Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

PENELITIAN KUANTITATIF

PENGARUH FREKUENSI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA


TERHADAP HASIL BELAJAR

Dipersembahkan oleh:
Weebo

Kunjungi Website Weebo dan Subscribe Weebo di Youtube

dengan Mengeklik Link / Gambar di Bawah ini:

Website: Youtube:
TERM OF SERVICES, READMORE, AND RELATED LINKS

A. Terms of Services
1. Segala hak cipta penulisan skripsi ini adalah milik penulis asli skripsi. Weebo
hanya membagikan skripsi ini dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang
lain.
2. Sebagian besar skripsi yang diperoleh Weebo berasal dari internet yang dapat
dicari dengan mesin pencarian, kemudian diupload ulang oleh Weebo.
3. Silahkan subscribe youtube Weebo Corner dengan mengeklik link/gambar
pada halaman cover untuk mendukung program-program dari Weebo.
4. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

B. Readmore and Related Links


1. Tips dan Trik Menulis Skripsi Youtube Playlist
Playlist youtube yang berisi video pedoman penulisan skripsi, tips dan
trik penulisan skripsi, cara membuat judul skripsi penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan penelitian tindakan kelas, dan lain sebagainya.
2. Ide Proposal Skripsi
Blog yang berisi artikel panduan cara menulis skripsi, contoh judul
skripsi, download contoh skripsi penelitian kualitatif, kuantitatif, dan penelitian
tindakan kelas, dan lain sebagainya. Contoh artikel:
a. Panduan Cara Menyusun Skripsi dari Awal sampai Akhir
b. Contoh Judul Penelitian Kualitatif Terbaik dan Terlengkap
c. Contoh Judul Penelitian Kuantitatif Terbaik dan Terlengkap
d. Contoh Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Terbaik dan Terlengkap
e. Download Proposal Skripsi dan Skripsi Penelitian Kualitatif
f. Download Proposal Skripsi dan Skripsi Penelitian Kuantitatif
g. Download Proposal Skripsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
h. Ejaan dan Tanda Baca dalam Penulisan Karya Ilmiah
i. Cara Penulisan Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah
j. Dan lain sebagainya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat


manusia yang berlangsung seumur hidup, dilaksanakan dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat, dan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pada zaman modern sekarang ini banyak terjadi perubahan hampir


disegala aspek kehidupan manusia khususnya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan adanya
sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat diperoleh melalui
pendidikan.

Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara


formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Pendidikan nasional
mempunyai fungsi sebagimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 3
yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung jawab.

Dalam memperoleh hasil belajar, terdapat faktor-faktor yang


mempengaruhi baik itu faktor dari dalam maupun faktor dari luar individu. Faktor
dari dalam diri siswa dapat berupa kebiasaan siswa dalam belajar atau frekuensi
siswa dalam belajar. Frekuensi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa salah satunya berupa
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah keadaan disekitar anak,
baik itu berupa lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan
pendidikan pertama bagi anak yaitu keluarga. Komunikasi antara orang tua dan
anak sangatlah penting dalam pembentukan moral anak. Dengan demikian orang
tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan sang anak. Peran orang tua
terhadap anak berbeda-beda antara keluarga yang satu dengan yang lainnya. Ada
orang tua yang sangat perhatian terhadap anaknya namun ada pula orang tua yang
kurang perhatian terhadap sang anak.

Dalam proses belajar mengajar, tanpa adaya keaktifan anak dalam belajar
tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sering dijumpai pada individu yang
malas belajar jika tidak ada ulangan atau jika tidak ada tugas dari sekolah. Hal ini
tampak terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Demikian pula
apabila anak kurang mendapat perhatian dari orang tua anakpun tidak akan
mendapatkan hasil yang maksimal. Karena perhatian dari orang tua ini berfungsi
memberikan rangsangan kepada anak agar anak dapat termotivasi untuk giat
dalam belajar. Dengan dasar inilah penulis memilih SD di Kecamatan Pituruh
sebagai objek penelitian yang mana di Kecamatan tersebut terdapat beberapa
anak yang memperoleh hasil belajar yang rendah dalam mata pelajaran
matematika karena kurangnya perhatian dari orang tua dan frekuensi belajar anak.
Berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang:
“PENGARUH FREKUENSI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE
KECAMATAN PITURUH”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah ada pengaruh frekuensi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas V SD se Kecamatan Pituruh?
2. Apakah ada pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas V SD se Kecamatan Pituruh?
3. Apakah ada pengaruh frekuensi belajar dan perhatian orang tua secara
bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD se
Kecamatan Pituruh?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh frekuensi belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas V SD se Kecamatan Pituruh.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas V SD se Kecamatan Pituruh.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara frekuensi belajar dan
perhatian orang tua secara bersama-sama tehadap hasil belajar matematika
siswa kelas IV SD se Kecamatan Pituruh.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua
macam, yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teroritis.

1. Manfaat Secara Teoretis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
maupun sebagai masukan bagi peneliti berikutnya serta pada lembaga-lembaga
pendidikan dalam meningkatkan efektivitas sistem belajar mengajar di sekolah.

2. Manfaat Secara Praktis


a. Bagi siswa kelas V SD se Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo tahun
ajaran 2011/ 2012 supaya dapat meningkatkan frekuensi belajar sehingga hasil
belajar matematika siswa dapat meningkat.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru SD dalam pelajaran untuk lebih
mengefektifkan kegiatan proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V

a. Karakteristik Siswa Kelas V

Untuk siswa kelas V SD termasuk dalam fase yang kedua, yaitu masa
kelas tinggi sekolah dasar. Basset, Jacka, dan Logan (dalam Mulyani Sumantri
dan Johar Permana, 2001:11) menyatakan bahwa karakteristik anak usia SD
sebagai berikut :

a. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia
sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
b. Senang bermain dan lebih suka bergembira riang.
c. Suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi situasi
dan mencoba hal baru.
d. Terdorong untuk berprestasi dan tidak suka dengan kegagalan.
e. Belajar secara efektif ketika mereka puas dengan situasi yang terjadi.

Munandar (dalam Hurlock, 1998 : 1) menyatakan bahwa masa usia


dasar dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu yang pertama : masa kelas rendah
sekolah dasar usia 6 sampai 9 tahun dan yang kedua : masa kelas tinggi sekolah
dasar usia 10 sampai 12 atau 13 tahun.

Seperti di jelaskan (dalam Massofa 2008) bahwa karakteristik anak SD


mempunyai beberapa tahapan perkembangan yaitu:
1) Perkembangan Intelektual dan Emosional
a) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai
faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan
dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan
intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak
memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
b) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan
orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan
emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik
dan bangsa.
c) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali
bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosional anak.
d) Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran
orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang
sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan
stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali
mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak
disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri
dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai
pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas dalam masyarakat.
2). Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 - 5 bulan. Orang tua yang
bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang
sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan
mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi
setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua
membimbing anaknya.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal, yaitu: (a) kematangan
alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh
oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f)
bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga
terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng,
(b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b)
sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan
sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat
mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku
orang lain.
3. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
a) Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan
bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam
masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi
anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan
memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila
berbuat atau berperilaku yang positif.
b) Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak,
yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan
dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih
positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c) Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b)
memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d)
memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
d) Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten,
(c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi
anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f)
sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang
tepat.
b. Pengertian Matematika
1) Pengertian Matematika
Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para
matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu. Untuk mendeskripsikan
definisi kata matematika para matematikawan belum pernah mencapai kata
sepakat yang “sempurna”. Untuk dapat memahami hakikatnya matematika itu,
kita dapat memperhatikan pengertian beberapa para ahli.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yang artinya mempelajari,


namun kata itu diduga memiliki kaitan yang erat dengan kata sansekerta yaitu
medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan atau intelegensi (Andi
Hakim Nasution, 1980:12)

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa


matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.

Menurut James dan James (1976) dalam kamus matematikanya


mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu
aljabar, analisis, dan geometri.

Ruseffendi (1989:23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasi


dari unsur-unsur yang tidak dapat didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-
aksioma, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.

Menurut Sumardyono mengemukakan secara umum definisi matematika


dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya :

a). Matematika sebagai struktur yang terorganisir


Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah
struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/ postulat,
pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma
(teorema pengantar / kecil) dan corolly/sifat)

b). Matematika sebagai alat (tool)

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi


pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c). Matematika sebagai pola pikir deduktif

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif,


artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima
kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

d). Matematika sebagai cara bernalar (the way of thingking)

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak


karena beberapa hal, seperti matematika membuat cara pembuktian yang
sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran
matematika yang sistematis.

e). Matematika sebagai bahasa artifisial

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa


matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang harus memiliki
arti bila dikenakan pada suatu konteks.

Berdasarkan pernyataan dari para ahli matematika di atas dapat dikatakan


bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal
itu. Untuk dapat memahami struktur yang terdapat dalam matematika,
penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini
berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam
bahan-bahan yang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan
struktur tersebut.

2) Tujuan dan Sasaran Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar


Tujuan pengajaran matematika di SD meliputi empat hal, yaitu :

a). menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung


(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

b). menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan melalui


kegiatan matematika

c). memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut
di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)

c). Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Sedangkan pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai sasaran sebagai


berikut :

a). Pembentukan keterampilan menerapkan matematika dalam kehidupan


sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu lain.

b). Penataan nalar yang logis dan normal.

c). Pembentukan sikap kritis, cermat dan jujur.

3) Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika di SD


Karakteristik pembelajaran matematika di SD adalah sebagai berikut :

(1). Pembelajaran matematika dilaksanakan berjenjang

a). dimulai dari konsep sederhana bergerak menuju konsep yang lebih
sukar

b). Berawal dari hal konkret, beralih dari semi abstrak dan berakhir pada
abstrak
(2). Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.

a). konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkan pada konsep yang


telah dipahami

b). konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep


sebelumnya.

Jika melihat karakteristik pembelajaran matematika di atas maka dalam


mempelajari matematika SD kita mengenal dua macam pengetahuan yaitu
pengetahuan konseptual dan prosedural.

c. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Winkel belajar adalah semua aktivitas mental dan psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Beberapa ahli memberi
batasan yang berbeda tentang istilah belajar Belajar merupakan peranan yang
penting dalam proses pengajaran. Cronbach (dalam Yatim Riyanto 2009: 5)
menyatakan bahwa belajar perubahan perilakulaku sebagai hasil pengalaman.
Menurut Muhibbin Syah (2006: 88), “belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan”. Menurut Sardiman A. M. (2009: 20) mengemukakan
bahwa belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
keperkembangan pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kegiatan seutuhnya.
Menurut Ernest R.Hilgard dalam ( Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar
adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.
Kingslei (dalam Abu Ahmadi 2004: 126) mengemukakan belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek. Whitaker
(dalam Abu Ahmadi 2004: 126) mendefinisikan bahwa belajar sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi di
lingkungannya.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya belajar adalah usaha secara sadar
yang dilakukan individu yang melibatkan aktivitas mental dan psikis untuk
memahami sesuatu melalui berbagai prosedur latihan dan pengalaman sehingga
menghasilkan kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian dan pengertian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya
mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak berkat
adanya pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar meliputi perubahan terjadi secara sadar.
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar.
Penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan belajar dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai
kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian pengertian hasil belajar adalah Sesuatu yang diadakan


atau dibuat yang dilakukan individu untuk memahami sesuatu melalui berbagai
prosedur latihan dan pengalaman sehingga menghasilkan kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian dan pengertian.

Sudjana (dalam Padmono, 2002:37 ) menyatakan hasil belajar adalah


kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Dengan demikian hasil menunjukkan perubahan dari sebelum menerima
pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.

Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang menunjukkan perubahan


dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar menunjukkan perubahan yang berupa penambahan,
peningkatan dan penyempurnaan perilaku.

Moh. Surya, 1997mengemukakan bahwa hasil belajar akan nampak dalam :

1. Kebiasaan.
2. Keterampilan.
3. Pengamatan.
4. Berfikir asosiatif.
5. Berfikir rasional dan kritis.
6. Sikap.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Operasi (menghargai karya-karya yang bermutu).
Sesuatu disebut hasil belajar apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
menjadi tingkah laku yang lebih baik dan ada juga perubahan yang lebih
buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang diakibatkan
adanya latihan atau pengalaman.
3) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek seperti: kepribadian, fisik dam psikis. Termasuk juga
perubahan pengertian, berfikir, ketrampilan, kecakapan dan kebiasaan atau
sikap.
Bardasarkan landasan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar Matematika Kelas V adalah sesuatu yang dibuat atau diusahakan yang
dicapai seseorang dalam usaha belajar suatu ilmu yang mempelajari konsep dan
struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang dipelajari, serta mencari
hubungan di antara konsep dan struktur tersebut yang disesuai dengan
karakteristik siswa kelas V.
2. Frekuensi Belajar

Manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan belajar. Dalam belajar,
setiap manusia memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan
tersebut dapat dikategorikan ke dalam kategori sering, kadang-kadang, dan tidak
pernah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia frekuensi memiliki arti
kekerapan: denyut jantungnya tidak normal; 2 Ling jumlah pemakaian suatu unsur
bahasa dalam suatu teks atau rekaman; 3 Ling jumlah getaran gelombang suara
per detik; 4 Kom jumlah getaran gelombang elektrik per detik pada gelombang
elektromagnetik.
Menurut Wikipedia kata “frekuensi” yang dalam bahasa Inggrisnya adalah
frequency berarti: “kekerapan”, “keseimbangan”, “keseringan”, atau “jarang-
kerap”. Dalam hal ini frekuensi juga dapat diartikan ukuran putaran ulang per
peristiwa dalam selang waktu yang diberikan
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi adalah
suatu kekerapan atau keseringan dalam melakukan sesuatu atau peristiwa.
Jadi frekuensi belajar adalah kegiatan atau usaha sadar yang dilakukan
secara rutin atau teratur untuk mencapai tujuan yang diinginkan sehingga
mendapatkan kemampuan baru dan terjadi perubahan baik dalam hal
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap (perilaku).

3. Perhatian Orang Tua


1) Pengertian Perhatian Orang Tua
Kartini Kartono menyatakan bahwa perhatian itu merupakan reaksi umum
dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya
konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap suatu objek.
Bimo Walgito mengemukakan bahwa perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu
atau sekumpulan objek. Sedangkan Perhatian menurut Sumadi Suryabrata adalah
“pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek”.
Dari beberapa pengertian perhatian menurut para pakar tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan atau kesadaran jiwa yang
diarahkan kepada sesuatu objek tertentu yang memberikan rangsangan kepada
individu sehingga ia hanya memperdulikan objek yang merangsang itu. Dari
pengertian ini, maka perhatian orang tua dapat diartikan sebagai kesadaran jiwa
orang tua untuk memperdulikan anaknya terutama dalam hal memberikan dan
memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosional maupun material.
2) Bentuk Perhatian Orang Tua Terhadap Belajar Anak
Perhatian orang tua terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah
diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua
terhadap aktivitas balajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya
sebagai pelajar dan penuntut ilmu. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar
anak dapat berupa pemberian bimbungan dan nasihat, pengawasan terhadap
belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan
belajar anak.
a). Pemberian Bimbingan dan Nasihat
H.M Arifin dan Etty Kartikawati dengan mengutip pendapat Ketut
Sukardi menyebutkan bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada individu
dalam menentukan pilihan dan mengadakan penyesuaian secara logis dan nalar.
Menurut Oemar Hamalik dengan mengutip pendapat Stikes dan
Dorey, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk menolong
individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan
memecahkan masalah-masalahnya. Kemudian ia juga mengutip pendapat Stoops,
yang menyatakan bimbingan adalah “suatu proses yang terus menerus untuk
membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.”
Dari beberapa definisi di atas, jika dikaitkan dengan bimbingan orang
tua terhadap anak bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan orang tua
kepada anaknya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan
bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan
pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang
berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu
yang potensial.
Bentuk hukuman yang dapat diberikan pada anak adalah di antaranya:

(1). Restitusi yaitu anak untuk mengerjakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

(2). Deprivasi yaitu mencabut atau menghentikan sesuatu yang disenangi anak.

(3). Membebani dengan sesuatu yang menyakitkan atau menyedihkan.

b). Pengawasan Terhadap Belajar

Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi


semua kegiatan atu aktivitas anak yang dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa
adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan pendidikan
anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua dimaksudkan sebagai
penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai. Pengawasan orang
tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. dengan
cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran
atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan
aktivitas belajarnya, dan lain sebagainya.

c). Pemberian Motivasi dan Penghargaan

Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua
hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi
belajar bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga
berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut
memiliki hasil yang bagus hendaknya orang tua menasihati anaknya untuk
meningkatkan frekuensi belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar anak
hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah
minat belajar bagi anak itu sendiri. Namun apabila hasil belajar anak itu jelek atau
kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau
dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.

B. Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Frekuensi Belajar dan Perhatian


Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika siswa kelas V SD di Kecamatan
Pituruh ,didapatkan hasil bahwa ada pengaruh positif antara Frekuensi Belajar
dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
di Kecamatan Pituruh. Hasil penelitian tersebut, dapat di jadikan bahan masukan
bagi penelitian ini.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari


penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, obsrvasi dan telah kepustakaan,
Anggoro (2008). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka
disusunlah kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Pengaruh Frekuensi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa


Kelas V SD Se Kecamatan Pituruh.

Frekuensi belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam


meningkatkan hasil belajar anak khususnya dalam meningkatkan hasil belajar
Matematika. Frekuensi belajar menunjukkan suatu usaha yang dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara rutin atau teratur
sehingga mendapatkan kemampuan baru dan terjadi perubahan baik dalam hal
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap (perilaku). Peningkatan
hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi belajar.
Semakin tinggi frekuensi belajar Matematika, maka hasil belajar siswa akan
meningkat dan sebaliknya apabila frekuensi belajar Matematika siswa rendah
hasil belajar Matematika yang diperolehpun rendah. Pantas diduga bahwa
semakin tinggi frekuensi belajar siswa maka hasil belajar Matematika pun juga
akan meningkat, karena dengan frekuensi belajar yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar anak.

2. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Matematika


Siswa Kelas V SD Se Kecamatan Pituruh.

Perhatian orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


keberhasilan belajar siswa Selain faktor frekuensi belajar, proses belajar siswa
juga dipengaruhi oleh perhatian dari orang tua. Perhatian orang tua dapat
mempengaruhi tinggi atau rendahnya hasil belajar Matematika. Karena hal ini
sangat penting terhadap kegiatan belajar anak terutama kegiatan belajar yang
dilakukan anak sehari-hari. Pantas diduga bahwa semakin tinggi perhatian dari
orang tua dapat meningkatkan hasil belajar Matematika, hal ini dikarenakan
perhatian orang tua berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

3. Pengaruh Frekuensi Belajar dan Perhatian Orang Tua Secara Bersama-


sama Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
Se Kecamatan Pituruh.

Frekuensi belajar siswa dikategorikan ke dalam kategori sering, kadang-


kadang, dan tidak pernah. Frekuensi belajar merupakan usaha yang dilakukan
siswa dalam kegiatan belajar. Frekuensi belajar ini mempengaruhi siswa dalam
hasil belajar yang diperoleh. Kegiatan belajar apabila dilakukan secara rutin
(sering) maka hasil belajar yang diperoleh akan baik pula. Sedangkan orang tua
yang sangat perhatian terhadap kegiatan belajar anak akan mampu memberikan
rangsangan kepada anak untuk memperoleh hasil belajar matematika yang
maksimal. Besar kemungkinan apabila frekuensi belajar anak dan perhatian orang
tua tinggi dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Pantas diduga bahwa
semakin tinggi frekuensi belajar dan perhatian orang tua, maka akan semakin
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.

D.Perumusan Hipotesis
Menurut Moh. Nazir (2005: 182), “hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara
empiris sehingga hipotesis merupakan pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja”.
Berdasarkan landasan teori maupun kerangka pemikiran yang telah di-
kemukakan dalam penelitian ini, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh frekuensi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas V SD Se Kecamatan Pituruh.
2. Terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas V SD Se Kecamatan Pituruh.
3. Terdapat pengaruh antara frekuensi belajar dan perhatian orang tua secara
bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Se Kecamatan Pituruh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Pituruh
wilayah Kabupaten Purworejo. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa sekolah
yang berada di wilayah kerja UPT Dikpora Unit Kecamatan Pituruh Kabupaten
Purworejo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Oktober
2011 sampai dengan bulan Februari 2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
kemudian dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2009: 80).
1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri se


Kecamatan Pituruh. Dalam rangka menjaga kesamaan karakteristik dari responden
penelitian maka peneliti menentukan kriteria karakteristik responden sebagai
berikut: (1) Siswa tersebut terdaftar sebagai siswa SD Negeri di Kecamatan
Pituruh, (2) Masih aktif duduk di kelas V.
2. Sampling
Sutrisno Hadi (2004: 93) menyebutnya area propability sample, yaitu
pengambilan sampel dengan cara membagi daerah-daerah, populasi ke dalam sub-
sub daerah, dan dari sub-sub daerah ini dibagi-dibagi lagi ke dalam daerah-daerah
yang lebih kecil. Suharsimi Arikunto (2006: 97) melaporkan bahwa teknik
sampling ini disebut juga dengan sampling daerah atau sampling wilayah.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah multi stages
random sampling dengan mempertimbangkan keterwakilan dari daerah-daerah
geografis yang ada.
C. Rancangan Penelitian
Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan
struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Dalam
penelitian ini, digunakan rancangan penelitian faktorial 2 x 3 untuk mengetahui
pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat (Anava 2 jalur).
Frekuensi Belajar Tinggi Sedang Rendah ∑
A1 A2 A3

Perhatian Orang Tua


Tinggi (B1) A1 B1 A2 B1 A3 B1
Rendah (B2) A1 B2 A2 B2 A3 B2

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik angket dan teknik tes. Instrumennya berupa lembar tes dan
lembar angket.
1. Teknik Tes

Padmono (2002:35) mengatakan bahwa Tes adalah serangkaian


pertanyaan atau tugas yang harus direspon oleh testee sehingga menunjukkan
karakteristik pada aspek tertentu. Untuk mengukur hasil belajar Matematika di SD
Negeri se Kecamatan Pituruh menggunakan instrumen yang digunakan adalah Tes
hasil belajar Matematika.

2. Angket/ kuesioner
Menurut Sugiyono (2009: 142), “kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Responden merupakan
orang yang mampu dan bersedia memberikan informasi sehingga data yang
diperoleh dapat dipercaya sebagai data yang obyektif. Angket sebagai alat
pengumpul data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada
subyek atau responden penelitian. Daftar pertanyaan yang disampaikan adalah
untuk memperoleh informasi dari responden tentang dirinya sendiri yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:236) “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengambil data dari kedua kelas yang
terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen yang berupa nilai raport kelas
V semester I tahun ajaran 2010/2011 mata pelajaran Matematika. Data ini
digunakan untuk uji keseimbangan guna mengetahui apakah kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen tersebut dalam keadaan seimbang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk
tes. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tes yang telah
disusun memenuhi syarat – syarat instrumen yang baik. Syarat – syarat tersebut
antara lain sebagai berikut:
Analisis instrument

Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen


tersebut harus benar-benar sudah teruji kehandalannya. Validitas dan reliabilitas
merupakan dua persyaratan pokok yang harus diuji coba peneliti terhadap
instrumennya (Suharsimi Arikunto, 2006: 167).

1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan empat alternatif jawaban
terdiri dari 30 butir soal.
a) Uji Konsistensi Internal
Konsistensi masing – masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor –
skor butir soal dengan skor totalnya. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah instrumen tes yang telah dibuat benar – benar konsisten artinya
instrumen tersebut memiliki daya pembeda yang dapat membedakan antara
anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai. Untuk menghitung
konsistensi internal untuk tiap butir soal ke-i digunakan rumus korelasi
produk momen dari Karl Pearson sebagai berikut:

 X Y 
n  XY -
n X -  X n Y -  Y 
rXY =
2 2 2 2

keterangan :

rXY = indeks validitas/koefisien korelasi suatu butir tes


n = cacah subyek
X = skor butir item tertentu
Y = skor total
Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i
kurang dari 0,3 maka butir soal harus dibuang.

b) Uji reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan
pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang
berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau
pada waktu yang berlainan Menurut Budiyono (2003: 65).

Dalam penelitian ini tes hasil belajar yang penulis gunakan adalah tes
obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah
atau tidak menjawab diberi skor 0.
Sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan rumus
Kuder-Richardson dengan KR-20, yaitu :

 n  St -  pi q i 
2

r11 =  
 n - 1  
2
St 

dengan :
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
St2 = variansi total
pi = proporsi subyek yang menjawab benar butir ke-i
qi = 1 – pi

Sebuah instrumen dianggap baik atau dapat digunakan dalam kaitannya


dengan uji reliabilitas jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7 atau r11 > 0,7.

c) Validitas isi
Untuk instrumen ini, supaya tes mempunyai validitas isi, harus
diperhatikan hal – hal berikut:

1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran


tercapai ditinjau dari materi yang telah diajarkan.
2) Penekanan materi yang akan diujikan harus seimbang dengan penekanan
materi yang telah diajarkan.
3) Materi pelajaran untuk menjawab soal – soal ujian sudah pernah
dipelajari dan dapat dipahami oleh testi.

Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi, biasanya


penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts judgment).
d) Tingkat kesukaran
Jika soal memiliki tingkat kesukaran seimbang maka dapat dikatakan
bahwa tes tersebut baik. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat
kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
B
P 
JS
dengan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran dapat digunakan tolok
ukur sebagai berikut :

Jika 0,00  P < 0,30 : soal sukar


Jika 0,30  P  0,70 : soal sedang
Jika 0,70 < P  1 : soal mudah
Suatu butir soal dianggap baik jika indeks kesukarannya bernilai
0,30P0,70.

e) Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa pandai dan siswa
yang kurang pandai. Rumus untuk mencari daya pembeda suatu soal adalah :

Ba B
D  b
Ja Jb

dengan:
D = daya pembeda soal
Ja = banyaknya peserta kelompok atas
Jb = banyaknya peserta kelompok bawah
Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar

Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah skor dari
seluruh siswa diurutkan mulai dari skor teratas sampai skor terendah,
kemudian dibagi 2, yaitu 50% skor teratas menjadi kelompok atas dan sisanya
menjadi kelompok bawah.

Adapun klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:


D : 0,00 – 0,20 : jelek
D : 0,20 – 0,40 : cukup
D : 0,40 – 0,70 : baik
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali
D<0, semuanya tidak baik, jadi semua butir yang mempunyai nilai D negatif
sebaiknya tidak dipakai.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian. Seperti dijelaskan dalam Karlinger (2006 :217)
Analisis berarti kategorisasi, penataan, manipulasi, dan peringkasan data untuk
memperoleh jawab bagi pertanyaan penelitian. Kegunaan analisis ialah
mereduksikan data menjadi perwujudan yang dapat dipahami dan ditafsir dengan
cara tertentu hingga relasi masalah penelitian dapat ditelaah setelah diuji.

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data


untuk pengujiapn hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis
data menuntut uji persyaratan analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf signifikansi :  = 0,05
c. Statistik Uji
L = Maks F z i   S z i 

dengan:
xi  x
zi = , (s = standar deviasi)
s
F(zi) = P (Zzi);
Z  N(0,1);
S(zi) = proporsi cacah Z  zi terhadap seluruh zi
d. Daerah kritik
DK = {L L>L;n}dengan n adalah ukuran sampel.
Untuk beberapa  dan n, nilai L;n dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji
Lilliefors.
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika harga statistik uji berada di daerah kritik.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai
variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett
dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut:

Hipotesis
H0 : 12 = 22 = ... k2 (populasi-populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)
a. Taraf signifikansi :  = 0,05
b. Statistik Uji
χ2 
2.203
c
f logRKG   f j log s j
2

dengan 2  2(k-1)
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N-k
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj –1, dengan j = 1, 2, 3,...,k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
1  1 1 
c=1+
3k  1 
  
fj  fj


 SS  X  2

X   n  1s j
j 2 j 2
RKG = ; SSj =
f
j j
j nj

c. Daerah kritik
DK = {2 22;k-1}Untuk beberapa  dan (k-1), nilai 2;k-1dapat dilihat
pada tabel nilai chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).

d. Keputusan Uji
H0 ditolak jika harga statistik uji berada di daerah kritik.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto,M.Pd. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan


Pendidikan. Surakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan R&D.Bandung:Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta.

Prof.Dr.Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumadi Suryabrata. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.

Soekamto, Toeti. 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta:


Universtas terbuka.

Padmono, Evaluasi dan Pengarajaran. Surakarta: FKIP UNS.

Suharsimi Arikunto. 2007. Manjamen Penelitian. Yogyakarta:Rineka Cipta.

(http://www.scribd.com/doc/12606904/PENGARUH-PERHATIAN-ORANG-TUA-
KONSEP-DIRI-DAN-KEMANDIRIAN-BELAJAR-TERHADAP-
PRESTASI-BELAJAR diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

Pengertian Belajar. Diakses dari http:// husniabdillah.multiply.com/journal/item/8. pada


tanggal 13 Oktober 2011.

Definisi Matematika. Diakses dari http://id.Wikipedia.org/Wiki/Matematika yang diakses


pada tanggal 13 Oktober 2011.

Pengertian Mengajar. Diakses dari http: //rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.


html

Anda mungkin juga menyukai