BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang. Anak usia dini
adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat dan
fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak di masa
depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini.
Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting mengingat 80%
pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Elastisitas perkembangan otak anak
usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% siasanya
ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Dan tentu saja bentuk stimulasi
yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan hakihat perkembangan anak usia
dini.
Memahami hakikat perkembangan anak usia dini pun pada akhirnya menjadi suatu bagian yang
tak kalah penting untuk menentukan stimulasi apa yang tepat untuk mereka. Oleh sebab itu,
makalah ini akan membahas tentang hakikat perkembangan anak usia dini.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi perkembangan anak usia dini?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini?
3. Apa sajakah aspek perkembangan anak usia dini?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini?
5. Apa tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini?
6. Bagaimanakah konsep umur dalam perkembangan anak usia dini?
7. Bagaimakah periode perkembangan anak usia dini?
8. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini?
9. Apa saja isu-isu perkembangan anak usia dini?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, antara lain:
1. Mendeskripsikan definisi perkembangan anak usia dini
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini
3. Menyebutkan aspek perkembangan anak usia dini
4. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini
5. Menyebutkan tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini
6. Mendeskripsikan konsep umur dalam perkembangan anak usia dini
7. Menklasifikasikan periode perkembangan anak usia dini
8. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
9. Menyebutkan isu-isu perkembangan anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hereditas
Pertama-tama yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah faktor hereditas.
Hereditas disini yaitu menurun secara genetik dari orang tua kepada anak. Beberapa pengaruh
perkembangan terutama berasal dari hereditas, trait-trait atau karakteristik bawaan yang
ditrunkan dari orangtua biologis. Perbedaan individual meningkat sejalan dengan pertambahan
usia. Banyak perubahan yang khas pada bayi dan anak-anak awal yang tampak terikat pada
kematangan tubuh dan otak, seperti urutan normal dari perubahan fisik dan pola-pola perilaku,
termasuk didalamnya kesiapan untuk menguasai kemampuan baru seperti berjalan dan berbicara
2. Pengaruh Kontekstual umum
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial dan
historikal. Anak yang lahir pada saat ini mungkin mempunyai pengalaman-pengalaman yang
sangat berbeda dari anak yang lahir pada zaman revolusi. Secara umum, konteks yang langsung
berhubungan dengan seorang bayi adalah keluarga.
a. Keluarga
Keluarga mengambil bentuk yang bervariasi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Ada dua
bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu nuclear-family dan extended-family.
Nuclear family atau keluarga inti dapat diartikan sebagai unit rumah tangga, ekonomi, dan
hubungan dua generasi yang terdiri dari satu atau dua orang tua dengan anak biologis, anak
adopsi, atau anak tiri. Bentuk keluarga seperti ini cukup dominan di dalam masyarakat. Extended
Family atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari kakek-
nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh hubungannya. Bentuk keluarga
seperti ini banyak ditemukan dalam masyarakat kita dan merupakan pola tradisional dari
organisasi kemasyarakatan.
b. Status Sosial-ekonomi dan lingkungan tempat tinggal
Status sosial-ekonomi berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan seperti faktor
penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan. Berbagai proses perkembangan misalnya perbedaan
dalam interaksi antara ibu dan anak dan hasil perkembangan, misalnya kesehatan dan
kemampuan berpikir seorang anak sering pula dihubungkan dengan status tersebut. Hasil
perkembangan lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status sosial
ekonomi itu sendiri, seperti jenis rumah dan lingkungan tempat orang tinggal,kualitas nutrisi dan
kesehatan
c. Budaya dan Kelompok Etnik
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau kelompok yang melipoti
adat,tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produk-produk fisik ari alat hingga karya seni.
Semua tingkah laku yang dipelajari diwariskan dari orangtua kepada anak.
d. Konteks historis merupakan waktu ketika seorang tumbuh meliputi bagaimana pengalaman
tertentu mempengaruhi jalan hidup seseorang. Para penelti mulai memusatkan perhatian
bagaimana pengalaman tertentu yang terikat dengan waktu dan tempat mempengaruhi arah
kehidupan seorang
3. Pengaruh Normatif dan Non normatif
Perkembangan memiliki sebab. Untuk memahami kemiripan dan perbedaan dalam
perkembangan, kita harus melihat pengaruh-pengaruh yang dialami pada banyak atau
kebanyakan orang dan pengaruh-pengaruh yang hanya dialami oleh orang-orang tertentu saja.
Kejadian atau pengaruh yang dialami dalam cara yang serupa oleh kebanyakan orang dalam
kelompok disebut pengaruh normatif. Sedangkan pengaruh nonnormatif merupakan peristiwa-
peristiwa luar biasa yang dimiliki dampak besar terhadap kehidupan individu
4. Periode kritis
Periode kritis adalah masa-masa dalam perkembangan ketika seseorang terutama terbuka
terhadap berbagai pengalaman tertentu. Sebagai contoh kejadian yang berlangsung pada
saatkehamilan. Jika ibu hamil terkena sinar X, memakan obat-obatan atau mengalami penyakit
tertentu pada selama kehamilan, bayinya mungkin akan menunjukan dampak penyakit tertentu
tergantung pada sifat penyakit dan waktu terjadinya.
Selain itu lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya .
2. Perkembangan Kognitif
Piaget mendeskripsikan tahap pertama perkembangan kognitif sebagai tahap sensorimotorik
karena bayi mengetahui dan memahami dunianya dengan menggunakan indera dan tindakan
refleks. Bayi membentuk pemahaman melalui pengunaan sensori motorik yang dilakukan
dengan menggunakan tindakan refleks bawaan seperti menghisap, menghirup, dan
menggenggam. Saat refleks terkoordinasi, bayi dapat memegang dan mengambil objek sesuai
dengan keinginannya. Setelah konservasi objek dicapai, bayi dapat mengingat tindakan dan
menemukan benda yang dicarinya. Saat ini bayi mulai belajar bahwa ia dapat menyebabkan
sesuatu hal terjadi dan dapat mengingat peristiwa serta objek-objek yang dialaminya.
Pada usia 2 sampai 6 tahun, anak mencapai tahap praoperasional yang merupakan periode baru
dalam perkembangan berpikir anak. Pada tahap ini, anak dapat menggunakan simbol. Ia juga
mampu mewakili objek dan peristiwa secara mental. Namun ia masih dikendalikan oleh
presepsinya. Padamasa ini anak mengalami keterbatasan karena ia memusatkan diri pada satu
karakteristik dalam suatu waktu dan memandang suatu objek berdasarkan sudut pandang diri
sendiri yang bersifat egosentris.
Pada usia 6 sampai 8 tahun, anak pindah dari tahap praoperasional ke tahap konkret operasional.
Pada saat ini anak memperoleh kemampuan konsep operasional secara bertahap. Saat anak
berada dalam transisi dari tahap praoperasional ke tahap konkret operasional, kualitas pikirannya
berubah. Ia tidak lagi menilai sesuatu berdasarkan persepsinya, sebaliknya ia mulai
menggunakan operasi mental dan logis untuk memahami pengalaman-pengalamannya.
Kemampuan berpikir ini menyebabkan kemajuan dalam kemampuan memori. Kemampuan
konservasi merupakan ciri utama yang menandai prestasi anak pada tahap konkret operasional.
Dengan kemampuan tersebut, anak memahami bahwa penampilan fisik sesuatu objek yang tidak
mengubah kuantitasnya.
3. Perkembangan Bahasa
Pada dua tahun pertama dalam kehidupan bayi dan anak pindah dari ucapan prabahasa ke
penggunaan bahasa. Menangis dan tenang pada selama beberapa bulan pertama dalamkehidupan
bayi berkembang menjadi meraban pada usia 5 atau 6 bulan. Meraban meliputi pola-pola
intonasi bahasa sekitar usia 10 bulan. Penggunaan kalimat satu kata atau ujaran untuk berbagai
jenis komunikasi yang bermakna secara bertahap berkembang pada usia 18 bulan sampai
kombinasi dua atau tiga kata. Pada usia 2 tahun anak pindah dari ujaran telegrafis. Dalam hal ini,
ia mampu menggunakan kalimat yang lebih panjang dan lebih sempurna. Saat ini anak belajar
aturan morfologi meskipun sering mengalami kesalahan karena sering menggunakan perampatan
yang berlebihan. Disamping itu, ia belajar menyusun kalimat dengan memperjelas susunan kata
yang lebih baik. Kalimat mereka semakin kompleks saat mereka mengembangkan kosa kata dan
ujaran ekspresif.
Pada usia 3 tahun, anak mulai memahami dan menggunakan aturan percakapan. Mereka mampu
membicarakan hal-hal yang saat ini tidak ada dihadapannya. Akibatnya, mereka dapat
menggunakan bahasa saat bersandiwara atau pembicaraan tentang hal-hal yang dihayalkan. Pada
saat kesadaran prasosial anak berkembang,anak usia 4 tahun juga dapat memvariasikan gaya
bicaranya ketika berbincang-bincang dengan berbagai lawan bicara, seperti terhadap anak yang
lebih muda, sebaya, atau dewasa.
Proses perkembangan bahasa usia 6 sampai 8 tahun mirip dengan perkembangan motorik anak.
Pada usia ini anak menghaluskan dan mengembangkan bahasa yang dipelajari pada tahun-tahun
prasekolah. Pada masa ini anak telah menguasai dasar-dasar sintaksis dan semantic, yaitu mereka
telah belajar bagaimana kalimat dibentuk dan kata-kata digunakan untuk mengkomunikasikan
makna. Namun demikian mereka masih bingung dengan makna dan penggunaan kata.
4. Perkembangan Sosial Emosional
Pada masa bayi,ikatan emosional antara bayi dan orang tua / pengasuh disebut kelekatan
attachment. Kelekatan emosional positif sangat penting dalam proses perkembangan sosial dan
emosional bayi dan anak. Perilaku orang tua yang tidak layak dapat menyebabkan pola-pola
kelekatan yang tidak mendukung perkembangan positif perilaku anak.
Perkembangan sosial selama 2 tahun pertama meliputi perkembangan tanda-tanda sosial diantara
teman sebaya. Gaya sosial pada masa anak-anak berhubungan dengan sejarah kelekatan. Anak-
anak dengan sejarah kelekatan yang aman dapat bergaul dengan teman-teman sebaya secara
positif. Perkembangan perilaku sosial empati anak sudah mulai sejak usia 12 bulan, saat bayi
merespon kesedihan orang lain. Pada usia 12 bulan itu pula bayi dapat menunjukan kesedihan
dirinya dan pada usia 18 bulan bayi tersebut dapat mencoba menghibur teman sebaya yang sedih.
Pada usia 2 dan 5 tahun, anak-anak secara bertahap belajar bagaimana menjadi anggota suatu
kelompok sosial. Tugas utama selama masa ini ialah sosialisasi. Proses sosialisasi dipengaruhi
pola asuh orang tua, hubungan mereka dengan saudara kandung dan teman sebaya, kondisi
tempat tinggal dan lingkunagn tempat tinggal anak. Agar anak menjadi anggota kelompok sosial,
anak tersebut harus mempelajari tingkah laku yang layak, yaitu tingkah laku yang diharapkan
orang tua,saudara kandung, dan teman sebaya. Salah satu capaian utama anak pada masa ini
ialah saat ia mampu bekerja sama, berbagi, menghargai dan membantu orang lain.
Pada usia 6 sampai 8 tahun, anak mengalami transisi dari TK ke kelas-kelas awal sekolah dasar.
Pada masa ini anak menghadapi peran-peran baru yang sangat penting baik dari segi sosial
maupun perkembangan emosionalnya. Prestasi dan penerimaan sosial sangat penting dalam
kehidupan anak. Jika anak merasa sukses dan berprestasi maka hal ini dapat mengembangkan
rasa identitas sukses anak tersebut. Sebaliknya jika ia merasa gagal, tidak popular, dan tidak
merasa berhasil dalam berprestasi maka ia akan mengembangkan rasa identitas yang gagal.
1. Konsep Kematangan
Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Gessel dipengaruhi oleh dua faktor utama.
Pertama, anak adalah produk dari lingkungannya. Namun yang lebih fundamental lagi, ujar
Gessel, perkembangan anak berasal dari dalam, yaitu aksi dari gen-gen di tubuhnya. Gesell
menyebut proses ini kematangan.
Ciri menakjubkan perkembangan kematangan ini selalu terjadi dalam urutan tertentu. Pertama
kali ini bisa dilihat dari perkembangan embrio di mana, sebagai contohnya, jantung selalu
menjadi organ pertama yang berkembang dan berfungsi. Sesudah itu sel-sel yang berbeda-beda
mulai membentuk sistem saraf utama dengan cepat-yaitu otak dan saraf tulang belakang.
Perkembangan otak dan kepala secara utuh baru dimulai setelah bagian-bagian lain terbentuk
seperti tangan dan kaki. Urutan ini, yang diarahkan oleh blueprint genetik, tidak penah bejalan
terbalik.
Dengan cara yang sama, perkembangan urutan ini terus berlanjut setelah bayi lahir. Sebagai
contoh, karena kepala berkembangan penuh paling awal di dalam embrio, maka wilayah ini pula
yan berkembang lebih dulu di dalam perkembnagan pasca-lahir. Bayi pertama-tama belajar
mengendalikan bibir dan lidah mereka, baru kemudian belajar mengendalikan pergerakan mata,
diikuti oleh belajar mengendalikan pergerakan mata dan lidah mereka, baru kemudian
mengendalikan leher, bahu lengan, telapak tangan, jari-jari, badan, tungkai dan telapak kaki
mereka. Di dalam perkembangan pralahir dan pascalahir terdapat kecenderungan perkembangan
dari kepala menuju kaki (chepalocaudal).
Efek-efek kematangan berbeda total dengan lingkungan. Di dalam perkembangan pralahir,
kematangan dapat dibedakan dari aspek-aspek lingkungan internal seperti temperatur embrio dan
oksigen yang diterima oleh ibunya. Faktor-faktor lingkungan ini memang vital yaitu
mendukung pertumbuhan yang tepat namun ternyata mereka tidak berperan langusng bagi
urutan perkembangan struktur-struktur dan pola-pola aksi. Ini semua hasil dari mekanisme
kematangan.
Sekali bayi dilahirkan, ia memsauki suatu lingkungan yang sangat berbeda jenisnya. Lingkungan
ini bukan hanya berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan fisiknya, namun juga lingkungan sosial
dan budaya yang berusaha memengaruhi bayi untuk bertindak dengancara-cara yang benar.
Gessel mengatakan bahwa anak-anak jelas memerlukan lingkungan sosial untuk menyadari
potensinya, namun dia juga berpendapat bahwa daya-daya pensosialan ini bekerja maksimaljika
senada dengan prinsip-prinsip kematangan yang muncul dari dalam diri mereka.
Gessel sangat menentang semua upaya yang mehgajarkan hal-hal yang jauh di luar jadwal
pertumbuhan anak-anak mereka. Mereka akan duduk, berjalan dan berbicara jika mereka sudah
siap, ketika sistem saraf mereka cukup matang. Pada momen yang tepat, mereka akan sanggup
melakukan suatu tugas menurut desakan-desakan dari dalam dirinya. Sebelum momen itu tiba,
pengajaran apa pun kecil saja nilai-nilainya, malah bisa menciptakan tegangan-tegangan antara
pengasuh dan yang diasuh.
Kematangan biologis menurut Gessel mengacu pada proses di mana perkembangan manusia
diatur oleh faktor-faktor intrinsik utamanya gen-gennya, yaitu substansi kimia yang terdapat di
dalam nukleus setiap sel. Gen-gen menentukan urutan, waktu dan bentuk pemunculan pola-pola
tindakan.
2. Studi Pola-pola
Gessel menyatakan kalau mempelajari pertumbuhan, kita tidak boleh mengukur hanya pada hal-
hal yang muncul secara kuantitaif, namun juga menyelidiki pola-polanya. Pola adalah segala
sesuatu yang memiliki bentuk atau tampilan tertentu contohnya kedipan mata. Dan yang paling
penting adalah proses pemolaan itu sendiri, proses yang dengannya beberapa tindakan menjadi
terorganisasikan.
Proses pemolaan paling jelas di dalam kasus penglihatan bayi. Waktu lahir, mata bayi selalu
bergerak ke sana-kemari tanpa tujuan, namun setelah beberapa hari atau mungkin beberapa jam
kemudian mereka mulai sanggup menghentikan mata dan menatap objek-objek untuk waktu
yang singkat. Mereka dapat menghentikan mata mereka dan menatap sesuatu seperti yang
diinginkan karena suatu hubungan terpola yang baru telah dibuat antara impuls-impuls di dalam
otak dan otot-otot kesil yang mebggerakkan mata mereka.
Pada usia satu bulan bayi biasanya dapat menatap sebuah cincin di hadapan mereka dan bisa
mengikuti cincin itu sampai putaran 90. Kemampuan ini mengimplikasikan pengorganisasian
baru antara otot mata dan otot-otot leher lebih besar yang menggerakkan kepala.
Pemolaan ini terus meluas ketika bayi dapat mengorganisasikan pergerakan mata dengan
pergerakan tangan mereka, waktu mereka bisa menatap apa yang dipegang. Pada usia empat
bulan bayi biasanya dapat memegang mainan kerincingnya dan menatapnya sekaligus. Ini
adalah pertumbuhan yang signifikan. Ini berarti mata dan tangan sedang melakukan kerja sebuah
tim, memasuki koordinasi yang lebih efektif. Pertumbuhan kejiwaan tidak bisa diukur dalam
satuan inci atau pon, jadi kita hanya bisa mengukurnya lewat pola-pola.
Koordinasi tangan dan mata biasanya tidak selesai pada usia empat bulan. Pada beberapa kasus
hanya koordinasi mata yang lebih menonjol. Pada usia ini bayi dapat memungut dadu satu inci
atau permen yang lebih kecil ukurannya hanya lewat mata. Artinya, mereka dapat memfokuskan
pandangan kepada dadu atau permen itu dan bisa melihatnya dari berbagai sudut yang berbeda,
namun belum bisa memegangnya dengan tangan, bayi hanya bisa menatap dadu dan kemudian
tangan mereka, seolah memiliki ide untuk menggenggam dadu tersebut tapi belum bisa
melakukannya. Sistem saraf mereka belum cukup bertumbuh. Pada usia enam bulan bayi hanya
sanggup mengambil dadu denga telapak tangan, dan baru pada usia sepuluh bulan mereka dapat
memungut permen kecil dengan jarinya. Kalau begitu, koordinasi tangan dan mata berkembang
secara perlahan dan setahap demi setahap makin terorganisasikan dan memasuki gerakan-
gerakan yang lebih bervariasi dan sempurna.
b. Asimetri fungsional
Melalui proses jalinan timbal-balik, kita menyeimbangkan dualitas sifat kita. Meskipun
demikian, kita jarang mencapai keseimbangan sempurna atau simetris. Pada kenyataannya,
tingkat asimetris berfungsi sangat tinggi, kita memang menjadi paling ekektif waktu menghadapi
dunia dari satu sudut pandang, satu tangan, satu mata, dan seterusnya.
Kecenderungan asimetris bayi terlihat di dalam refleks penguat (tonic neck reflex) bayi, sebuah
refleks yang ditemukan Gesell pada manusia. Gesell mencatat bahwa bayi lebih suka berbaring
dnegan kepala menoleh ke satu sisi, dan saat betindak demikian mereka otomatis menggunakan
refleks leher penguat. Bayi mengembangkan lengan ke sisi sesuai arah kepala (seolah-olah
melihat tangan mereka) dan menekuk lengan lain di belakang kepala. Postur refleks leher
penguat ini sangat mirip dengan posisi dasar seorang atlet tolak peluru. Refleks leher penguat
sangat dominan selama tiga bulan pertama setelah bayi lahir dan kemudian menurun seiring
dengan perkembangan baru sistem sarafnya.
c. Pengaturan diri
Gesell yakin kalau mekanisme perkembangan intrinsik begitu kuat sampai-sampai organisme
bisa pada tataran yang sangat menyolok, mengatur perkembangannya sendiri. Dalam sebuag
studi, dia menunjukkan bagaiman bayi bisa mengatur siklus makan, tidur, dan bangunnya
sendiri. Waktu bayi diperbolehkan untuk menentukan kapan mereka perlu perawat dan tidur,
secara bertahap mereka membutuhkan makanan yang semakin sedikit setiap hari dan terjaga
lebih lama pada siang hari. Namun kemajuan ini tidak mengikuti garis lurus, ada banyak
fluktuasi di dalamnya termasuk kemunduran. Namun bayi secara gradual sungguh dapat bekerja
dengan jadwal yang tetap.
Gesell juga menulis tentang pengaturan diri ini dari sudut yang cukup berbeda, berfokus pada
kemampuan organisme untuk mepertahankan seluruh integrasi dan keseimbangannya.
Pertumbuhan, tentunya, juga memiliki ketidaksetimbangan seperti disebutkan di atas bahwa pola
tidur dan amkan bayi sering kali fluktuatif. Kita melihat fluktuasi yang sama terjadi pula di
dalam perkembangan kepribadian, di mana periode kestabilan diikuti oleh periode
ketidakstabilan waktu anak memasuki fase introvert atau ekstrovert. Tegangan muncul saat anak-
anak mengalami hal-hal yang tidak dikenalnya. Meskipun begitu, mekasnisme pengaturan diri
ini selalu bekerja, memastikan organisme tidak pernah berjalan terlalu jauh dalam satu arah
sebelum bergerak lebih nauh sekali lagi. Karena proses-proses pengaturan diri intrinsik inilah,
anak-anak terkadang menolak upaya kita mengajari mereka hal-hal baru. Seolah dari dalam diri
mereka ada yang berbisik agar tidak mempelajari hal-hal baru terlalu cepat. Integritas organisme
harus mereka pertahankan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock mengklasifikasikan beberapa prinsip perkembangan
anak antara lain: perkembangan melibatkan perubahan, perkembangan awal lebih kritis
ketimbang perkembangan selanjutnya, perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar, pola perkembangan dapat diramalkan, pola perkembangan mempunyai karakteristik yang
dapat diramalkan, terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, periode pola
perkembangan, pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial, setiap bidang
perkembangan mengandung bahaya yang potensial, dan kebahagiaan bervariasi pada berbagai
periode perkembangan.
1. Ahli pendidikan dan pendidik, ahli bimbingan dan konseling, ahli keluarga berencana, ahli
kesehatan, dokter dan perawat, penyelenggara penitipan anak, penyelenggara therapist,
gerontologist (orang yang mempelajari dan penyelenggara perawatan orang tua) pemberantasan
narkoba, pengatur penjara, ahli agama dan dai, semuanya memerlukan pemahaman terhadap
perkembangan manusia.
2. Memahami perkembangan manusia memberikan manfaat bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat. Pada saat ini berbagai perusahaan telah memasukkan sejarah perkembangan
karyawannya untuk pengembangan karir karyawan tersebut.
3. Pemahaman terhadap perkembangan manusia memberikan perspektif yang bersifat
kontekstual. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan merupakan hasil interaksi antara
tiga aspek yaitu: pengaruh proses perubahan biologis, pengaruh sejarah perkembangan manusia,
dan pengaruh lingkungan, seperti peristiwa-peristiwa yang dialami manusia sepanjang hidupnya.
Pemahaman terhadap perkembangan manusia bermanfaat bagi perencanaan, pengembangan dan
pengendalian kehidupan manusia, baik sebagai individu, sebagai anggota masyrakat dan sebagai
warga Negara kea rah yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih progresif.
Sejak lama issu-issu yang berkaitan dengan Nurture menjadi perhatian dari ahli-ahli pendidikan.
John Locke berpendapat bahwa anak lahir seperti kertas putih, yang akan menulisi kertas putih
tersebut adalah orang-orang disekitarnya. Teori ini dikenal dengan teori Tabularasa. Pandangan
John Locke menjadi insprisi bagi Watson yang mengembangkan teori pendidikannya dan
berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlop. Selanjutnya, Skinner mengembangkan
teori operant conditioning, untuk mengoreksi berbagai kelemahan yang ada pada percobaan-
percobaan sebelumnya. Hasil penelitian tersebut menimbulkan aliran behavioristik dalam
pendidikan.
Rousseau, adalah ahli pendidikan yang pertama kali menganjurkan bahwa alamlah yang
mendidik anak. Oleh sebab itu campur tangan orang tua dan orang dewasa tidak diperlukan
dalam pendidikan. Sesuai dengan perkembangannya yang bersifat almiah anak akan belajar dan
memperoleh berbagai pengalaman yang berguna dalam hidupnya. Pandangan Rousseau diiikuti
oleh para ahli pendidikan setelahnya seperti teori pendidikan yang dikembangkan oleh Hall dan
Gesell.
Para ahli pendidikan lainnya tidak bersepakat dengan Rousseau. Piaget, Vigitsky, Erikson, Ki
Hajar Dewantara meyakini bahwa perkembangan manusia yang dilakukan melalui proses
pendidikan perlu memperhatikan factor alami ang dimilki anak dan factor lingkungan yang
memberikan berbagai pengalaman pada anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk
menjadi manusia dewasa yang cerdas, kreatif dan bermoral serta religious.
3. Kontinu dan Diskontinu
Kontinu mengandung arti bahwa perkembangan berlangsung secara terus menerus dan berhenti
pada waktu pada manusia mati. Perkembangan ini berlangsung secara bertahap, dan kumulatif
artinya perkembangan sebelumnya menjadi dasar perkembangan yang akan datang. Diskontinu
berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada suatu fase tertentu akan berhenti. Seperti
perkembangan pada masa bayi atau infant akan berhenti setelah anak memasuki masa 2-3 tahun.
Dan perkembangan pada masa usia dini akan berhenti setelah anak memasuki masa anak.
Perkembangan pada masa anak akan berhenti setelah anak memasuki masa remaja.
4. Stabilitas dan Perubahan
Issu lain yang berkaitan dengan perkembangan manusia adalah stabilitas dan perubahan yang
berarti dalam tingkat tertentu ,anusia menjadi tua dan berbagai pengalaman yang diperoleh sejak
usia dini sampai tua menjadi struktur pengetahuan yang mencakup berbagai konsep, prinsip,
proposisi, dan teori serta berbagai keterampilan tentang prosedur, hidup, berkomunikasi, dll,
yang terorganisir secra teratur didalam memori yang disebut schemata. Schemata manusia ada
yang bersifat stabil dan dalam kestabilan tersebut schemata selalu berkembang dan diperluas
sejalan dengan pengalaman hidup manusia. Misalnya, pengetahuan tentang kucing bersifat stabil
dimanapun dan kapanpun kucing tetap kucing. Dalam kestabilan tersebut, pengetahuan tentang
kucing dapat dimodifikasi dan dikembangkan dalam berbagai bidang, misalnya, jenis-jenis
kucing, cara memelihara kucing, dan penyakit yang ditimbulkan kucing.
Sampaisaat inimasi diperdebatkan mana yang lebih dominan dalam perkembangan hidup
manusia stabilitas atau perubahan. Klaus Riegel (1977) mengemukakan bahwa perubahan
merupakan kunci dalam kehidupan manusia. Untuk memahami perkembangan manusia maka
perlu memahami hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dalam perkembangan manusia.
Riegel mengemukakan pertanyaan dalam apa individu terus berubah kerena perubahan
menyangkut berbagai factor yang menjadi pendorong dan penahan perkembangan. Oleh sebab
itu ia menyimpulkan bahwa perubahan manusia dalam bereaksi dan memebalas reaksi ditentukan
oleh kondisi yang berada disekitarnya. Sebagai contoh dapat dijelaskan tentang perkembangan
anak. Pada usia dini anak tergantung pada orang tuanya, setelah anak besar, ia tidak lagi
menggantungkan dari pada orang tuanya. Oleh sebab itu ketergantungan anak usia dini pada
orang tua merupakan suatu hal yang bersifat tetap stabil. Perubahan terjadi setelah ia besar yang
lebih memilih kehiduoan yang mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagi berikut:
1. Perkembangan anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu
yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan anak sejak lahir hingga usia delapan tahun,
perubahan yang tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu meliputi faktor herediter,
pengaruh kontekstual umum, pengaruh normatif dan normatif, dan pengaruh waktu:periode
sensitif atau kritis.
3. Aspek perkembangan anak usia dini meliputi: perkembangan fisik-motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan sosio emosional, perkembangan bahasa dan komunikasi, serta
perkembangan moral dan agama.
4. Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini antara lain: konsep kematangan, studi pola-pola,
dan beberapa prinsip perkembangan lainnya yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu jalinan
timbal balik, asimetri fungsional dan pengaturan diri.
5. Tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini adalah karena perkembangan
manusia bersifat unik, berlangsung dalam waktu panjang, dan bersifat kompleks.
6. Konsep umur dalam perkembangan anak usia dini dibagi menjadi umur kronologis, umur
psikologis, dan umur sosiologis.
7. Periode perkembangan anak usia dini meliputi periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal
anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa
perntengahan dewasa, dan masa akhir dewasa.
8. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dijelaskan meliputi proses
biologis, proses kognitif, dan sosial
B. Saran
Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon orangtua
sebaiknya memahami hakikat perkembangan anak usia dini agar dapat memberikan stimulasi
yang tepat pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya. Makalah
ini akan membantu para pembaca untuk memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Crain William. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Hastuti. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Tugu Publisher, 2011.
Hildayani, Rini. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Hurlock Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 1987
Hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan. Jakarta: Erlangga. 2004
Monks, Knoers, dan Haditono. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2006
Santoso,Soegeng. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Proyek Peningkatan Tenaga Akademik: April,
2004
Santrock. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 1. Jakarta: Erlangga 2002