Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi perkembangan

Perkembangan adalah perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis
dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses
aktif menjadi kontinu (Kartono, 1990).

Akan tetapi, Monk, dkk. (1989) Perkembangan lebih pada perubahan sifat-sifat khas mengenai gejala
psikologis yang menampak.

Perkembangan dianggap sebagai perubahan yang bersifat kualitatif dari fungsi-fungsi yang disebabkan
oleh adanya proses pertumbuhan materil dan belajar (Soemanto, 1983).

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang
bersifat kualitatif baik pada aspek fisik maupun psikis sebagai pengaruh dari proses pertumbuhan dan
belajar.

Perkembangan ( development ) adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah


yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth) berarti tahapan peningkatan sesuatau
dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah
tahapan perkembangan ( a stage of development ) ( McLeod, 1989 ).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1991 ), “ perkembangan ” adalah


perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ini berarti terbuka atau membentang ; menjadi besar , luas, dan banyak, serta
menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan
sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat
abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang
bersifat konkret.

Dalam Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of


Psychology ( 1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organism
lainnya, tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri organisme –
organisme tersebut.

Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian


perkembangan manusia sebagai berikut.

The progressive and continous change in the organism birth to death, perkembangan itu
merupakan perubahan yang progresif dan terus – menerus dalam diri organisme sejak
lahir hingga mati.

Growth, perkembangan itu berarti perubahan.


Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan
berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian – bagian yang bersifat jasmaniah
di dalam bagian – bagian yang fungsional.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Untuk lebih jelasnya, berikut ini penyusun paparkan aliran – aliran yang berhubungan
dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa.

1. Aliran Nativisme

Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu di
tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
apa – apa. Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak
akan pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh
mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya.

2. Aliran Empirisisme

Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah
bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank
tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime menganggap
setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan
bakat apa – apa.

Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu
politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman
belajar dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki
pengaruh yang besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal
ini, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan
tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.

3. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisime
dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan )
dengan lingkuanga sebagai faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman.
Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Faktor Genetika (Hereditas)


Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen”.

Faktor genetika adalah subtansi atau materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk.
Gen mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh,
warna kulit, dan sebagainya.

C. Periodesasi dan Ciri Perkembangan

Kehidupan manusia terbagi dalam tiga masa, yaitu masa prenatal, masa perinatal, dan masa post natal.
Masa prenatal adalah masa kehidupan janin dalam kandungan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
ibunya, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Masa perinatal adalah masa pada saat bayi dilahirkan,
apakah dia lahir secara normal, prosesnya sangat lama atau membutuhkan alat bantu untuk
melahirkannya atau mungkin harus operasi. Masa post natal adalah masa sejak bayi lahir hingga masa
lanjut usia.

Macam-macam Periodisasi Perkembangan

Periodisasi dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:[2]

1. Periodisasi yang berdasarkan biologis.

2. Periodisasi yang berdasarkan didaktis.

3. Periodisasi yang berdasarkan psikologis.

Barikut ini adalah maksud dan orientasi serta penjelasan dari masing-masing periodisasi.

1. Periodisasi Yang Berdasarkan Biologis

Yang dimaksud dengan Periodisasi berdasarkan biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan
pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Ada beberapa pendapat para ahli
tentang periodisasi ini, yaitu:
a. Pendapat Kretschmer

Kretschmer membagi perkembangan anak menjadi empat fase, yaitu:

1). Fullungsperiode I

Umur 0;0 – 3;0 tahun, pada masa ini dalam keadaan pendek, gemuk, bersikap terbuka, mudah bergaul
dan mudah didekati.

2). Streckungsperiode I

Umur 3;0 – 7;0 tahun, kondisi badan anak tampak langsing (tidak begitu gemuk) biasanya sikap anak
tertutup, sulit bergaul, juga sulit didekati.

3). Fullungsperiode II

Umur 7;0 – 13;0 tahun, keadan fisik anak kembali gemuk.

4). Streckungsperiode II

Umur 13;0 tahun, keadaan fisik anak kembali langsing.

b. Pendapat Aristoteles

Ia merumuskan perkembangan anak dengan tiga fase perkembangan, yakni:

5). Fase I

Umur 0,0 – 7;0 tahun disebut masa anak kecil, kegiatan anak waktu ini hanya bermain.

6). Fase II

Umur 7;0 – 14;0 tahun disebut masa anak atau masa sekolah dimana kegiatan anak mulai belajar di
sekolah dasar.

7). Fase III

Umur 14;0 – 21;0 tahun disebut masa remaja atau masa pubertas, masa ini adalah masa peralihan
(transisi) dari anak menjadi orang dewasa.

Pendapat ini dikategorikan pada periodisasi yang berdasarkan pada biologis karena Aristoteles
menunjukkan bahwa antara fase I dan fase II itu ditandai dengan adanya pergantian gigi, serta batas
antara fase II dengan fase III ditandai dengan mulai bekerjanya atau berfungsinya organ kelengkapan
kelamin, sebagai contohnya yaitu mulai aktifnya kelenjar kelamin.

c. Sigmund Freud

Ia membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase, yaitu:

Fase oral

Umur 0;0 – 1;0 tahun, masa ini mulut merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis.

Fase anal

Umur 1;0 – 3;0 tahun, dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran.

Fase falis

Umur 3;0 – 5;0 tahun, fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.

Fase latent

Umur 5;0 – 12/13;0 tahun, impuls-impuls cenderung untuk berada posisi tertekan.

Fase pubertas

Umur 12/13;0 – 20;0 tahun, fase ini impuls-impuls dorongan kembali menonjol.

Kegiatan ini jika dapat disublimasikan (oleh dasich) maka seorang anak akan sampai pada fase
kematangan.

Fase genital

Umur 20 tahun ke atas, seseorang telah sampai pada awal dewasa.

d. Jesse Feirrng Willams

Ia membagi perkembangan anak dengan:

1). Masa nursery dan kindergarten umur 0;0 – 6;0 tahun.

2). Masa cepat memperoleh kekuatan/tenaga umur 6;0 – 10;0 tahun.

3). Massa cepat berkembangnya tubuh umur 10;0 – 14;0 tahun.

4). Masa adolesen umur 14;0 – 19;0 tahun, masa perubahan pola dan kepentingaan kemampuan anak
dengan cepat.
2. Periodisasi yang Berdasarkan Didaktis

Yang dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan/ materi apa kiranya yang tepat diberikan
kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinkan metode yang
paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.[3]

Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini adalah anatara lain:

a. Johann Amos Comenius (Komennsky)

Penulis buku Didactica Magna serta Orbis Pictus ini membagi perkembangan anak sebagai berikut:

1). Scola Materna (sekolah ibu) usia 0;0 – 6;0 tahun, masa anak mengembangkan organ tubuh dan
panca indera di bawah asuhan ibu (keluarga).

2). Scole Vermacula (sekolah bahasa ibu) usia 6;0 – 12;0 tahun, mengembangkan pikiran, ingatan dan
perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu).

3). Scola latina (sekolah bahasa latin), masa anak mengembangkan potensinya terutama daya
intelektualnya dengan bahasa asing, pada usia 12;0 – 18;0 tahun.

4). Academica (akademi) adalah media pendidikan yang tepat bagi anak usia 18;0 – 24;0 tahun.

b. Jean Jacques Rousseau

Dengan karya terkenalnya Emile Eu du I’education (1762) yang di dalamnya termuat pembagian tahapan
perkembangan anak antara lain:[4]

1). Usia 0;0 – 2;0 tahun

Adalah masa asuhan.

2). Usia 2;0 – 12;0 tahun

Adalah masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indera.

3). Usia 12;0 – 15;0 tahun

Adalah masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas

4). Usia 15;0 – 20;0 tahun

Adalah masa pentingnya pendidikan serta pembentukan watak, kesusilaan juga pembinaan mental
agama.

c. Dr. Maria Montessori, ia membaginya dengan :[5]


5). Usia 1;0 – 7;0

Masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar melalui alat indera.

6). Usia 7;0 – 12;0

Masa abstrak, dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan
etisnya yang bersumber dari kata hatinya. Dia mulai tahu dengan kebutuhan orang lain.

7). Usia 12;0 – 18;0

Masa penemuan dini serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.

8). Usia 18;0 – 24;0

Masa pendidikan di perguruan tinggi, masa untuk melatih anak (mahasiswa) akan realitas kepentingan
dunia. Ia harus mampu berpikir secara jernih, jauh dari perbuatan tercela.

3. Periodisasi Berdasarkan Psikologis

Pada pembagian ini, para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi pada sudut
pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga
mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.

Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman yaitu Oswald Kroh, yang nantinya diikuti oleh
para ahli lainnya baik dari Jerman itu sendiri maupun negara-negara lain.

a. Pendapat Kroh antara lain diungkapkannya sebagai berikut:

Bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak itu berjalan secara evolutif. Dan pada umumnya proses
tersebut pada waktu tertentu mengalami kegoncangan (aktivitas revolusi). Masa kegoncangan ini oleh
Kroh ini disebutnya Trotz Periode dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua kali, yakni :
Trozt I sekitar usia 03/ 04 tahun. Trozt II sekitar usia 12 tahun bagi putri dan 13 tahun bagi putra.[6]

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

1). Dari lahir hingga Trozt periode I disebut maasa anak-anak awal (0;0 – 03;0/04;0 tahun)

2). Dari Trozt periode I hingga Trozt periode II disebut masa keserasian bersekolah (03;0/04;0 –
12;0/13;0 tahun).

3). Dari Trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan (12;0/13;0 – 21;0 tahun).

b. Charlotte Buhler dalam buku Psichologis der Puberteitsjaran, membagi perkembangan anak menjadi
5 fase, yakni:
Fase I (0;0 – 1;0)

Perkembangan sikap subjektif menuju obyektif.

Fase II (1;0 – 4;0)

Makin meluasnya hubungan dengan benda-benda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subjektif.

Fase III (4;0 – 8;0)

Masa memasukkan diri ke dalam masyarakat secara objektif, ada hubungan diri dengan lingkungan sosial
dan mulai menyadari akan kerja, tugas serta prestasi.

Fase IV (8;0 – 13;0)

Munculnya niat ke dunia objek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan
sekitarnya secara sadar.

Fase V (13;0 – 19;0)

Masa penuaan diri dan kematangan yakni synthesa sikap subjektif dan objektif.

Adalah pendapat PH. Kohnstamm dalam bukunya Persoon Leijkeid in Wording (1929) model pembagian
mencoba merangkum dari ketiga kelompok.

Pandangan yang telah disebutkan di muka itu disebutnya sebagai pembagian secara eclectis. Walaupun
tampak lebih berorientasi pada dasar psikologis, yaitu:

1). Usia 0;0 – 2;0 tahun disebut masa vital.

2). Usia 2;0 – 7;0 tahun disebut masa estetis.

3). Usia 7;0 – 12/13;0 tahun disebut masa perkembangan intelektual.

4). Usia 12/13;0 – 20;0 tahun disebut masa sosial.

Pembagian terakhir ini masih dapat diuraikan lagi menjadi:

1). Usia 12;0 – 14;0 tahun, masa pural.

2). Usia 14;0 – 15;0 tahun, masa prapubertas (awal remaja).

3). Usia 15;0 – 18;0 tahun, masa pubertas.

4). Usia 18;0 – 21;0 tahun, masa adolessence.


Disini tampak kemiripan dengan polanya Aristoteles (tinjauan secara biologis) dan polanya J.A.
commenius (tinjauan secara didaktis).

FASE-FASE PERKEMBANGAN

Pendapat para Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam di atas dapat digolongkan

dalam tiga bagian, yaitu:

1) Periodisasi yang berdasar biologis.

Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan

atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan

jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua

dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.

2) Periodisasi yang berdasar psikologis.

Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis ialah Oswald

Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa

perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan

keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya.
3) Periodisasi yang berdasar didaktis.

Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh

Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B.

Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup

sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung

sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai berikut:

1. Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)

Masa ini berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai

lahir kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa sebelu lahir ini terbagi dalam 3 priode;

yaitu:

a. Periode telur/zygote, yang berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.

b. Periode Embrio, dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
c. Periode Janin(fetus), dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.

2. Masa Bayi Baru Lahir (New Born).

Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari.

Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage)

artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.

Ciri perkembangan

Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :

1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ – organ tubuh)

dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi)

2. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai

dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke

realitas)

3. Lenyapnya tanda – tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus

(kelenjar anak – anak) seiring bertambahnya usia) aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik
kanak – kanak dan perilaku impulsif).

4. Diperolehnya tanda – tanda yang baru; tanda – tanda fisik (pergantian gigi dan karakter

seks pada usia remaja) tanda – tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang

pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis)

D. Perkembangan Menurut Perspektif Islam

Dalam islam, diyakini bahwa manusia hidup melalui empat alam, yaitu alam rahim, alam dunia, alam
barzah (kubur), dan alam akhirat. Selain itu, dalam islam juga diyakini bahwa proses perkembangan
manusia telah dimulai jauh sebelum terjadinya konsepsi, tepatnya pada saat calon orang tua
menentukan pasangan hidup atau jodohnya.

Sejalan dengan hal itu, periodesasi perkembangan manusia menurut islam terbagi menjadi tiga periode
(Mujib dan Mudzakir, 2002). Pertama, periode prankonsepsi, yaitu perkembangan manusia sebelum
terjadinya pembuahan ovum oleh sperma. Tugas perkembangan yang harus dilakukan calon orang tua
pada periode ini adalah: (1) mencari pasangan hidup yang baik, (2) segera menikah secara sah setelah
cukup umur, (3) membangun keluarga yang sakinah, dan (4) selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai
keturunan yang baik.

Kedua, periode pre-natal, yaitu perkembangan manusia yang dimulai setelah terjadinya konsepsi hingga
lahir. Periode ini terbagi lagi menjadi empat fase, yaitu: (a) fase nuthfah (zigot) yang dimulai sejak
konsepsi hingga usia kandungan 40 hari; (b) fase'alaqah (embrio), selama 40 hari berikutnya; (c) fase
mudghah (janin), selama 40 hari berikutnya; dan. (d) fase peniupan ruh kedalam janin setelah usia janin
mencapai empat bulan. Adapun tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan orang tua pada
periode ini adalah: (1) memelihara suasana psikologis yang damai dan tentram; (2) senantiasa
meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu; dan (3) berdoa kepada Allah Swt.

Ketiga, periode kelahiran sampai meninggal dunia. Periode ini terbagi menjadi enam fase, yaitu:

1. Fase Neo-natus, Yaitu dimulai dari kelahiran Sampai usia 1 bulan.


2. Fase Kanak-kanak (al-thifl), yaitu usia 1 bulan hingga 7 tahun.
3. Fase Tamyiz, yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar
dan yang salah.
4. Fase Baligh, yaitu fase dimana anak sudah mulai mencapai kedewasaan, terutama pada aspek biologis.
5. Fase kearifan dan kebijakan, yaitu fase dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan
kecerdasan emosiona,l moral, spiritual, dan agama secara mendalam.
6. Fase kematian, yaitu terbagi menjadi dua fase yaitu fase naza' dan fase Barzah yaitu fase dimana jasad
manusia dikubur dan kembali menjadi tanah sedang rohnya kembali ke alam arwah sampai datangnya
hari kiamat.
Keempat, periode alam akhirat, yang dimulai dari saat peniupan sangkakala dan kebangkitan ruh setelah
hari kiamat. periode ini terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu: (a) fase yawm ba'ats,, yaitu peniupan
sangkakala dan kebangkitan; (b) fase yawm al-basyr, yaitu manusia dikumpulkan di padang mahsyar; (c)
fase perhitungan amal dengan timbangan (mizam); (d) fase melewati titian (shirath), dan (e) fase masuk
surga atau neraka.

Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, dalam Islam juga diakui adanya
pengaruh faktor hereditas atau pembawaan yang diturunkan. Hal ini dinyatakan dalam salah satu hadis
Rasulullah Saw. Bahwa dalam memilih pasangan hidup atau jodoh harus memperhatikan 4 hal yaitu
harta, keturunan, kecantikan, dan agama. Kemudian dianjurkan agar lebih mempertimbangkan
agamanya agar kelak mencapai rumah tangga yang bahagia dan selamat dunia akhirat.

Anda mungkin juga menyukai