Anda di halaman 1dari 11

C.

Perkembangan Kepribadian dan Kemandirian AUD, Anak SD, dan remaja


1. Pekembangan Kepribadian AUD, Anak SD, dan remaja
a. Perkembangan Kepribadian Anak Usia Dini

b. Perkembangan Kepribadian Anak SD


1. Pengertian Perkembangan Kepribadian Anak SD
Pada dasarnya setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda.
terutama siswa SD. (Abdul Alim, 2009:82) Anak SD senang bermain,
bergerak, bekerja dengan kelompok, dan melakukan sesuatu hal secara
langsung atau nyata. Ketika anak senang bermain maka sebagai guru harus bisa
merancang suatu model pembelajaran yang menyenangkan terutama untuk
kelas rendah yaitu kelas 1 sampai kelas 3 SD. Sedangkan untuk anak yang aktif
bergerak sebagai pendidik membuat model pembelajaran yang berupa
keterampilan dalam membuat suatu benda misalnya plastisin yang dibentuk
menyerupai mangkok. Kemudian untuk bekerja dengan kelompok anak SD
bisa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan posisi tempat duduk dan
meja dibentuk menjadi lingkaran dan diberikan tugas kelompok yang harus
dikerjakan bersama. Selain itu, anak SD senang terhadap praktek langsung
yang pembelajarannya tidak hanya teori atau hafalan, melainkan diberikan
contoh yang nyata dalam setiap pembelajaran yang berlangsung.
Perkembangan siswa SD juga akan mempengaruhi nilai akademik dan
nonakademik. Ada yang unggul dalam kognitifnya tetapi tidak untuk sosialnya. Hal
tersebut sangat berkaitan dengan adanya faktor keturunan dan faktor lingkungan
dimana mereka berada. Yusuf (2011) mengemukakan bahwa faktor genetika adalah
segala potensi yang berkaitan dengan fisik dan psikis yang dimiliki oleh setiap anak
sejak lahir sebagai warisan dari kedua orang tuanya. Sedangkan untuk faktor
lingkungan merupakan faktor eksternal dalam pembentukan kepribadian anak.
Lingkungan pertama yang dapat membentuk kepribadian dari seorang anak tersebut
adalah keluarga, kemudian sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga berperan
penting dalam perkembangan anak karena keluarga sebagai contoh nyata dan paling
mendasar dalam menanamkan kepribadian seorang anak.
c. Perkembangan Kepribadian Remaja

2. Perkembangan Kemandirian AUD, Anak SD, dan remaja


a. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (AUD)
1) Pengertian Perkembangan Kemandirian AUD
Mengingat kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif
bagi perkembangan individu, maka sebaiknya kemandirian diajarkan pada anak
sedini mungkin sesuai kemampuannya. Seperti telah diakui segala sesuatu
yang dapat diusahakan sejak anak usia dini dapat dihayati dan akan semakin
berkembang menuju kesempurnaan.
Menurut Santoso (2007), sebenarnya, sejak anak masih ada dalam
kandungan, pendidikan secara tidak langsung sudah diberikan oleh ibunya
antara lain berwujud pembiasaan, kedisiplinan, kebersihan, keteraturan,
kesehatan dan gizi, ketenangan serta kesabaran. Kecerdasan intelektual anak
sudah 80% berkembang sampai anak usia 8 tahun.
Charles H. Cooley (1864- 1929), menyatakan bahwa tahap perkembangan
kepribadian yang pertama dimulai sejak usia dini. Pada usia ini anak sudah
mulai mengenali dirinya sendiri. Pada fase pertama ini kepribadian orang
dibedakan menjadi dua bagian. Unsur dasar yang dimaksud adalah unsur dasar
kepribadian (basic personality structure) dan capital personality.
Menurut Steinberg (dalam Desmita, 2011) kata mandiri dari dua istilah
yang pengertiannya sering disejajarkan silih berganti, yaitu “autonomy” dan
”independence”, karena perbedaan sangat tipis dari kedua istilah tersebut.
Independence dalam arti kebebasan, secara umum menunjuk pada kemampuan
individu melakukan sendiri aktivitas hidup, tanpa menggantungkan orang lain.
Menurut Erikson (dalam Desmita, 2011) menyatakan kemandirian adalah
usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan
dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan
kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya
ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif,
mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat
keputusan- keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada
pengaruh dari orang lain.
Menurut Kartadinata (dalam Nurhayati, 2011:131-132) disebutkan bahwa
kemandirian sebagai kekuatan motivasional dalam diri individu untuk
mengambil keputusan dan menerima tanggung jawabatas konsekuensi teresbut.
Anak yang memiliki ketergantungan terhadap orang lain, tidak dapat
mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan.
Berangkat dari definisi dan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kemandirian pada diri anak adalah suatu kemampuan yang dimiliki dan
dilakukan oleh anak tanpa ingin bergantung dengan orang lain, mempunyai
rasa percaya diri dan disiplin, serta bertanggung jawab dalam menyelesaikan
tugasnya dan dilakukan atas kesadaran dari dirinya sendiri.
2) Tahapan Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (AUD)
Pada awalnya seorang anak akan bergantung pada orang lain dalam hal
pemenuhan kebutuhannya, seperti: makan, kesehatan, rasa aman, kebutuhan
akan perangsangan mental, sosial, dan emosional. Dan orangtua seiring
perkembangan anak harus melatih usaha mandiri anak. Anak perlu berteman,
anak perlu diajarkan aturan disiplin, sopan santun agar tidak canggung dalam
memasuki lingkungan baru.
Menurut Erikson (dalam Diana Mutiah, 2010:26) mengidealisasikan
tumbuhnya sifat-sifat positif (autonomy) dan malu (shame) secara bersama-
sama. sama. Sekedar penegasan, anak-anak seharusnya mempercayai dunia
sekitarnya terlebih dahulu sebelum anak dapat mempercayai dirinya sendiri.
Kendati demikian suatu hal yang patut diperhatikan, bahwa autonomy yang
berlebihan justru dapat membahayakan.
Pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mencoba untuk mandiri yang secara
fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk berjalan, lari dan
bersosialisasi tanpa dibantu orang dewasa. Dengan kebebasan ini, anak masuk
dalam periode menjelajah atau eksplorasi. Oleh karena itu pada usia 2 samapi 3
tahun kemampuan anak untuk percaya diri perlu dikembangkan.
Menurut Santrock (dalam Yusuf, 2011:12) mengatakan bahwa periode
perkembangan yang rentang dari masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun disebut
tahun prasekolah. Pada masa ini anak belajar untuk menjadi lebih mandiri dan
memperhatikan dirinya. Mereka mengembangkan kesiapan sekolah dan
menghabiskan banyak waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya.
Menurut Erikson (dalam Sukmadinata, 2009:118) mengemukakan tahap-
tahap perkembangan kemandirian anak yang lebih bersifat menyeluruh. Pada
usia 0-1 tahun ditandai dengan kepercayaan– ketidakpercayaan atau dengan
istilah trust-mistrust terutama kepada orang tuanya, pada usia 1-3 tahun
ditandai dengan adanya otonomi di salah satu pihak dan rasa malu di pihak lain
atau autonomy and shane, di tahap prasekolah antara usia 3-6 tahun ditandai
dengan inisiatif dan rasa bersalah atau initiative and guilt, tahap usia 6-12
tahun yang disebut masa anak sekolah ditandai oleh kemampuan menciptakan
sesuatu dan rasa rendah diri dengan kata lain industry-inferiority, sedangkan
tahap remaja di usian 12-18 tahun ditandai dengan integritas diri dan
kebingungan atau identity–identity confusion.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan tahapan
perkembangan kepribadian anak usia dini yaitu tahap prasekolah antara usia 3-
6 tahun ditandai dengan anak belajar menjadi lebih mandiri, memperhatikan
dirinya serta adanya inisiatif dan rasa bersalah atau initiative and guilt.
3) Faktor- faktor Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (AUD)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak usia
dini terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut : (Soetjiningsih, 1995 & Mu’tadin
2002) :
a) Faktor Internal adalah faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang
meliputi:
(1) Emosi
Faktor ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak
tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
(2) Intelektual
Faktor ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi.
b) Faktor Eksternal adalah hal–hal yang datang atau ada dari luar diri anak itu
sendiri meliputi :
(1) Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya
kemandirian anak usia prasekolah. Pada usia ini anak membutuhkan
kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan.
(2) Karekteristik sosial
Karakteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya
tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak-
anak dari keluarga kaya.
(3) Stimulus
Stimulus. Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan
lebih cepat mandiri dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat
stimulasi.
(4) Pola Asuh
Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan
peran orangtua sebagai pengasuh.
(5) Cinta Dan Kasih Sayang
Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya
karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini
dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orangtua dan anak berjalan
lancar dan baik.
(6) Kualitas Interaksi Anak dan Orang Tua
Kualitas informasi anak dan orangtua yang dipengaruhi pendidikan
orangtua, dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan pada
anak karena orangtua dapat menerima informasi dari luar terutama cara
meningkatkan kemandirian anak.
(7) Pendidikan Orang Tua dan status pekerjaan
Kualitas informasi anak dan orangtua yang baik dipengaruhi
pendidikan orangtua. Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja di luar
rumah untuk mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau
kemandirian anak sesuai perkembangan usianya.
b. Perkembangan Kemandirian Anak SD
1. Pengertian Perkembangan Kemandirian Anak SD
Menurut Panen (dalam Mulyaningsih, 2014) kemandirian anak adalah
kemampuan anak dalam mengontrol dirinya sendiri, mempunyai motivasi
belajar yang tinggi, serta memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki
orientasi dan wawasan yang luas.
Menurut Suparmi (2017), kemandirian anak adalah kemampuan anak
dibawah usia 18 tahun dalam menentukan pilihan dalam berperilaku dan dapat
mengerjakan tugasnya sendiri atas keinginan sendiri tanpa dorongan dari
orang lain. Salah satu tahap perkembangan yang harus diajarkan kepada anak
sejak dini adalah kemandirian.
Menurut Hurlock (2003). Awal mula masa kanak-kanak akhir ini ditandai
dengan masuknya anak ke bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Disini, anak
menjumpai situasi dan lingkungan baru yang membuat mereka harus
beradaptasi.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kemandirian pada masa kanakkanak
akhir adalah kemampuan anak usia 7-12 tahun dalam melakukan segala
tugasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Terutama anak pada jenjang
kelas yang lebih tinggi yaitu kelas 4-6 SD anak harus mencapai kemandirian
pribadi yaitu dapat menentukan perencanaan diri, mengatasi masalah sendiri,
dan mengerjakan tugas-tugasnya sendiri.
2. Dimensi Kemandirian Anak
Ada beberapa dimensi kemandirian anak menurut Suparmi (2017), yaitu:
a) Bantu diri
Bantu diri merupakan kemampuan anak untuk dapat menolong dirinya
sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b) Tanggung jawab
Dalam kemandirian, anak diminta untuk mampu bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dan tentunya tanpa bantuan orang
lain.
c) Sosialisasi
Anak dapat bergaul dan berkomunikasi pada lingkungan sekitarnya.
Terutama di lingkungan baru, anak harus dapat beradaptasi dan
kemampuan sosialnya sangat dibutuhkan.
d) Keterampilan domestik
Keterampilan domestk merupakan keterampilan yang seharusnya sudah
diajarkan pada anak usia sekolah yang mencakup kemampuan anak dalam
merawat rumah, memakai alatalat dapur, dan merawat pakaiannya.
e) Mengatasi masalah
Dalam kemandirian, anak harus berani mengambil keputusan tanpa
pengaruh dari orang lain dan mampu berpikir akan risiko yang akan
dihadapi.
f) Inisiatif
Inisiatif merupakan kesadaran diri yang dimiliki oleh anak. Agar dapat
mandiri, anak harus mempunyai kesadaran diri untuk melakukan segala
hal sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

Kemudian, Rantina (2015), melakukan penelitian dengan mengukur


dimensi kemandirian sebagai berikut:

a) Menguasai perasaan dalam bertindak (emosional), berkaitan dengan


bagaimana cara anak menghadapi suatu situasi dan bagaimana hubungan
emosional anak dengan orang lain.
b) Bertanggung jawab
Anak harus memiliki kesadaran diri akan apa yang dia perbuat dan berani
menerima konsekuensinya.
c) Memiliki kepercayaan diri
Anak mampu memahami potensi yang dimilikinya untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
d) Disiplin Anak mampu mematuhi nilai-nilai yang ada di lingkungannya
dan bertanggung jawab atas perbuatannya

Adapula dimensi-dimensi kemandirian yang disebutkan oleh Puspitawati,


dkk. (2016) yaitu:

a) Kemampuan menolong diri sendiri


Untuk dapat mandiri, anak harus memiliki kemampuan untuk menolong
dirinya sendiri dalam hal apapun termasuk makan dan berpakaian.
b) Pengarahan diri
Anak mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk dapat menentukan
pilihannya tanpa pengaruh dari orang lain.
c) Tugas-tugas, dalam dimensi ini anak mulai mengerjakan tugas-tugasnya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
d) Komunikasi Anak berani berkomunikasi dengan orang-orang di
lingkungannya.
e) Daya Penggerak
f) Anak memiliki kemampuan menggerakkan motoriknya sendiri untuk
melakukan beberapa kegiatan.
Dari semua dimensi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan
dimensi-dimensi kemandirian yaitu kemampuan anak dalam menolong diri
sendiri, bertanggung jawab atas tugas dan masalahnya, pengendalian diri, dan
kemampuan berkomunikasi.
3. Faktor Perkembangan Kepribadian Anak SD
Kemandirian anak dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut
Solahudin (dalam Salina, Thamrin, & Sutarmanto, 2014) terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian anak pada usia sekolah yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari intelektual anak
dan emosi. Faktor eksternal terdiri dari pola asuh, lingkungan, stimulasi,
kualitas informasi anak dengan orang tua dan status pekerjaan ibu, cinta dan
kasih sayang, dan status ekonomi keluarga.
Tingkat kemandirian anak juga dipengaruhi oleh empat faktor yang
dikemukakan oleh Ali dan Asrori (dalam Suid, dkk., 2017) yaitu: Keturunan
orang tua; tingginya tingkat kemandirian dari orang tua seringkali menurun
pada anaknya. Namun faktor ini masih menjadi pertanyaan karena sebenarnya
perilaku mandiri diturunkan oleh orang tua dari cara orang tua mengajarkan
dan mendidik anaknya tentang kemandirian. Pola asuh orang tua; cara orang
tua mendidik dan mengasuh menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat
kemandirian anak. Sistem pendidikan; menciptakan kompetensi yang positif
dan pemberian penghargaan pada anak penting untuk diterapkan pada sistem
pendidikan di sekolah agar mempermudah perkembangan kemandirian anak.
Sistem kehidupan di masyarakat; membentuk lingkungan masyarakat yang
saling menghargai dan menekankan rasa aman juga akan mendorong
perkembangan kemandirian.
Dari beberapa faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat kemandirian anak dapat dikelompokkan menjadi faktor
keluarga yang terdiri dari pola asuh orang tua, keturunan, status ekonomi, dan
cinta dan kasih sayang orang tua. Serta, faktor dari lingkungan anak yaitu
sistem pendidikan anak, sistem kehidupan masyarakat, dan pengendalian
emosi anak dalam bersosialisasi.
c. Perkembangan Kemandirian Remaja
1. Pengertian Perkembangan Kemandirian Remaja
Kemandirian (autonomy) merupakan salah satu tugas perkembangan yang
fundamental pada tahun-tahun perkembangan masa remaja. Steinberg (1995 :
286) menegaskan becoming an autonomous person – a self governing person
– is one of the fundamental development tasks of the adolescent years. Disebut
fundamental karena pencapaian kemandirian pada remaja sangat penting
artinya dalam kerangka menjadi individu dewasa. Bahkan pentingnya
kemandirian diperoleh individu pada masa remaja sama dengan pentingnya
pencapaian identitas diri oleh mereka.
Remaja yang memiliki kemandirian yang optimal akan memperlihatkan
perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan serta memiliki
percaya diri yang baik (Monks, Knoers & Haditono, 2002).
Selanjutnya menurut Santrock (2008), kemandirian menjadi fokus utama
pada masa remaja, dimana pada masa ini banyak terjadi perubahan baik secari
fisik, emosi, kognitif serta sosial pada diri remaja.
Menurut (Ali dan Asrori, 2009: 121), perubahan kognitif penting pada
perkembangan kemandirian remaja, dimana remaja mulai mampu mengambil
keputusan sendiri, mulai dapat meminta pendapat orang lain dan mengetahui
konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Rice (1996) mengatakan, sesungguhnya tidak mudah bagi remaja dalam
memperjuangkan kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya
pemutusan ikatan infantile yang telah berkembang dan dinikmati dengan
penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak. Bahkan pemutusan ikatan
infantile itu seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami
(misunderstood) bagi kedua belah pihak remaja dan orang tua.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian pada
remaja adalah tugas perkembangan pada masa remaja yang sangat penting
sebagai bekal untuk tahap perkembangan berikutnya. Individu yang memiliki
kemandirian yang optimal akan memperlihatkan kemampuannya dalam
mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu merencanakan
masa depan serta memiliki kepercayaan diri yang baik terlebih pada
kemampuan yang dimiliki.
2. Tipe- tipe Kemandirian Remaja
Steinberg (1995 : 289) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu
kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral
(behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).
a) Kemandirian emosional (emotional autonomy)
Kemandirian emosional (emotional autonomy) pada remaja ialah
dimensi kemandirian yang berhubungan dengan perubahan keterikatan
hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama dengan orang
tua. Oleh karena itu kemandirian emosional didefinisikan sebagai
kemampuan remaja untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional
orang lain, terutama orang tua.
b) Kemandirian behavioral (behavioral autonomy)
Kemandirian behavioral (behavioral autonomy) pada remaja ialah
dimensi kemandirian yang merujuk kepada kemampuan remaja membuat
keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu.
c) Kemandirian nilai (values autonomy)
Kemandirian nilai (values autonomy) pada remaja ialah dimensi
kemandirian yang merujuk kepada kemampuan untuk memaknai
seperangkat prinsip tentang benar dan salah, serta penting dan tidak
penting.
3. Faktor Perkembangan Kemandirian Remaja
Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang,
yang bentuknya sangat beragam, pada tiap orang yang berbeda, tergantung
pada proses perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing
orang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian
remaja, yaitu :
a. Gen atau keturunan orang tua.
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan
remaja yang memiliki kemandirian juga.
b. Pola asuh orang tua.
Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan”
kepada remaja tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan
menghambat kepercayaan diri anak tersebut.
c. Sistem pendidikan disekolah
Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokrasi
pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi
akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.
d. Sistem kehidupan dimasyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya
hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang
mengahargai manifestasi potensi remaja dalam kegitan prosuktif dapat
menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja.

Anda mungkin juga menyukai