Anda di halaman 1dari 14

1

BAB SATU

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan petualangan dan tantangan. Bagi
orang yang sudah mencapai usia remaja, maka orang itu akan memasuki dunia yang
baru dan tentunya akan ada banyak hal baru yang dialami dan disaksikan. Remaja, yang
dalam bahasa aslinya disebut Adolescence, berasal dari bahasa Latin adolascere yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.1 Dan memang benar
sesuai dengan artinya, bahwasanya pada masa inilah banyak terjadi perubahan dalam
hal pematangan, baik itu secara fisik, mental, emosional, kognitif maupun sosial pada
seorang individu. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. 2 Menurut
Adams & Gullota, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan
Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun)
dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).3

Kelompok sangat setuju kepada pengertian masa remaja yang dikemukakan oleh
John W. Santrock dimana dikatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju ke kedewasaan yang meliputi perkembangan biologis,
kognitif dan sosial emosional.4 Dalam makalah ini, kelompok mencoba menjelaskan
perkembangan apa saja yang terjadi pada masa remaja, baik itu berdasarkan teori
perkembangannya maupun berdasarkan realita umum yang terjadi. Kemudian
dilanjutkan dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai, krisis-krisis yang
dialami pada masa remaja, kemudian apa dampaknya bagi si remaja dan bagaimana
solusi yang dapat di berikan untuk menolong individu menjalani dan melewati masa
remaja ini dengan baik melalui keluarga, sekolah, gereja, dan individu.

1
1. Prof. Dr. Mohammad Ali & Prof. Dr. Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan
Peserta Didik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 9.
2
2. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 9.
3
3. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/tumbuh-kembang-mainmenu-29/remaja-
mainmenu-75 (diakses 12 April 2012).
4
4. John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja (Jakarta: Erlangga, 2003), 75.
2

BAB DUA

TEORI PERKEMBANGAN

Jika merujuk pada teori perkembangan psikodinamika dari Sigmund Freud


(1856-1939), maka masa remaja berada pada tahap genital. Tahap genital (genital
stage) adalah tahap perkembangan yang kelima dan terakhir dari teori Freud, terjadi
mulai dari masa pubertas. Tahap genital adalah masa kebangkitan kembali dorongan
seksual; sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang di luar keluarga. 5 Kriteria
usia yang masuk dalam periode ini adalah 10/11 tahun – dewasa, adapun ciri
perkembangannya adalah kematangan fisiologis dan sumber kenikmatan bersumber
dari alat kelamin. Pada masa remaja inilah mulai muncul rasa ketertarikan terhadap
lawan jenis.6

Teori perkembangan selanjutnya adalah teori dari seorang pembaharu gagasan


Freud, yaitu Erik Erikson (1902-1994).7 Identitas versus kekacauan identitas (identity
versus identity confusion) adalah tahap perkembangan Erikson kelima, yang di alami
individu selama masa remaja. Pada saat ini individu di hadapkan pada pertanyaan siapa
mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan ke mana mereka menuju dalam hidupnya. 8
Kriteria usia yang masuk periode ini adalah 12–17 tahun, bila mana pada masa ini
mereka mendapatkan kepercayaan, nasehat yang positif ataupun dukungan, maka
remaja itu akan memiliki kepribadian yang kuat. Sebaliknya bila mereka kurang
mendapatkan dukungan atau mendapatkan masukan yang negatif, maka akan
mengakibatkan kebingungan atau kekacauan identitas pada remaja tersebut. 9

Teori berikutnya adalah teori kognitif dari Jean Piaget (1896-1980). Berdasarkan
teori Piaget, maka masa remaja masuk dalam tahap operasional formal. 10 Tahap
operasional formal (formal operational stage) yang terjadi antara usia 11 atau 15 tahun
adalah tahap Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu bergerak
melebihi dunia pengalaman yang aktual dan konkrit, dan berpikir lebih abstrak serta
5
5. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 45.
6
6. Elizabeth Sriwulan, “Teori Perkembangan Psikodinamika: Sigmund Freud” (makalah
dipresentasikan pada kelas Teori Perkembangan Masa Hidup, Jakarta, Indonesia, 24 Januari 2012).
7
7. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 45.
8
8. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 47.
9
9. Elizabeth Sriwulan, “8 Stages of Erik Erikson’s Psychosocial Development” (makalah
dipresentasikan pada kelas Teori Perkembangan Masa Hidup, Jakarta, Indonesia, 2 Februari 2012).
10
10. Elizabeth Sriwulan, “Piaget’s Four Stages of Cognitive Development” (makalah
dipresentasikan pada kelas Teori Perkembangan Masa Hidup, Jakarta, Indonesia, 29 Februari 2012).
3

logis.11 Teori perkembangan berikutnya yang juga membahas masa remaja adalah teori
perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg (1927-1987).
Kohlberg percaya bahwa perkembangan moral didasarkan pada penalaran moral dan
terbagi dalam beberapa tahapan. Pandangan ini ia peroleh setelah melakukan penelitian
selama 20 tahun yang melibatkan wawancara yang unik terhadap individu-individu
dengan usia yang berbeda-beda.12 Dari jawaban-jawaban yang diperoleh, Kohlberg
menyusun tiga tingkatan perkembangan moral, yang setiap tingkatannya terdiri dari
dua tahap, yaitu Prakonvensional, Konvensional dan Postkonvensional. 13 Menurut
Kohlberg, pada masa awal remaja, penalaran mereka dilakukan dengan cara yang lebih
konvensional. Kebanyakan penalaran remaja berada pada tahap 3, dengan menunjukan
adanya ciri-ciri pada tahap 2 dan 4.14

BAB TIGA

CIRI - CIRI PERKEMBANGAN

a. Perkembangan Fisik

Masa remaja identik dengan istilah masa pubertas. Apakah pubertas itu?
Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal. 15
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, maka peralihan ini bukan hanya dalam artian
psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan fisik itulah yang merupakan gejala
primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis
muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. 16 John Santrock
menguraikan secara lengkap urutan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa
remaja. Perubahan-perubahan fisik tersebut adalah sebagai berikut:17

Pada Anak Laki-laki:

11
11. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 50.
12
12. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 440.
13
13. Elizabeth Sriwulan, “Kohlberg’s Stage of Moral Development” (makalah dipresentasikan pada
kelas Teori Perkembangan Masa Hidup, Jakarta, Indonesia, 16 Februari 2012).
14
14. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 442.
15
15. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 87.
16
16. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
52.
17
17. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 92.
4

1. Pertambahan ukuran penis dan testikel (buah pelir).


2. Pertumbuhan rambut yang masih lurus di daerah kemaluan.
3. Sedikit perubahan suara.
4. Ejakulasi (keluarnya air mani) pertama (biasanya melalui mimpi basah atau
masturbasi).
5. Rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal.
6. Pertumbuhan rambut ketiak.
7. Perubahan suara semakin jelas.
8. Pertumbuhan rambut di bagian wajah (kumis, jenggot, godek).
Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah bertambah
panjangnya penis, membesarnya testis, dan tumbuhnya rambut di wajah.

Pada Anak Perempuan:


1. Payudara membesar.
2. Pertumbuhan rambut ketiak.
3. Pertumbuhan rambut di daerah kemaluan.
4. Tinggi badan bertambah.
5. Pinggul menjadi lebih lebar daripada bahu.
6. Menstruasi pertama. Pada awalnya siklus menstruasi tidak teratur, dan
mungkin juga tidak terjadi ovulasi (terlepasnya sel telur dari indung telur
(biasanya di antara hari ke-3 dan hari ke-17 sesudah haid)) pada setiap
menstruasi selama beberapa tahun pertama setelah menstruasi pertama.
7. Perubahan suara tidak terjadi pada remaja putri.
Di akhir pubertas, payudara putri menjadi lebih penuh dan membulat. Dua perubahan
yang paling mencolok pada perubahan pubertal putri adalah tumbuhnya rambut
kemaluan dan perkembangan payudara.

Perubahan-perubahan fisiologis di atas dapat terjadi karena adanya perubahan


hormonal yang luar biasa dalam diri individu. Penulis buku Adolescence, John W.
Santrock juga menjelaskan dengan terperinci perubahan hormonal tersebut sebagai
berikut:18

“Dibalik helai pertama kumis seorang anak laki-laki dan melebarnya


pinggul anak perempuan terjadi banjir hormon (hormones), yaitu suatu
18
18. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja. 90.
5

substansi kimiawi berkekuatan besar yang dikeluarkan oleh kelenjar


endokrin dan dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Peran
sistem endokrin pada masa pubertas melibatkan interaksi hipotalamus,
kelenjar pituitari dan kelenjar gonad (kelenjar seks). Hipotalamus
(hypothalmus) adalah suatu struktur yang terletak di bagian atas otak
yang memantau kegiatan makan, minum dan hubungan seks. Kelenjar
pituitari (pituitary) adalah kelenjar endokrin penting yang
mengendalikan pertumbuhan dan mengatur kelenjar-kelenjar lainnya.
Gonad adalah kelenjar kelamin, buah zakar pada laki-laki dan indung
telur pada perempuan. Bagaimana sistem hormonal ini bekerja? Kelenjar
pituitari mengirim sinyal melalui gonadotropin (hormon yang
menstimulasi buah zakar atau indung telur) ke kelenjar yang tepat untuk
membentuk hormon. Kelenjar pituitari, melalui interaksi dengan
hipotalamus, mendeteksi kapan kadar optimal hormon sudah tercapai
dan berespon dengan menjaga sekresi (pengeluaran hasil kelenjar atau
sel secara aktif) gonadotropin.
Dua jenis hormon utama yang penting dalam perkembangan pubertal
adalah androgen dan estrogen. Androgen adalah jenis utama hormon
seks laki-laki. Estrogen adalah jenis utama hormon perempuan.
Testosteron adalah jenis androgen yang berperan penting pada
perkembangan pubertal laki-laki. Selama pubertas, peningkatan kadar
testosteron berkaitan dengan sejumlah perubahan fisik pada anak laki-
laki, perkembangan alat kelamin luar, peningkatan tinggi badan, dan
perubahan suara. Estradiol adalah jenis estrogen yang berperan penting
pada perkembangan pubertas perempuan. Dengan meningkatnya kadar
estradiol, terjadilah perkembangan payudara, rahim dan perubahan
tulang kerangka pada tubuh.”

b. Perkembangan Kognitif
6

Berbicara mengenai perkembangan kognitif, tentu tidak dapat dipisahkan dari


seorang pelopor psikologi kognitif yang bernama Jean Piaget. Seperti yang sudah
disampaikan pada teori perkembangan di atas, bahwa masa remaja masuk dalam tahap
perkembangan yang keempat dalam teori perkembangan kognitif Piaget, yaitu tahap
operasional formal. Tahap operasional formal ini ditandai dengan karakteristik
menonjol sebagai berikut:19
 Individu dapat mencapai logika serta rasio serta dapat menggunakan
abtraksi.
 Individu mulai berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotetis.
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan di masa depan.
 Individu mulai mampu untuk menginstropeksi diri sendiri sehingga
kesadaran diri tercapai.
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa.
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri memperhatikan di
lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.

c. Perkembangan Emosi

Emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan


perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus.20 Bentuk-bentuk emosi yang sering nampak dalam masa
remaja awal antara lain adalah marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih,
gembira, kasih sayang dan ingin tahu. Dalam hal emosi yang negatif, umumnya remaja
belum dapat mengontrolnya dengan baik. Setiap remaja dalam bertingkah-laku sangat
dikuasai emosinya.21 Seperti yang sudah disampaikan pada teori psikodinamika Freud,
bahwa pada tahap genital ini, remaja mulai tertarik terhadap lawan jenis, maka tidak
heran jika pada masa ini emosi kasih sayang cukup banyak menyita perhatian mereka.
Emosi cinta atau kasih sayang merupakan hal penting dalam kehidupan remaja dalam
kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta

19
19. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 32-33.
20
20. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 62.
21
21. Drs. Andi Mappiare. Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 60.
7

dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan
kemampuan untuk memberi.22 Pada masa ini, berubahnya emosionalitas, berubahnya
suasana hati juga tidak dapat diramalkan, dengan kata lain emosi anak remaja sangatlah
labil.23

d. Perkembangan Sosial

Perubahan-perubahan fisik, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia


harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. 24
Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan, sebagai akibat
perkembangan fisik, menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri. Acapkali terlihat
pula perilaku “berlebihan” (overacting) untuk menutupi perasaan tersebut dan
memenuhi kebutuhan bergaul.25 Ada sejumlah karakteristik yang menonjol dari
perkembangan sosial remaja, yaitu sebagai berikut: 26

 Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan pergaulan. Ini


seringkali menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang amat tinggi dan kuat
dengan kelompok sebayanya, jauh melebihi dengan kelompok lain; bahkan
dengan orang tuanya sekalipun.
 Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial. Ini menyebabkan remaja senantiasa
mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan. Dengan demikian, jika tidak
menemukannya cenderung menciptakan nilai-nilai khas kelompok mereka
sendiri.
 Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis, menyebabkan remaja pada
umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan jenisnya atau
pacaran.
 Mulai tampak kecenderungannya untuk memilih karier tertentu, meskipun
sebenarnya perkembangan karier remaja masih berada pada taraf pencarian
karier.

e. Perkembangan Moral
22
22. http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-20035.html (diakses 12 April
2012).
23
23. Prof.Dr. Singgih D. Gunarsa & Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 219.
24
24. Sarwono, Psikologi Remaja. 53.
25
25. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.219.
26
26. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 92-93.
8

Jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg dimana remaja sudah
mencapai tingkat konvensional, maka perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan
dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan
pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggungjawabkannya secara pribadi.27 Ciri perkembangan moral yang lain
yang dapat diketahui adalah sesuai dengan keterangan tingkat konvensional dimana
aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan
keluarga, kelompok, atau masyarakat. Tingkat ini memiliki dua tahap orientasi, yaitu
orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut “orientasi anak manis” serta orientasi
“hukum dan ketertiban.”28

BAB EMPAT

TUGAS PERKEMBANGAN

Tugas-tugas perkembangan adalah petunjuk-petunjuk yang memungkinkan


seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat
dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu. 29 Adapun tugas-tugas
perkembangan dalam masa remaja adalah sebagai berikut: 30

1. Menerima keadaan jasmani.


Para remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan
mereka sendiri, bukan khayalan dan impian. Mereka diharapkan memelihara keadaan
jasmaninya, wajah, kekuatan/kelembutan yang dimilikinya sendiri, serta
memanfaatkannya secara efektif.

2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya


antara dua jenis kelamin.

Diharapkan remaja dapat mencari dan memperoleh teman-teman baru dan menjadi
matang berhubungan dengan teman sebaya lawan jenis dalam kelompok-kelompok
mereka. Sangat penting dalam hal ini, bahwa seorang remaja haruslah mendapat
penerimaan dari kelompok teman sebaya ataupun sesama jenis agar ia memperoleh
rasa dibutuhkan dan rasa berharga.
27
27. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 145.
28
28. Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. 140.
29
29. Mappiare. Psikologi Remaja, 95.
30
30. Mappiare. Psikologi Remaja, 99.
9

3. Menerima keadaan sesuai jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti kaumnya.

Seringkali terjadi ada remaja yang menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama
jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskannya. Dalam masa remaja ini diharapkan
menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab
kaumnya masing-masing.

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Pada masa kanak-kanak, anak sangat bergantung emosinya pada orang tua atau orang
dewasa lain. Misalnya, anak ikut menangis jika melihat orang tua menangis. Dalam masa
remaja, seseorang dituntut untuk tidak mengalami perasaan bergantung semacam itu.
Betapa pentingnya kebebasan emosi bagi remaja ini, sebab terbukti bahwa remaja yang
selalu bergantung secara emosional, akan menemui berbagai kesukaran dalam masa
dewasa seperti tidak dapat membuat keputusan sendiri.

5. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan


dengan ekonomi/keluarga.

Remaja diharapkan dapat belajar sedikit demi sedikit untuk terlepas dari bantuan
ekonomis orang tua dengan mendapat pekerjaan (jangka pendek) dan mempersiapkan
diri untuk memasuki lapangan kerja tetap pada masa depan (jangka panjang).
Kemudian, remaja diharapkan memiliki keterampilan dalam pengaturan pengeluaran
uang atau belanja, memilih prioritas dalam pembelanjaan serta mengatur penggunaan
barang yang dibelinya.

6. Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan falsafah hidup.

Jika remaja tidak memiliki falsafah hidup (terutama yang diterapkan dalam perbuatan)
maka mereka tidak memiliki “kemudi” atau kendali dalam hidupnya, yang dapat
membuatnya tidak memiliki kepastian diri. Remaja yang demikian itu akan mudah
bingung terombang ambing oleh situasi hidup yang demikian cepat berubah.

BAB LIMA

KRISIS PERKEMBANGAN
10

1. Krisis Identitas

Masa remaja merupakan suatu rangkaian perubahan-perubahan yang dialami


oleh remaja. Tidak saja perubahan didalam dirinya, akan tetapi perubahan dari luar
dirinya seperti halnya perubahan sikap orangtua, anggota keluarga lain, sikap guru-
guru di sekolah, cara dan metodik mengajar guru yang berbeda dan kurikulum yang
berubah. Tambahan pula terjadi perubahan pada hubungan dengan orang lain. Lepas
dari ikatan keluarga kemudian bergabung dengan teman-teman sebaya. Pengabungan
dengan teman-teman sebaya berarti perkenalan dengan nilai, norma, tata cara, adat-
istiadat yang baru. Apa yang telah diperoleh, dianut dan dipatuhinya selama ini
mengalami suatu kegoncangan. Sehingga pembentukan identitas selalu terancam oleh
ditemukannya berbagai pandangan dan pendapat lain yang berbeda dengan yang telah
dimiliki.31

2. Krisis Kemandirian

Seorang individu yang sudah memasuki masa remaja, diharapkan sudah dapat
melakukan beberapa hal sendiri. Kemandirian adalah bukti bahwa seorang remaja
sudah menguasai beberapa hal untuk bisa bertahan hidup dan tidak lagi terlalu
bergantung kepada orang lain. Remaja yang mandiri adalah remaja yang memiliki
kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara bertanggung jawab meskipun tidak
ada pengawasan dari orangtuanya. Kemandirian menuntut kesiapan individu baik
secara fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus, dan melakukan aktivitas
atas tanggung jawabnya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. 32 Adapun faktor yang
dapat menyebabkan kesadaran mandiri ini terhambat atau terganggu adalah oleh orang
tua yang terlalu memanjakan anak, tidak pernah atau jarang mengajarkan anak untuk
melakukan kegiatan sehari-harinya sendiri atau disebabkan karena si anak yang
memang menderita kelainan atau cacat. Akibat dari krisis kemandirian ini adalah
remaja akan sangat lambat untuk bersosialisasi, butuh waktu lebih lama untuk lepas
dari pengawasan orang tua apalagi mendapatkan kepercayaan dari orang tua.

3. Krisis Relasi

31
31. Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa & Prof.Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta:
Gunung Mulia, 2007), 85-86.
32
32. Laurence Steinberg, Adolescence, Third Edition (New York: McGraw-Hill, 1996)
11

Meningkatnya kematangan berpikir mengenai pandangan dan tata cara keluarga


sampai pada titik kesimpulan bahwa ideologi keluarga tidak dapat dipertahankan
menurut pendapat remaja. Kesimpulan ini disertai perasaan kecewa terhadap orang tua
yang telah membentuk pandangan tersebut. Akhirnya tercetus keinginan pada pihak
remaja untuk memperbincangkan pandangan orang tua berdasarkan pandangannya. 33
Maka timbul konflik dalam keluarga yang disebabkan: 34

 Kurangnya pengertian dari pihak orangtua yang kurang mau di ajak


mengikuti liku-liku perkembangan pikiran remaja.

 Suatu hasil sampingan dari perkembangannya yakni egosentrisme dalam


proses berpikir, menyebabkan perdebatan yang tidak selalu berhasil, bahkan
gagal.

 Tidak dapat menempatkan diri di pihak orang lain dan tidak menghormati
adanya pendapat orang lain yang berbeda menyebabkan cepat beralihnya
suatu tinjauan bersama, menjadi pertentangan dan perselisihan antar orang
tua dan remaja.

Beberapa hal ini bukan hanya bisa terjadi dalam keluarga, tetapi karena faktor yang
sama juga bisa berlaku kepada relasi antara teman sebaya dari si remaja.

BAB ENAM

STRATEGI PELAYANAN/PENDIDIKAN

1. Keluarga

Rumah adalah tempat belajar yang pertama tentang kehidupan bagi setiap
orang. Oleh sebab itu apa saja yang ada di dalam rumah, baik itu orangnya dan
suasananya sangat berperan dalam perkembangan seorang remaja, baik secara jasmani
maupun rohani, secara mental ataupun fisik. Rumah harus menjadi tempat yang
nyaman untuk seorang remaja mengekspresikan apapun yang dia rasakan dan pikirkan.
Kondisi keluarga sangat berpengaruh dalam hal ini, terutama sekali adalah peran orang
tua. Keadaan keluarga yang ditandai dengan hubungan suami istri yang harmonis akan
lebih menjamin remaja bisa melewati masa transisinya dengan mulus daripada jika
33
33. Gunarsa, Psikologi Remaja, 123.
34
34. Gunarsa, Psikologi Remaja, 123-124.
12

hubungan suami istri terganggu.35 Adapun hal-hal yang bisa dilakukan keluarga adalah
menyediakan waktu khusus untuk “kumpul keluarga”, selalu makan sekeluarga pada
waktu makan, tidak membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain. Pada
intinya hal yang paling penting di dalam keluarga adalah komunikasi yang baik antara
anggota keluarga.

2. Sekolah

Di samping faktor keluarga, pengembangan pribadi remaja yang optimal juga


perlu diusahakan melalui pendidikan khususnya sekolah. Sekolah, selain berfungsi
pengajaran (mencerdaskan anak didik) juga berfungsi pendidikan (transformasi
norma). 36 Dalam kaitan dengan fungsi pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya
tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika
anak didik menghadapi masalah.37 Sekolah dapat mengajarkan keterampilan dan
ketangkasan hidup dengan mengikutsertakan remaja dalam Gerakan Pramuka,
melibatkan remaja dalam kepengurusan OSIS supaya bisa belajar untuk berorganisasi
dan berkelompok, dan kegiatan sekolah positif lainnya.

3. Gereja

Peranan gereja dalam memuridkan para remaja merupakan hal yang sangat
penting, mengingat para remaja membutuhkan komunitas Kristen yang sehat dan yang
dapat mengerti serta bersahabat dengan mereka. Hal ini terbukti dengan selalu ada
persekutuan/komisi remaja di setiap gereja. Pelayanan yang bisa dilakukan gereja pada
remaja adalah membuat persekutuan remaja sebagai wadah bagi mereka untuk saling
mengenal, bersama-sama bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Membuat
pelayanan konseling khusus remaja, melibatkan mereka dalam pelayanan (sekolah
minggu, pengurus komisi, petugas besuk, penatalayanan ibadah) dan tentu
mengajarkan tentang bagaimana hidup yang memuliakan Tuhan.

4. Individu

35
35. Sarwono, Psikologi Remaja.226.
36
36. Sarwono, Psikologi Remaja.228.
37
37. Sarwono, Psikologi Remaja.228.
13

Peranan perorangan juga merupakan cara yang sangat efektif untuk menolong
remaja, asalkan tahu bagaimana cara menghadapi mereka. Dr. Sarlito dalam bukunya
menuliskan 5 ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja: 38

2. Kepercayaan. Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau


membantunya, ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan
membohonginya dan bahwa kata-kata penolong ini memang benar adanya.

3. Kemurnian hati. Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh


mau membantunya tanpa syarat.

4. Kemampuan mengerti dan menghayati (empati) perasaan remaja. Dalam


posisi yang berbeda antara anak dan orang dewasa (perbedaan usia,
perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagainya) sulit bagi orang
dewasa untuk berempati pada remaja karena setiap orang akan cenderung
melihat segala persoalan dari sudut padangnya sendiri. Di pihak remaja
sendiri ada kecenderungan sulit menerima uluran tangan orang dewasa
karena ia merasa tidak ada empati terkandung di dalam uluran tangan itu.

5. Kejujuran. Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya


saja, termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan
salah, apa yang benar dikatakan benar.

6. Mengutamakan persepsi remaja sendiri. Remaja akan memandang segala


sesuatu dari sudutnya sendiri. Terlepas dari kenyataan atau pandangan
orang lain yang ada, buat remaja pandangannya sendiri itulah yang
merupakan kenyataan dan ia bereaksi terhadap itu.

KESIMPULAN

38
38. Sarwono, Psikologi Remaja.230.
14

Masa remaja adalah juga masa yang penting dalam kehidupan seorang manusia,
bila seorang manusia mampu dapat melewati masa ini dengan baik, maka hampir dapat
dipastikan bahwa masa depannya akan terjamin pula. Karena masa ini merupakan fase
pembentukan karakter seseorang sebagai modal untuk menghadapi tantangan di masa
depan, sebaliknya jika seorang manusia gagal melewati masa ini dengan baik maka
orang itu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan, masalah dan juga
perubahan-perubahan yang tingkat kesulitannya semakin tinggi seiring berjalan waktu
dan pertumbuhan usia. Kelompok menggambarkan hal ini melalui ilustrasi sebuah
pohon, dimana pohon yang semakin lama semakin tinggi tentunya juga akan diterpa
angin yang lebih kencang, jika dari semula akar pohon itu tidak kuat untuk
mencengkram tanah, maka pohon itu dapat tumbang sewaktu-waktu.

Peranan orang-orang sekitar juga sangat besar pengaruhnya dalam perubahan


dan pembentukan karakter serta perilaku remaja. Karena pada masa remaja inilah
waktunya mereka mencari jati diri, seorang remaja sedang gencar-gencarnya mencari
sosok figur yang bisa di teladani, di idolakan atau di contohkan. Jika orang-orang yang
berada di sekitarnya memberikan teladan yang kurang baik, maka kemungkinan besar
remaja itupun akan tumbuh persis sama seperti apa yang dia teladani termasuk
ketidakbaikannya. Kelompok menutup makalah ini dengan mengutip pernyataan dari
Philip Rice yang mengatakan: “one goal of every adolescence is to be accepted as an
autonomous adult”.39 Artinya adalah satu tujuan dari setiap remaja adalah untuk
diterima sebagai seorang dewasa yang mandiri.

39
39. F. Philip Rice, The Adolescent: Development, Relationship, and Culture (Massachusetts: Allyn
and Bacon, 1996), 45.

Anda mungkin juga menyukai