultural ternyata merupakan dasar strategis kebangkitan
bangsa selain kepentingan pragmatis untuk menggerakkan seluruh elemen
bangsa untuk menyelesaikan krisis multidimensi.

Pendidikan multikultural memiliki saling keterkaitan satu dengan yang


lainnya, berdampingan satu dengan yang lain dalam konteks masyarakat
majemuk Pendidikan multikultural sangat membantu dalam memecahkan
suatu konflik berdasarkan masyarakat pluralisme dengan memaknai Bhineka
Tunggal Ika dasar dari ideology pancasila agar hidup damai dan
rukun.Pendidikan multicultural itu sendiri mempunyai tujuan utnuk
membentuk manusia yang berbudaya dan beadab,mengajarkan nilai-nilai
kebangsaan dan etis,demokratis dengan menghargai aspek-aspek keragaman
budaya.

Perbedaan dan keragaman budaya bangsa dengan kelompok etnis


(Multiklultural) yaitu.

a) evaluasi penilaian kepada budaya lain.

b) studi kasus tentang konflik-konflik sosial itu menjadi berkembang isu


konflik agama yang berpengaruh pada factor ekonomi, sosial, politik.
Pengalaman di Ambon dan Poso merupakan bukti yang menjelaskan akan
hal itu.

c) solusinya pancasila sebaga dasar ideology Negara RI dengan masyarakat


majemuk yang pluralism,agar saling menghormati dan bertoleransi agama
satu dengan lainnya sehingga dapat hidup berdampingan.Dengan peristiwa
studi kasus diatas mengahruskan kita untuk menjadi saksi Kristus.

Isu Mayoritas-Minoritas dalam masyarakat Multikultural.

Di zaman era globalisasi masyarakat majemuk memiliki upaya untuk


menemukan sebuah etika global yang diterima oleh semua agama dan suku
bangsa sebagai sesuatu yang autentik serta menjadi harapan dan kerinduan
bagi semua orang dalam komunitasnya. Isu-isu kekerasan antar kelompok di
Indonesia sebagai saran alternatif konflik, sebagai banteng pertahanan secara
berkala pada tahun 1990 di Indonesia betapa hal itu rentan terjadi yang di
bangun dalam Negara-Bangsa, sehingga menimbulkan prasangka antar
kelompok dan betapa rendahnya nilai-nilai multikulturalisme. Berbagai
ekspresi sosial budaya yang sebenarnya, tidak memiliki basis untuk melihat
pada kulturalnya dalam masyarakat kita, dengan kondusif bagi kehidupan
sosial budaya masyarakat dan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan
pendekatan progresif untuk melakukan transformasi Pendidikan budaya
dalam masyarakat secara menyeluruh, juga untuk memperbaiki kekurangan
dan kegagalan, sehingga tidak diskriminatif dalam pendidikan. Pendidikan
multikultural menjadi menarik karena, konsep pendidikan multikultural
mengacu pada konteks yang di Indonesia.

Multikulturalisme sebagai Alternatif Pendidikan Agama Kristen.

Sederajat kesederajatan atau kesetaraan tentang budaya yang membuat suatu


perubahan nyata, dalam masyarakat majemuk yang membawa kebaikan bagi
semua kalangan sehingga menciptakan ruang lingkup yang kecil melalui
bahasa, budaya melalui kegiatan sekolah. Masing-masing pendidikan
memiliki suatu perbedaan antara satu dengan yang lain. Keragaman
merupakan hal yang wajar, karena antara satu orang dengan yang lain
memiliki berbagai perbedaan, terutama perbedaan latar belakang; social,
pendidikan, agama, lainnya.

Melihat dari letak geografis Indonesi menurut: Koentjaraningrat yang


mendefinisikan tentang pendidikan sebagai usaha untuk mengalihkan dan
seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.
Definisi pluralisme menurut Frans Magnis Suseno, pendidikan
mengandaikan kita untuk membuka visi pada cakrawala yang lebih luas dan
mampu melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita ,
sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang
memiliki perbedaan maupun kesamaan citacita. Multikulturalisme
merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan
dapat mengakui, keragaman, perbedaan dan kemajemukan budaya dan ras,
suku, etnis, dan agama.

Pengembangan Kurikulum menggunakan pendekatan pluralismultikultural


haruslah didasarikan pada prinsip:

1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori:


Model, dan hubungan sekolah dengan lingkungan social-budaya setempat.

2) Mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten,


proses dan evaluasi budaya di lingkungan unit pendidikan adalah: Sumber
belajar dan objek studi yang harus dijadikan dari kegiatan belajar anak didik.

3) Kurikulum peran sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan


daerah dan kebudayaan nasional. Pendidikan mutikultural merupakan
pendekatan progresif untuk melakukan sarana transformasi dan budaya
masyarakat secara menyeluruh untuk memperbaiki kekurangan dan
kegagalan, dalam mengupas tentang praktik-praktik diskriminatif proses
pendidikan. Menurut: James Banks (1994) menjelaskan, bahwa pendidikan
multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan
lain. Yaitu mengintergrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk
mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan
konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran (disiplin). Dan
membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata
pelajaran. Serta menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa
dapat memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran dengan
cara interaksi. Pendidikan multikultura mensosialisasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam sistem pendidikan nasional sehingga dapat mencakup tiga
hal jenis tentang transformasi yakni: transformasi diri, transformasi sekolah
dan proses belajar untuk mengajar, dan transformasi masyarakat.
Pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat penuh dengan
permasalahan antar kelompok sehingga mengandung tantangan yang tidak
ringan. Dunia pendidikan dalam masyarakat, sangat besar peranannya dan
memiliki pengaruh terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian
individu peserta didik, terhadap implementasi pendidikan yang berbasis
multikultural. Pendidikan multicultural adalah: Pendidikan tentang
keragaman kebudayaan yang merespons perubahan suatu demografis dan
kultural lingkungan masyarakat. Pendidikan multikultural di Indonesia
haruslah di arahkan kepada terwujudnya masyarakat madani di tengah-
tengah kekuatan kebudayaan global. Konsep pendidikan multikultural
merupakan suatu pendidikan demokratis yang luas artinya: bukan saja
mengakui akan pentingnya pengembangan rasa kebangsaan di dalam suatu-
nation state tetapi juga menekankan kepada keanggotaan. Negara dan bangsa
Indonesia di dalam pergaulan dunia. Oleh sebab pendidikan yang berbasis
Multikultural tidak akan dikenal adanya fanastisme atau fundamentalisme
social-budaya termasuk agama, karena masing-masing komunitas mengenal
dan menghargai perbedaan yang ada. Pendidikan Multikultural terutama di
dalam masa transisi dewasa ini memang mempunyai tugas yang tidak
ringan. Pertama-tama pendidikan multikultural adalah untuk memperdalam
akan rasa identitas kesukuan, secara terbuka untuk kemudian mengenal dan
mengerti akan nilai-nilai sosialbudaya dan agama dari suku-suku yang lain.
Pendidikan multikultural sebagai sarana untuk memperkenalkan tentang
keberagaman suatu budaya yang berbasis kepada pluralisme sehingga masuk
kepada pendidikan agama kristen yang diperkaya dengan spritualitas dan
iman percayanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, juga
isinya untuk menjadi bersaksi kristus melalui pendidikan agama kristen,
sehingga membawa orang lain pada kemuliaan Allah.

Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen bertujuan membimbing orang lain dan diarahkan


kemasa depan, untuk menuju sesuatu yang ilahi yang melampaui
keterbatasan manusia masa kini.

Sehingga Pendidikan Agama Kristen di pergunakan untuk mengajar dan


mendidik di sekolah-sekolah kristen dan gereja atau persekutuan orang
percaya. Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian satu tugas gereja untuk
membina warga jemaat gereja agar tetap bertumbuh dengan iman.
Pendidikan Agama Kristen membawa seseorang pada sesuatu hal untuk
melaksanakan panggilan Allah didalam dunia ini. Itulah tujuan yang pasti
dalam menghadapi kesukaran yang bersifat kompleks. Manfaat dari
pendidikan agama Kristen ialah: Orang tua dapat mendidik anak-anaknya
dalam hal-hal agama dan untuk memakai pertolongan dan alat-alat gereja
bagi pembinaan rohani anak-anak itu. Pendidikan Agama Kristen, memiliki
fungsi yang amat penting pada tugas panggilan gereja.

Yang perlu di perhatikan sebagai objek pendidikan agama kristen:

1) Mencari dan menentukan objek Firman Tuhan yang menjadi satu- satu
dasar dari iman.

2) Objek dengan kepentingan gereja misalnya: kita merencanakan


pendidikan agama kristen.

3) Metode pengajaran pendidikan agama kristen, kepada kelompok remaja


dengan diskusi.

4) Latar-belakang murid-murid yang perlu diperhatikan.

5) Objek dalam pengajaran pendidikan agama kristen

6) Sadar akan kebutuhan khusus para pelajar atau pendengar kita.12 Dalam
dunia Pendidikan agama kristen memiliki satu dasar yang berkaitan dengan
tujuan: untuk mengenal kerajaan Allah melalui kesaksian dan persekutuan,
isi konteks: doa pagi merefleksikan Firman Tuhan sebagai bagian dari
pendidikan agama kristen, dengan pendekatan metode kreatif

Dalam hal ini para didik dapat menerapkan suatu model pengajaran yang
sesuai dengan prinsip maupun teori dalam ilmu pengetahuan. Dua orang
yang berasal dari Amerika secara internasional sekaligus meneliti tentang
model pengajaran Bruce Joyce dan Marsha Weil yang tertuang dalam buku:
Model of Teaching (1996). Pedoman dan bekal bagi setiap pendidikan
termasuk guru agama di sekolah dan gereja untuk meningkatkan kualitas
keahliannya dalam hal pengajaran. Beberapa pertimbangan Joyce dan Weil
untuk menyusun model-model pengajaran tersebut lain:

1. Model seperti ini memberikan suatu kontribusi yang seimbangan dari sisi
seorang

pendidik dan peserta didik.

2. Model ini dapat di demontrasikan dan di pelajari dalam waktu yang


relative singkat.

3. Model ini dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan atau


membangun model pengajaran sendiri. Bruce Joyce dan MarshaWeil, adalah
dua tokoh pendidik agama Kristen yang mengembangkan suatu rencana
untuk membentuk kurikulum, dan mendesain bahan-bahan pengajaran
agama Kristen. Sehingga peserta didik dapat mengenal mana tujuan umum
dan tujuan khusus. Salah satu yang dapat diterapkan dalam pengajaran di
Panti Asuhan Yakobus bagi remaja adalah: Information Models (Model
Pemprosesan informasi) yang mengutamakan suatu pengembangan
kepribadian dalam hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas
mengajar agar mereka tidak merasa monoton atau membosankan dalam
menerima setiap pengajaran yang dibersifat umum melalui Teori
Multikultural dan Pendidikan Agama Kristen. Behavioral Models (Model
Perilaku) ini mengutamakan suatu perubahan perilaku yang spesifik dan
terarah untuk mengetahui seberapa besar iman seseorang dalam suatu proses
pendampingan untuk suatu perubahan kearah yang lebih baik, dengan
meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi, meditasi, refleksi ,
kontemplasi dengan merenungkan pokok-pokok tertentu, sebagai bahan
renungan. Menurut: Bruce Joyce dan MarshaWeil untuk mengembangkan
pendidikan agama Kristen model-model pengajaran agama atau pengajaran
iman yang cukup baik, misalnya: Sarah Little, Thomas Groome dan Richard
Osmer. Dan untuk mengajar dengan kreatif Menurut: Miller yang dikutip
oleh Boehlke, mengatakan: bahwa PAK di gereja merupakan suatu
pelayanan yang berdiri dari tradisi Kristen. Pendidikan Agama Kristen
dimulai dari Injil dan ia menyatakan bahwa gereja memiliki enam fungsi:

a) Gereja sebagai persekutuan atau tempat beribadah.


b) Gereja sebagai persekutuan yang memulihkan dan menyembuhkan
sehingga di persatukan oleh iman.

c) Gereja sebagai persekutuan orang percaya untuk belajar dan mengajar,


spritualitas iman dari kategori usia muda maupun lansia.

d) Gereja adalah persekutuan orang yang perduli akan kebutuhan orang lain
terutama sakit, orang miskin, lemah dan kesepian.

e) Gereja adalah persekutuan orang yang membagikan iman kepada orang


yang belum menerima kabar baik

f) Gereja adalah persekutuan yang membawa misi perdamaian dengan


masyarakat setempat dan antar bangsa. Metode penerapan dalam dunia
pendidikan agama Kristen memakai metode sebagai berikut: untuk
menyampaikan suatu cara dalam pelayanan gereja.

Ada dua jenis teori dalam dunia pendidikan dalam hal itu ialah:

Yang pertama: Metode otoriter, untuk menyampaikan suatu ajaran yang


lengkap kepada orang yang didikannya. Yang kedua: Metode kreatif , yang
menitik beratkan kebebasan untuk menciptakan seseorang dalam berfikir
pada diri sendiri. Para didik bertugas untuk mendidik, membimbing, serta
menolong dalam menerapkan iman percayanya kepada Tuhan. Metode yang
diterapkan dalam pengajaran bagi anak remaja dalam dunia pendidikan
agama kristen: melalui media audio visual, dan cerita (Role play) untuk
menceritakan kebaikan Tuhan Yesus melalui iman kepada Kristus di dalam
gereja. Pendidikan Agama Kristen yang di terapkan pada sekolah-sekolah
umum di seluruh dunia memang beraneka ragam. Dalam hal ini, gereja
memiliki tugas yang senatiasa, melakukan dan panggilannya dengan baik.
Pendidikan Agama Kristen dengan kategorial usia remaja (13-17 Tahun)
mengalami suatu perkembangan pola fikir yang kognitif. Dalam
perkembangan moral atau etika pada remaja sudah mengenal tentang pola
pikiran hidup yang disiplin dengan suatu hukum. Remaja mengalami
masalah dalam mengintegrasikan berbagai aspek, identitas diri yang
berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Pada usia ini
remaja mengalami suatu pencari identitas yang berkaitan dengan gender
(yang berkaitan dengan seksualitas). Dalam perkembangan iman anak
remaja ada sesuatu yang baru, yang harus ketahui apa yang dibutuhkan
perkembangan tentang iman dan kepercayaan pada usia ini. Alkitab bagi
remaja sebagai alat pengontrol dalam suatu jawaban perubahan baik dalam
hal yang kecil maupun dalam suatu tindakan pada setiap pertanyaan tentang
makna, dan isi Alkitab dengan mencari sumber dari berbagai artikel atau
buku yang dapat dipahami setiap pertanyaan. Iman yang memberikan suatu
bimbingan tentang moral dan etika sehingga teologi dapat menjawab semua
yang dibutuhkan.

Peran Pendidikan Multikultural Dalam Transformasi Masyarakat.

Pendidikan multikultural adalah strategis pendidikan yang diaplikasikan


kepada semua jenis mata pelajaran sehingga dapat diterima oleh semua
kalangan, dengan perbedaanperbedaan kultural yang ada pada siswa seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan dan
umur dengan proses belajar secara kontekstual dan efektif, sehingga untuk
melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap, demoktrasi,
humanis dan pluralis dalam lingkungan. Pendidikan multikultural menjadi
mempunyai dua tujuan, yaitu: membangun tujuan awal dan tujuan akhir.
Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi
sebagai perantara dari tujuan akhirnya sehingga tercapai dengan baik.
Tujuan awal dari pendidikan multikultural yaitu: membangun wacana
pendidikan multikultural dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan,
pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan dan sehingga siswa terampil
dalam transformator Pendidikan multikultural yang mampu menanamkan
nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah
kepada peserta didik.

Tujuan akhir dari pendidikan multikultural adalah memiliki karakter yang


kuat untuk demoktrasi, pluralis, dan humanis.Pada intinya pendidikan
kurikulum multikultural, kurikulum yang memuat tentang nilai-nilai
pluralisme dan toleransi keberagaman.Oleh sebab itu dalam pendidikan
multikultural ditekankan untuk membangun sikap (afektif) atau pemikiran
tiap-tiap orang sehingga dapat di terima oleh seluruh kalangan masyarakat,
di dalamnya untuk membangun kesadaran suatu pemahaman yang kristis
tentang siswa terhadap berbagai fenomena sosial yang bersentuhan langsung
dengan kepentingan masyarakat secara umum , seperti: ketimpangan sosial,
penganguran kemiskinan dan korupsi. Masyarakat multikultural mampu
untuk mengembangkan kebudayaan tanpa ada diskriminasi kebudayaan lain
sehingga saling berinteraksi dan saling mendukung dalam segala hal.

Konsep Pendidikan Multikultural.

Konsep dasar dari pendidikan multikultural bersifat oukoemenes dan


pluralism dengan pandangan yang luas. Hal ini karena di dukung oleh
gereja-gereja yang beraliran protestan. Beberapa hal dasar yang harus dilihat
yaitu letak geografis, kultur wilayah-wilayah kultur, prejudis, stereotip, dan
diskriminasi. Pendidikan multikultural merupakan strategis pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran untuk menghasilkan para
didik yang memiliki pemikiran demokrasi. Konsep pendidikan multicultural
yang mengacu kepada kebudayaan dan tatanan kehidupan sosial dengan
latar-belakang pluralisme sehingga diterapkan dan dipraktekan oleh siswa di
sekolah.Untuk mengakui dan menerima keberadaan agama lain sehingga
tercapailah suatu kerukunan dan kebhinekaan. Dalam pandangan konsep
pluralism semua agama dipandang sama tetapi bukan sinkretisme untuk
menciptakan suatu agama baru yang dipadukan dalam unsur-unsur tertentu,
sehingga terciptanya ’’Bhineka Tunggal Ika’’. Pengertian dari konsep
pluralis - multikultural menurut: Sleeter menegaskan bahwa pendidikan
pluralis-multikultural adalah proses pendidikan bagi orang - orang yang
tertindas. Dalam hal inilah proses belajar yang penting peserta didik dapat
memahami karakteristik pluralism multikultikultural. Belajar hidup untuk
menerima perbedaan, belajar untuk berproses dalam suatu pengajaran
dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang di sepakati juga belajar
untuk menjadi orang yang karakteristik dan kerangka pikir anak didik.
Demikian pula akan membentuk mereka dan menghantar kita untuk
mengenal dengan baik kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus,
sehingga nantinya mereka dapat dilengkapi dengan efektif dalam aspek
kehidupan. Dan akan terpancar pula sikap dan karakter anak didik dalam
menghargai sesama ciptaan Allah, yang serupa dengan gambar Allah ,
sehingga dalam kehidupan multikultural akan memancarkan pula hidup yang
dapat menjadi teladan bagi sesama,dalam kehidupan dimanapun mereka
berada, teraktual pola hidup yang bertoleransi.

Ayat-Ayat Alkitab Tentang Multikulturalisme

Indonesia dikaruniai oleh Tuhan dengan keberagamannya. Dari Sabang


sampai Merauke dihuni oleh orang-orang dengan suku, agama dan ras yang
berbeda. Keberagaman ini menuntut manusia Indonesia untuk bersikap
toleran. Sebenarnya sikap toleransi tidak hanya dibutuhkan oleh manusia
Indonesia, tetapi juga oleh manusia di seluruh dunia. Penciptaan manusia
sejatinya tidak seorang diri. Tuhan telah menciptakan manusia lainnya
sebagai penolong. “Tidak baik jika manusia seorang diri saja, Aku akan
menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18).
Oleh karena itu, multikulturalisme sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat.

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, multikulturalisme berarti


gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan
menggunakan lebih dari satu kebudayaan. Sebagai panduan umat Kristen
dalam menjalani hidup, Alkitab memuat seperangkat aturan seperti larangan
poligami dalam Injil, ayat Alkitab tentang rentenir, ayat Alkitab tentang
larangan membunuh, ayat Alkitab tentang pencuri dan tidak terkecuali ayat-
ayat Alkitab tentang multikulturalisme.

 Yohanes 13:34 : Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu


supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi.
 Yohanes 15:12 : Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu.
 Yohanes 15:17 : Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan
yang lain.
 Matius 22:39 : Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
 Matius 5:44 : Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
 Yohanes 17:14-15 : Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka
dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama
seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau
mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka
dari pada yang jahat.
 Lukas 13:21 : Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan
diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.
 Matius 13:33 : Dan Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada
mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang
perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai
khamir seluruhnya.
 Amsal 29:8 : Pencemooh mengacaukan kota, tetapi orang bijak
meredakan amarah.
 Roma 14:19 : Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Multikulturalisme dibangun di atas dasar solidaritas, persamaan hak,
keadilan dan HAM dimana perbedaan diterima dan diakui serta tidak
menghalangi kerja sama dalam menanggulangi berbagai permasalahan
kemanusiaan. Yesus sendiri mengemukakan sebuah cerita mengenai
orang Samaria yang murah hati untuk menjelaskan pada para
pendengarnya mengenai siapakah sesama manusia dan bagaimana kita
harus mengasihi. Cerita mengenai orang samaria yang murah hati
mewakili pandangan Yesus mengenai kasih pada sesama. Bahwa
semua orang tanpa kecuali terpanggil untuk mewujudkan solidaritas
dan kasih bagi sesama tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Solidaritas dan kasih itu tidak meniadakan perbedaan namun
menerima perbedaan itu sebagai anugerah dan dalam perbedaan itulah
manusia diberi kesempatan untuk mewujudkan kasih dan
solidaritasnya bagi sesama. Di zaman Perjanjian Lama, ketika bangsa
Israel akan memasuki tanah Kanaan, ada seorang perempuan Kanaan
beserta keluarganya yang diselamatkan karena perempuan itu
membantu para pengintai ketika mereka sedang dikejar oleh tentara
Kanaan.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi tambahan
pengetahuan bagi para pembaca. Semoga makalah ini bisa digunakan
sebagai sumber acuan untuk makalah-makalah lain tentang Agama
dan multikulutaral dalam perspektif iman Kristen
Daftar Pustaka
https://www.dosenpendidikan.co.id/masyarakat-multikultural/
https://www.coretanzone.id/2018/05/sejarah-perkembangan-
multikulturalisme.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-multikultural/
https://tuhanyesus.org/ayat-ayat-alkitab-tentang-multikulturalisme
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12915/2/T1_712010
065_BAB%20II.pdf
https://text-id.123dok.com/document/oy8062pwq-apa-kata-alkitab-
mengenai-multikulturalisme.html

Anda mungkin juga menyukai