Anda di halaman 1dari 7

Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini

Tugas III

Teori Moral

(Tokohnya, Hasil Pemikiran, dan Karakteristik Teorinya) dan Implikasinya


Terhadap Pendidikan Anak

Disusun Oleh:
Nama: Mutiara Nur Alifah
NIM : 19022029

Dosen Pengampu: Serli Marlina,M.Pd (4533)

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
03 April 2020
A. Tokohnya, Hasil Pemikiran, dan Karakteristik Teorinya
Pengertian moral secara umum adalah suatu hukum tingkah laku yang diterapkan
kepada setiap individu untuk dapat bersosialiasi dengan benar sesama manusia agar
terjalin rasa hormat dan menghormati. Kata moral selalu mengacu pada baik dan
buruknya perbuatan manusia atau akhlak. Perkembangan moral adalah perkembangan
yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 2002). 
1. Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral
didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu:
a) Tingkat Satu : Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan
internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah)
dan hukuman ekternal.
(1) Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral
didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa
menuntut mereka untuk taat.
(2) Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada
tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri
sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk
kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan
baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
b) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori
perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah
menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka
tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau
masyarakat.
(3) Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai
kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan
pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-
standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh
orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
(4) Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral
didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan
kewajiban.
c) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan
tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan
moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan
berdasarkan suatu kode moral pribadi.
(5) Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini
seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat
relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain.
Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti
kebebasan lebih penting dari pada hukum.
(6) Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah
mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia
yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati,
seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin
melibatkan resiko pribadi.

Perkembangan moral Kohlberg memiliki sifat/karakter khusus, diantaranya:


a) Perkembangan setiap tahap-tahap selalu berlangsung dengan cara yang sama,
dalam arti si anak dari tahap pertama berlanjut ke tahap kedua.
b) Bahwa orang (anak) hanya dapat mengerti penalaran moral satu tahap di atas
tahap dimana ia berada.
c) Bahwa orang secara kognitif memiliki ketertarikan pada cara berfikir satu
tahap di atas tahapnya sendiri.

2. Teori Perkembangan Moral Menurut Piaget


Piaget menyatakan bahwa perkembangan alasan moral anak berkembang dalam dua
tahapan.
a) Tahap perkembangan kognitif praoperasional konkret (tahap 1)
b) Tahap operasional konkret (tahap 2)

Tahapan tersebut sebenarnya mengacu pada pemikiran Dewey, yang Teorinya


dikembangkan lebih lanjut oleh Piaget. Dari teori Dewey tersebut Piagetmenentapkan
3 tahap perkembangan moral yang diikuti dengan ketentuan umur :
a) Tahap pra-moral, yaitu anak yang berumur dibawah 4 tahun;
b) Tahap heteronomous, yaitu anak yang berumur antara  4 – 8 tahun;
c) Tahap otonomous, yaitu anak yang berumur 9 – 12 tahun.

Moral mempunyai suatu karakter tertentu antara lain yaitu:

(1) Moral sebagai etika, sebagai nilai moral intrinsik, prinsip baik dan buruk dalam
sebuah kelompok masyarakat
(2) Moral sebagai hipotesis imperative
(3) Moral merupakan suatu restricted action.

B. Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak


Beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan guru disekolah dalam membantu
perkembangan moral dan spiritual peserta didik, yaitu :
1. Memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui kerikulum tersembunyi, yakni
menjadi sekolah sebagai atmosfer moral dan agama secara keseluruhan. Atmoisfer
disini termasuk peraturan sekolah dan kelas, sikap terhadap kegiatan akademik dan
ekstrakurikuler, orientasi moral yang dimiliki gura dan pegawai serta materi teks yang
digunakan. Terutama guru dalam hal ini harus mampu menjadi model tingkah laku
yanmg mencerminkan nilai-nilai moral dan agama. Tanpa adanya model tingkah laku
yang baik dari guru, maka pendidikan moral dan agama yang diberikan disekolah
tidak akan efektif menjadi peserta didik yang moralis dan religious.
2. Memberikan pendidikan moral langsung, yakni pendidikan moral dengan pendekatan
pada nilai dan juga sifat selama jangka waktu tertenyu, atau menyatukan nilai-nilai
dan sifat-sifat tersebut kedalam kurikulum. Dalam pendekatan ini, intruksi dalam
konsep moral tertentu dapat mengambil bentuk dalam contoh dan definisi, diskusi
kelas dan bermain peran, atau member penghargaan kepada siswa yang berperilaku
secara tepat.
3. Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan
moral tidak langsung yang berfokus pada upaya membantu siswa memperoleh
kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari. Dalam
klarifikasi nilai, siswa diberikan pertanyaan dan mereka diharapkan untuk member
tanggapan, baik secara individual maupun secara kelompok.tujuannya adalah untuk
menolong siswa menentukan nilai mereka sendiri dan menjadi peka terhadap nilai
yang di dapat oleh orang lain.
4. Menjadikan pendidikan sebagai wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk
menghayati agamanya, tidak hanya sekedar bersifat teoritis tetapi penghayatan yang
benr-benar dikontruksi dari pengalaman keberagamaan. Oleh sebab itu, pendidikan
agama yang dilangsungkan disekolah harus lebih menekankan pada penempatan
peserta didik untuk mencari pengalaman keberagamaan. Dengan demikian maka yang
ditonjolkan dalam pendidikan agama adalah ajaran dasar agama yang asarta dengan
nilai-nilai spiritualitas dan moralitas seperti kedamaian dan keadilan.
5. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan
spiritual parenting, seperti :
a) Memupuk hubungan sadar anak dengan Tuhan melalui do’a setiap hari
b) Menanyakan kepada anak bagaimana Tuhan terlibat dalam aktivitasnya sehari-
hari
c) Memberikan kesadaran kepada anak bahwa Tuhan akan membimbing kita apabila
kita meminta
d) Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada dalam jiwa mereka dengan
cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri merekatumbuh atau
mendengar darah mereka mengalir, tetapi tahu bahwa semua itu sungguh-sungguh
terjadi sekalipun mereka tidak melihat apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup.Diterjemahkan oleh


Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga

https://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg

https://www.zonareferensi.com/pengertian-moral/

http://sayylive.blogspot.com/2015/11/implikasi-perkembangan-moral-dan.html?m=1 diakses hari


senin tanggal 2 November 2015

http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdf

Anda mungkin juga menyukai