REMAJA
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kesehatan Dan
Sosiologi Kesehatan)
Disusun oleh :
NANDA INTAN PERMATA RURI
1910104190
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
dengan izin dan ridho-Nya makalah ini dapat kami rampungkan. Sholawat dan
salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
Amien ya Robbal’alamin.
Yogyakarta,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang
beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan.
Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali
jati diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang
yang menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari
sisi psikologis. Pada, tahap perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori
perkembangan remaja termasuk konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara
keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat keseluruhan mengenai
remaja.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
PEMBAHASAN
1. Faktor – faktor yang terjadi sebelum lahir. Misalnya Pada saat masa
kehamilan seorang ibu dan janin mengalami kekurangan nutrisi ,
Kercaunan, TBC dan sebagainya
2. Faktor ketika lahir. Salah satunya yaitu pendarahan pada otak bayi
intracranial haemorage disebabkan oleh tekanan dinding rahim
sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek susunan saraf pusat, karena proses
kelahiran bayi dilakukakan dengan bantuan tangver-lossing
3. Faktor yang dialami bayi setelah lahir antara lain oleh karena
pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka
karena kepala bayi / Janin terpukul , atau mengalami serangan sinar
matahari dan sebagainyayayasan perawatan bayi dan lain-lain
4. Faktor Psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan bibu, ayah
atau kedua orang tuanya . Sebab lain ialah anak dititipkan pada suatu
lembaga seperti rumah sakit, rumah yatim piatu sehingga mereka
kurang sekali mendapatkan perwatan jasmaniah dan cinta kasih
sayang orang tua. Anak – anak tersebut mengalami kehampaan psikis
( innatie psikis )
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-
kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya
merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Sarlito (1991), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan
berlaku secara Nasional. Sebgai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat
digunakan kebatasan usia 11-24 tahun dan belum menikah . Bigot, Khonsta, dan
Palland mengemukakan bahwa masa pubertas berada dalam usia antara 15-18
tahun, dan masa adolescence dalam usia 18-21 tahun. Menurut Hurlock (1964)
rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam usia
remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 samapai 21 tahun.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya sudah kelihatan “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat
adanya
1) Kegelisahan.
2) Pertentangan.
6) Aktivitas berkeompok.
2. Tahap Perkembangan Remaja
a. Fase Praremaja
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase
ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu
pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam
Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu
periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa
anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
1). Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
4). Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan
homoseksual.
5). Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan
keakraban.
6). Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan
hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual
yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk
pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan
inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai
masyarakat dan warga negara. Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas
perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan
emotionally self sufficient.
a. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas
yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).
Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap
tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-
bulu ketiak.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta
pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung
Hartono, 2002:94).
b. Perkembangan Kognitif
c. Perkembangan Sosial
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau
remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan
Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-
anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan
setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk
mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan
untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya
yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran
yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan
remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki
sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan
yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial,
keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan
mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin
hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis
identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang
menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010).
Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan
kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung
melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya
merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut
Santrock (2003: 206) yaitu :
a). Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia,
dan aktivitas favorit.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut
Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a). Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
c). Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat
menimbulkan penyimpangan kepribadian.
e). Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang
dimiliki teman sebaya mereka.
f).Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil
peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g). Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka,
dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
d). Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan
untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa
remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan
idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian
dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan
yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua
melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang
yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua.
Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan
member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar
orang tua. Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik
yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang
diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar
bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik.
3) Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat
tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6)
Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah
dicapai.
Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk berespons atau melakukan tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan
negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun
jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal
dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit. Remaja juga sangat rentan
dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta
kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak
berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung
menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah
mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan
teman sebayanya.
b. Tugas-tugas Perkembangan
a. mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
b. mencapai peran sosial pria atau wanita
c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e. mempersiapkan karier ekonomi
f. membangun keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara yang baik
g. memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan
secara sosial
h. memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika sebagai pedoman
berperilaku
1.bimbingan karier.
4. Seksualitas
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Jakarta: EGC.
Santrock, J. W. (1995). Life Span Development Fifth Edition. Texas: Brown and
Benchmark.