Anda di halaman 1dari 8

Perlindungan Anak

Tugas 3

Resume

Kewajiban Dan Tanggung Jawab Perlindungan

Disusun Oleh:

Nama: Mutiara Nur Alifah

NIM: 19022029

Dosen Pengampu: Serli Marlina, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

08 Maret 2021
Kewajiban Dan Tanggung Jawab Perlindungan

A. Negara Dan Pemerintah


Berdasarkan instrumen-instrumen Hak Asasi Manusia internasional, telah
diterima bahwa pihak yang terikat secara hukum dalam pelaksanaan HAM
negara. Dalam konteks ini, negara tunduk untuk menghormati, menghormati,
melindungi, mengurus, dan menegakkan HAM. Ketentuan hukum HAM tersebut
anggota penegasan pada hal-hal berikut ini:
1. Negara sebagai pemangku tanggung jawab (duty holder), yang harus
memanuhi kewajiban-kewajibannya dalam pelaksanaan HAM baik secara
nasional maupun internasional, sedangkan individu dan kelompok masyarakat
adalah pihak pemegang hak (right holder)
2. Negara tidak memiliki hak, negara hanya memikul kewajiban dan tanggung
jawab (kewajiban dan tanggung jawab) untuk memenuhi hak warga negaranya
(baik indivisu maupun kelompok) yang dijamin dalam instrumen-instrumen
HAM internasional.
3. Jika negara tidak mau atau tidak punya keinginan untuk memenuhi kewajiban
dan tanggung jawabnya, pada saat negara tersebut bisa dikatakan telah
melakukan HAM atau hukum internasional. Jika kesalahan tersebut tidak mau
dipertanggung jawabkan oleh negara, maka tanggung jawab itu akan diambil
alih oleh masyarakat internasional.

Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam kerangka pendekatan berbasis


HAM dapat dilihat dalam tiga bentuk:
1. Menghormati: tanggung jawab negara untuk tidak ikut campur untuk
melaksanakan tanggung jawab negaranya melaksanakan hak-haknya. Negara
berkewajiban untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi.
2. Melindungi: kewajiban negara agar bertindak aktif untuk memberikan
jaminan perlindungan terhadap hak asasi warganya. Negara berkewajiban
mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah semua HAM oleh pihak
ketiga.
3. Memenuhi: Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah
legislatif, administratif, hukum, dan tindakan-tindakan lain untuk
merealisasikan secara penuh HAM.

Kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi masing-masing


mengandung unsur kewajiban untuk bertindak (kewajiban untuk bertindak), yaitu
negara disyaratkan melakukan langkah-langkah yang dilaksanakan untuk
melaksanakan pemenuhan suatu hak, dan kewajiban untuk berdampak pada
kewajiban untuk hasil, yaitu mengharuskan negara untuk mencapai sasaran
tertentu memenuhi standar substantif yang terukur.
Sebagai pihak yang memangku tanggung jawab, negara dituntut harus
melaksanakan dan memenuhi semua kewajiban yang dikenakan kepadanya
sekaligus dan segera. Jika kewajiban-kewajiban tersebut gagal untuk dilaksanakan
maka negara akan dikatakan telah berhasil.
Dalam Pasal 21, Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum
anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.
Sebagai bentuk kewajiban dan tanggungjawab negara dalam upaya
melindungi Hak Asasi Manusia termasuk didalamnya juga Hak Asasi Anak.
Maka sudah dibentuk beberapa Peraturan Perundang-undangan yang didalamnya
menjelaskan tentang jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Anak. Selain itu
dalam pasal-pasal peraturan-peraturan yang terkait dalam upaya perlindungan
anak tersebut sudah saling terkait, mendukung dan menguatkan. Adapun
peratutan-peraturan yang terkait dalam upaya menjamin dan melindungi hak anak
tersebut sebagai berikut :
a. Undang –Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
c. Undang-Undang Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Undang-Undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
e. PERMENKES Nomer 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS
f. PERDA Nomer 4 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

B. Masyarakat
Perlindungan Anak tersebut adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan anak terkait erat dengan lima pilar yakni, orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan negara. Kelimanya memiliki
keterkaitan satu sama lain sebagai penyelenggara perlindungan anak. Dalam
bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap
hak anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya
menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar
mereka dapat bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. Akan tetapi pada
kenyataannva kondisi anak-anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan
terutama yang menyangkut masalah pekerja anak, anak jalanan, dan anak-anak
korban kekerasan seksual, eksploitasi seksual, dan eksploitasi seksual komersial.
Perlindungan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah baik
pusat maupun daerah, tapi juga menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat.
Masyarakat harus menyelenggarakan upaya perlindungan anak, salah satunya
dengan mewujudkan lingkungan yang peduli terhadap anak
Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat atas perlindungan anak
sebagaimana diatur dalam Pasal 25. Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat
terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat
dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Ketentuan Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa peran masyarakat dilakukan oleh orang perseorangan,
lembaga perlindungan anak, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media
massa.
Elemen masyarakat yang terlibat dalam perlindungan anak bukan hanya orang
perorangan tetapi juga melibatkan organisasi-organisasi masyarakat, Lembaga
Swadaya Masyarakat, Komisi Perlindungan Anak, organisasi-organisasi lain yang
memiliki kepedulian terhadap perlindungan anak.

C. Keluarga

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa


perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi. Dimana perlindungan ini juga
harus dilindungi oleh keluarga, maksud dari keluarga menurut Pasal 1 angka 3
Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah
anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai dengan derajat ke lima. Sedangkan untuk orang tua sendiri
dijelaskan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa orang tua adalah ayah/ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu
tiri, ayah dan/atau angkat. Lebih lanjut Pasal 1 angka a2 Undang-Undang
Perlindungan Anak menyatakan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia
yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua dan lainnya.
Pada hakikatnya orang tua memiliki hak dan kewajiban yang sangat dominan
bagi anak, namun jika orang tua melakukan pelanggaran hak anak maka hukuman
yang dijatuhkan juga akan semakin berat. Pelanggaran yang dapat dilakukan
orang tua kepada anaknya antara lain: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi
maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan,
ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya. Ini juga memberikan penegasan,
bahwa pelibatan anak dalam berbagai kegiatan orang dewasa tidak dibenarkan.
Anak harus dilindungi untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan politik (seperti
kampanye), dalam sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, serta semua kegiatan
yang mengandung unsur kejahatan kerena itu semua bentuk pelanggaran Hak
Asasi Manusia dan menggambarkan kebobrokan negara di masa akan datang.
Selanjutnya orang tua harus bahwa proses perkembangan anak terdiri dari
beberapa fase pertumbuhan yang bisa digolongkan berdasarkan pada parelitas
perkembangan jasmani anak dengan perkembangan jiwa anak. Penggolongan
tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) fase yaitu:
1. Fase pertama adalah dimulainya pada usia anak 0 tahun sampai dengan 7
(tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa
perkembangan kemampuan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh,
perkembangan kehidupan emosional, bahasa bayi dan arti bahasa asing bagi
anak-anak, masa kritis (trozalter) pertama dan tumbuhnya seksualitas awal
pada anak.
2. Fase kedua adalah dimulai pada usia 7 sampai dengan 14 tahun disebut
sebagai masa kanak-kanak, dimana dapat digoolongkan ke dalam 2 periode
yaitu:
a. masa anak sekolah dasar mulai dari usia 7-12 tahun adalah periode
intelektual, periode intelektual ini adalah masa belajar awal dimulai
dengan memasuki masyarakat di luar keluarga, yaitu lingkungan sekolah
kemudian teori pengamatan anak dan hidupnya perasaan, kemauan serta
kemampuan anak dalam berbagai macam potensi, namun masih bersifat
tersimpan atau masa latensi (masa tersembunyi)
b. masa remaja/pra-pubertas atau pubertas awal yang dikenal dengan sebutan
perode pueral, pada periode ini terdapat kematangan fungsi jasmaniah
ditandai dengan berkembangnya tenaga fisik yang melimpah-limpah yang
menyebabkan tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung, berandal,
kurang sopan, liar dan lain-lain, sejalan dengan berkembangnya fungsi
jasmaniah, perkembangan intelektual pun berlansung sangat intensif
sehingga minat pada pengetahuan dan pengalaman baru pada dunia luar
sabgat besar terutama yang bersifat kongkret, karenanya anak
c. puber disebut sebagai fragmatis atau utilitas kecil, di mana minatnya
terarah pada kegunaan-kegunaan teknis; 3. Fase ketiga adalah dimulai
pada usia 14 sampai 21 tahun, yang dinamakan masa remaja, dalam arti
sebenarnya yaitu fase pubertas dan adolescent, di mana terdapat masa
penghubung dan masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.

Kesejahteraan anak mempunyai pengaruh positif terhadap orang tua.


Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara. Koordinasi kerja sama kegiatan perlindungan anak
perlu dilakukan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan
perlindungan anak secara keseluruhan. Menurut Maidin Gultom bahwa yang
mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai
dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan
kondisi tertentu. Setiap warga negara ikut bertanggung jawab terhadap
dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak. Kebahagiaan
anak merupakan kebahagian bersama, kebahagiaan yang dilindungi adalah
kebahagiaan yang melindungi. Tidak ada keresahan pada anak, karena
perlindungan anak dilaksanakan dengan baik, anak menjadi sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Riani. 2016. Peranan Penyelenggara Perlindungan Anak Dalam


Melindungi Dan Memenuhi Hak-Hak Anak . (Jurnal: Hukum, Samudra
Keadilan). Volume 11, Nomor 2.
Gultom, Maidin. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Purwanti, Maidah. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara
Dalam Pemenuhan Hak Asasi Manusia.
https://lsc.bphn.go.id/artikel?id=365
Wasiati, Cunduk. 2020. Partisipasi Orang Tua Terhadap Perlindungan Anak
Sebagai Suatu Bentuk Perlindungan Hak Asasi Manusia. (Jurnal: Widya
Pranata). Vol.3 Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai