PENDAHULUAN
Ketika semakin banyak daerah yang melepaskan diri dari Katolik Roma
maka pimpinan Gereja Katolik Roma menyadari bahwa ini salah satu tantangan yang
sangat besar, karena perpecahan di dalam gereja Roma semakin merosot akibat
Reformasi sehingga kekuatan gereja Roma semakin menurun.1 Sehingga mulai ada
pencegahan reformasi protestan untuk bisa menjangkau seluruh Eropa untuk dijadikan
Protestantisme, dan berusah kembali merebut daerah yang dulu dikuasai oleh Roma
Katolik sehingga melalui itu dikenal sebagai pembaharuan gereja katolik Roma atau
Reform Katolik. Ini dimulai dengan adanya ordo-ordo kerahiban dengan
membentukan ordo-ordo kerahiban baru, seperti oratory of Divine Love, ordo
Theatin, ordo Kapuzin, ordo Ursulin, ordo Karmelit, Societas Jesu. Sehingga melalui
ini pengaruh Gereja Katolik semakin kuat.2
1TH. Van Den End, Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1988), 197.
2Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja antara Iman dan Rasio, 4 Jil. (Malang : Yayasan
Persekutuan Pekabaran Injil Iindonesia, 1996), 3:149-56.
BAB II
LATARBELAKANG
Sejak mulainya gereja hingga awal abad keenam belas gereja dikatakan
gereja satu, tetapi kesatuan itu diruntuhkan oleh gerakan Reformasi. Akan tetapi hal
itu lebih jelas jika memahami pernyatan sebagai berikut:
Kedua, jauh sebelum tahun 1054, kesatuan gereja telah hancur pada abad
kelima dan keenam sehingga terjadilah pemisahan gereja nasional. Dengan demikian,
pernyataan kesatuan gereja dihancurkan oleh Reformasi, pada jika melihat permulaan
abad keenam belas sudah keliru jika kita melihat gereja secara universal. Kehancuran
kesatuan gereja itu sudah banyak terjadi di berbagai daerah misalnya di Perancis yang
mencoba memisahkan diri dari Roma dengan membentuk kepausan di Avignon, di
Inggris terjadi pemisahan gereja akibat situasi politik dan di Bohemia akibat gerakan
Hussit. Dan memang kehancuran kesatuan gereja ini dilanjutkan oleh Dalil Martin
Luther pada tanggal 1517.3
3Metzger, Sejarah Gereja Dunia. Pen. Kurt Aland (Philadelpia: Fortress Press, 1985),
208-13.
kebenaran itu. Bukan hanya Luther saja yang melakukan reformasi ini masih ada
selain dia seperti Zwingli dan Calvin.4
Bab III
Kedua, adanya cuius region eius religio, yang artinya adalah siapa yang
menguasai sebuah wilayah, dialah yang mempunyai kuasa untuk menentukan agama
di daerahnya. Dalam kasus ini, reformasi Luther berdampak luas ke daerah-daerah
Katolik yang akhirnya menjadi basis protestantisme.
4H. Berkhof dan L. H. Enklar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 118-70.
Kelima, penghormatan kepada para santo/a, devosi marianis ditegaskan
ulang.5
Sehingga dengan adanya reformasi ini maka muncul Konsili Trente yang
menjadi titik balik arus perkembangan Reformasi sehingga Katolik Roma membentuk
ordo-ordo kerahiban baru yaitu:
Ordo ini sangat berkaitan erat dengan oratorio, akan tetapi pelayan mereka
agak lebih luas dibanding dengan oratorio kasih ilahi.
Ordo ini merupakan ordo gerakan pembaharuan, karena pada abad XVI
menjadi ordo terbesar dan anggota ordo ini berusaha mengikuti Kristus dengan
segenap hati dan mereka melayani dalam bidang diakonia dan pekabaran injil.
Ordo ini terdiri dari para suster-suster yang di dirikan oleh Angela de
Medici. Ordo ini merupakan ordo yang sangat meperhatikan bidang pendidikan
khususnya anak-anak perempuan, tetapi pada abad XVI mereka tersebar untuk
melayani dibidang pendidikan.
Ordo ini muncul seperti di italia, spanyol seperti ordo karmelit, ordo ini
sangat meperdulikan tentang pengajaran, pengabaran injil, pendidikan teologi
sehingga pada kelanjutannya mereka mengelola seminari-seminari teologi di prancis,
juga mereka sangat mengutamakan pelayanan sosial, diakonian dan masih ada yang
lain.
7TH. Van Den End, Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas , 199.
Ketiga, penggunaan katekisme Roma di tetapkan dan di keraskan.
Ketiga, interpretasi Gereja atas Kitab Suci itu final, di mana pelaksana
interpretasi adalah hierarkhi.
Akan tetapi berjalannya waktu terjadi perubahan melalui seorang raja yang
saleh dan jujur yang sangat displin dan bijaksana yang sudah mengenal injil, ia mulai
memperkuat ppertahanan dan benteng kerajaannya dan mulai ia menghalangi orang-
orang yang bertujuan melakukan Kontra reformasi ini atau melenyapkan orang yang
menerima injil. Kaisar ini bercita-cita supaya kebebasan pembertiaan injil bisa
berjalan dengan baik. Sehingga kebebasan itu dirasan oleh orang injili dan injil sangat
terbuka, sehingga pada saat itu kontra reformasi mulai mundur, tetapi dalam satu
pertempuran ia tewas sehingga perjuangannya melenyapkan kontra reformasi
berakhir, tetapi perjuangannya tetap berlanjut terus.10 Sehingga dengan kejadian ini
maka munculah:
Misi ini muncul akibat pekabaran Injil mulai macet sehingga kesempatan
ini dipergunakan oleh Gereja Katoloik Roma, sehingga ini menjadi tantangan yang
sangat besar bagi gereja Protestan atau Injil. Dengan mulainya misi ini maka ordo-
ordo yang telah lama tidak berfungsi dibangkitakan kembali seperti serikat Yesus, dan
ordo ini yang sangat cepat sekali berkembang karena mereka tidak hanya
memperdulikan misi tetapi mereka juga memperdulikan orang-orang dimana mereka
Kedua, dengan adanya Konsili Trente maka semakan Gereja Katolik Roma
teransang kembali.
11TH. Van Den End, Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas, 204-09.
KESIMPULAN