Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TAHAP PERKEMBANGAN
PRAKONVENSIONAL KOHLBERG

OLEH :

Intan Sutrawati (E1F019041)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PEDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantias kami panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Moral dan Disiplin Anak Usia Dini (AUD), serta pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan segenap kerendahan hati, kami menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan dan
menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Mataram, 20 September 2020

penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta moral)
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang dalam berinteraksi dengan
orang lain. Para pakar perkembangan anak mempelajari tentang bagaimana anak-anak
berpikir, berperilaku dan menyadari tentang aturan-aturan tersebut.
Anak-anak memiliki potensi moral yang siap untuk dikembangkan, melalui berbagai
pengalaman sosial yang dialami, anak belajar tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Perkembangan moral pada anak penting untuk mendapat perhatian, dengan moral
yang baik diharapkan anak dapat diterima dengan baik dilingkungan masyarakat. Banyak
pakar yang memberikan perhatian terhadap perkembangan moral, di antaranya Piaget,
Kohlberg, Elizabeth Hurlock, Santrock, Immanuel Kant, Freud, Lerner dan Hunt.
Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang
standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal,
yang mengatur aktivitas seseorang ketika ia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi
interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik (Gibbs, 2003; Power,
2004; Walker & Pitts, 1998) . Tahapan perkembangan moral Lawrence Kohlberg dibuat
setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap
dilema moral yang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Oleh karena
itu, kami membahas dalam makalah ini perkembangan moral berdasarkan teori Kohlberg.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat ditemukan rumusan masalahnya antara lain :
1. Bagaimanakah pengertian dari tahap perkembangan prakonvensional kohlberg?
2. Apa sajakah contoh dari tahap perkembangan prakonvensional kohlberg?
3. Bagaimanakah perbedaan tahap perkembangan prakonvensional kohlberg dan piaget?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui pengertian dari tahap perkembangan prakonvensional kohlberg.
2. Mengetahui contoh dari tahap perkembangan prakonvensional kohlberg.
3. Mengetahui perbedaan tahap perkembangan prakonvensional kohlberg dan piaget.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tahap Perkembangan Prakonvensional Kohlberg
Teori moral adalah sikap dan perilaku individu yang didasari oleh nilai nilai hukum
yang berada di lingkungan tempat dia hidup. Jadi individu dapat dikatakan dapat memiliki
teori moral adalah ketika individu sudah hidup dengan mentaati hukum hukum yang berlaku
di tempat dia hidup.
Sedangkan menurut Lawrence Kohlberg , tahapan perkembangan teori moral adalah
ukuran dari tinggi rendahnya teori moral individu berdasarkan perkembangan penalaran teori
moralnya. Teori perkembangan moral kohlberg yang dikemukakan oleh Psikolog Kohlberg
menunjukan bahwa perbuatan moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari
kebiasaan dan hal hal lain yang berhubungan dengan norma kebudayaan (Sunarto,2013:176).
Selain itu Psikolog Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari
perilaku moral (Moral Bahavior). Dalam perkembangannya Psikolog Kohlberg juga
menyatakan adanya tingkat tingkat yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Tingkat
Teori perkembangan moral kohlberg adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral individu dari
segi proses penalaran yang mendasarinya bukan dari perbuatan moral. Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai
stadium perkembangan dengan tingkat yang teridentifikasi yaitu dapat dijelaskan sebagai
berikut. 
 Prakonvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,
walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang
berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan
konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam
perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung
dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah
secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan
dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang
orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis
otoriterisme.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar
didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan
perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga
berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan
kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh
loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam
tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif
dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
 Masa Moral Pra konvesional
Pada masa pertama ini, individu sangat tanggap terhadap aturan aturan budaya,
misalnya aturan aturan baik atau buruk, salah atau benar, dsb. Individu akan mengaitkan
aturan aturan tersebut sesuai dengan akibat yang akan dihadapi atas perbuatan yang
dilakukan. Individu juga menilai aturan aturan tersebut berdasarkan kekuatan fisik dari yang
menerapkan aturan aturan tersebut. Pada masa prakonvensional ini dibagi menjadi dua masa
yaitu:
a. Masa Punishment and Obedience Orientation
Pada masa ini, secara umum individu menganggap bahwa konsekuensi yang
ditimbulkan dari suatu perbuatan sangat menentukan baik buruknya suatu perbuatan
yang dilakukan, tanpa melihat sisi individunya. Perbuatan perbuatan yang tidak
diikuti dengan konsekuensi dari perbuatan tersebut, tidak dianggap sesuatu hal yang
buruk.
b. Masa Instrumental Relativist Orientation atau Hedonistic Orientation
Pada masa ini, suatu perbuatan dikatakan benar apabila perbuatan tersebut mampu
memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun individu lain, serta perbuatan tersebut
tidak merugikan. Pada masa ini hubungan antar individu digambarkan sebagaimana
hubungan timbal balik dan perbuatan terus terang yang menempati kedudukan yang
cukup penting.
2.2 Contoh Tahap Perkembangan Prakonvensional Kohlberg
a. Tahap pra konvensional
pada tahap ini penilaian tentang baik buruknya sesuatu ditentukan oleh faktor dari luar atau
otoritas. Pada tahap prakonvensional ini dibedakan menjadi dua tahap :
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan
Perbuatan yang dia lakukan di dasarkan pada hukuman apabila dia tidak patuh.
Contoh : Seorang anak tidak memukul adiknya karena dilarang oleh ibunya, dan jika
dia melanggar larangan tersebut, ia bisa saja mendapat hukuman dari ibunya.
2. Orientasi Relativis Instrumental
Perbuatan yang dia lakukan didasarkan pada hubungan timbal balik dengan orang
lain. Bukan karena loyalitas, rasa terimakasih atau keadilan. Contoh : Adi akan datang
ke rumah Arya asal Arya mau menyediakan camilan untuk Adi.
2.3 Perbedaan Tahap Perkembangan Prakonvensional Kohlberg dan Piaget.

Anda mungkin juga menyukai