Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“IMAN KRISTEN DAN EKOLOGI”

DISUSUN OLEH:

1. Milka Aprianti Imel Nomleni (2203050015) A


2. Jessica Yunita Maharani Ello (2203050094) B
3. Angkyama B. A. Naetasi (2203050028) A
4. Martha Dalwi Ado (2203050109) B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................................
BAB II EKOLOGI DAN IMAN KRISTEN..................................................................
a. Ekologi.............................................................................................................................
b Macam-Macam Ekologi...................................................................................................
c .Ekologi Laut dan Masalah Ekologi Laut.........................................................................
d.Pandangan Iman Kristen Tentang Lingkungan Hidup.....................................................
e. Pemahaman Alkitab Tentang Ekologi.............................................................................
f. Tindakan Penyelamatan Ekologi Laut............................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaanya,
kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Kelompok dengan judul “IMAN KRISTEN
DAN EKOLOGI”. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah
ini..Oleh karena itu , segala krtik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
guna untuk menyempurnakan makalah ini. Dengan selesainya makalah ini semoga
pembaca, dapat memahaminya dengan baik dan makalah ini dapat bermanfaat adanya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dengan luar biasa sudah
membantu dan turut menyelesaiakan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembicaraan mengenai ekologi kerap kali dijadikan alasan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan secara khusus mengenai asal-usulnya. Penjelasan-
penjelasan yang diwartakan para ilmuan secara ilmiah dan logis menjadikan manusia
meninggalkan makna ekologi secara religius dan menghasilkan pandangan-pandangan
yang berbeda sehingga menimbulkan perdebatan dan akhirnya makna dan tujuan
sebenarnya semakin jauh. Pandangan agnostik menyatakan bahwa dunia terjadi karena
kebetulan saja dan bahwa evolusi memberikan penjelasan yang sangat jelas tentang
asal-usul spesies. Pandangan ini menyatakan bahwa alam raya muncul karena
kebetulan saja atau dari hukum-hukum alam yang ditentukan (karena kebutuhan) atau
campuran antara kebetulan dan kebutuhan sedangkan Pendekatan teistik Kristen dan
pandangan creasionistic menyatakan bahwa menerima cerita Kejadian adalah benar
secara harafiah.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menunjukkan cara pemahaman Alkitab
yang relevan terhadap krisis ekologi. Salah satu kitab yang relevan dengan ekologis
atau lingkungan kita masa kini adalah kitab Kejadian. Isi dari Kejadian adalah suatu
cara memahami dunia, bukan semata-mata memberikan penjelasan tentang bagaimana
dunia menjadi ada tetapi juga memberikan pemahaman untuk apa alam diberikan
kepada manusia dan apa yang menjadi tanggung jawab manusia terhadap alam
semesta/lingkungan hidup yang sudah Allah berikan

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termuat dalam pembahasan tentang Ekologi?
2. Apa saja macam-macam Ekologi?
3. Bagaimana tentang Ekologi Laut dan Masalah Ekologi Laut?
4. Bagaimana Pandangan Iman Kristen Tentang Lingkungan Hidup?
5. Bagaiman Pemahaman Alkitab Tentang Ekologi?
6. Bagaimana Tindakan Penyelamatan Ekologi Laut?

C. Tujuan
1. Memahami pembahasan apa saja yang termuat dalam pembahasan tentang
Ekologi
2. Menjelaskan macam-macam Ekologi
3. Menjelaskan Bagaimana tentang Ekologi Laut dan Masalah Ekologi Laut
4. Menjelaskan Bagaimana Pandangan Iman Kristen Tentang Lingkungan Hidup
5. Menjelaskan Bagaiman Pemahaman Alkitab Tentang Ekologi
6. Menjelaskan Bagaimana Tindakan Penyelamatan Ekologi Laut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekologi
Istilah ekologi pertama kali dimunculkan oleh Ernst Haeckel, seorang murid
Darwin pada tahun 1866, yang menunjuk pada keseluruhan organisme atau pola
hubungan antara organisme dan lingkungannya. Ekologi berasal dari kata Yunani:
oikos dan logos, yang secara harafiah berarti „rumah‟ dan „pengetahuan‟. Ekologi
sebagai ilmu berarti pengetahuan tentang lingkungan hidup atau planet bumi ini
sebagai keseluruhan. Bumi dianggap sebagai rumah tempat kediaman manusia dan
seluruh makhluk dan benda fisik lainnya. Selanjutnya menurut William Chang, secara
harafiah ekologi berarti penyelidikan tentang organismeorganisme dalam jagad raya.

Menurut Denis Owen sebagaimana yang dikutip oleh A. Sony Keraf berkata
bahwa ekologi berurusan dengan dengan hubungan di anta tumbuhan dan hewan dan
lingkungan di mana mereka hidup.12 Bumi merupakan kediaman bersama dengan
makhluk lainnya. Dengan kata lain bumi merupakan rumah yang di dalamnya
manusia, hewan, tumbuhan dan materi lainnya hidup secara berdampingan. Seperti
yang dikatakan oleh Sony bahwa:

“Ekologi bukan semata-mata berurusan dengan pencemaran. Ia juga bukan


semata-mata persoalan tentang kerusakan alam. Lingkungan hidup atau ekologi
mengandung pengertian yang lebih luas, lebih mendalam dan lebih filosofis
menyangkut kehidupan dan interaksi yang terjalin di dalamnya. Ia menyangkut mata
rantai jaring makanan dan siklus yang menghubungkan satu kehidupan dengan
kehidupan lainnya dan interaksi antara semua kehidupan dengan ekosistemnya, dengan
bumi tempat hidup semua kehidupan. Singkatnya, ekologi berbicara tentang kehidupan
dan jaringan kehidupan yang terdiri dari jaringan di dalam jaringan”13

B.Jenis-Jenis Ekologi
Berikut merupakan Jenis-Jenis Ekologi:
1. Ekologi Hutan
Ekologi Hutan merupakan studi yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup
dengan lingkungan. Interaksi ini sangat kuat dan kompleks sehingga membuktikan
bahwa ekologi ialah biologi lingkungan (Eviromentalbiology). Hutan merupakan
sekumpulan tumbuhtumbuhan yang banyak di tumbuhi pohon-pohon dan mempunyai
kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi diluar hutan. Hubungan antara
sekumpulan tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu
dekat sehingga hutan bisa dipandang sebagai sebuah sistem ekologi atau ekosistem.
Ekosistem merupakan suatu sistem didalam alam yang terdapat mahluk hidup
(organisme) dan lingkungan yang terdiri dari zat-zat tak hidup yang saling
mempengaruhi dan diantara keduanya terjadi pertukaran zat yang perlu untuk
dipertahankan kehidupannya.
2. Ekologi Laut
Ekologi laut adalah studi yang mempelajari tentang Ekosistem air laut. Ekosistem air
laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, terumbu karang, dan padang lamun. Berikut
pembahasan tentang ekologi laut. Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas yang
tinggi dengan ion Cl mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas dibagian atas dengan
air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termocline. Di daerah dingin, suhu air
laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan
banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ketengah menyebabkan air bagian
atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

3. Ekologi Estuari
Estuari (muara) adalah tempat berkumpulnya sungai dengan laut. Estuari sering dibatasi
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh
siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Kumpulan tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,
dan fitoplankton. Kumpulan hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga
merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Estuaria meruapakan sebuah perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan
masih berkomunikasi dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air
laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa
pasang surut. Bentuk estuaria berbeda-beda dan sangat bergantung pada besar kecilnya
air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria
diutamakan substrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar
maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat
dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan
makanan utama bagi organisme estuaria.

4. Ekologi Padang Lamun


Lamun pada umumnya membentuk padang lamun yang sangat luas di dasar laut yang
masih bisa dijangkau oleh cahaya matahari yang memenuhi bagi pertumbuhannya.
Lamun hidup di perairan dangkal dan jernih pada kedalaman antara 2-12 m, dengan
sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi dibutuhkan untuk mengirimkan zat-zat
hara danoksigen, serta membawa hasil metabolisme lamun ke luar dari daerah padang
lamun. Hampir semua jenis substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
berlumpur sampai dengan berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering
ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan
terumbu karang. Selain ekosistem terumbu karang, sebagian ekosistem yang sangat erat
hubungannya dengan terumbu karang terdapat ekosistem padang lamun. Biasanya
ekosistem ini berada bersampingan dengan terumbu karang dan merupakan penunjang
ekosistem terumbu karang serta sebagai tempat peliharaan, tempat mencari makan, dan
tempat berkembang biak bagi beberapa jenis ikan dan biota laut lainnya. Ekosistem
padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan
ekosistem mangrove dan terumbu karang.
dilihat dari kepentingan manusia semata. Tata nilai ini dikenal dikenal dengan istilah
anthropocentric atau homocentric.

C. Ekologi Laut dan Permasalahannya


Laut di Bumi memiliki volume sebesar 1.335.000.000 kilometer kubik yang mencakup
sekitar 96,5% dari seluruh air di Bumi yang diketahui dan meliputi lebih dari 70%
permukaan Bumi. Terdapat bermacam-macam habitat laut, dari habitat di permukaan
laut hingga palung yang paling dalam. Beberapa contohnya adalah terumbu
karang, hutan kelp, padang lamun, kolam pasang-surut, dasar laut yang berlumpur,
berpasir dan berbatu, serta zona pelagik terbuka. Organisme yang hidup di laut juga
bermacam-macam, dari paus dengan panjang yang mencapai 30 meter
hingga fitoplankton dan zooplankton mikroskopis, fungi, dan bakteri. Kehidupan laut
berperan penting dalam siklus karbon sebagai organisme fotosintetik yang
mengubah karbon dioksida terlarut menjadi karbon organik
Menurut Takdir (2000: 4-7), setidak-tidaknya ada 5 faktor yang melatar belakangi
timbulnya masalah-masalah lingkungan, yaitu :

• Teknologi

Terjadinya revolusi ilmu pengetahuan alam seperti fisika dan kimia telah medorong
perubahanperubahan besar di bidang teknologi, dimana, hasil-hasil teknologi tersebut
diterapkan dalam sektor industri, pertanian, transportasi dan komunikasi.

• Pertumbuhan Penduduk

Ehrlich dan Holdren (dalam Stewart dan Krier, 1978: 45-49) berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kekayaan memberikan sumbangan penting
terhadap penurunan kualitas lingkungan. Lebih lanjut, jauh sebelum teknologi maju
dikembangkan seperti apa adanya sekarang, bumi tempat manusia hidup manusia ini
telah mengalami bencana lingkungan. Mereka mencontohkan terjadinya gurun pasir di
lembah Sungai Eufrat dan Tigris yang pada zaman sebelum masehi dikenal sebagai
kawasan subur. Terjadinya kerusakan pada kawasan ini disebabkan oleh sistem irigasi
yang gagal dan pmbukaan lahan yang terus-menerus akibat pertumbuhan penduduk
sehingga makin memperluas lahan pertanian. Irigasi seringkali harus mengatasi
terjadinya salinisasi (peningkatan kandungan garam di tanah). Irigasi di daerah yang
curah hujannya rendah berpotensi menyebabkan terjadinya penguapan dan kekeringan,
dan pada akhirnya terjadi kegagalan yang menyebabkan terbentuknya gurun pasir.

Ehrlich dan Holdren juga melihat bahwa usaha peternakan yang berlebihan, praktek
usaha pertanian yang salah, penggundulan hutan penggembalaan ternak besar-besaran,
perindustrian dan pertambangan ikut serta dalam terjadinya bencana lingkungan seperti
pembentukan gurun pasir (desertifikasi) maupun bencana lingkungan lainnya.

• Ekonomi

Hardin melihat bahwa alasan-alasan ekonomi yang seringkali menggerakkan perilaku


manusia atau keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia secara perorangan
maupun dalam kelompok, terutama dalam hubungannya dengan pemanfaatan common
property (yaitu sumber daya-sumber daya alam yang tidak dapat menjadi hak
perorangan, tetapi setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkannya untuk
kepentingan masing-masing, seperti sungai, padang rumput, udara dan laut). Karena
sumber daya itu dapat dan bebas untuk dimanfaatkan oleh setiap orang untuk memenuhi
kebutuhannya masing-masing, maka setiap orang berusaha dan berlomba-lomba untuk
memanfaatkan atau mengeksploitasi sumber daya semaksimal mungkin guna perolehan
keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Akibatnya, terjadi penurunan kualitan dan
kuantitas sumber daya alam. Pada akhirnya, masyarakat sendirilah yang menderita
kerugian. Jadi kebebasan untuk mengekploitasi sumber daya alam akan membawa
kehancuran bagi masyarakat.

• Politik dan tata nilai moral

Sebagian pakar berpendapat bahwa timbulnya masalah-masalah lingkungan


disebabkan oleh tata nilai yang berlaku menempatkan kepentingan manusia sebagai
pusat dari segala-galanya dalam alam semesta. Nilai dari segala sesuatu yang ada di
alam semesta

Permasalahan Ekologi Laut


1. Penangkapan Ikan Secara Berlebihan
Penangkapan ikan secara berlebihan akan mengakibatkan populasi ikan berkurang,
spesiesspesies ikan juga dapat berkurang karena pengambilan ikan yang sangat
berlebihan. Jika spesies atau populasi ikan berkurang maka akan berdampak juga pada
rantai makanan ikan di laut.
2. Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Bom
Menangkap ikan dengan menggunakan bom yang terkena dampaknya bukan hanya
ikan. Namun lingkungan di dalam laut akan menjadi rusak, Bahkan terumbu karang
juga mengalami kerusakan karena ledakan bom yang sangat dahsyat. Kemudian ikan
lainnya akan kehilangan tempat tinggalnya karena terumbu karang telah hancur.
3. Banjir Rob
Banjir rob dapat terjadi karena faktor alam dan juga dari faktor manusia. Faktor alam
yang menyebabkan terjadinya banjir rob yaitu karena adanya dorongan air dan
dorongan angin yang menyebabkan gelombang air yang membawa air jauh dari
tempatnya sehingga dapat terjadi pasang surut air laut dan volume air laut menjadi
meningkat. Sedangkan banjir rob yang di sebabkan oleh ulah manusia salah satunya
seperti memompa air tanah secara berlebihan.
4. Pencemaran Air Laut
Pencemaran air laut sering terjadi karena ulah manusia. Masih banyak Manusia yang
tidak memperhatikan lingkungannya terutama pada lingkungan laut. Manusia sering
sekali membuang sampah, limbah pabrik, dan ada juga menjadikan laut sebagai tempat
pembuangan akhir. sehingga air laut tercemar oleh sampah dan bahan atau zat kimia
yang berasal dari limbah pabrik. Hal ini dapat membahayakan kehidupan yang ada di
dalam laut seperti ikan-ikan di laut dapat mati karena pencemaran tersebut.
5. Perburuan Hewan Langkah Di Laut
Manusia member hewan laut besar untuk dimanfaatkan menjadi berbagai tujuan.
Misalnya hiu dan lumba—lumba.
6. Kerusakan Terumbu Karang
Adapun penyebab utama kerusakan karang adalah pemakaian alat tangkap yang
merusak, peningkatan pencemaran, serta pemanasan global yang memicu pemutihan
karang dan diikuti penyakit dan hama karang. Kerusakan terumbu karang ini sangat
berdampak secara tidak langsung terhadap kelangsungan ekosistem laut.
Apabila terumbu karang yang dirusak adalah tempat berkumpulnya ikan-ikan, maka
ikan-ikan tersebut akan pergi mencari tempat tinggal baru, yang menyebabkan
pendapatan negara dari sisi perikanan berkurang. Bila terumbu karang musnah, laut
akan menjadi keruh dan tercemar. Sehingga hewan seperti lumba-lumba akan hidup di
air keruh dan perlahan mati. Selain itu, ikan-ikan kecil juga dapat punah karena
kehilangan terumbu karang sebagai tempat tinggal.

D. Tindakan Penyelamatan Ekologi Laut


 Tidak menangkap ikan menggunakan bom
 Mengurangi penggunaan produk plastic
 Mendaur ulang sampah
 Menghindari penangkapan hewan laut langkah
 Melakukan penannaman pesisir
 Membersihkan pesisir pantai
 Tidak membuang sampah ke sungai dan ke laut

E. Pandangan Kristen tentang Lingkungan Hidup


Titik tolak dari ajaran Alkitab tentang penciptaan itu ialah Ibr. 11:3, “Karena
iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah”. Ini berarti,
bahwa ajaran Alkitab tentang penciptaan didasarkan atas penyataan atau wahyu ilahi,
dan dapat dimengerti hanya berdasarkan iman. Inilah yang membedakan secara tajam
pendekatan Alkitab dengan pendekatan ilmiah. Karya penciptaan, tidak kurang dari
rahasia penyelamatan, tertutup bagi manusia dan hanya dapat diamati oleh iman.
Hubungan Ibr. 11:3 ‘apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat
kita lihat’ dengan Kej. 1:1 ‘pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’,
menujukkan bahwa alam semesta bukanlah dijadikan dari bahan apapun yang telah ada
sebelumnya, melainkan dijadikan dari yang tidak ada, hanya oleh firman Ilahi, dalam
arti, bahwa keputusan penciptaan Ilahi itu tidak didahului oleh suatu bahan apapun
yang telah ada dari macam apapun juga.
Pernyataan dalam Ef. 4:6, “satu Allah ... diatas semua dan oleh semua dan di
dalam semua”, menunjukkan bahwa Allah memiliki hubungan dengan tatanan ciptaan
itu baik secara transenden maupun secara imanen. Ia di atas semua dan ‘di atas segala
sesuatu’ (Rom. 9:5). Artinya Allah yang transenden, tidak tergantung dari ciptaan-Nya.
Ia berada sendiri, maupun dalam dan oleh diri-Nya sendiri. Di lain pihak, dalam
ungkapan bahwa Ia ‘oleh semua dan di dalam semua’ itu, Ia imanen dalam ciptaan-
Nya dan segenap ciptaan-Nya itu mutlak tergantung pada kuasa-Nya bagi
kesinambungan eksistensi segenap ciptaan itu. Allah menciptakan dunia bagi
penyataan kemuliaan kuasa, hikmat dan kebaikan-Nya yang kekal. Sementara
penciptaan merupakan karya Allah dalam menjadikan alam semesta, pemeliharaan
merupakan hubungan berkesinam-bungan Allah dengan ciptaan-Nya tersebut. Yang
kami maksudkan dengan pemeliharaan adalah tindakan berkesinambungan Allah untuk
melestarikan keberadaan ciptaan-Nya kepada tujuan yang Ia maksudkan bagi mereka.
Karena itu, dari sudut dinamika kehidupan kita sehari-hari, pemeliharaan dalam
banyak hal lebih memiliki hubungan aktual ketimbang doktrin penciptaan. Kata itu
berasal dari kata Latin providentia, yang artinya mengetahui lebih dahulu. Namun arti
istilah itu bukan hanyamengetahui masa depan. Istilah ini juga berarti bertindak secara
bijaksana atau membuat persiapan untuk menghadapi masa depan. Pemeliharaan
merupakan tindakan Allah dalam melestarikan keberadaan ciptaan-Nya dengan cara
memelihara dan menopangnya; ini biasanya dinamakan pelestarian atau penopangan.

F.Pemahaman Alkitab tentang Ekologi


Kejadian 1:26-31
Allah menciptakan manusia paling akhir dengan maksud yang khusus, sebab
segala makhluk dan lingkungannya disediakan terlebih dahulu bagi manusia. Allah
menciptakan manusia ‘menurut gambar dan rupa-Nya’, supaya manusia dapat
mengenal Allah. Hubungan di antara manusia dan Allah berbeda dengan hewan-hewan
yang lain. ‘Gambar dan rupa’ Allah berarti manusia diciptakan menurut kehendak
Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef.4:24).
Allah memberi tugas kepada manusia, yaitu berkuasa atas segala sesuatu yang
diciptakan-Nya. Untuk tujuan apakah manusia harus menaklukkan bumi dan berkuasa
atas seluruh alam? Apakah tujuan itu dimaksudkan untuk memerdekakan manusia dari
Allah? Tidak demikian:
1. Supaya dunia alamiah memuliakan Allah melalui manusia. Mzm. 8:7-10 berkata
bahwa nama Allah dipermuliakan oleh karena manusia berkuasa atas buatan
tangan-Nya.
2. Supaya manusia lebih mematuhi Allah. Manusia akan bertambah pengertiannya
tentang Allah melalui atas makhluk dan bumi serta akan menjadi iman yang
memiliki korban dan persembahan untuk Allah. Manusia akan mendapat
kekuatan untuk melayani dan lebih mengenal akan Allah krena berkuasa atas
seluruh alam.
3. Supaya memuliakan dan lebih dekat kepada Allah melalui tanggung jawabnya
menguasai alam tanpa terikat dan melayani alam. Apabila manusia melayani
atau tertarik kepada ciptaan, manusia akan semakin menjauhi Allah, sebaliknya
manusia akan lebih mendekat kepada Alllah jika menaklukkan ciptaan dengan
kerja mental dan fisik sehingga mengatasi semuanya. Ketika manusia
menaklukkan dan berkuasa di atas seluruh alam, ia menjadi lebih dekat dengan
Allah, akan tetapi ketika manusia menjadi hamba dunia karena mengingininya
sehingga melayaninya, ia akan menjadi gelap dan meninggalkan Allah.

Allah menciptakan segala sesuatu dan menciptakan manusia sebagai titik


puncak dan menjadikan manusia mengatur semua yang diciptakan-Nya. Manusia harus
hidup dengan kesadaran mengenai keadaanya yang demikian. Karena manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka ia diberi wewenang atas seluruh
ciptaan sebagai wakil Allah di bumi ini. Manusia dijadikan berkuasa atas ikan-ikan,
burung-burung, dan binatang-binatang (Kej.1:26) dan diperintahkan untuk
menaklukkan bumi ini (Kej. 1:28). Kata “berkuasa” dan
“menaklukkan” adalah istilah-istilah yang keras, yang menyatakan secara tidak
langsung ada perlawanan terhadap otoritas manusia. Akan tetapi, sebagaimana yang
dikatakan oleh penulis surat Ibrani, manusia sama sekali belum menacapai kekuasaan
penuh atas seluruh ciptaan itu (Ibr. 2:8). Ada 3 (tiga) hal yang manusia i tengah-tengah
ciptaan (Kej. 1:26-31):
1. Manusia harus menyadari martabatnya sebagai manusia.
Manusia akan menyadari bahwa semua ciptaanyang lain tidak semulia
dibandingkan dengannya ketika ia melihat ciptaan-ciptaan itu. Apakah ada manusia
yang ingin menjadi seekor burung karena dapat terbang atau seekor singa karena
kuat? Ini adalah pertanyaan yang nyata. Sebab, manusia menjadi demikian
berharga bukan karena kebetulan atau karena karya diri sendiri, tetapi hanya karena
Allah menciptakannya sedemikian rupa. Dengan kebetulan atau karena pekerjaan
manusia, tidak dapat menghasilkan karya yang begitu tinggi mutunya. Di atas
semuanya itu, firman Allah berkata bahwa manusia diciptakan oleh Allah, tidak
ada hal yang dapat lebih dipercayai.
2. Manusia harus senantiasa mengingat Allah.
Tujuan manusia diciptakan serupa dengan Allah adalah agar manusia senantiasa
mengingat penciptanya. Sebenarnya manusia dapat mengenal dan mencerminkan
Allah.
Oleh karena itu, Pkh. 12:1-8 berkata ‘Ingatlah akan Penciptamu’. Siapa yang
menjadi gelap matanya sehingga tidak dapat melihat ke depan, adalah orang yang
sangat malang. Demikian juga, jikalau manusia tidak mengenal dan mengingat
penciptanya yang telah menciptakan segala sesuatu, ia seperti manusia yang mati
(Ef. 1:1-6). Apakah arti manusia mengingat penciptanya? Ingatan terbentuk oleh
pengertian dan hati yang menjadi satu, bukan hanya dengan mengenal saja.
Demikian juga mengingat pencipta berarti kita menjadi manusia yang menaati-Nya
dengan sukarela (Ams. 3:6 “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu”).
3. Manusia harus menaklukkan seluruh alam semesta.
Pada waktu manusia menaklukkan seluruh alam semesta, manusia akan
memperoleh kedudukan yang dapat mengenal Allah. Jikalau ia jatuh dalam
kedudukan yang memuja alam semesta, Allah akan meninggalkannya. Menyembah
alam semesta terlihat dalam dua cara, yaitu mengingininya dan memujanya. Ketika
manusia mengingini materi, mata rohaninya akan menjadi gelap sehingga tidak
dapat melihat Allah, terlebih lagi jika ia memberhalakan ciptaan-Nya sebagai
tujuan keagamaan. Ketika manusia menaklukkan alam semesta seperti
menginjaknya dan tidak tertarik olehnya, barulah manusia memperoleh hak
menjadi manusia yang sungguh-sungguh melayani Allah.

Jadi, ketika Allah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala isinya, Ia
melakukannya tanpa menggunakan bahan-bahan pra-ada (preexistent materials)
dimanapun; dalam sekejap langit dan bumi terbentang menjadi ada. Para ahli Teologi
menyebut hal ini creatio ex nihilio (penciptaan dari kehampaan/dari yang tidak ada
menjadi ada), dan ungkapan ini akan membantu jika kita memahaminya dalam arti
wujud-wujud fisik diciptakan dari sumbersumber yang non-fisik dari kemahakuasaan
Allah. Dengan kata lain penciptaan tersebut murni supernatural. Hasil seketika yang
dikerjakan oleh firman Allah ditekankan oleh pemazmur:
“Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya segala tentara-
Nya ... Biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan; biarlah semua penduduk dunia gentar
terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, makanya semuanya jadi; Dia memberi perintah,
maka semuanya tercipta untuk seterusnya dan selamanya (Maz. 33:6-9; bnd. Maz.
148:1-6).
Catatan tertulis Allah tentang penciptaan organisme sub-manusia di atas planet
bumi ada dalam penuh keharmonisan dengan penyingkapan-Nya dalam alam. Segala
jenis pepohonan dan binatang mengucapkan pesannya kepada manusia berdosa; hidup
kita diperpanjang setiap saat oleh Allah yang besar yang merancang dan menciptakan
kita dengan kuasa dan kebijaksanaan-Nya.
Bunga bakung di padang dan burung gereja di udara, dan juga binatang-binatang
besar di laut dan darat, bersama-sama bergabung dalam paduan suara pujian kepada-
Nya yang telah menjadikan mereka seketika dan secara supernatural menurut suatu
rencana besar yang “amat baik” dan menyenangkan di hadapan-Nya (Ayb. 12:7-10
“Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada
burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. Atau bertuturlah kepada
bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita
padamu. Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang
melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas
setiap manusia?).
Kenyataan bahwa penciptaan adalah alat yang supernatural dan hal itu hanya
dapat dipahami oleh pikiran manusia melalui jalur wahyu khusus. Hanya Allah sendiri
yang dapat memberitahu kita bagaimana dunia dimulai, karena tak ada manusia disitu
yang menyaksikan penciptaan.
a. Kesatuan Manusia dengan Alam
Alkitab menggambarkan kesatuan manusia dengan alam dalam cerita
tentang penciptaan manusia “Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah (Kej.
2:7). Dalam bahasa Latin manusia disebut homo yang juga mempunyai makna yang
berkaitan dengan humus yaitu tanah. Dalam arti itu, tanah yang biasa diartikan
manusia: manusia diciptakan dari tanah (Kej. 2:7; 3:9; 2:3), ia harus hidup dari
menggarap tanah (Kej. 3:23), dan ia pasti akan kembali kepada tanah (lingkungan
hidup) yang menunjukkan saling bergantung satu sama lain.
Hal ini sesuai dengan hukum ekosistem, yaitu bahwa manusia dengan alam
terjalin dalam hubungan saling bergantung. Oleh karena itu, kalau manusia
merusak alam, maka secara otomatis ia merusak dirinya sendiri.
b. Kepemimpinan Manusia atas Alam
Walaupun manusia dengan alam saling bergantung, manusia mempunyai
kuasa untuk mengelola dan memelihara lingkungan hidupnya (Kej. 2:15). Dalam
hal ini manusia tidak boleh sewenang-wenang terhadap alam. Kekuasaan manusia
adalah kekuasaaan caretaker. Artinya pengelolaan dan pemanfaatan sumber-
sumber alam diimbangi dengan usaha pemeliharaan (pelestarian alam).
Dalam kej. 2:15, digunakan istilah Ibrani abudah untuk kata mengelola yang
sama maknanya dengan kata ibadah dan mengabdi. Maka manusia sebagai citra
Allah harus memanfaatkan alam sebagai bagian dari ibadah dan pengabdiannya
kepada Allah. Dengan kata lain penguasaan atas alam seharunya dijalankan secara
bertanggungjawab.
c. Kegagalan Manusia Memelihara Alam
Secara teologis, dikatakan bahwa akar kerusakan lingkungan alam dewasa
ini terletak pada sikap rakus manusia yang dirumuskan oleh John Stoot sebagai
economic gain by environmental loss. Manusia berdosa menghadapi alam yang
tidak memenuhi keserakahannya. Dengan kata lain, manusia berdosa adalah
manusia yang hakikatnya berubah dari a needy being menjadi a gredy being.
Kegagalan manusia dalam mengendalikan dirinya, khususnya keinginan-
keinginannya. Manusia hanya memperhatikan tugas menguasai, tetapi tidak
memperhatikan tugas memlihara.
Kepemimpinan manusia atas alam gagal.
d. Hubungan Baru Manusia – Alam
Relasi manusia dengan alam ciptaan, dan yang menyingkapkan sesuatu tentang
sifat relasi itu.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Ekologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari mahluk hidup dengan
lingkungannya. Teologi Alkitab dan krisis ekologi yang terjadi, menjadi bahagian
penting direfeleksikan semua orang dalam kehidupannya, mengingat kesatauan manusia
dengan alam sebagai sama-sama ciptaan Tuhan meskipun fungsinya yang berbeda
adalah milik Tuhan. Alam adalah ciptaan dan karya Allah, dikaruniakan oleh Tuhan
kepada kita untuk digunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Manusia
dapat menggunakan alam untuk menopang hidupnya.
Para Teolog Kristen memiliki interpretasi yang sama tentang penciptaan bahwa
Tuhan adalah Sang Pencipta langit, bumi dan segala isinya. Dia yang Empunya dan Dia
memberikan tugas dan wewenang kepada manusia untuk mengelola, menjaga,
melestarikan dan menggembangkan. Tujuan Allah memberikannya agar manusia dapat
memuliakan-Nya.
Manusia adalah ciptaan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah, artinya manusia
menjadi mitra Allah dan manusia yang mulia. Tetapi keindahan dan amat baik yang
Tuhan ucapkan terhadap segala ciptaan-Nya menjadi RUSAK. Mengapa? MORAL dan
ETIKA MANUSIA BOBROK. Mengapa? Akibat DOSA PEMBERONTAKAN dan
KESERAKAHAN MANUSIA. Manusia egois/mementingkan sendiri, tidak peduli,
tidak memikirkan resiko/dampak, merusak, memperkaya diri
sendiri/kelompok/golongan dan tidak menghargai PEMILIK. Akibatnya lingkungan
hidup, ekosistem rusak dan korban jiwa berjatuhan. Kita dapat melihat kerusakan hutan
dan tanah, pencemaran air, polusi udara dan rumah kaca yang berdampak juga
pemanasan global. Kalau sudah terjadi seperti ini MANUSIA MENJADI KORBAN
dan segala isinya. Maukah kita, keluarga, saudara, tetangga, orang-orang lain disekitar
kita dan makhluk hidup lainnya menjadi KORBAN?
DAFTAR PUSTAKA

1. Celia Deane-Drummond, Teologi & Ekologi. Jakarta: BPK-Gunung Mulia,


2006
2. Douglas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. YKBK/OMF,Tafsiran Alkitab Masa
Kini. YKBK/OMF
3. http://pdtbennimakliantosiregar.blogspot.co.id/2013/07/teologi-kristen-dan-
krisisekologis.html

4. Sairin Weinata, Visi Gereja Memasuki Millenium Baru. Jakarta: BPK-Gunung


Mulia, 2002

Anda mungkin juga menyukai