Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI, TAHAPAN DAN BENTUK-BENTUK


PERKEMBANGAN MORAL ANAK
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Teori, Tahapan dan Bentuk-Bentuk Perkembangan Moral Anak
ini. Kami juga berterima kasih kepada selaku Dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan Anak SD/MI yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Daftar Isi

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan moral?
2. Sebutkan teori perkembangan moral?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian perkembangan moral.
2. Untuk mengetahui apa saja teori perkembangan moral.
D. Metode
Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah:
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku,
jurnal, maupun informasi internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara berdiskusi langsung dengan teman-
teman yang mengetahui tentang informasi yang diperlukan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang terkait denganaturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusiadalam
interaksinya dengan orang lain.1 Anak-anak kapan angka tidak memilikimoral
yang disebut dengan immoral.Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral
yangsiap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan orang tua, saudara, teman
sebaya dan guru, anak belajar mengerti tentang perilaku mana yang baik, yang
boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan. Tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban,
dan lain-lain. Moral terkait dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan
kendali dalam bertingkah laku. Oleh sebab itu mereka akan melakukan suatu
tindakan, dimana tindakan tersebut akan ternilai sebagai tindakan moral yang
ternilai baik.
Disamping adanya perkembangan sosial, anak-anak usia pra sekolah juga
mengalami perkembangan moral. Adapun yang maksud dengan perkembangan
moral adalah perkembangan yang terkait dengan aturan dan konvensi
mengenaiapa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Saat anak-anak angka tidak memiliki asusila, namun mereka
memiliki potensimoral yang siap dikembangkan. Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain, mereka akan belajar mengerti tentang perilaku
mana yang baik dan yang buruk.
Untuk mengerti perkembangan moral, kita harus memiliki pengetahuan
dasar tentang bagaimana seseorang mempertimbangkan dan berpikir mengenal
keputusan moral, bagaimana sebenarnya seseorang berperilaku dalam situasi
moral, bagaimana seseorang merasakan hal-hal yang berhubungan dengan
moral dan apa yang menjadi kepribadian moral individu.
1
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rosda Karya), h. 258.

2
B. Teori-Teori Perkembangan Moral
a. Teori Kognitif Piaget tentang perkembangan moral
Teori kognitif piaget mengenai pengembangan moral melibatkan
prinsip- prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif
yang ditemui dalam teorinya tentang perkembangan intelektual. Bagi piaget
perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan.
Karena itu hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk menerima
dan menaati sistem peraturan. Berdasarkan hasil observasinya terhadap
aturan-aturan permainan yang digunakan anak-anak, piaget kesimpulan
bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua
tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan otonomous morality.2
Heteronomous morality atau morality of constrain ialah tahap
perkembangan moral yang terjadi pada anak-anak usia kira-kira 6 hingga 9
tahun. Dalam tahap berpikir ini anak-anak menghormati ketentuan-
ketentuan suatu permainan sebagai sesuatu yang bersifat suci dan tidak
dapat dirubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Anak-anak
pada masa ini yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu
aturan dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan. Mereka percaya bahwa
jarak diasosiasikan secara otomatis dengan hukuman. Menurut tingkat
kesalahan yang dilakukan seorang anak dengan mengabaikan apakah
kesalahan itu disengaja atau tidak maka tidak akan berhasil.
Autonomous morality of cooperation ialah tahap tahap perkembangan
moral yang terjadi pada anak-anak usia kira-kira 9 sampai 12 tahun. Pada
tahap ini anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan hukuman-hukuman
tercipta oleh manusia dan dalam menerapkan suatu hukuman atas suatu
tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku atau akibatnya. Bagi
anak-anak dalam tahap ini, peraturan-peraturan hanyalah masalah
kenyamanan dan kontrak sosial yang telah disetujui bersama, sehingga
mereka menerima dan bersedia perubahan menurut kesepakatan. Dalam
tahapan ini, anak juga meninggalkan penghormatan sepihak kepada otoritas

2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,... h. 259.

3
dan mengembangkan penghormatan kepada teman sebayanya. Mereka
nampak membandel kepada otoritas, serta lebih menaati peraturan
kelompok sebaya atau pimpinanan.
Anak mengalami kemajuan dari tahap moralitas heteronom ke tahap
moralitas otonom dengan perkembangan struktur kognitif tetapi juga karena
interaksi dengan teman-teman yang mempunyai status yang sama.
b. Teori Kohlberg tentang perkembangan moral
Teori Kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluas,
modifikasi, dan redefeni atas teori Piaget. Teori ini didasarkan atas
analisisnya terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga
16 tahun yang dihadapkan pada suatu dilema moral, di mata mereka harus
memilih antara tindakan mentaati peraturan atau memenuhi kebutuhan
hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.3
Berdasarkan pertimbangan yang diberikan atas pertanyaan kasus
dilematis yang dihadapi seseorang. Kohlberg mengklarifikasikan
perkembangan moral atas tiga tingkatan (level), yang kemudian dibagi lagi
menjadi enam tahap (stage). Kohlberg setuju dengan Piaget yang
menjelaskan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pembelajaran
yang diperoleh dari pengalaman.Tetapi, tahap-tahap perkembangan moral
terjadi dari aktivitas spontan dari anak-anak. Anak-anak memang
berkembang melelui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak
khusus, di mana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan.
Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah
orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran
dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata.
Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat
moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya.
Tabel tingkat dan tahap perkembangan moral menurut Kohlberg
Tingkat Tahap

3
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,... h. 260.

4
1. Prakovensional moralitas 1. Orientasi hukuman pemahaman
Pada tingkat ini anak mengenal anak tentang baik dan buruk
moralitas berdasarkan dampak ditentukan oleh otoritas. Kepatuhan
yang ditimbulkan oleh suat perbuatan, terhadap aturan adalah untuk jarak
yaitu menyenangkan (hadiah) atau hukuman dan otoritas.
menyakitkan (hukuman). Anak tidak 2. Orientasi hedonistik Instrumental
melanggar aturan karena takut akan suatu perbuatan baik sehingga
ancaman hukuman dan otoritas. berfungsi sebagai instrument untuk
2. Konvensional mengerti kebutuhan atau kepuasan
Suatu perbuatan baik oleh anak diri.
sehingga mematuhi harapan otoritas 3. Orientasi anak yang baik tindakan
atau kelompok sebaya. berorientasikan pada orang lain. Suatu
3. Pasca konvensional perbuatan baik sehingga menyenang-
Pada tingkat ini aturan dan pakaian kan bagi orang lain.
dari masyarakat tidak dipandang 4. Orientasi keteraturan dan orientasi
sebagai tujuan akhir. Tetapi perilaku yang baik adalah menunaikan
diperlukan sebagai subjek. Anak kewajiban, menghormati otoritas dan
mentaati aturan untuk jarak hukuman kata ketertiban sosial.
kata hati. 5. Orientasi kontrol sosial legalistik
dan semacam berjanji antar dirinya
dan lingkungan sosial. Perbuatan baik
sehingga sesuai.
6. Orientasi kata hari benar ditentukan
oleh kata hati, sesuai dengan prisip-
prinsip etika universal yang bersifat
abstrak dan penghormatan terhadap
martabat manusia.

c. Teori Pikiran (Teori Dari Pikiran)

5
Teori ini merupakan pemahaman bahwa orang lain dapat memiliki
kondisi-kondisi mental yang berbeda dengan kita, yaitu pikiran-pikiran,
pengetahuan, hasrat, perasaan, dan keyakinan-keyakinan yang berbeda.4
Teori dari pikiran atau yang disingkat TDP ini terutama berkembang
dalam usia tujuh tahun pertama. Namun tidak sepenuhnya lengkap hingga
mencapai masa remaja. TDP penting bagi keberfungsian social dan
emosional. Jika anda memiliki TDP anda mampu menempatkan diri anda
dalam posisi orang lain. Membayangkan apa yang mereka rasakan,
karenanya ini merupakan bagian dari empati. Empati yaitu kemampuan kita
untuk mengerti dan Identifikasi dengan perasaan orang-orang lain.
Telah diamati bahwa anak-anak dengan autisme kurang memiliki TDP
dan ini dan dianggap membantu menjelaskan masalah yang mereka alami
dalam keberfungsian sosial.
TDP dianggap penting bagi perkembangan penalaran moral karena
memungkinkan kita untuk berpikir tentang kondisi-kondisi mental orang
lain dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan yang salah.
Perkembangan TDP
1. Kendali anak-anak prasekolah mencoba mengatribusikan
pengetahuan dan kondisi-kondisi mental pada orang lain, namun
baru pada usia sekitar empat tahun anak-anak menunjukkan TDP yang
koheren.
2. TDP salah menunjukkan suatu perubahan kualitatif dalam berpikir
pada anak-anak.
3. Umumnya anak-anak yang berkembang tidak menjawab dengan benar
hingga mereka berusia empat tahun.
4. Meskipun demikian tugas TDP ini bukanlah salah satu yang
merendahkan kemampuan anak-anak.

4
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 185.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan moral adalah perkembangan yang terkait dengan aturan
dan konvensi mnegenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam

7
interaksinya dengan orang lain. Moral merupakan gambaran dari tindakan yang
dilakukan oleh seorang individu, dimana tindakan tersebut baik atau buruk
yang bertujuan untuk mnegendalikan tingkah laku seseorang.
Dalam perkembangan moral terdapat tiga teori, yaitu teori Kohlberd,
Teori Piaget dan Teori dari Pikiran.
1. Teori Kohlberg, teori ini lebih mementingkan orientasinya untuk
mengungkapkan moral yang ada dalam pikiran dan yang dibedakan
dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata.
2. Teori Piaget, teori ini lebih melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses
yang sama dengan pertumbuhan kognitif yag ditemui dalam teori
perkembangan intelektual. Seperti yang digambarkan melalui permainan.
3. Teori dari Pikiran, pemahaman bahwa orang lain memiliki kondisi
mental yangberbeda-beda dengan orang lain, seperti tentang hasrat,
perasaan, dan lain-lain.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan di atas, kami berharap
pembaca dapat lebih mengerti tentang perkembangan moral anak. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami sebagai penyusun.
Tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik
yang bersifat konstruktif sangat kami butuhkan, guna perbaikan di masa akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai