Tugas 1
Resume
Disusun Oleh:
NIM: 19022029
27 Februari 2021
A. Pengertian Anak
Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan
pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni Tuhan Yang
Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya. (M. Nasir Djamil, 2013:8)
Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda
penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri
dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Oleh karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung
jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan
berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. (M. Nasir Djamil, 2013:8)
Masa usia dini merupakan masa kecil ketika anak memiliki kekhasan dalam
bertingkah laku. Bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah lakunya yang lucu,
membuat orang dewasa merasa senang, gemas dan terkesan. Namun, terkadang
juga membuat orang dewasa merasa kesal, jika tingkah laku anak berlebihan dan
tidak bisa dikendalikan.
Segala bentuk aktivitas dan tingkah laku yang ditunjukkan seorang anak pada
dasarnya merupakan fitrah. Sebab, masa usia dini adalah masa perkembangan dan
pertumbuhan yang akan membentuk kepribadiannya ketika dewasa. Seorang anak
belum mengerti apakah yang ia lakukan itu berbahaya atau tidak, bermanfaat atau
merugikan, serta benar maupun salah. Hal yang terpenting bagi mereka adalah ia
merasa senang dan nyaman dalam melaukannya. Oleh karena itu, sudah menjadi
tugas orang tua dan pendidikan untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam
beraktivitas supaya yang dilakukannya tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya
sehingga nantinya dapat membentuk kepribadian yang baik.
Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan suci (fitrah) dan
menyusun drama kehidupannya sesudah kelahiran dan bukan sebelumnya. Tidak
peduli di lingkungan keluarga atau masyarakat macam apa dia dilahirkan, setiap
manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
bersih, dengan mendasarkan posisinya pada otonomi dan individualitas mutlak.
(Isma’il Raji Al-Faruqi, Tauhid, 1995)
Ketika dikatakan bahwa aktivitas dan tingkah laku anak merupakan fitrah.
Maka memang sejalan dengan penciptaan manusia. Manusia itu adalah suci, maka
semua bentuk aktivitas yang dilakukannya adalah prilaku dirinya sendiri yang
dibentuk dari lingkungannya. Manusia itu memiliki posisi yang otonom, maka
anak ketika bertindak di depan orang lain itu adalah hak yang mereka miliki, hak
sadar yang mereka lakukan meskipun belum memahami apa maksud yang mereka
lakukan.
Sigmund Freud memberikan ungkapan “child is father of man” artinya anak
adalah ayah dari manusia. Maksudnya adalah masa anak berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang (Muhammad Fadillah, 2012).
Melihat ungkapan Freud, menunjukkan bahwa perkembangan anak sejak masa
kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa. Pengalaman-pengalaman
yang diperoleh anak secara tidak langsung akan tertanam pada diri seorang anak.
Untuk itu sebagai orang tua dan pendidik wajib mengerti karakteristik-
karakteristik anak usia dini, supaya segala bentuk perkembangan anak dapat
terpantau dengan baik. Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini:
1. Anak tidak dapat berjuang sendiri, salah satu prinsip yang digunakan dalam
perlindungan anak adalah: anak itu adalah modal utama kelangsungan hidup
manusia, bangsa, dan keluarga, untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak
tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya, banyak pihak yang mempengaruhi
kehidupannya
2. Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child), agar perlindungan
anak dapat diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip yang menyatakan
bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai of paramount
importence (memperoleh prioritastertinggi) dalam setiap keputusan
menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan
mengalami banyak batu sandungan
3. Ancangan daur kehidupan (life-circle approach), perlindungan anak mengacu
pada persamaan pada pemahaman bahwa perlindungan anak harus dimulai
sejak dini dan terus menerus. Janin yang berada dalam kandungan perlu
dilindungi dengan gizi termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui
ibunya. Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu (ASI) dan pelayanan
kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain,
sehingga anak terbebas dari berbagai mungkin kecacatan dan penyakit
4. Lintas Sektoral, nasib anak tergantung dari berbagai faktor, baik yang makro
maupun mikro, yang lansung maupun tidak lansung (Widiantari 2017).
Perlindungan anak harus menjadi bagian dari Misi lembaga, artinya semua
anak yang ada di Satuan PAUD harus terlindung dari kekerasan fisik dan
kekerasan non fisik, antara lain:
1. Memastikan lingkungan, alat, dan bahan main yang digunakan anak dalam
kondisi aman, nyaman dan menyenangkan.
2. Memastikan tidak ada anak yang terkena bully atau kekerasan fisik ataupun
ucapan oleh teman, guru, atau orang dewasa lainnya disekitar Satuan PAUD.
3. Mengenalkan kepada anak bagian tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak
boleh disentuh.
4. Mengajarkan anak untuk dapat menolong dirinya apabila mendapat perlakuan
tidak nyaman, misalnya meminta pertolongan atau menghindari tempat dan
orang yang dirasakan membahayakan.
5. Semua area di satuan PAUD berada dalam jangkauan pengawasan guru.
6. Semua anak mendapat perhatian yang sama sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya.
7. Memastikan semua guru terbiasa ramah, menghormati, menyayangi, serta
peduli kepada semua anak dengan tidak mecap atau melabelkan sesuatu pada
anak.
8. Menumbuhkan situasi di area Satuan PAUD penuh keramahan, santun, dan
saling menyayangi.
9. Memastikan saat anak pulang sekolah dalam posisi aman (ada orang dewasa
yang mendampingi)
10. Menangani dengan segera ketika anak mengalami kecelakaan yang terjadi di
Lembaga PAUD.
Dalam upaya menempatkan posisi anak ke dalam subjek hukum yang nornal
atau layaknya seorang yang disebut sebagai subjek hukum, ada beberapa faktor
yang menjadi pertimbangan utama meliputi unsur-unsur internal maupun unsur-
unsur eksternal, yaitu :
1. Unsur internal dalam diri anak :
a) Subjek hukum, sebagai seorang anak juga digolongkan sebagai human
right yang terkait dalam ketentuan-ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ketentuan dimaksud diletakkan pada anak dengan golongan
orang yang belum dewasa, seorang yang berada dalam perwalian, orang
yang tidak mampu melakukan perbuatan hukum.
b) Persamaan hak dan kewajiban anak (recht gelijkstelling en kind plicht),
seorang anak juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
orang dewasa yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan dalam
melakukan perbuatan hukum. Hukum memposisikan anak sebagai
mediator hukum untuk dapat memperoleh hak-hak dan atau melakukan
kewajiban-kewajiban dan atau dapat disejajarkan dengan kedudukan orang
dewasa atau disebut sebagai subjek hukum normal.
2. Unsur eksternal pada diri anak :
a) Ketentuan hukum atau persamaan kedudukan dalam hukum (gelijkstelling
in voor het recht), dapat memberikan legalitas formal terhadap anak
sebagai seorang yang tidak mampu untuk berbuat peristiwa hukum yang
dicantumkan oleh ketentuan-ketentuan peraturan hukum itu sendiri.
Demikian pula ketentuan-ketentuan yang membuat perincian tentang
klasifikasi kemampuan dan kewenangan berbuat peristiwa hukum dari
anak yang bersangkutan.
b) Hak-hak istimewa (bijzondere rechten) yang diberikan negara atau
pemerintah yang bersilsilah dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
perundang-undangan lainnya
G. Landasan Perlindungan Anak
1. Non diskriminasi
Bermakna bahwa semua anak berhak mendapatkan keadilan atas hak-haknya
tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, warna kulit, agama, status sosial dan lain
sebagainya.Dalam praktiknya perilaku diskriminatif masih saja terjadi di
lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat dan lain sebagainya. Disadari
atau tidak kadang orang tua cenderung akan membedakan perlakuan terhadap
anak-anaknya disebabkan karena faktor jenis kelamin, pintar atau bodoh,
penurut atau tidak serta faktor lainnya.Kebijakan non diskriminasi hanya akan
melanggengkan kekerasan di rumah tangga itu sendiri baik antara orang tua
dengan anak maupun antara sesama anaknya. Kebijakan reward dan
punishment sah-sah saja dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Namun tentunya itu dilakukan secara proporsional agar tidak memicu
kecemburuan atau memberikan peluang konflik baru.
2. kepentingan terbaik bagi anak
Dalam setiap pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan anak maka anak-
anak harus dilibatkan. Sekarang sudah bukan zamannya situ nurbaya lagi,
namun fenomena siti nurbaya masih banyak kita temui baik diperkotaan
apalagi di pedesaan. Sudah saatnya pendidikan anak berpusat pada anak.
Kemauan anak harus menjadi dasar pembuatan kebijakan itu sendiri. Namun,
jika pendapat anak tersebut tidak rasional maka itu tugas orang dewasa untuk
memberikan pemahaman yang baik sesuai dengan tingkat usia dan
perkembangan mereka.
3. Hak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan
Prinsip ini menjelaskan tentang jaminan terhadap kelangsungan hidup anak.
Artinya segala potensi yang akan membahayakan anak harus diminimalisir di
setiap lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Rumah dan sekolah harus
menjadi tempat yang bersahabat dengan anak agar mereka nyaman untuk
belajar, bermain, memanfaatkan waktu luang dan lain sebagainya.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak
Sebagian dari orang tua atau guru masih alergi dengan yang namanya
pendapat anak. Sering sekali hak anak untuk berpendapat dimaknai sinis oleh
guru maupun orang tua. Padahal jika sejak dini anak dibiasakan untuk belajar
berpendapat maka kelak ketika dewasa dia terbiasa dengan perbedaan
pendapat itu sendiri. Saat ini banyak peristiwa perbedaan pendapat yang
menuju kepada konflik dan kekerasan disebabkan karena tidak siap dengan
perbedaan itu sendiri.
I. Hak dan Kewajiban Anak
1. Hak Anak
Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin, dilindungi,
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah
daerah. Mengenai hak anak penulis, mengelompokan menjadi beberapa
bidang, yaitu:
1) Perorangan / Pribadi
a. Untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan martabat kemanusian, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan nasional.
b. Suatu nama atas identitas diri dan status kewarganegaraan.
c. Berhak untuk berbicara sesuai dengan agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam
bimbingan orang tua ata wali.
d. Untuk melihat orang tua, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri.
e. Dalam keadaan terlantar berhak diasuh atau diangkat sebagai anak
asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan
peraturan-undangan yang berlaku.
2) Kesehatan
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
3) Pendidikan
a. Memperoleh Pendidikan dan membangun dalam rangka
pengembangan dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakat.
b. Mendapat perlindungan di satuan Pendidikan dari kejahatan seksual
dan kekerasan yang dilakukan pendidik, dan / atau pihak lain.
c. Memperoleh Pendidikan luar biasa bagi anak penyandang disabilitas,
dan mendapatkan Pendidikan khusus bagi anak yang memilki
unggulan.
4) Sosial Kemasyarakatan
a. Menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya
demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan.
b. Untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
c. Memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial bagi anak penyandang disabilitas
5) Hukum
a. Mendapat perlindungan dari kewarganegaraan, eksploitasi baik
ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan,
penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya selama
dalam masa pengasuhan.
b. Untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali ditentukan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan-undangan.
c. Memperoleh perlindungan dari keterlibatan dalam kegiatan politik,
pelibatan dalam sengketa, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan
dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, pelibatan dalam
peperangan, kejahatan sesksual.
d. Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan,
atau penjatuhan yang tidak manusiawi.
e. Memperoleh kebebasan demi hukum.
2. Kewajiban Anak
Setiap anak berkewajiban untuk:
1) Menghormati orang tua, wali dan guru.
2) Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman.
3) Mencintai tanah air, bangsa, dan negara.
4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajarannya.
5) Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Hak dan kewajiban harus seimbang, walaupun hak anak merupakan hak dasar,
namun hak dasar tersebut tidak boleh bertentangan atau bertentangan dengan hak
dasar individu lainnya. (RenTo) (120319)
DAFTAR PUSTAKA
Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
M. Nasir Djamil. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika
Soejono, Soekanto. 1990. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan
Anak. jakarta: Rineka Cipta