Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP

KEBUDAYAAN DAN BAHASA

KERTAS KARYA
DIKERJAKAN

O
L
E
H
JENI KHAIRIAH

Nim: 062204016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN

2009

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP
KEBUDAYAAN DAN BAHASA

Kertas Karya
dikerjakan oleh

Jeni Khairiah
062204016

Pembimbing

Drs.Ridwan Azhar,M.Hum
NIP 131124058

Kertas Karya ini diajukan kepada ketua departemen pariwisata


program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan
melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan diploma III
dalam program studi pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR
PROGRAM D-III PARIWISATA
DALAM BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA
MEDAN
2009

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
DISETUJUI OLEH:

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

MEDAN,MARET 2009
PROGRAM STUDI PARIWISATA
KETUA,

DRS. RIDWAN AZHAR, M.Hum


NIP 131124058

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Pengesahan

Diterima oleh :
Panitia Ujian program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya
Fakultas Sastra

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya


Fakultas Satsra
Universitas Sumatera Utara
Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D


NIP 132098531

Panitia ujian:
No. Nama Keterangan Tanda Tangan

1. Drs.Ridwan Azhar, M.Hum. (Ketua Jurusan)

2. Drs. Mukhtar Majid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan)

3. Drs. Ridwan Azhar ,M.Hum (Pembimbing)

4. Drs.Parlaungan Ritonga,M.Hum (Dosen pembaca)

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik dan

tepat waktu.

Kertas karya ini berjudul Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap

Kebudayaan dan Bahasa.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belumlah sempurna, baik isi

maupun sistematikannya oleh karena terbatasnya bacaan dan kemampuan yang

penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan

kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan kertas karya ini,

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis menerima bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materil demi terwujudnya kertas

karya ini, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumayera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

i Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap
USU Repository 2009
3. Bapak Drs.Parlaungan Ritonga M.Hum.selaku dosen pembaca yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Kepada para staf pengajar yang telah banyak membantu dan membimbing

dalam proses belajar- mengajar di bidang pariwisata.

5. Buat kedua orang tua yang telah banyak mendukung, membimbing,dan

mendidik serta membesarkan ananda dengan penuh rasa sabar, perhatian dan

kasih saying.Tanpa ayah dan bunda penulis tidak akan bisa seperti sekarang ini.

6. Buat kakak-kakak dan abang yang telah banyak mendukung dan membantu

penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

7. Buat keponakanku Alif, Rifky dan Fadlan yang lucu-lucu dan imut, I Love U.

8. BuatKeluargaQ: KRotua (KRo), Lusianna(sehat), Florence (Dombat),Linda

(Lindong/Benget),Oktri (maniez),Friska (Pipis/Iting) dan Leony(Once) yang

selalu buat suasana menjadi rame dan menyenangkan, dan semoga persahabatan

kita abadi selamanya,dan kalian memang is the best,I MISS U ALL and I Love

U all.

9. Buat anak-anak UW(Usaha Wisata) 06 yang keren dan Gokil abis, makasih ya

semuanya atas partisipasi dan kerja samanya.Tetap Semangat.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009 ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIiii

ABSTRAK..vii

BAB I:PANDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan judul....... 1

1.2 Pembatasan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan. 2

1.4 Metode Penulisan.... 3

1.5 Sistematika Penulisan. 3

BAB II: URAIAN TEORITIS PARIWISATA,KEBUDAYAAN DAN BAHASA

2.1 PengertianPariwisata. 5

2.2 Jenis Pariwisata. 7

2.3 Pengertian Kebudayaan 11

2.4 Pengertian Bahasa. 13

BAB III:GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN DAN BAHASA

3.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan. 15

3.2 Hubungan Kebudayaan dan Bahasa.. 16


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
3.3 Sifat dan Wujud Kebudayaan. 18

3.4 Fungsi Bahasa 23

3.4.1 Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan .. 23

3.4.2 Fungsi Bahasa dalam Masyarakat 24

3.4.3 Fungsi Bahasa Perorangan.. 25

3.5 Manfaat Bahasa Tambahan 26

3.6 Sejarah Perkembangan Bahasa 28

3.6.1 Melayu Kuno 29

3.6.2 Melayu Klasik.. 31

3.6.3 Bahasa Indonesia. 31

BAB IV : PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA


TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA

4.1 Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan dan


Bahasa. 42

4.1.1 Dampak Positif.. 42

4.1.2 Dampak Negatif. 43

4.2 Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Bahasa 44

4.2.1 Dampak Positif 44

4.2.2 Dampak Negatif.. 45

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
4.3 Usaha Mengatasi Pengaruh Pariwisata terhadap Kebudayaan dan

dan Bahasa.. 46

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa . 50

BAB V:PENUTUP

5.1 Kesimpulan 55

5.2 Saran. 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009

v
ABSTRAK

Pariwisata merupakan satu usaha yang mengalami perkembangan yang sangat


pesat.Perkembangan pariwisata akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat setempat, yaitu dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik itu
sosial, ekonomi, budaya, religi,bahasa dan juga lingkungan.Luasnya pengaruh
perkembangan pariwisata terhadap aspek kehidupan dapat dikaji secara mandiri.

Disamping itu, pariwisata juga berperan besar dalam perluasan lapangan


kerja, mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang, memperkenalkan keindahan
alam dan budaya yang tak terlepas dari rasa untuk meningkatkan persaudaraan dalam
lingkungan nasional dan internasional.

KeyWord:Perkembangan,Pariwisata,Kebudayaan dan Bahasa

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009 vi
BAB I
PENDAHULUAN

1. Alasan Pemilihan Judul

Kebudayaan merupakan suatu yang sangat penting bagi perkembangan

pariwisata.Dengan berkembangnya pariwisata diharapkan semakin baik pula

kehidupan masyarakat kedepannya dan perkembangan pariwisata akan memberikan

efek terhadap kehidupan masyarakat setempat maupun masyarakat lokal, maka dari

itu, kebudayaan itu harus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat.selain

pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan, pariwisata juga dapat mempengaruhi

bahasa yaitu mempengaruhi dalam bidang kosa kata dan istilah, artinya

perkembangan pariwisata dapat memperkaya khasanah perbendaharaan kata dan

istilah dalam bahasa Indonesia.

Alasan memilih judul ini adalah karena sangat menarik untuk dibahas dan

dijelaskan. Selain itu, kebudayaan dan bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting

dan harus dijaga dengan baik.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
2. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini yaitu mengenai

bagaimana pengaruh dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan, juga akan

membahas mengenai kebudayaan Melayu dan dampak dari pengaruh pariwisata itu

terhadap kebudayaan ini dan sejauh mana pula pengaruh perkembangan pariwisata

terhadap bahasa dan apa-apa sajakah yang akan menjadi dampak dan pengaruh

perkembangan pariwisata terhadap bahasa.

3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini sendiri yaitu sesuai dengan latar belakang dan

permasalahan yang akan dibahas,yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar ahli pada Program

Diploma III Program Studi Pariwisata,Fakultas Sastra,Universitas

Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata terhadap

kebudayaan dan bahasa.

3. Untuk mengetahui hubungan pariwisata terhadap kebudayaan dan

bahasa.

4. Mengetahui dampak dari perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan

dan bahasa.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
4. Masalah Penelitian

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Penulis mengumpulkan data melalui buku-buku pedoman kepariwisataan,

kebudayaan dan bahasa Indonesia yang direkomendasikan oleh dosen selama

di bangku perkuliahan baik dari perpustakaan, dan dari luar yang berkenaan

dengan judul kertas karya ini.

2. Internet Research (Penelitian Internet)

Penulis melakukan penelitian langsung di internet dan mengumpulkan data-

data penting yang berkenaan dengan judul.

5.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri atas alasan pemilihan judul, pembatasan

masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Pariwisata Kebudayaan dan Bahasa terdiri atas

pengertian kebudayaan,pengertian bahasa dan jenis pariwisata

BAB III : Gambaran umum kebudayaan dan bahasa terdiri atas hubungan

pariwisata dan kebudayaan, hubungan kebudayaan dan bahasa,sifat

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
dan wujud kebudayaan, fungsi bahasa,manfaat bahasa tambahan dan

sejarah perkembangan bahasa.

BAB IV :Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan dan Bahasa

terdiri atas pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan,

pengaruh pariwisata terhadap bahasa, usaha mengatasi pengaruh

pariwisata terhadap kebudayaan dan bahasa

BAB V : Berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai pembahasan

dalam bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS PARIWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Batasan pariwisata bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu,

batasan tentang pariwisata belum ada keseragaman tergantung dari sudut

pandangnya. Salah satu diantaranya adalah yang dikemukan oleh E. Guyer Freuler

dalam Yoeti (1996: 115), yang menyatakan:

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan Phenomena dari Zaman

sekarang yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,

penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada

khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas

masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri,

perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

Pengertian lainnya tentang pariwisata adalah:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang
diselnggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha (business) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi
atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
(Yoeti, 1996: 118).

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan

suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk

sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk mencari nafkah. Jadi,

tujuan utama perjalanan itu adalah berhubungan dengan pertamasyaan. Di samping

itu, dari pengertian itu juga diketahui bahwa orang yang melakukan perjalanan akan

memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya sampai

di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi

yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini

mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan

pelayanan lainnya. Jadi, produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan

yang diterima oleh wisatawan, mulai meningggalkan tempat tinggalnya (asal

wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi ke daerah

asalnya.

Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai

aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna

industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya

pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri

pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri

pariwisata disebut industri tanpa asap.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan
oleh Yoeti (1996: 153) yang menyatakan: Industri pariwisata adalah kumpulan dari
macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang
dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan
traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata
adalah yang dikemukakan oleh Damardjati yang dikutip oleh Sihite (2000:54).
Menurutnya, industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara
bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services,
yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh
wisatawan selama perjalanannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri

pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-

sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan

maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.2 Jenis Pariwisata

Banyak daerah sebenarnya memiliki potensi pemasukan dari sektor

pariwisata.

Untuk itu perlu dikembangkan jenis-jenis pariwisata sesuai kondisi suatu daerah.

Misalnya wisata bahari/tirta, wisata sejarah, wisata arkeologi, wisata budaya, wisata

agama, wisata ziarah, wisata kesehatan, wisata wredha (orang tua), wisata remaja,

wisata perkebunan (wisata agro), wisata nostalgia, wisata pendidikan/ilmiah, wisata

alam, wisata petualangan, wisata dirgantara, wisata berburu, wisata belanja, dan

wisata industri. Wisata bahari/tirta berhubungan dengan air/laut. Banyak pulau pantas

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
dikembangkan menjadi objek wisata bahari/tirta, misalnya untuk bermain ski air, jet

ski, speed boat, berenang, menyelam, dan menikmati keindahan bawah laut.

Wisata sejarah umumnya berupa kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap

bersejarah. Contohnya tempat pembacaan naskah Proklamasi 1945 atau tempat

kelahiran seorang tokoh nasional.

Wisata arkeologi berkenaan dengan situs-situs arkeologi, museum, candi, dan

tempat-tempat yang memiliki peninggalan arkeologi. Misalnya situs Banten Lama,

situs Trowulan, Museum Nasional dan Candi Borobudur.

Wisata budaya adalah kunjungan ke suatu tempat untuk menikmati hasil

budaya atau kebudayaan suatu daerah. Definisi kebudayaan sendiri sangat luas, antara

lain mencakup kesenian.

Wisata agama berhubungan dengan upacara-upacara tradisional keagamaan

seperti peringatan 1 Sura, Sekaten, Mauludan, Galungan, dan Waisak.

Wisata ziarah adalah kunjungan ke tempat-tempat ziarah, misalnya ke makam

para wali, Sendangsono (dianggap Lourdes-nya Indonesia), dan makam-makam

tokoh sejarah/yang dikeramatkan. Wisata ziarah berkaitan dengan semua agama yang

ada di Indonesia.

Wisata kesehatan mulai digalakkan akhir-akhir ini, objek utamanya adalah

tempat permandian air panas (belerang) dan spa.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Wisata wredha khusus buat orang-orang tua. Tujuannya untuk menyegarkan pikiran

mereka.

Wisata remaja diikuti para remaja, terutama para pelajar. Biasanya kegiatan

dilaksanakan pada musim liburan sekolah.

Wisata perkebunan (wisata agro) mulai digalakkan beberapa tahun lalu.

Kegiatannya antara lain melihat perkebunan teh sekaligus cara memetik dan

mengolah teh, melihat perkebunan apel, melihat hutan jati, dan melihat perkebunan

tebu.

Wisata nostalgia bertujuan mengenang kembali peristiwa yang dialami

seseorang. Mengunjungi tempat pembuangan tawanan di Boven Digul atau tempat

tahanan politik di Pulau Buru, bagi sementara orang merupakan objek wisata

nostalgia yang menarik.

Wisata pendidikan/ilmiah berupa kegiatan mengunjungi tempat-tempat seperti

laboratorium penelitian, observatorium, planetarium, kebun raya, balai penelitian

tanaman dan peternakan.

Wisata alam mengajak para wisatawan mengunjungi tempat yang memiliki

pemandangan atau keindahan alam memesona, seperti Ngarai Sianok (Sumatera

Barat), Cagar Alam Cibodas (Jawa Barat), dan Taman Sibolangit (Sumatera Utara).

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Wisata petualangan juga disenangi banyak wisatawan. Kegiatannya antara

lain menyusuri sungai atau arung jeram (rafting), mendaki gunung dan merambati

hutan.

Wisata dirgantara antara lain menyaksikan keindahan suatu tempat dari atas

pesawat. Misalnya dengan pesawat kecil wisatawan diajak menikmati Ancol dan

kawasan Monas dari udara.

Wisata berburu adalah mengunjungi tempat-tempat perburuan yang dihuni

banyak babi hutan, rusa, atau berbagai jenis burung. Diisyaratkan, wisatawan tidak

mengganggu habitat hewan-heran tersebut atau memburu satwa langka.

Wisata belanja adalah kegiatan mengunjungi tempat atau pusat-pusat

penjualan barang/produk. Berbagai daerah biasanya mempunyai ciri khas masing-

masing. Misalnya Cibaduyut (sentra sepatu), Sidoarjo (sentra kerajinan kulit), dan

Pekalongan (sentra batik).

Wisata industri adalah mengunjungi pabrik-pabrik besar, seperti tempat

pembuatan kapal terbang, pabrik mobil, pabrik sepatu, pabrik elektronika, pabrik

jamu, dan pabrik obat-obatan. Beberapa kota besar sudah mempunyai daerah

kawasan industri, misalnya di Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Jawa Barat) dan

Rungkut (Jawa Timur).

Sebenarnya masih banyak lagi jenis pariwisata yang dapat diciptakan. Hal ini

tergantung sejauh mana kita dapat memanfaatkan potensi yang ada.


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
2.3 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan

memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat.

Dengan demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai sistem aturan-aturan

komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara,

dan dilestarikan. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-

gerik manusia. (Nababan, 1984: 49).

Berdasarkan definisi di atas, jelas sekali terlihat bahwa antara manusia dan

kebudayaannya tidak dapat dipisahkan. Demikian juga antara manusia Indonesia dan

kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan manusia Indonesia di samping hidup

dalam satu kesatuan wilayah masyarakat etnik, juga hidup dalam satu kesatuan

Negara Republik Indonesia. Dalam kaitan ini, mereka menjunjung kebudayaan yang

satu, sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara, yaitu kebudayaan nasional

Indonesia (Geriya, 1996: 71).

Lebih lanjut dijelaskan secara formal normatif sistem budaya Indonesia

menata keseluruhan manusia dan masyarakat Indonesia. Ada dua fungsi sistem

budaya Indonesia yang amat penting, yaitu: sebagai pemberi identitas dan sebagai

komunikasi yang menyatukan dan mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang

bersifat majemuk.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin

(akal budi) manusia seperti: kepercayaan, kesenian, dan sebagainya Misalnya,

Kebudayaan Cina, Kebudayaan Indonesia, dan Kebudayaan Jawa. (Poerwadarminta,

1983: 157). Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan hanyalah manusia yang

mempunyai kebudayaan. Hal ini disebabkan manusialah makhluk hidup yang

mempunyai akal dan budi untuk mengasilkan kebudayaan.

Di samping dua pengertian di atas, pengertian kebudayaan juga dapat


dipandang dari sudut Ilmu Antropologi. Dalam hal ini, kebudayaan (budaya)
diartikan sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur
oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya
tersusun dalam kehidupan bermasyarakat. (Koentjaraninggrat Ed., 1985: 77).
Budaya dalam hal ini dipahami sebagai tingkah laku yang dipelajari dan

dilakukan oleh sekelompok orang, budaya diperoleh dari orang lain dengan dipelajari

dari masyarakatnya. Kebudayaan itu juga mencakup segala hal yang merupakan hasil

cipta, karsa, dan karya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan

beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan perlu dilihat

dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku, dan materi

yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan yang

dimaksudkan dengan kebudayaan adalah suatu hasil cipta karsa, dan karya manusia

dalam usaha meningkatkan taraf hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Batasan ini lebih ditekankan pada kenyataan bahwa manusialah yang mampu

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
menghasilkan kebudayaan, karena manusia merupakan makhluk hidup yang

mempunyai akal dan budi.

2.4 Pengertian Bahasa

Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memungkinkan seseorang mengadakan

komunikasi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan

demikian, dapat dikatakan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komuniasi. Hal ini

tidak berarti bahwa bahasa hanya memiliki satu fungsi. Fungsi yang lain adalah

sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat untuk mengadakan integrasi dan

adaptasi sosial, serta sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial. (Keraf, 1980: 3).

Berdasarkan fungsi tersebut, disebutkan juga bahwa Bahasa adalah alat


komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbul bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia (Keraf, 1980: 1). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sitindoan
(1984: 17) yang menyatakan Bahasa adalah lambang yang berupa bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, mempunyai sistem dan mengandung arti yang
bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi
antar sesamanya untuk membentuk, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan
perasaannya. Sifatnya sosial kultural.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dijelaskan di atas, jelaslah yang

dimaksudkan bahasa dalam tulisan ini adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia yang mempunyai lambang, sistem, arti, serta bersifat arbitrer dan

sosial kultural. Setiap bahasa mempunyai lambang. Dengan adanya lambang akan

memudahkan terjadinya komunikasi, walaupun tidak langsung berhadapan dengan

bendanya. Hal ini disebabkan setiap lambang sudah mengandung suatu konsep atau
Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
pengertian. Agar arti lambang-lambang tersebut dipahami, setiap pemakai bahasa

harus mengerti dan menuruti sistem bahasa yang digunakan. Sistem bahasa

mengandung kaidah atau aturan yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa itu. Apabila

tidak dipatuhi, penyampaian informasi akan kacau atau mungkin komunikasi bisa

tidak terlaksana.

Bahasa bersifat arbitrer maksudnya tidak ada hubungan secara langsung

antara lambang dengan yang dilambangkan. Munculnya pelambangan terhadap suatu

benda hanyalah berdasarkan konvensi. Akan tetapi, walaupun demikian untuk dapat

mengerti suatu bahasa haruslah dipelajari dan digunakan sebagai alat komunikasi.

Dari paparan di atas dapat dikatakan yang dimaksud dengan bahasa Indonesia

di sini adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh penduduk Negara

Republik Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa resmi.

Sebagai bahasa nasional maksudnya bahasa Indonesia diakui dan dipakai secara

resmi oleh bangsa Indonesia dalam bidang administrasi, pendidikan, politik, dan

bidang kebudayaan dalam arti luas; sebagai bahasa resmi maksudnya bahasa

Indonesia dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi dalam situasi

yang bersifat resmi: dalam pertemuan resmi, untuk keperluan administrasi negara,

pendidikan dan pengajaran, serta pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kebudayaan. (Sitindoan, 1984: 19).

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
BAB III
GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN DAN BAHASA

3.1 Hubungan Pariwisata dan Kebudayaan

Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek,


seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan
dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara
lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas
antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling
mempengaruhi (Geriya, 1996:38).
Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata dapat dijadikan

sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam

pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan

potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya

dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan

berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya

tarik wisatawan.

Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut

diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah

satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya,

1996: 45). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang

dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap

langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan

dengan pariwisata, seperti: promosi, atraksi, manajemen, makanan, cindera mata,

hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia.

Dengan demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat

dibedakan dari pariwisata negara lain yang bertumpu pada potensi yang lain.

Uraian di atas menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan

kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan

potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang

seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata

yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh

kebudayaan nasional Indonesia.

3.2 Hubungan Kebudayaan dan Bahasa

Kebudayaan dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebudayaan

dan bahasa dalam hal ini dibatasi pada kebudayaan nasional Indonesia dan bahasa

Indonesia. Hubungan di antara keduanya tidak hanya sebatas bahasa Indonesia adalah

bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, tetapi juga terlihat dari fungsi bahasa

sebagai pengungkap, pelestari, dan pewaris budaya bangsa Indonesia.

Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah bagian dari sistem

kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, karena kebudayaan

manusia tidak akan dapat terjadi tanpa adanya bahasa. Bahasa inilah memungkinkan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
terbentuknya suatu kebudayaan. Inilah salah satu hubungan antara kebudayaan dan

bahasa.

Hubungan kebudayaan dan bahasa yang lainnya adalah bahwa bahasa sebagai

suatu sistem komunikasi, akan mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang

menjadi wadahnya. Ini artinya untuk bisa mengerti suatu bahasa, setidaknya juga

harus paham dengan kebudayaannya. Demikian sebaliknya, untuk memahami

kebudayaan suatu daerah atau suatu negara akan lebih sempurna apabila juga

memahami bahasanya.

Hubungan antara kebudayaan dan bahasa juga dapat dilihat pada sisi yang

lain, yaitu bahasa merupakan kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu

kebudayaan. Oleh karena itu, dalam mempelajari suatu kebudayaan diperlukan juga

mempelajari bahasanya.

Menurut Nababan (1984: 52) ada dua macam hubungan antara kebudayaan
dan bahasa. Kedua hubungan itu adalah (1) bahwa bahasa adalah bagian dari
kebudayaan dan (2) bahwa seseorang belajar kebudayaan melalui bahasanya.
Hubungan yang pertama disebut dengan hubungan filogenetik, sedangkan hubungan
kedua disebut dengan hubungan ontogenetik. Kedua hubungan antara bahasa dan
kebudayaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Filogenetik
(Sistemik)
Ontogenetik

(Belajar)
Dari uraian di atas bahasa secara umum mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan kebudayaan. Hal ini juga terjadi antara bahasa Indonesia dan kebudayaan
Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
nasional. Artinya, untuk mengetahui kebudayaan nasional dapat dipelajari dari bahasa

Indonesia yang berfungsi sebagai wahana pengungkapnya. Demikian juga sebaliknya

mempelajari bahasa Indonesia secara tidak langsung juga mengetahui kebudayaan

Indonesia sebagai wadahnya.

3.3 Sifat dan Wujud Kebudayaan

3.3.1 Sifat Kebudayaan

Dari sifat hakikat kebudayaan tersebut di atas maka setiap masyarakat

mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat berikut.

1.Kebudayaan bersifat universal, karena kebudayaan masyarakat antara satu dengan

yang lain memiliki atribut yang berbeda, sebagai akibat dari adat istiadat, pengalaman

hidup, dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Contoh : bangsa Indonesia,

Amerika, Eropa masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus yang yang berbeda.

Bahkan Indonesia memiliki aneka ragam suku bangsa, dengan kekhasan masing-

masing budayanya.

2.Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis, serta setiap kebudayaan mengalami

perubahan-perubahan yang kontinu. Kebudayaan yang bersifat stabil dapat

diperhatikan melalui hubungan antara unsur-unsur yang tetap stabil dengan unsur-

unsur yang berubah. Contoh unsur yang tetapi stabil adalah unsur rohaniah seperti

sistem kepercayaan, moral, struktur keluarga, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
yang dinamis adalah unsur kebendaan yang selalu mengalami perubahan. Contohnya

teknologi yang lebih bersifat terbuka untuk berubah.

3.Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun

jarang disadari oleh manusia itu sendiri. Tidak semua anggota masyarakat menguasai

seluruh unsur-unsur kebudayaan yang seharusnya berfungsi sebagai pendukung.

Contohnya orang Indonesia tidak sanggup untuk mengetahui kebudayaan Indonesia

sampai sekecil-kecilnya, padahal kebudayaan tersebut menentukan arah perjalanan

hidup mereka.

4.Kebudayaan adalah milik bersama seluruh anggota masyarakat pendukungnya.

Tidak ada kebudayaan yang lahir tanpa masyarakat pendukungnya, dan tidak ada

masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh sebab itu masyarakat dan

kebudayaan berada dalam satu sistem atau kesatuan. Contoh, masyarakat dan

kebudayaan suku bangsa Sunda, Jawa dan seterusnya.

5.Kebudayaan tumbuh dan berkembang melalui proses belajar (enkulturasi), tidak

seperti insting, naluri atau keterampilan dari jenis-jenis binatang yang diturunkan dari

satu generasi kepada generasi berikutnya secara biologis. Contoh, kemampuan

harimau atau singa memburu binatang buruannya akan sama dari generasi ke

generasi, kapanpun dan dimana pun kelompok harimau atau singa itu berada, begitu

pula halnya dengan keterampilan burung dalam merakit sarangnya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
6.Kebudayaan bersifat relatif, artinya hanya dapat dinilai berdasarkan ide atau norma

yang berlaku pada masyarakatnya sendiri, contoh, ketika orang Belanda dulu datang

ke pedalaman Pulau Kalimantan, mereka menyatakan bahwa orang Dayak tidak

beragama, padahal sebenarnya mereka memiliki kepercayaan sendiri yang disebut

Kaharingan.

7.Kebudayaan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Daya adaptasi adalah daya yang

saling bergantung dan saling mempengaruhi antara kebudayaan manusia dengan

lingkungan sekitarnya (ekosistem). Contoh, pada masyarakat yang sudah tidak

tradisional seperti orang Sunda, Jawa, Bali dan sebagainya, telah mampu

mengembangkan lingkungan persawahan. Sehingga sawah dapat memberikan berkah

dan kesejahteraan hidup bagi para petaninya.

8.Kebudayaan bersifat integratif, artinya unsur kebudayaan yang satu berintegrasi

dengan unsur-unsur budaya lainnya, sehingga terjadi satu kesatuan bulat dan

berfungsi.

9.Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang. Kebudayaan sebagai

kesatuan ide, gagasan, atau norma, akan tampak dalam berbagai bentuk simbol

bahasa. Gagasan untuk menyatakan kepercayaan atau keyakinan religiusnya

dilahirkan dalam simbol-simbo keagamaan, seperti kitab suci, Salib, rumah-rumah

ibadat, dan lain-lain, sedangkan gagasan rupa, seni tari, seni suara dan sebagainya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
10.Kebudayaan diciptakan manusia sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan manusia dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam

dua jenis kebutuhan yaitu :

a.Kebutuhan rohaniah, yakni kebutuhan yang bersifat rohaniah seperti kebutuhan

akan rasa aman, kasih sayang, penghargaan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, dan

lain-lain.

b.Kebutuhan yang bersifat jasmaniah seperti sandang, dan popan, serta sarana

maupun prasarana transportasi dan komunikasi, dan sebagainya.

3.3.2 Wujud Kebudayaan

Apabila kita menelaah pengertian budaya seperti yang dikemukakan

sebelumnya jelas kebudayaan tidak memiliki wujud nyata atau konkret seperti

sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Menurut analisis tersebut kebudayaan hanya

ada dalam alam pikiran manusia para pendukung kebudayaan yang bersangkutan,

wujudnya hanyalah merupakan ide, pandangan hidup, peraturan atau norma yang

dianut oleh para anggota masyarakatnya, yang apabila dilaksanakan secara konsekuen

dan teratur, akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima.

Berbeda dengan pandangan di atas, para ahli antropologi seperti A.L. Kroeber

dan Koenjaraningrat menganalisis konsep kebudayaan tidak semata-mata dari aspek

ide dan gagasan saja, akan tetapi juga dari aspek-aspek konkret yang dihasilkan oleh

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
kebudayaan manusia yang bersangkutan, yaitu aspek perilaku dan hasil perbuatan

manusia.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan secara garis

besar dapat dikategorikan dalam dua wujud yaitu :

1.Kebudayaan rohanilah seperti ide, gagasan, norma, aturan, kepercayaan, dan lain-

lain.

2.Kebudayaan jasmaniah, seperti benda-benda budaya, contohnya buku, makanan,

model bangunan, dan lain-lain.

Secara lebih rinci Koenjaraningrat membagi wujud kebudayaan ke dalam tiga

wujud :

1.Kebudayaan sebagai kompleks ide atau gagasan yang bersifat abstrak, karena hanya

terdapat dalam alam pikiran manusia. Gagasan atau ide itu sangat penting dan

mendasar karena melaui ide dan gagasan inilah terbentuk wujud-wujud budaya

lainnya. Contoh, nilai-nilai dan norma, adat istiadat, peraturan atau perundang-

undangan, tata krama, sopan santun, dan sebagainya.

2.Kebudayaan sebagai kompleks tingkah laku atau perbuatan manusia. Contohnya,

siswa belajar di sekolah, nelayan menjaring ikan di laut, petani bekerja di sawah, dan

sebagainya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
3.Kebudayaan sebagai kompleks hasil perbuatan manusia, yang pada umumnya

berwujud benda-benda, sehingga disebut kebudayaan material. Contohnya,

bangunan-bangunan seperti tempat ibadah, rumah, sekolah, gedung pencakar langit,

hingga hasil-hasil karya seni manusia seperti seni pahat atau ukir, mode pakaian, dan

sebagainya.

3.4 Fungsi Bahasa

3.4.1.Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan

Kebudayaan dari sudut pandang ilmu bahasa adalah (1) pengatur dan

pengikat masyarakat penutur bahasa itu (2), butir-butir dan satuan-satuan yang

diperoleh manusia pemakai bahasa melalui jalur belajar atau pendidikan, (3) pola

kebiasaan dan perlaku manusia dan (4) suatu sistem komunikasi dalam masyarakat

yang berperan dalam membentuk dan memelihara kesatuan, kerja sama dan

kehidupan.

Dengan dasar-dasar di atas, maka bahasa berfungsi dalam kebudayaan sebagai

(1) sarana pengembangan kebudayaan (2) sarana pembinaan kebudayaan (3) jalur

pemeliharaan dan penerus kebudayaan, dan (4) jalur dan sarana inventarisasi

kebudayaan.

Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari pada kehidupan budaya manusia

karena antara bahasa dan budaya ada semacam hubungan timbal balik atau

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
kausalitas. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia. Sedangkan budaya

manusia banyak pula dipengaruhi oleh bahasa.

3.4.2.Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat

Fungsi utama bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat interaksi sosial,

walaupun bukan satu-satunya alat interaksi sosial. Selain bahas amasih banyak alat

lain yang dapat digunakan sebagai alat interaksi sosial tersebut, tetapi apabila

dibandingkan dengan media lainnya, bahasa merupakan alat yang paling penting dan

lengkap, serta paling sempurna dalam melaksanakan interaksi.

Peran dan fungsi bahasa dalam masyarakat terdiri dari dua klasifikasi pokok,

sebagai berikut :

1.Berdasarkan ruang lingkup (scope and area)

Dalam klasifikasi ini termasuk fungsi bahasa sebagai :

(a) lambang kebanggaan kebangsaan,

(b) lambang identitas bangsa,

(c) alat pemersatu antara berbagai suku bangsa dan kelompok tenis, dan

(d) alat perhubungan antara daerah dan kelompok penutur dari berbagai latar

belakang budaya. Dalam kriteria fungsi bahasa seperti ini terdapat ruang lingkup

bahasa sebagai alat komunikasi dalam area yang lebih luas.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
2.Berdasarkan bidang pemakaian (function and quality)

3.4.3.Fungsi Bahasa Perorangan

Klasifikasi perorangan pada dasarnya adalah mengenai penggunaan bahasa

melalui observasi yang terus menerus. Dalam fungsi bahasa perorangan terdapat

enam kriteria yaitu :

1.Klasifikasi suruh, yaitu terdapat ungkapan untuk menyuruh orang lain

melaksanakan sesuatu.

2.Klasifikasi interaksi, terdapat iklim kebahasaan yang menciptakan hubungan antar

pribadi.

3.Klasifikasi personal, yaitu terdapat ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri

partisipasi.

4.Klasifikasi pemecahan masalah, yaitu terdapat ungkapan yang meminta atau

memberikan jawaban terhadap sesuatu masalah.

5.Klasifikasi khayalan, yaitu terdapat ungkapan yang mengajak pendengar berpura-

pura atau suatu iklim kebahasaan yang melaksanakan simulasi terhadap sesuatu

keadaan.

6.Fungsi informatif, merupakan iklim kebahasaan yang membentuk pemberitahuan

mengenai sesuatu keadaan atau kejadian pada orang lain atau pada sekelompok

orang.
Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
3.5 Manfaat Bahasa Tambahan

Bahasa Melayu sudah lama menjadi bahasa resmi dalam sistem pendidikan

negara. Hasil daripada pelaksanaan Dasar Pendidikan Negara yang dibentuk pada

awal tahun negara mencapai kemerdekaan yaitu dalam usaha membentuk identiti

sebuah negara bangsa maka kita melihat generasi muda kita mampu bertutur dalam

bahasa Melayu yang baik.

Sebagai sebuah bangsa yang sedang melangkah menuju kepada status negara

maju, pengetahuan dalam bahasa-bahasa lain seperti bahasa Mandarin, Tamil dan

Arab.

Pada masa ini, hanya bahasa Melayu dan bahasa Inggeris menjadi mata

pelajaran keras bagi para pelajar yang mengikuti pengajian di sekolah-sekolah rendah

hingga ke peringkat menengah dan seterusnya ke peringkat pengajian tinggi.

Sebenarnya, pada masa sekarangpun, mata pelajaran bahasa Mandarin, Tamil

dan Arab sememangnya ada ditawarkan kepada para pelajar,Tetapi bukanlah sebagai

mata pelajaran pilihan, cuma sekadar untuk mengisi masa terluang. Maknanya,

pelajar boleh mengikutinya jika mereka berminat..

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana

disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan

bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda

28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia
Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan

sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa

daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa

Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia

lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa

Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa

Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus

menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari

bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu

yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar

Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah,

"jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen

pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah

ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa

itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa

Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli

jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana

diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara,

"...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat

Indonesia".

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari

bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau

mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan

bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa

Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28

Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara

resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar

yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu

beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai

penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

3.6 Sejarah Perkembangan Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang

digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal

penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-

hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab

sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para

penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan

kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini

lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif

Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar

mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan

mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra

dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah

telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

3.6.1 Melayu Kuno

Penyebutan pertama istilah "Bahasa Melayu" sudah dilakukan pada masa

sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti

berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis

dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang

berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa

prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di

dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan itu seperti:


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Prasasti Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683

Talang Tuo di Palembang, tahun 684

Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686

Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno

memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah

dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di:

Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha

Bogor, Praasasti Bogor, tahun 942

Kedua-dua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa

Melayu Kuno pada ketika itu bukan saja dipakai di pulau Sumatra, melainkan juga

dipakai di pulau Jawa.

Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit

terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang

berdekatan.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
3.6.2 Melayu Klasik

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli

bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan

kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari

Prasasti Terengganu berangka tahun 1303.

Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-

14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di

mana ekspresi Masuk Melayu berarti masuk agama Islam.

3.6.3 Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca

(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya

sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa

sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional

kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk

negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri,

Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih

Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Penyempurnaan ejaan :

Ejaan-ejaan untuk bahasa melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan

sebagai berikut:

1.Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf

Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar

Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

Huruf untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya

harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mula dengan ramai. Juga

digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaa.

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata

mamoer, akal, ta, pa, dsb.

2.Ejaan Soewandi

Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan

sebelumnya. Ejaan ini lebih dikenal dengan nama ejaan Republik. Ciri-ciri ejaan ini

yaitu:

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-

barat2-an.

Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mendampinginya.

3.Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik

selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh

Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,

Tahun 1972. Dengan EyD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan

Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Perubahan:

Indonesia Malaysia
Sejak 1972
(pra-1972) (pra-1972)

tj ch c

dj j j

ch kh kh

nj ny ny

sj sh sy

j y y

oe* u u

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Penggolongan

Indonesia termasuk anggota dari Bahasa Melayu-Polinesia Barat

subkelompok dari bahasa Melayu-Polinesia yang pada gilirannya merupakan cabang

dari bahasa Austronesia. Menurut situs Ethnologue, bahasa Indonesia didasarkan

pada bahasa Melayu dialek Riau yang dituturkan di timur laut Sumatra

Distribusi geografis

Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak

digunakan di area perkotaan (seperti di Ibukota Jakarta yang digunakan bahasa

Indonesia dengan dialek Betawi serta logat Betawi).

Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip

dialek-dialek dan logat-logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk

berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang

digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia.

Kedudukan resmi

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang

tercantum dalam:

Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah

Bahasa Indonesia.

Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:

Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.

Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Bunyi

Berikut adalah fonem dari bahasa indonesia mutakhir

Vokal

Depan Madya Belakang

Tertutup i u

Tengah e o

Hampir Terbuka () ()

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Terbuka a

Bahasa Indonesia juga mempunyai diftong /ai/, /au/, dan /oi/. Namun, di

dalam suku kata tertutup seperti air kedua vokal tidak diucapkan sebagai diftong

konsonan

Langit2 Langit2 Celah


Bibir Gigi
keras lunak suara

Sengau m n

Letup pb td c kg

Desis (f) s (z) () (x) h

Getar/Sisi lr

Hampiran w j

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Vokal di dalam tanda kurung adalah alofon sedangkan konsonan di dalam tanda

kurung adalah fonem pinjaman dan hanya muncul di dalam kata serapan.

/k/, /p/, dan /t/ tidak diaspirasikan

/t/ dan /d/ adalah konsonan gigi bukan konsonan rongga gigi seperti di dalam bahasa

Inggris.

/k/ pada akhir suku kata menjadi konsonan letup celah suara

Penekanan ditempatkan pada suku kata kedua dari terakhir dari kata akar.

Namun apabila suku kata ini mengandung pepet maka penekanan pindah ke suku kata

terakhir.

Tata bahasa

Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak banyak

menggunakan kata bertata bahasa dengan jenis kelamin. Sebagai contoh kata ganti

seperti "dia" tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki

atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar"

sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus

ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra".

Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua kata

itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.

Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah

reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam

konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang".

Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata

benda.

Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,

yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak

termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti

kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.

Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan

kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau

jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu

dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau

"esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".

Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai

kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup

membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Awalan, Akhiran, Sisipan

Bahasa Indonesia mempunyai banyak awalan, akhiran, maupun sisipan, baik

yang asli dari bahasa-bahasa Nusantara maupun dipinjam dari bahasa-bahasa asing..

Dialek dan ragam bahasa

Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian

menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang

disebut sebagai ragam bahasa.

Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:

1.Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga

ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang

digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu,

dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa

Melayu dialek Medan.

2.Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau

yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek

remaja.

3.Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.

Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
4.Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa

Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata

bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak

terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan

hubungan antarpembicara.

Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:

1. ragam undang-undang

2. ragam jurnalistik

3. ragam ilmiah

4. ragam sastra

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:

1. ragam percakapan

2. ragam pidato

3. ragam kuliah

4. ragam panggung

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
BAB IV
PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA
TERHADAP KEBUDAYAAN DAN BAHASA

4.1Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Kebudayaan

4.1.1 Dampak Positif

Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan sejalan dengan pemikiran

Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif pariwisata

terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:

1.Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya

yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan.

2.Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali

beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,

upacara-upacara adat, dan pakaian.

3.Memberingan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan

menarik.

4.Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal.

Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita

wisatawan.

5.Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber Daya

Manusia di bidang kepariwisataan yang handal.

6. memperluas lapangan kerja;

7. bertambahnya kesempatan berusaha;

8. meningkatkan pendapatan;

9. terpeliharanya kebudayaan setempat;

10.dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

4.1.2 Dampak Negatif

1. terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah;

2. timbulnya komersialisasi;

3. berkembangnya pola hidup konsumtif;

4. terganggunya lingkungan;

5. semakin terbatasnya lahan pertanian;

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
6 .pencernaan budaya; dan

7. terdesaknya masyarakat setempat (Spillane, 1989:47).

4.2 Pengaruh Perkembangan PariwisataTerhadap Bahasa

4.2.1 Dampak Positif

. Pengaruh yang bersifat positif artinya perkembangan pariwisata di Indonesia

dapat membantu membina dan mengembangkan bahasa Indonesia, baik sebagai

bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari

data berupa munculnya kata-kata dan istilah yang berhubungan dengan

kepariwisataan. Artinya, perkembangan pariwisata sudah nyata dapat memperkaya

khasanah perbendaharaan kata dan istilah dalam Bahasa Indonesia.

Berikut ini adalah contoh kata dan istilah yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang berhubungan dengan kepariwisataan, yaitu: agrowisata, apartemen,

awak kabin, bandara, bar, bartender, brosur, Usaha Perjalanan Wisata, kargo,

souvenir, reservasi, Diparda, destinasi, objek wisata, daerah tujuan wisata, ekowisata,

embarkasi, hotel, reservasi, restoran, jasa boga, kepariwisataan, paspor, devisa, visa,

pelancong, pramusaji, pramuwisata, prasmanan, bufe, sadar wisata, sapta pesona, tata

graha, tour, wisatawan, paket wisata, wisatawan domestik (wisdom), dan wisatawan

mancanegara.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Di samping dapat memperkaya khasanah kosa kata dan istilah, dampak positif

perkembangan pariwisata terhadap Bahasa Indonesia juga ditemukan dalam fungsi

bahasa Indonesia sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam hal

ini, saat ini sudah banyak buku tentang pariwisata yang disajikan dengan Bahasa

Indonesia. Ini artinya, Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai sarana dalam

mengembangkan ilmu pariwisata. Dengan demikian masyarakat akan lebih mudah

memahami pariwisata dan sekaligus membantu memasyarakatkan kepariwisataan di

kalangan masyarakat

4.2.2 Dampak Negatif

Pengaruh negatif yang dimaksudkan di sini lebih ditekankan pada masalah

belum maksimalnya fungsi bahasa Indonesia sebagai pengungkap produk-produk

industri pariwisata.

Buktinya, sebagai contoh di Bali banyak komponen industri pariwisata justru

menggunakan bahasa asing atau pola penyusunannya adalah pola bahasa asing.

Padahal itu adalah produk lokal. Misalnya, nama hotel dan restoran, serta nama

produk minuman dan makanan khas Bali.

Data berikut menunjukkan nama hotel dan restoran serta nama produk lainnya

yang menggunakan bahasa atau pola bahasa asing.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
No. Pola Bahasa Asing Pola Bahasa Indonesia

1. Nusa Dua Beach Hotel Hotel Nusa Dua Beach

2. Jayakarta Hotel Hotel Jakarta

3. Borobudur Hotel Hotel Borobudur

4. Lotus Restaurant Restoran Lotus

5. Mamai Restaurant Restoran Mamai

6. Bali Cofee Kopi Bali

7. Hot Tea The Panas

8. Bali Arak Arak Bali

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
4.3 usaha mengatasi pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan dan

bahasa

Kongres Kebudayaan 1991, menurut penilaian semua pihak, diselenggarakan

pada waktu yang tepat. Dikatakan demikian karena dewasa ini bangsa Indonesia

tengah menghadapi berbagai perubahan, baik yang terjadi sebagai akibat pengaruh

dari dalam maupun dari luar. Ini menuntut penyegaran jati diri.

Jati diri bangsa Indonesia dibangun dari pengalaman sejarah dan kerangka

acuan nasional yang tercermin dalam dasar dan pandangan hidup bangsa, yaitu

Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dasar

dan pandangan hidup bangsa Indonesia itu secara historis dan ideologis terbuka dan

berketuhanan Yang Maha Esa.

Keterbukaan sangat diperlukan untuk membangkitkan kreativitas, prakarsa,

swakarsa, dan partisipasi masyarakat, sehingga dengan demikian hal itu juga akan

memperbesar tanggung jawab sosial. Melalui keterbukaan itu pula Kedaulatan

Rakyat, yang menjadi prinsip utama Undang-undang Dasar 1945, harus semakin

dapat diwujudkan.

Kebudayaan Indonesia harus sanggup membangun bangsa Indonesia yang tangguh,

tegar, disiplin, dan ulet agar ilmu pengetahuan dan teknologi modern dapat direbut

dan dikuasai. Dengan demikian, bangsa Indonesia akan sanggup bersaing dengan

bangsa-bangsa lain yang telah maju.


Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Dalam kebudayaan Indonesia nilai dan rasa keadilan sangat mempengaruhi

semangat hidup bersama. Oleh karena itu, nilai dan rasa keadilan itu harus

diwujudkan dalam segala kehidupan dengan jalan menegakkan azas negara hukum

serta mendayagunakan perangkat-perangkat pelaksanaan dan pengawasnya.

Tantangan pembangunan dan perubahan yang kita hadapi itu menuntut agar

kita memiliki kebudayaan yang berorientasi ke hari esok. Sehubungan dengan hal itu,

bahasa Indonesia sebagai wahana salah satu pokok kebudayaan harus digunakan

secara sadar dan bertanggung jawab.

Pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia dalam segala

perwujudannya seperti yang terungkap dalam Kongres Kebudayaan 1991, menjadi

tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab itu hendaknya dapat terwujud dalam

peningkatan peran serta masyarakat guna memajukan kebudayaan bangsa melalui

berbagai cara dan wahana yang tersedia

Keinginan untuk melestarikan bahasa atau budaya tentunya merupakan niat

yang mulia dan patut didukung. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaiman

sebaiknya harus diwujudkan. Apakah himbauan saja atau pelarangan dapat

mewujudkan apa yang kita semua inginkan.

Jadi mengapa harus pusing dengan nasib bahasa? Bahasa datang dan pergi.

Pertanyaan kuncinya justru ini: Mengapa bahasa itu jadi demikian banyak dipakai

dibandingkan dengan bahasa lainnya?. Justru pertanyaan ini yang menurut saya

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
sangat perlu di jawab. Bila dulu bahasa belanda dipakai di Indonesia, itu bukan

karena secara struktur atau gramatika bahasa in lebih baik dari bahasa lainnya. Begitu

pula bahasa Inggris sekarang dipakai bukan karena bahasa lainnya jelek secara

struktur dibandingkan bahasa Inggris. Sama sekali bukan. Tapi karena ini: Para

Penggunanya Memainkan Peran Penting di dunia.

Bila dikaitkan dengan konteks sastra dan buku, maka menurut saya adalah

lebih penting untuk mempedulikan nasib ide yang diusung dan posisi para pendukung

/pengguna bahasa itu dibandingkan nasib bahasa Indonesia. Usul riilnya adalah kita

harus secara agresif mengalihbahasakan sebanyak mungkin karya sastra para

sastrawan atau penulis Indonesia ke bahasa Inggris. Kita juga harus menjadi semakin

mahir berbahasa Inggris.

Kita punya banyak ide dan gagasan yang asli Indonesia yang dapat kita jual

dan kita kemas untuk konsumsi internasional.dalam hal ide, kita tidak perlu melihat

ke eropa atau amerika,kita sudah cukup kaya. Kita melihat ke barat untuk

mempelajari metode pengemasannya.

Walaupun upaya ini sangat menantang, tapi bukan suatu hal yang mustahil

dilakukan. Dengan cara pandang ini maka kita akan jadi lebih peduli pada kualitas

diri kita dibandingkan kulit-kulitnya saja. Kita harus membuat kualitas produk seni

dan pemikiran seperti sastra atau sinema kita sedemikian tingginya dan orisinil,

sangat tinggi sehingga bahkan orang paling pesimistis sekalipun tak mampu

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
menolaknya. Dan mungkin bila nasib baik datang, nama karya sastra Indonesia akan

dapat diangkat dan bila kita ingin melestarikan bahasa Indonesia kita harus

memampukan pengguna bahasanya. Jangan sampai upaya untuk melestarikan bahasa

Indonesia justru mengecilkan pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa tidak akan

berkembang tanpa dukungan dari pengguna bahasa itu, dan sebaliknya pengguna

bahasa itu juga takkan dapat berbuat banyak bila mereka ada dalam keadaan

termarjinalkan.

4.4 Upaya Melestarikan Kebudayaan dan Bahasa

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan beranekaragam

budaya. Masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tidak ternilai harganya

dan telah dikenal di seantero dunia. Namun beberapa tahun belakangan ini kebangaan

terhadap kekayaan keanekaragaman budaya cukup terusik dengan banyaknya kasus

pengakuan dari pihak luar terhadap kekayaan budaya Indonesia. Sebut saja sebagai

contoh dibajaknya lagu rasa sayange dari Maluku sebagai suara latar website promosi

pariwisata Malaysia (walaupun syairnya telah diganti sedemikian rupa), diakuinya

tari Reog Ponorogo sebagai budaya Malaysia (walaupun telah berganti rupa baik

nama maupun jalan cerita tari tersebut), dan terakhir adalah telah dipatenkannya

motif kerajinan perak Bali oleh para pengusaha asing.

Kasus-kasus pengakuan budaya Indonesia oleh pihak asing tentunya

menimbulkan reaksi yang beragam dari masyarakat Indonesia. Ada yang marah dan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
melakukan unjuk rasa pada pihak terkait seperti kedutaan asing maupun lembaga

pemerintahan seperti DPRD dan Gubernur. Ada pula yang menyalahkan lamban dan

tidak tanggapnya pemerintah dalam menangani kasuskasus tersebut, dan tidak sedikit

pula yang menganggap bahwa kasus pengakuan kekayaan budaya bangsa Indonesia

oleh pihak luar terkait dengan tidak pedulinya bangsa ini terhadap budaya sendiri.

Adanya pendapat bahwa ketidakpedulian bangsa Indonesia terhadap budayanya

sendiri terkait dengan makin ditinggalkannya budaya asli Indonesia terutama oleh

generasi muda. Masyarakat lebih bangga mengunakan budaya asing diberbagai sektor

kehidupan masyarakat dibanding budaya asli Indonesia. Mulai dari makanan,

permainan, hiburan sampai pola perilaku meniru budaya asing. Terjadinya

ketidakpedulian terhadap budaya bangsa, menurut Edi Sedyawati 1] hal ini terjadi

karena ;

a. tidak pernah dipahami lagi teknik dan kaidah-kaidah estetiknya.

b. semata-mata dianggap kuno atau tidak patut lagi, atau tidak ngetren.

c. sengaja dihindari karena asosiasinya dengan system kepercayaan lama yang

dianggap tidak cocok lagi dengan tata kehidupan masa kini.

Untuk mencegah makin banyaknya kasus pengakuan pihak asing terhadap

kekayaan budaya Indonesia diperlukan beberapa tindakan pencegahan, salah satunya

yang terpenting adalah dengan melakukan pelestarian budaya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Pelestarian merupakan upaya keseluruhan dalam rangka menjaga eksistensi

suatu kebudayaan. Berdasarkan kalimat tersebut, maka yang dilestarikan adalah

eksistensi kebudayaan tersebut dan bukan ungkapan-ungkapan yang menyertainya.

Dengan demikian upaya pelestarian menjadi suatu usaha yang dinamis.

Dalam pengertian pelestarian tercakup tiga rincian tindakan yaitu;

perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Perlindungan kebudayaan merupakan

segala upaya pencegahan dan penanggulangan gejala yang dapat menimbulkan

kerusakan, kerugian atau kemusnahan bagi manfaat dan keutuhan sistem gagasan,

sistem perilaku, dan atau benda budaya akibat perbuatan manusia ataupun proses

alam.

Termasuk kedalam upaya perlindungan ini adalah perlindungan terhadap

kerusakan/kepunahan dan perlindungan terhadap penggunaan yang tidak patut, tidak

adil, atau tanpa hak (mis appropriation).

Pengembangan kebudayaan adalah upaya perluasan dan pendalaman

perwujudan budaya, serta peningkatanmutu dengan memanfaatkan berbagai sumber

dan potensi. Sedangkan pemanfaatan kebudayaan adalah upaya penggunaan

perwujudan budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, ekonomi, ilmu

pengetahuan, dan lain-lain.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan kebudayaan ini diperlukan suatu undang-

undang yang melindungi kekayaan kebudayaan Indonesia khususnya terkait dengan

Pengetahuan tradisional (traditional Knowledge) dan ekspresi budaya tradisional

/tradisi folklore( Traditional Cultural Expression/Expressions of Folklore). Keduanya

akan menjadi undang-udang sui generis untuk mendampingi Undang-Undang Hak

Cipta yang telah ada sehingga tidak adalagi kasus kekayaan budaya Indonesia yang

dapat di miliki hak ciptanya oleh orang asing.

Upaya pelestarian kebudayaan saat ini harus perpacu dengan perubahan yang

terjadi pada masyarakat. Sebagai kebiasaan suatu masyarakat yang bermanfaat untuk

mempertahankan dan mengembangkan cara hidupnya, maka kebudayaan harus

membawa masyarakat kearah lebih sejahtera dan atau lebih bahagia.

Berdasarkan pemahaman tersebut, kebudayaan dapat didefinisikan sebagai

Keseluruhan kebiasaan manusia yang tercermin dalam pengetahuan, tindakan dan

hasil karyanya sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami

lingkungannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya untuk mencapai

kedamaian dan atau kesejahteraan hidupnya. Kebudayaan harus dapat menjadikan

masyarakatnya lebih damai dan lebih sejahtera, bukan sebaliknya menjadi beban

masyarakatnya. Oleh karena itu semua kebudayaan yang tidak bermanfaat untuk

kedamaian (kebahagiaan) dan kesejahteraan manusia akan ditinggalkan.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Perubahan orientasi nilai budaya yang dimiliki masyarakat pendukungnya,

menjadikan suatu kebudayaan semakin ditinggalkan masyarakat pendukungnya

tersebut.

Tidak kurang dari 35 negara di dunia yang mengajarkan bahasa Indonesia

kepada masyarakat internasional. Dari jumlah itu, ada sekitar 130 lembaga yang telah

menjadi penyelenggara pengajaran BIPA, baik itu perguruan tinggi, lembaga kursus,

pusat-pusat kebudayaan asing, maupun Kantor KBRI di negara-negara tersebut.

Pernyataan itu merupakan ungkapan rasa bangga yang disampaikan oleh Menteri

Pendidikan Nasional dalam kata sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli

Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan, Ibu Harina Yuhetti, ketika membuka KIPBIPA

VI di Hotel Sol Elite Marbella, Anyer, Banten, Selasa malam,11 Juli 2006.

Menteri juga mengatakan bahwa peran BIPA sangat penting dan strategis

dalam memperkenalkan Indonesia kepada masyrakat internasional karena BIPA

merupakan media penyampaian berbagai informasi tentang Indonesia, termasuk

memperkenalkan masyarakat dan budaya Indonesia. Dengan demikian, orang asing

yang mempelajari bahasa Indonesia akan semakin memahami masyarakat dan budaya

Indonesia secara komprehensif yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa saling

pengertian antarbangsa.

Berkembangnya pengajaran bahasa Indonesia di dunia internasional itu paling

tidak akan memberikan dua keuntungan, yaitu dapat memperbesar peluang bagi

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
bahasa Indonesia untuk digunakan sebagai bahasa pergaulan antarbangsa dan dapat

menunjang pemulihan citra Indonesia di dunia internasional.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

(1) Pariwisata, kebudayaan, dan bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat. Ini

disebabkan pariwisata di Indonesia dikembangkan berdasarkan kebudayaan nasional

Indonesia. Kebudayaan nasional yang didukung oleh kebudayaan-kebudayaan daerah

bisa dinikmati oleh wisatawan memerlukan sarana pengungkap yaitu bahasa. Artinya,

orang ingin mengetahui kebudayaan nasional Indonesia harus melalui bahasanya

yaitu bahasa Indonesia. Demikian juga orang yang belajar bahasa Indonesia secara

tidak langsung juga mempelajari kebudayaan nasional Indonesia. Jadi, dengan

demikian bahasa (Indonesia) merupakan sarana pengungkap kebudayaan nasional

Indonesia yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata di Indonesia.

(2) hubungan yang demikian erat antara pariwisata, kebudayaan, dan bahasa tidak

saja memberikan dampak positif, tetapi juga menimbulkan masalah sebagai dampak

negatifnya.

(3) Dampak positif perkembangan pariwisata terhadap kebudayaan di antaranya akan

terjadi akulturasi kebudayaan, karena adanya interaksi masyarakat lokal dengan

wisatawan, kebudayaan-kebudayaan daerah akan terus berkembang karena adanya

wisatawan (orang asing) yang datang berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
dekat kebudayaan asli tersebut, dan adanya usaha-usaha penggalian nilai-nilai budaya

asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Di samping dampak positif, perkembangan

pariwisata dapat menimbulkan masalah kebudayaan, yaitu terjadinya ekspolitasi

kebudayaan yang berlebihan sehingga terjadilah komersialisasi.

(4) Perkembangan pariwisata di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap

perkembangan bahasa Indonesia terutama dalam hal khazanah kosa kata. Misalnya:

agrowisata, apartemen, awak kabin, bandara, bar, bartender, brosur, Usaha Perjalanan

Wisata, kargo, souvenir, reservasi, Diparda, destinasi, objek wisata, daerah tujuan

wisata, ekowisata, embarkasi, hotel, restoran, jasa boga, kepariwisataan, paspor,

devisa, visa, pelancong, pramusaji, pramuwisata, prasmanan, bufe, sadar wisata, sapta

pesona, tata graha, tour, wisatawan, paket wisata, wisatawan domestic (wisdom), dan

wisatawan mancanegara (wisman). Sedangkan masalah yang muncul adalah belum

maksimalnya fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pengungkap komponen dan

produk-produk industri pariwisata.

5.2 Saran

Tujuan pembangunan pariwisata nasional adalah mewujudkan pariwisata

berkesinambungan. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Indonesia yang

berlandaskan kebudayaan harus benar-benar dicermati. Artinya, kebudayaan

Indonesia jangan sampai menjadi korban akibat pengembangan pariwisata, justru

sebaliknya pariwisata harus memberikan kontribusi yang positif terhadap kebudayaan

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
dalam arti luas, termasuk bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai sarana

pengungkap kebudayaan Indonesia. Dalam hal ini agar pariwisata Indonesia benar-

benar bercermin pada kebudayaan Indonesia perlu dipikirkan kemungkinan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asing (Inggris) secara bersama-sama. Di

sinilah diperlukan kebijakan yang tegas untuk mengatur hal itu dan juga dibutuhkan

suatu tanggung jawab moral oleh para pelaku pariwisata untuk menjaga dan

melestarikan kebudayaan nasional

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Madjid,Mukhtar. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia:Medan:Bartong Jaya

Marpaung. SH. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan:Bandung:Alfabeta

Pendi. S. Nyaman. 1987. Ilmu Pariwisata. Jakarta:PT. Pradnya Parmita.

Rahman. Taufia, 2003. Panduan Belajar Antropologi,.Jakarta : Yudhistira.

Ritonga, Parlaungan.2006. Bahasa Indonesia. Medan : Bartong Jaya.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
BIODATA

Nama : Jeni Khariah

T. Tgl. Lahir : Medan, 9 Januari 1998

Agama : Islam

Hobi : Pembaca, jalan-jalan dan mendengarkan musik

Alamat : Jln. P Tirtanadi Gg. Sejahtera No. 6

Pendidikan : 1. SD Negeri 060917 Medan Jln. T. Amir Hamzah

2. SLTP Sultan Iskandar Muda Jln. T. Amir Hamzah

3. SMA Sultan Iskandar Muda Jln. T. Amir Hamzah

4. D-III Pariwisata Program Studi Usaha Wisata Universitas

Sumatera Utara Medan.

Nama Orangtua :

Ayah : Ok. Darwin

Ibu : Fatma Deli

Moto : Hidup ini bukan untuk ditangisi, tapi untuk dijalani.

Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009
Jeni Khairiah : Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kebudayaan Dan Bahasa, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai