Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PEMURIDAN TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

ANAK REMAJA

Oleh:

*Yulianti Lino*

*Mahasiswa IAKN Toraja*

*Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Kristen*

ABSTRAK- Perkembangan kepribadian remaja ditandai dengan tingkah laku anak dalam
melakukan sesuatu. Kepribadian merupakan suatu ciri khas dari individu dalam berperilaku,
yang membimbing individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan
mencakup secara keseluruhan dari fikiran, perasaan dan perilaku dalam keadaan sadar ataupun
tidak sadar. Ketika berpikir tentang kepribadian, manusia memandang kepribadian itu sebagai
kesan yang ditimbulkan terhadap orang lain. Kepribadian yang dimiliki seseorang akan
berdampak terhadap moral, budi pekerti, etika orang dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain di dalam kehidupan sehari-hari dimanapun ia berada. Melalui jurnal ini
diharapkan dapat memberikan implementasi pemuridan terhadap perkembangan kepribadian
anak remaja untuk mengetahui apakah pemuridan ini memiliki pengaruh bagi perkembangan
kepribadian anak. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan kualitatif dengan
observasi di lapangan.

Kata kunci: Pemuridan, perkembangan, kepribadian anak remaja

LATAR BELAKANG

Keanekaragaman penggunaan sehari-hari kata kepribadian itu makin dikaburkan oleh


bermacam-macam arti yang diberikan oleh psikolog. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
tuntas, Allport (1937) menemukan hampir 30 defenisi yang berbeda yang digolongkannya ke
dalam sejumlah kategori. Kepribadian merupakan sesuatu yang memberi tata tertib dan
keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang dilakukan oleh di
individu1.

1
Calvin S. Hall, Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Yogyakarta: Kanisius, 1993) hlm 26
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan maanusia menjadi
satu kesatuan, tidak terp-ecah-pecah dalam fungsi-fungsi. Kepribadian sangat mempengaruhi
jiwa seseorang untuk bertingkah laku atau bertindak karena kepribadian itu dapat dinilai baik dan
buruk. Kadangkala terlihat adanya remaja yang tidak melibatkan diri kehidupan masyarakat.
Agar menjadi seorang dewasa yang dapat mengambil keputusan dengan bijaksana, remaja harus
memperoleh latihan dalam mengambil keputusan secara bertahap. Untuk melibatkan diri di
dalam masyarakat remaja juga perlu menjaga kepribadiannya sehingga dapat bertingkah laku
dengan baik yang bisa dilakukan dengan pemuridan terhadap anak remaja dalam rangka
meningkatkan setiap kepribadian yang dimiliki oleh anak remaja tersebut.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan dari latarbelakang maka yang menjadi rumusan masalah adalah
bagaimana implementasi pemuridan terhadap perkembangan kepribadian anak remaja?

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pemuridan terhadap perkembangan


kepribadiaan anak remaja.

Manfaat dari penelitian ini adalah pertama, dapat mengembangkan kepribadian anak remaja
menjadi lebih baik. Kedua, menjadi murid Kristus yang sejati.

PEMURIDAN

Kata “ pemuridan”, dan “pembentukan murid” dan “kemuridan” sering digunakan untuk
menunjuk pada gagasan yang saama. Tetapi karena “pembentukan murid” terkadang dikacaukan
dengan “disiplin” dank arena “kemuridan” sudah lama digunakan untuk mengacu pada dedikasi
seseorang, maka disini digunakan kata “pemuridan”. Pemuridan adalah suatu proses sengaja
dimana seseorang Kristen yang lebih dewasa berhubungan dengan satu atau lebih orang secara
sengaja dan pribadi dalam suatu periode waktu yang panjang, membimbing pengalaman-
pengalaman mereka sehingga pada akhirnya mereka berkembang menjadi orang Kristen yang
dewasa dan mampu melakukan hal yang sama dengan lainnya2.

2
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: Gunung Mulia, 2012) hal 127-128
Pemuridan adalah seseorang yang membagikan kehidupan bagi orang lain yang baru
percaya demi menolong mereka untuk mengenal dan memperkenalkan Kristus. Pemuridan
adalah suatu proses hubungan antara seorang pengikut Kristus yang lebih dewasa serta
berpengalaman dan beberapa orang yang baru percaya, lalu ia membagikan kehidupannya
(prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perhatian serta
hal lain yang diperlukan) demi menolong orang-orang tersebut untuk mengenal Kristus dan pada
suatu saat mereka pun akan memperkenalkan Kristus kepada orang lain 3. Setiap orang pasti akan
memiliki proses pemuridan yang unik, yang hanya bisa terjadi jika komunitas oran percaya
bertanggung jawab untuk generasi berikutnya, dan dilakukan bagi suatu komunitas atau
kelompok dan bukan hanya satu orang. Pemuridan ini tentunya bertujuan sebagai arahan dan
pedoman untuk menjadi dewasa secaraa alami. Pemuridan yang alami akan menolong orang
dewasa untuk secara sukacita dan sukarela melibatkan Tuhan dalam keputusan mereka dan
bagaimana membuat pilihan yang lebih bijak.

Pemuridan menjadi salah satu cara yang dipakai Allah untuk mencetak generasi atau para
pemimpin yang berkualitas4. Pemuridan perlu dilakukan dengan motivasi untuk kemuliaan
Allah. Banyak orang lebih focus pada hasil daripada motivasi. Hal yang besar tidaklah baik jika
motivasinya juga tidak baik. Menggunakan cara-cara manipulatif untuk membangkitkan rasa
malu, rasa takut, dan rasa bersalah adalah suatu cara pemuridan yang tidak tepat. Tidak peduli
seberapa keras kita mencoba, orang hanya bisa menjadi murid Yesus yang sejati jika mereka
betul-betul menginginkannya dari hati mereka sendiri. Pelayanan pemuridan perlu memiliki
standar apa yang diharapkan dari setiap orang, sehingga ada evaluasi dan pendisiplinan untuk
setiap orang yang terlibat untuk memuridkan 5. Banyak orang yang gagal dalam pemuridan
karena mereka tidak berpusat pada Tuhan melainkan pada usaha dan strategi manusia. Proses
pemuridan harusnya menjadi tempat yang paling nyata dalam kehidupan murid dimana mereka
menemukan identitas dan kebebasan dari kekacauan dunia ini oleh karena kurangnya pemuridan
yang dilakukan.

PERKEMBANGAN

3
Herdy N. Hutabarat, Mentoring Dan Pemuridan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011) hlm 74-75
4
T. Haryono, Daniel Fajar Panuntun, “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada Petrus Yakobus Dan Yohanes
Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa Kini”, Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika, Vol I, No 1, 2019
5
Bill Hull, Paduan Lengkap Pemuridan (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011) hlm 28
Perkembangan merupakan sesuatu proses yang mula-mula global, massif, belum terpecah
atau terperinci, dan kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi
interaksi yang hierarkis. Tinjauan ini dikenal sebagai tinjauan deskriptif jadi tidak ada implikasi-
implikasi empiris karena yang dilihat dalam tingkah laku adalah hasil dan bukan proses
perubahan itu sendiri6.

Dalam proses perkembangan terjadi perubahan. Perubahan itu bisa kuantitatif dan
kualitatif. Sesuatu yang tumbuh dari kecil menjadi besar adalah perubahan kuantitatif, yang bisa
diukur. Tinggi badaan dan berat badan bertaambah secara kuantitatif. Sesuatu yang berkembang
dari yang sederhana menjadi sesuatu yang lebih majemuk menunjukkan adanya perubahan
kualitatif. Misalnya dorongan yang timbul karena adanya kebutuhan dapat berubah secaraa
kualitatif menjadi lebih banyak dan majemuk7.

Pada setiap aspek perkembangan terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal
umum, secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi
sebagaimana dikemukakan oleh H. Werner. Anak akan mampu menggerakkan lengan atas,
lengan bawah, tapak tangan terlebih dahulu daripada ia mampu menggerakkan jari-jari
tangannya.

Perkembangan kepribadian dapat dinilai dari dua hal yakni:

a) Dari perbuatan-perbuatannya, dari urutan-urutan yang diperlihatkan sampai seseorang


menunjukkan sesuatu perbuatan, jadi ada sebab-akibatnya, dan juga dari proses yang
terjadi dengan dasar pengalaman.
b) Dari cara-cara berinteraksi sosial
Dalam teorinya mengenai perkembangan kepribadian Sears banyak menaruh perhatian
terhadap pengaruh hubungan antara orang tua dan anak. Pola pengasuhan yang diberikan
oleh orang tua kepada anak penting sekali dan pola pengasuhan ini sangat dipengaruhi
oleh latar belakang kepribadian dan kemampuan para orang tua sendiri8.

KEPRIBADIAN ANAK REMAJA

6
Singgih D. Gunarsa, Dasar Dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta: Gunung Mulia, 2006) hlm 29
7
Ibid., hlm 49
8
Ibid.,hal 131
Dalam pembahasan mengenai remaja, sering terlihat adanya pemakaian istilah yang
menunjukkan masa atau fase kehidupan yang tidak sama. Istilah “pubertas” dan perkataan
“puber” sering dipakai dalam bahasa sehari-hari. Istilah “adolesen”, tidak umum dipakai, tetapi
dalam kepustakaan yang berasal dari negara lain, banyak diperbincangkan. Sebutan “puber”
berasal dari “pubertas”, dari bahasa latin. Istilah “adolescentia” juga berasal dari bahasa latin,
“adolescentia”. Berbeda dengan pengertian “pubertas” yang berkaitan dengan tercapainya tanda
kematangan fisik, “adolescentia” dikaitkan dengan masa yang berbeda-beda.

Dari kepustakaan Belanda dapaat disimpulkan bahwa adolescentia dimulai sesudah


tercapainya kematangan seksual secara biologis, sesudah pubertas. Jadi adolescentia adalah masa
perkembangan sesudah masa pubertas, yakni antara 17 tahun dan 22 tahun. Sedangkan
“adolescence” dari kepustakaan berbahasa inggris menunjukkan masa peralihan dengan semua
perubahan psikis, yakni antara umur 12 tahun dan 22 tahun.

Beberapa tokoh psikologi lebih menitik beratkan perubahan-perubahan yang dianggap penting.

J. Piaget memandang “adolescentia” sebagai suatu fase hidup, dengan perubahan-


perubahan penting pada fungsi intelegensi, tercakup dalam perkembangan aspek kognitif. Anna
Freud menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka. F. Neidhart juga melihat masa adolescentia
sebagai masa peralihan ditinjau dari kedudukan ketergantungaanya dalaam keluarga menuju ke
kehidupan dengan kedudukan “mandiri”. E.H. Erikson mengemukakan masa adolescentia yaitu
terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan dirinya, yang tetap dapat
dikenal oleh lingkungannya walaupun mengalami perubahan pada dirinya maupun kehidupan
sehari-hari.

A. Bandura berpendapat bahwa masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan
“pemberontakan” karena terlalu menitik beratkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari
ketidakpatuhan seperti misalnya model gunting rambut9.

Kepribadian secara umum harus dimantapkan sesuai dengan usianya. Kemantapan


kepribadian anak ditandai dengan berkurangnya hambatan-haambatan pada tingkah lakunya

9
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 2008) hlm202-205
sehingga hampir tidak menimbulkan masalah paada orang tua. Sebagai rangkaian dari proses
tumbuh dan berkembaang yang berkesinambungan, keadaan yang ada sekarang mempengaruhi
apa yang akan terjadi kelak. Singkatnya, kalau dasar kepribadian terbentuk sedemikian serasi dan
terpadu, sejak dari awal dan seterusnya pada setiap tahap perkembangan, maka dapat diharapkan
lebih terjamin tidak akan menimbulkan kesulitan atau masalah ketika menginjak tahap
perkembangan berikutnya. Sedikitnya dasar kepribadian yang kuat akan memberikan kekuatan
pula dalam menghadapi berbagai rangsangan yang bisa menganggu kestabilan kepribadiannya.
Kepribadian yang mantap tercapai bilamana seluruh aspek kepribadian yang meliputi antara lain
aspek emosi dan sosial diperkembangkan oleh orang tua sebaik-baiknya. Kepribadian yang
mantap memungkinkan anak mampu mandiri dan hal ini perlu karena pada masa remaja
ketergantungan dari orang tua sedikit demi sedikit berkurang. Mengerti apa yang harus
dilakukan, mampu menentukan mana yang perlu, kurang perlu atau tidak perlu dilakukan. Anak
perlu dipersiapkan melakukan tugas praktis sehari-hari sendiri. Seorang ibu merasa selalu cemas,
menghadapi kenyataan bahwa tidak lama lagi ia harus bekerja dan meninggalkan anak pada sore
hari sendiri, tidak bisa lagi mengajarkan dan mendampingi anak melakukan tugas sekolah karena
harus melakukan tugas lain dan selama ini tidak pernah melatih anak mengurus diri10.

Hambatan-hambatan dalam kepribadian yaitu rasa gelisah, rasa salah, dorongan untuk
main kmbing hitam, rasa malu, rasa takut, mental keong, rasa minder, rasa super, kecenderungan
mau menang sendiri, mental keras kepala, mental don juan, mental Lolita, rasa serba kelabu,
mental kelewat cerah, rasa frustasi, mental sibuk, mental serba otak, semangat Pygmalion,
mental burung merak, dorongan untuk nyentrik, mental bebek, dan beragama yang salah 11. Dari
penjelasan ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya pemuridan yang dilakukan maka akan
dapat membantu anak remaja untuk melakukan sesuatu dengan baik tanpa memperhatikan
hambatan-hambatan tersebut sehingga mereka lebih mengenal akan Kristus sehingga
Kepribadiannya dapat terbentuk dengan baik.

PEMURIDAN DAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK REMAJA

Pemuridan memiliki peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak remaja


karena pemuridan ini dapat membantu anak menjadi lebih baik lagi dan lebih mengenal akan
Kristus. Terlebih lagi anak-anak remaja dapat bersekutu (menuntut kejujuran, saling membagi:
10
Singgih D Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia, 2004) hlm 115-116
11
A.M Mangunhardjana, Mengatasi Hambatan-Hambatan Kepribadian (Yogyakarta: Kanisius, 1981) hlm 3
bersekutu berarti membagi-bagikan hidup dan milik kita seperti waktu, kemampuan, berkat-
berkat Tuhan melalui firmanNya), bersaksi (perkataan: kesaksian melalui kata-kata tentang
Firman Tuhan dan karyaNya dalam hidup kita; kesaksian hidup: menyaksikan Kristus melalui
seluruh aspek hidup kita baik melalui pikiran, perkataan dan perbuatan), melayani (dengan
melayani kita juga ikut serta membangun tubuh Kristus di dunia. Tuhan telah memberikan
karunia untuk melayani dalam berbagai bentuk)12. Bukan hanya itu saja melainkan juga anak
remaja dapat merendahkan hati, bersikap jujur, setia. Anak remaja akan terpanggil untuk
merendahkan hati, panggilan Tuhan untuk menyerahkan diri merupakan panggilan untuk
menjadi rendah hati. Kerendahan hati yang mendorong kita untuk mengakui dan menyesali dosa-
dosa kita13. Panggilan untuk bersikap jujur merupakan panggilan Kristus untuk menyerahkan diri
untuk bersikap tulus dalam kekristenan kitaa. Ini adalah panggilan untuk membuat semua
kepalsuan dan kepura-puraan dan untuk bersikap tulus, jujur, dan sungguh-sungguh dalam
penyerahan diri14. Terpanggil untuk setia: Yesus memanggil kepada jenis penyerahan diri yang
kekal. Penyerahan diri ini bertahan terus, tidak pernah berhenti, tidak boleh mengundurkan diri,
tetapi tetap setia sampai akhir15.

KESIMPULAN

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pemuridan yang dilakukan ini
maka sangat membantu anak-anak remaja dalam mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih
baik dan menjadi anak yang lebih mengenal Kristus. Dengan adanya pemuridan maka akan
membantu anak untuk dapat bertingkah laku atau bertindak dengan baik di dalam masyarakat,
lingkungan dan tempat dimanapun ia berada.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D., Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: Gunung Mulia, 2006.

Gunarsa, Singgih D., Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia, 2008.

Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis:Anak, Remaja Dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia,
2004.

12
Lea Santoso, Jimmy Kuswadi, Tim StafPerkantas, Memulai Hidup Baru (Bandung: Anggota IKAPI, 2007) hlm 29-41
13
Paul W. Powell, Murid Sejati (Bandung: Kalam Hidup, 2000) hlm 20
14
Ibid., hlm 44
15
Ibid., hlm 38
Hall, Calvin S & Lindzey, Gardner.,Teori-Teori Psikodinamik, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Haryono T & Panuntun, Fajar., “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada Yakobus Dan
Yohanes Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa Kini”, dalam Jurnal
Gamaliel, Vol. I, No. 1, 2019.

Hull, Bill., Paduan Lengkap Pemuridan, Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011.

Hutabarat, Herdy N., Mentoring Dan Pemuridan, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011.

Leigh, Ronald W., Melayani Dengan Efektif, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.

Mangunhardjana A.M., Mengatasi Hambatan-Hambatan Kepribadian, Yogyakaarta: Kanisius,


1981.

Powell, Paul,W., Murid Sejati, Bandung: Kalam Hidup, 2000.

Santoso, Lea.,Kuswadi, Jimmy.,Tim StafPerkantas., Memulai Hidup Baru, bandung: Anggota


IKAPI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai