1
pertama dari suatu minggu. Mula-mula belum ada tatacara kebaktian yang tetap,
lambat laun kebaktian dilangsungkan dengan tatacara atau liturgia yang lengkap.
Mula-mula negara Romawi menganggap kaum Kristen sebagai mazhab
yahudi, sehingga mereka pun bebas melakukan agamanya. Akan tetapi segera
kemudian ternyata, bahwa sebetulnya agama Kristen itu bukan suatu agama
kebangsaan yang diizinkan, melainkan agama baru; apalagi yang membentuknya ialah
seorang yang mati tersalib oleh pengadilan Romawi sendiri. Dari sinilah mulai
muncul pertikaian, penghambatan sehingga orang Kristen mulai dianiaya.
Gereja yang muda itu juga sempat dimasuki semangat Gnostik (Hikmat Tinggi
yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia). Namun
godaan ini bisa ditolak gereja, dan justru ahli-ahli Gnostik merupakan penunjuk jalan
bagi gereja, sebab mereka mulai memakai istilah theologia, suatu kanon perjanjian
baru, tafsiran-tafsiran dan pengakuan iman.
Serangan berikutnya yang dialami gereja pada abad ke II ialah timbulnya
Montanisme yang dibangun oleh dua orang nabiah: Priscilla dan Maximilla. Mereka
berkata-kata dengan bahasa Roh dan kadang berekstase sampai tak sadar lagi
bagaikan orang mati. Mula-mula gereja merasa sukar untuk menentukan pendiriannya
terhadap sekta Montanus. Pada waktu itu untuk pertama kalinya diadakan sidang
uskup-uskup, yang disebut sinode, untuk merundingkan baik buruknya gerakan yang
baru itu. Tak lama kemudian, banyak uskup menolak Montanisme, karena dianggap
ajaran yang sesat. Oleh karena Tuhan tidak meninggalkan gereja di dalam bahaya
yang mengancamnya, maka segala serangan terhadapnya malah mendatangkan
kebaikan baginya. Di antara tahun 150 dan 200 gereja sanggup menolak segala ajaran
yang sesat, dan menginsafi wujud dan tugasnya. Gereja terpaksa melengkapi
senjatanya untuk melawan sekte. Senjata itu pula menjadi ciri dan pernyataan yang
tegas dari wujud gereja sendiri. Ketiga senjata itu adalah a. Kanon dari kitab-kitab
Perjanjian Baru, yang diakui sah di samping Perjanjian Lama; b. Pengakuan Iman
untuk menetapkan ajaran gereja, dan c. Jabatan Uskup, selaku pengganti rasul-rasul
dan pembela kebenaran. Demikianlah gereja membedakan ajarannya yang Injili dari
segala ajaran yang sesat.
Dalam perkembangannya, gereja terbagi dua pada tahun 1054 menjadi Gereja
Barat atau Katolik Roma dan Gereja Timur atau Gereja Gerika Katolik. Terutama di
barat, pusat organisasi gereja ialah oknum uskup, yang mengepalai jemaat, baik
mengenai ajaran dan pengakuan, baik dalam kebaktian maupun dalam hal disiplin dan
2
pemerintahan harian. Pemimpin gereja lama yang terutama, teristimewa di barat ialah
Cyprianus, uskup Carthago di Afrka Utara. Dia dipilih menjadi uskup pada tahun 248,
10 tahun kemudian ia meninggal dunia, tetapi waktu yang singkat itu sudah cukup
baginya untuk menjalankan beberapa keputusan dan peraturan yang sangat penting
untuk seluruh gereja.
Teologi yang digunakan saat itu berasal dari golongan Apologet, namun ajaran
golongan ini sangat bertentangan dengan Alkitab, mereka mengajarkan bahwa Yesus
bukan Allah yang turun ke bumi, melainkan suatu zat yang setengah ilahi saja.
Beberapa waktu kemudian sesudah timbulnya golongan Apologet itu, bangkitlah
seorang ahli theologia yang kembali lagi kepada ajaran Alkitab tentang penebusan
manusia oleh Yesus Kristus. Beberapa ahli teologi itu adalah Ireneus, kemudian
dilanjutkan seorang ahli hukum yang bekerja sebagai advokat di Carthago bernama
Tertullianus. Lalu ada Clemens (200) dari Alexandria dan Origenes (185-254).
Kira-kira tahun 180, jemaat Kristen sudah terdapat di mana-mana sekitar Laut
Tengah. Pada waktu itu Injil mulai dikabarkan di Germania, Britania, Spanyol dan
Armenia. Dalam abad ke III gereja merambak sampai ke daerah sungai Donau, tanah
Persia dan India. Gereja Kristen yang makin besar ini menjadi suatu masalah politk
yang sulit bagi negara. Asas kekaisaran Romawi saat itu ialah: satu Ilah, satu Negara,
satu Kaisar. Tetapi gereja tidak mau turut mengakui asas semacam ini, sebab katanya:
hanyalah Allah Bapa Yesus Kristus, itulah Allah yang benar, yang harus disembah.
Sebab itu kaisar-kaisar mulai pula menganiaya orang-orang Kristen. Penganiayaan ini
dimulai oleh Decius (249-251), kemudain Valerianus (257-258). Puncak
penganiayaan terhebat dalam sejarah gereja dilakukan oleh kaisar Diocletianus dan
penggantinya Galerius dari tahun 303-311. Namun penganiayaan yang hebat itu tetap
tidak dapat menghambat iman gereja, sehingga sewaktu menemui ajalnya, Galerius
memberi perintah untuk menghentikan penganiayaan yang tidak berhasil itu.
Akhirnya tibalah masa yang baik bagi gereja, ketika Constantinus merebut
takhta sesudah mengalahkan lawannya Maxentrius tahun 312 dan kemudian
memerintah kekaisaran Romawi di bagian barat. Tidak lama kemudian iparnya,
Licinius, merebut kuasa di sebelah Timur kekaisaran itu. Keduanya mengeluarkan
“Etik Milano” pada tahun 312, dimana ditetapkan bahwa gereja mendapat kebebasan
sepenuh-penuhnya, bahkan segala yang telah dirampas oleh negara, harus
dikembalikan atau dibayar. Mulai saat itu ada perdamaian antara gereja dan negara,
bahkan kaisar-kaisar mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk
3
keamanan dan kemajuan negara. Gereja bukan saja dibiarkan, bahkan diberi berbagai
hak dan keuntungan (seperti: hak menerima warisan, sokongan uang untuk
membangun gedung gereja, undang-undang mengenai penyucian hari Minggu). Hal
ini mulai setelah Constantinus mengalahkan Licinius pada tahun 324 dan seluruh
kuasa ada dalam tangannya, tetapi barulah pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi
Gereja Negara oleh kaisar Theodosius.
6
IV. Reformasi & Renaissance
Pada masa itu muncul sebuah pemahaman baru, yaitu kesadaran baru akan
keindahan dunia dan manusia, biasanya disebut dengan kata Perancis “renaissance”
yang berarti kelahiran kembali dari kebudayaan dan kesenian kuno. Di lapangan ilmu
pengetahuan dan kesusastraan gerakan ini dinamai “humanisme.” Semboyan
humanisme adalah “Pulanglah kepada sumber-sumber!”, berhubung dengan ini, maka
bukan saja mengenai sumber-sumber kesusastraan Kristen, yaitu karangan bapa gereja
tetapi juga segala karangan para filsuf dan pujangga kafir. Gerakan ini berpusat di
Florensa dan Roma kemudian berpengaruh hingga ke Jerman. Tokoh humanis yang
terkenal adalah Erasmus (1469-1536). Ia boleh disebut “bapa aliran Kekristenan yang
serba bebas (liberal)”.
Anselmus (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Thomas dari Aquino
(1225-1274), Johannes Duns Scotus (1265-1308) dan William Occam (1280-1349)
adalah tokoh teolog abad pertengahan. Pokok teologia baru ini telah ditetapkan oleh
tradisi gereja. Ajaran yang terkenal di abad pertengahan ini disebut scholastik.
Maksud scholastik tidak lain daripada memikirkan kembali isi teologia yang
diwarisinya dari waktu dahulu. Para ahli scholastik berkeyakinan bahwa segala ajaran
gereja itu bukan saja harus dipercaya, tetapi dapat dimengerti juga oleh manusia.
Sebab itu mereka berusaha membuktikan bahwa segala sesuatu yang telah dinyatakan
Allah dapat diterangkan dan dibenarkan terhadap akal budi manusia.
Sejak abad ke-XIII gereja Roma mengakui tujuh sakramen, yaitu: Perjamuan,
baptisan, konfirmasi, pengakuan dosa, urapan penghabisan, nikah dan tahbisan imam.
Menurut ajaran gereja Roma, rahmat dan keselamatan hanya boleh disambut manusia
dengan menerima sakramen. Sakramen-sakramen itu merupakan saluran-saluran yang
ke dalamnya dicurahkan zat rahmat dari atas untuk memasuki, memenuhi,
menyucikan dan menyelamatkan manusia lahiriah-batiniah. Imamlah yang berkuasa
membuka atau menutup aliran anugerah itu. Dan yang paling terkenal dari ketujuh
sakramen ini adalah penghapusan siksa yang dilakukan dengan menjual surat
penghapusan siksa atau indulgensia. Dimana dikatakan barangsiapa yang
membelinya, maka orang itu dan juga anggota keluarganya bisa bebas dari api
penyucian. Indulgensia itu timbul dari praktek pengakuan dosa. Penjualan surat
penghapusan siksa itulah yang menyebabkan munculnya reformasi.
Martin Luther (1483-1546) dikenal sebagai seorang tokoh pembaruan gereja.
Pada tanggal 30 Oktober 1517 ia memakukan 95 dalil dalam bahasa latin tentang
7
penghapusan siksa pada pintu gereja istana di Wittenberg. Lutherlah yang pertama-
tama sadar akan kesesatan dan kekhilafan gereja, yang sekian lama melemahkan
gereja Kristus. Bahkan sedari zaman sesudah rasul-rasul, gereja salah mengerti Injil
rahmat Tuhan, sehingga memahamkannya seperti suatu taurat baru. Usaha manusia
untuk memperoleh kesucian dan keselamatan dengan ketaatannya pada taurat gereja,
ditolaknya sama sekali. Oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat rahmat Allah!
Ajaran Luther mengenai keselamatan adalah hanya imanlah (sola fide) yang dapat
menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola
gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura).
Di Swiss, reformasi dilanjutkan oleh Ulrich Zwingli (1481-1531) walaupun
ada perbedaan pemahaman dengan Luther terutama mengenai sakramen Perjamuan
Kudus. Johannes Calvin (1509-1564) melakukan reformasi di Perancis secara khusus
di Jenewa, ajarannya yang paling dikenal adalah doktrin predestinasi dan lima ajaran
pokok Calvin yang populer disebut TULIP. Reformasi di Skotlandia sangat di
inspirasikan oleh Calvin, reformasi ini dipimpin oleh seorang perwira perkasa
bernama John Knox (1513-1572). Semangat reformasi juga terjadi di Belanda dan
dikenal dengan nama Calvinisme. Reformasi masuk ke Belanda atas pengaruh
Erasmus. Pemuka Calvinis di Belanda yang paling terkenal adalah Guido de Bres
yang mati syahid pada tahun 1567. Tentunya banyak hambatan dan rintangan bagi
setiap tokoh ini dalam memperjuangkan reformasi gereja di negara masing-masing,
namun hasil jerih lelah mereka sangat berpengaruh pada kekristenan sampai saat ini.
Pada penghabisan abad ke-XVII, di Eropa Barat mulai muncul suatu gerakan
pembangunan rohani yang amat penting, teristimewa di Jerman dan Belanda, gerakan
ini disebut Pietisme. Pietisme adalah reaksi terhadap suasana gereja yang suam, yang
hanya mementingkan doktrin dan ritual di dalam gereja tetapi mengabaikan kasih
kepada sesama. Pietisme menekankan pembelajaran yang kembali kepada Alkitab.
menekankan praktek kesalehan hidup perseorangan dan bagaimana mempraktekkan
kasih kepada masyarakat. Jiwa Puritan dan Pietis memasuki Jerman dari Inggris dan
Belanda pada penghabisan ke-XVII. Di Jermanlah Pietisme mendapat
perkembangannya yang paling indah dan besar. Selanjutnya Pietisme Jerman
mengakibatkan lahirnya Pekabaran Injil di seluruh muka bumi dengan lahirnya
gerakan-gerakan Metodis di Inggris yang dirintis oleh John Wesley (1703-1791) dan
di Amerika oleh Jonathan Edwards (1703-1758) dengan gerakan pembangunan rohani
8
sebanyak empat kali. Tokoh Pietisme yang terkenal adalah Philip Jacob Spener (1615-
1705) dan August Herman Francke (1663-1727).
Renaissance muncul pada abad ke-XV dimana ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umum mulai memisahkan diri dari ajaran-ajaran dan anggapan-anggapan
Gereja Kristen. Teristimewa ilmu alam, yang berdasarkan ilmu pasti, mulai
menyimpang dari pandangan-pandangan gereja, yang sampai masa lalu itu diajarkan
dan dipercaya selaku kebenaran ilahi. Pada tahun 1543 Copernicus menemukan
bahwa bukan bumi melainkan mataharilah pusat semesta alam. Dalam abad ke-XVII,
Kepler menerangkan peredaran bintang-bintang sajarat (planet) dan atas dasar itu
Galilei sama sekali memperbaharui pengetahuan kita tentang suasana alam. Newton
menemukan gaya berat selaku hukum dasar dan asas semesta alam. Akibat penemuan-
penemuan yang revolusioner itu, manusia mulai menghina ajaran kolot gereja seraya
memindahkan perhatiannya dan kepercayaannya kepada ilmu alam yang ajaib.
V. Pencerahan
Ketika orang mengidam-idamkan pandangan dunia yang baru, yang dapat
memuaskan hatinya. Dan sejalan dengan ini ketika Pietisme juga mencoba memenuhi
hasrat itu dengan sumbernya dari Alkitab dan Gereja, maka lahir suatu masa yang
mau bersandar kepada akal budi untuk mencapai maksudnya, disebut “Masa
Pencerahan.” Pencerahan lahir di Belanda karena negeri itu adalah satu-satunya
tempat di Eropa yang menaruh toleransi terhadap segala aliran rohani zaman itu dan
yang rela memberi perlindungan kepada tiap-tiap filsuf revolusioner yang harus lari
dari tanah airnya sendiri. Zaman theokrasi, seperti yang dicita-citakan dan dijalankan
oleh paus-paus pada abad-abad pertengahan, oleh Calvin di Jenewa, John Knox di
Skotlandia dan kaum Calvinis di Belanda sudah berlalu dan tak akan kembali lagi.
Akan tetapi meskipun dunia telah membatasi lingkungan pekerjaan Firman Tuhan, hal
itu tidak akan berarti bahwa gereja akan melepaskan tugasnya untuk memberitakan
Injil kepada pemerintahan dan rakyat.
Walaupun gereja mengalami masa sulit, namun melalui masa sulit itu tetap
mampu melahirkan kebaikan. Keuntungan bagi pemisahan gereja dari negara adalah
menghindarkan gereja dari bahaya yang selalu mengancam theokrasi, yakni gereja
terikat secara langsung dengan kuasa dunia. Alangkah seringnya gereja diduniawikan
dalam sejarahnya sendiri, atau Negara-Gereja berubah menjadi Gereja-Negara. Pada
hakekatnya abad ke-XVIII hanya membuka kedudukan gereja yang sebenarnya di
9
bumi ini. Umat Tuhan disadarkan bahwa mereka tak lain daripada sekawanan kecil di
tengah-tengah dunia, yang selama ini memusuhi atau kurang mempedulikan Allah
dan firmanNya. Oleh kesadaran baru itu dapatlah gereja menentukan sikapnya dengan
lebih baik terhadap dunia.
VII. Kesimpulan
Buku Sejarah Gereja ini sangat membantu dalam mengetahui secara lengkap dan
mendetail bagaimana sejarah gereja dari awalnya hingga perkembangannya pada
zaman ini. Runtutan kejadian yang bersejarah dituliskan dengan sangat rapi dan
sistematis oleh Dr. Berkhof. Namun ada kelemahan dalam penterjemahan yang
disadur oleh Dr. Enklaar, dimana bahasa penterjemahan sangat terbatas sehingga tidak
mampu menggambarkan maksud yang sesungguhnya dari penulis, kemudian didapati
beberapa kesalahan dalam pengetikan.
10