Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN ANAK USIA DI ERA GLOBALISASI

KELOMPOK 10

Nama : Sinta Mariyanti (1730210121)

Suryani Sekar Asih (1730210122)

Wina Adha Vitri (1730210126)

Dosen Pengampuh : ALI MURTOPO, M.Pd.I

Mata Kuliah : KAPITA SELEKTA

A. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini


a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: 1
“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut baik dalam jalur
pendidikan formal maupun non formal.”

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu cara dalam


upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Anak
usia dini dipandang mempunyai karakteristik yang berbeda
berdasarkan usia hingga pendidikannya perlu untuk di khususkan.
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya adalah upaya
memfasilitaskan perkembangan yang sedang terjadi pada diri anak.
Perkembangan pada anak usia dini yakni peningkatan kemampuan
dan kesadaran anak dalam mengenal dirinya serta berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya seiring dengan pertumbuhan fisik yang

1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Madya Duta Jakarta)
dialami.2

Berbicara konsep mengenai anak usia dini, Ki Hajar Dewantara


dalam Nugraha menjelaskan bahwa masa kanak- kanak berada pada
rentang usia 1 sampai 7 tahun. 3 Selanjutnya menurut Hurlock
menjelaskan bahwa masa kanak- kanak itu di mulai setelah bayi
yang penuh dengan ketergantungan, yaitu kira- kira usia 2 tahun
sampai saat anak matang secara seksual, kira- kira 13 tahun untuk
wanita dan 14 tahun untuk laki- laki. Masa kanak- kanak di bagi lagi
menjadi dua periode yang berbeda, yaitu awal dan akhir masa
kanak- kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2- 6 tahun,
dan periode akhir pada masa usia 6 sampai tiba saatnya anak matang
secara seksual.4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini


merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun. Usaha sadar yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani terhadap aspek
perkembangannya yaitu, aspek moral & agama, fisik-motorik,
kognitif, sosial-emosiaonal, bahasa, dan seni agar anak mulai memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut dan
lingkungan masyarakat yang lebih luas.

b. Karakteristik Anak Usia Dini


menurut Bredecamp dalam masitoh menjelaskan bahwa Anak usia dini
bersifat unik, mengekpresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif
dan energik, anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa

2
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks,
2005), hlm. 7
3
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung: Jilsi
Foundation, 2008)hlm. 48
4
Elizabet .B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6), ( Jakarta: Penerbit Erlangga,
1999)hlm. 20
petualang, kaya dengan fantasi, masih mudah frustasi, kurang
pertimbangan dalam bertindak, memiliki daya perhatian yang pendek,
merupakan masa belajar yang paling potensial, semakin menunjukan
minat terhadap teman. Hal lain yang di lakukan oleh anak adalah
dengan cara berekplorasi dan berimajinasi.5
Aktivitas ekplorasi dan imajinasi anak menjadi salah satu ciri
karakteristik anak usia dini. Oleh karena itu, pada anak usia dini
menjadi bagian penting dalam memunculkan kemampuan anak
dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak secara optimal.
Bermain menjadi ciri khas anak dalam mengemkan kemampuan
dirinya melalui kegiatan bermain peran dan bermain kelompok.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
sosial, moral, dan sebagainya. Berikut karakteristik anak usia dini,
yaitu :6
1. Anak bersifat unik; anak memiliki bawaan, minat dan latar
belakang kehidupan masing-masing.
2. Anak bersifat aktif dan energik, anak lazimnya senang melakukan
berbagai aktivitas.
3. Anak bersifat egosentris; anak lebih cenderung melihat dan
memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya
sendiri.
4. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal; dengan sifat ini anak usia TK (4-6 Tahun) cenderung
banyak memperhatikan, membicarakan, mempertanyakan
berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama
terhadap hal-hal yang baru.
5. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang; anak lazimnya
senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal baru.
6. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan;
perilaku yang ditampilkan anak pada umumnya relatif asli dan

5
Masitoh, Strategi Pembelajaran TK, ( Jakarta: Universitas Terbuka: 2007)hlm. 114-116
6
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)
tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam
perasaan dan pikirannya.
7. Anak senang dan kaya dengan fantasi; anak senang dengan hal-
hal yang imajinatif seperti senang terhadap cerita khayal bahkan
anak juga senang bercerita kepada orang lain.
8. Anak masih mudah frustasi; anak masih mudah kecewa bila
menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan, ia mudah menangis
atau marah bila keinginannya tidak terpenuhi.
9. Anak memiliki daya perhatian yang pendek; anak masih sangat
sulit untuk memperhatikan sesuatu dalam waktu yang lama.
10. Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman; anak senang melakukan berbagai aktivitas yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya.
11. Anak semakin menunjukan minat terhdapa teman; anak semakin
berminat terhadap orang lain.
12. Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu;
anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang.

Sementara itu, pada usia taman kanak-kanak berada pada fase pra
operasional yang mencakup tiga aspek, diantaranya adalah: (a)
berpikir simbolis, yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara
fisik dihadapan anak, (b) berpikir egosentris, yaitu cara berpikir
tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan
sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakan
cara pandangnya disudut pandang orang lain, (c) berpikir intuitif,
yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti
alasan untuk melakukannya.7

Berdasarkan uraian tersebut, hal ini dapat dijelaskan bahwa

7
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak- Kanak,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2006)
karakteristik anak usia dini yaitu seorang anak sebagai individu unik
yang mempunyai kemampuan untuk dapat mengeksplorasi
keinginan yang dikehendakinya sesuai dengan dunianya sendiri
serta mampu dan senang berkomunikasi dengan orang lain.
Karakteristik anak usia dini merupakan seorang anak yang selalu
senang bermain dan ingin tahu tentang sesuatu yang belum
diketahui, sehingga anak dapat memahami makna dan arti dalam
kehidupannya sebagai seorang kanak- kanak.

Anak usia dini merupakan masa emas dengan berbagai


karakteristik yang dimilikinya. Pada masa ini, anak suka bermain
yang menyenangkan dan ikut terlibat secara langsung dalam setiap
aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Anak usia dini memiliki
keunikan tersendiri dalam meniru dan mencoba secara spontan apa
yang dilihat sesuai dengan keinginannya sendiri.

B. Pendidikan Anak Usia Dini di Era Globalisasi


a. Era Globalisasi
Era globalisasi merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh
adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi, dan lain sebagainya yang terjadi antara satu
Negara dengan Negara lainnya, tanpa menghilangkan identitasnya
masing-masing. Penyatuan ini terjadi berkat kemajuan teknologi
informasi (TI) yang dapat menghubungkan atau mengomunikasikan
setiap isu yang ada pada suatu Negara dengan Negara lain.8
Teknologi informasi (TI) kini telah berkembang luas dan
digunakan dalam seluruh bidang kehidupan, salah satunya ialah
pendidikan. Keadaan ini telah mengubah pola komunikasi yang
semula mengambil bentuk face to face dan saling berhadapan, kini
sudah mengambil bentuk jarak jauh dan tingkat kecepatan yang cukup
tinggi. Keadaan ini telah menggeser pola komunikasi yang sudah
berlangsung sebelumnya. Bagi kelompok sosial yang tetap bertahan
dengan komunikasi yang lama, maka dengan sendirinya akan
mengalami ketertinggalan dalam mendapatkan akses.

8
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 10
b. Pendidikan di Era Globalisasi

Pada era globalisasi saat ini pendidikan adalah suatu hal yang
sangat mutlak diperlukan dalam suatu bangsa supaya dapat bertahan
dan bersaing dengan dunia luar yang perkembangan dan
kemajuannnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Mereka yaitu
peradaban luar negeri sudah sangat maju dengan pesat meninggalkan
negara-negara berkembang dan negara-negara tertinggal. Negara
Indonesia termasuk dalam negara berkembang yang harus
bersungguhsungguh dan bekerja keras untuk memajukan bangsa
salah satunya adalah dari dunia pendidikan. Pemerintah telah
mengatur dalam UUD tahun 1945 pasal 31 yang bunyinya adalah
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sehingga sudah
selaknya “semua warga negara Indonesia baik yang berada di kota dan desa,
kaya atau miskin, dari suku mana saja, agama, ras, keturunan, tua, muda,
termasuk untuk anak usia dini semua wajib mendapatkan pendidikan”.9

Sementara menurut Sarbiran, bahwa lembaga pendidikan Islam


harus mampu untuk mengantisipasi pengaruh negatif dari globalisasi
itu sendiri, pengaruh negatif yang dimaksud adalah:10
1. Berekonomi tanpa etika
2. Berkekayaan tanpa kerja keras
3. Berpolitik tanpa prinsip nilai
4. Beragama tidak berperilaku menurut ajaran agamanya
5. Berniaga tanpa hati nurani
6. Berpengetahuan atau berilmu tanpa karakter
7. Berteknologi tanpa kemanusiaan

Pendidikan Islam yang bermutu perlu diusahakan dengan


menghasilkan: (1) produk; (2) layanan; (3) proses; (4) lingkungan; dan
(5) sumber daya manusia. Di era globalisasi ini hendaknya Lembaga
Pendidikan Islam dapat mengejar ketertinggalan pada dimensi dunia,

9
UUD Tahun 1945 Pasal 31
10
Akmal Hawi, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,
2008), hlm. 30
dimana didalamnya terdapat ilmu-ilmu umum, sains dan teknologi,
agar tercapai manusia sebagai khalifah fi al ‘ard.11

Gelombang globalisasi mempunyai dua sisi, yaitu tantangan dan


peluang. Globalisasi menjadi sebuah tantangan sekaligus harapan
dalam dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan anak usia dini,
globalisasi memiliki tantangan terhadap pembentukan karakter anak
sejak dini. Kondisi tersebut memaksa anak untuk hidup di era
globalisasi yang penuh dengan persaingan, individualistis,
materialistis, dan memunculkan banyaknya permainan- permainan
modern yang dapat mengikis permainan yang biasa anak lakukan
sehari-hari di rumahnya. Hal ini menunjukan bahwa era globalisasi
memiliki dampak yang signifikan terhadap aspek perkembangan
anak. Dampak tersebut menjadi bagian yang ada dalam diri anak,
sehingga anak lebih cenderung menyukai permainan modern
dibandingkan dengan permainan asli budaya lokal. Disamping itu
juga, globalisasi dapat mengubah pola pikir anak dan pergaulan anak
secara sosial.
Secara sosiologis, anak senang bermain dengan teman- temannya
yang sebaya dan seusianya. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa anak
menyukai permainan asli, akan tetapi banyak tontotan dan hiburan
yang memaksa anak untuk bisa mengurangi masa-masa bermain
dilingkungan sekitarnya, akibat dari banyaknya tontonan yang bisa
menyibukana anak didepan TV dan alat-alat elektronik lainnya. Oleh
karena itu, dikaji secara akademis bahwa pentingnya bermain bagi
anak usia dini dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Salah satu hal yang menjadi perhatian orang tua dan pendidik
anak usia dini di era globalisasi adalah pentingnya pengenalan
nilai- nilai kearifan lokal dan budaya lokal, sehingga mampu
membentengi anak dari pengaruh global. Bermain merupakan cara
sekaligus strategi yang dapat di gunakan dalam memfilter
pengaruh anak dari globalisasi. Dalam konteks bermain yang
mampu mengasah dan mengembangkan kemampuan anak secara
keseluruhan. Orang tua harus mengetahui mengingat

11
Akmal Hawi, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,
2008), hlm. 30
pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era globalisasi yang
semakin maju dan cepat merambah seluruh aspek kehidupan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini harus
dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh. Melalui
permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi sesama manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang
tua, guru, pengasuh, pembimbimng untuk bisa melakukan
kegiatan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi
diri, serta dapat mengembangkan aspek pengembangan baik fisik
motorik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional secara
berkesinambungan. Dalam konteks bermain, anak menjadi aktif
bergerak sehingga terhindar dari ancaman di era globalisasi yang saat
ini sedang menjamur di seluruh pelosok negara. Anak usia dini harus
bebas aktif dengan rasa senang serta gembira untuk bisa melakukan
aktivitas yang mampu memberikan dorongan dan imajinasi terhadap
perkembangan anak di era globalisasi.
Era globalisasi saat ini menjadi bagian dalam kehidupan seorang
anak. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan dalam setiap aspek
kehidupan anak. Globalisasi juga memiliki dampak yang signifikan
terhadap perkembangan anak ditinjau dari aspek psikologis dan
sosiologis. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan pada anak usia
dini sebagai masa keemasan untuk bisa memanfaatkan kesempatan
anak dapat berkembang secara keseluruhan baik aspek fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial dan emosional. Salah satu hal yang menjadi
perhatian orang tua dan pendidik anak usia dini di era globalisasi
adalah pentingnya pengenalan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya
lokal, sehingga mampu membentengi anak dari pengaruh global.
Bermain merupakan cara sekaligus strategi yang dapat di gunakan
dalam memfilter pengaruh anak dari globalisasi. Dalam konteks
bermain yang mampu mengasah dan mengembangkan kemampuan
anak secara keseluruhan. Orang tua harus mengetahui mengingat
pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era globalisasi yang
semakin maju dan cepat merambah seluruh aspek kehidupan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini harus
dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh. Melalui
permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi sesama manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang
tua, guru, pengasuh, pembimbing untuk bisa melakukan kegiatan
yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri, serta
dapat mengembangkan aspek pengembangan baik fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial dan emosional secara berkesinambungan.
Dalam konteks bermain, anak menjadi aktif bergerak sehingga
terhindar dari ancaman di era globalisasi yang saat ini sedang
menjamur di seluruh pelosok negara. Anak usia dini harus bebas aktif
dengan rasa senang serta gembira untuk bisa melakukan aktivitas
yang mampu memberikan dorongan dan imajinasi terhadap
perkembangan anak di era globalisasi.

c. Strategi Pendidikan Anak Usia Dini di Era Globalisasi


Ada beberapa strategi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran
anak usia dini. Diantara strategi tersebut adalah :
1. Perhatian Intens
Dalam melaksanakan pengajaran seorang guru sebagai pendidik
harus mampu memberikan perhatian yang intens terhadap anak didik.
Menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak usia dini dapat
membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
berbahasa, serta kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara
bermain dan bersenang-senang anak juga mulai dapat
mengembangkan kemampuan dasar berhitung. Beberapa hal penting
dapat mereka peroleh pada saat bermain seperti kemampuan
memahami budaya dan seni, kemampuan memahami mahkluk hidup
dan lingkungan sekitar, bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan
lingkungan, olahraga dan rekreasi.
Selain itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab
kemajuan bangsa di masa yang akan datang, maka anak-anak (tidak
terkecuali) harus mendapatkan perhatian dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik
fisik, mental maupun sosial

Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab kemajuan


bangsa di masa yang akan datang, maka anak-anak (tidak terkecuali)
harus mendapatkan perhatian dan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial.

2. Beri Dorongan
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratik). Artinya : pengasuh harus
pekaterhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, keinginan
ataupendapa anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh
kasih sayang, dankegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman.
Berikanlah contoh memberi tanpa memaksa, mendorong keberanian
untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas
keberhasilan atau perilaku yang baik.
Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkan kreativitas
anak. Dengarkan omongan anak dorong anak untuk berani
mengucapkan pendapatnya,hargai pendapat anak jangan memotong
pembicaraan anak, jangan memaksakanpendapat orangtua atau
melecehkan pendapat anakRangsanglah anak untuk tertarik
mengamati dan mempertanyakan tentangberbagai hal
dilingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk
mengembangkan khayalan, merenung, berfikir, mencoba dan
mewujudkangagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah
dicapainya walau sekecilapapun. Jangan menghentikan rasa ingin
tahu anak jangan banyak mengancam ataumenghukum, beri
kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakandirinya
atau orang lainBila anda sejak dini mendorong Si Kecil untuk berbagi
dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.
Contoh : Beri waktu. Buat seorang anak belajar berpakaian, melepas
pakaian, mengancingkan kancing, mengikat tali sepatu, menutup
retsleting atau mengancingkan kancing jepret membutuhkan waktu.
Mengharapkan si dua tahun menarik celana memang mudah, tapi
berharap ia bisa mahir mengikat tali sepatu sebelum ia masuk taman
bermain tidaklah realistis. Anda harus terus memberi dorongan atau
memotivasinya dengan sabar. Anda harus memberinya cukup
membanyak waktu agar ia bisa menyelesaikan satu tugas.

3. Berikan Umpan Balik Khusus


Seorang pendidik anak usia dini tidak berhenti pada pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, atau menyampaikan materi pembelajaran
kepada anak didi. Tetapi pembelajaran tersebut harus ditindak lanjuti
dengan melaksanakan umpan balik terhadap anak setelah selesai
mengadakan kegiatan pembelajaran. Contoh: Menulis adalah kegiatan
yang membutuhkan keterampilan motorik halus bagian tangan.
Keterampilan motorik halus bagian tangan akan melibatkan banyak
otot kecil: jari jemari, telapak tangan dan pergelangan tangan.

Dari uraian di atas kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa


dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ada faktor yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini.
Keberhasilan pembelajaran khususnya dan pendidikan pada
umumnya harus memperhatikan strateginya.Strategi tersebut di
antaranya ada delapan. Dari delapan strategi tersebut pendidik harus
melaksanakannya secara serempak dan bersama-sama serta tidak
mementingkan satu strategi saja dan mengabaikan yang lain.

d. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi bagi AUD


a) Dampak positif
1. Untuk edukasi seacar E-learning
2. Mampu memahami teknologi secara baik dan benar
3. Dapat mempelajari bahsa-bahasa asing
b) Dampak Negatif
1. Sosialisasi anak-anak dengan dunia luar kurang
2. Perkembangan motorik anak kurang
3. Sikap positif pada diri usia dini yang tertanam tanpa sengaja

e. Pengaruh Globalisasi Terhadap Moral Anak


Arus modernisasi dan gobalisasi itu mempunyai banyak nilai
positif dan negatifnya. Adapun segi positifnya, informasi yang didapat
menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa sebelumnya yang
kebanyak an masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu,semua
orang juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan
zaman. Segi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak
kalah sedikitnya, fasilitas-fasilitas yang ada diera globalisasi ini
sebagian besar disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh,
internet sekarang ini sring dijadikan arena yang dijadikan hal negatif
untuk dibuka oleh anak-anak.
f. Usaha yang dilakukan Untuk Anak Usia Dini Tentang Globalisasi
Pada saat pengenalan teknologi pada anak usia dini, kita pun
selaku orang tua harus pintar-pintar untuk dapat mengajari anak-anak
tentang teknologi. Dan dapat memberikan pembelajaran disekolah-
sekolahnya dengan pembelajaran disekolah-sekolahnya dengan
pembelajaran Teknologi Informasi. Dan tentunya memberi batasan-
batasan untuk metode pengenalan ataupun pembelajaran untuk anak
usia dini.
A. Kesimpulan
Era globalisasi saat ini menjadi bagian dalam kehidupan seorang
anak. Hal ini di tandai dengan adanya perubahan dalam setiap aspek
kehidupan anak. Globalisasi juga memiliki dampak yang signifikan
terhadap perkembangan anak ditinjau dari aspek psikologis dan
sosiologis. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan pada anak usia dini
sebagai masa keemasan untuk bisa memanfaatkan kesempatan anak dapat
berkembang secara keseluruhan baik aspek fisik motorik, kognitif, bahasa,
sosial dan emosional. Salah satu hal yang menjadi perhatian orang tua dan
pendidik anak usia dini di era globalisasi adalah pentingnya pengenalan
nilai-nilai kearifan lokal dan budaya lokal, sehingga mampu membentengi
anak dari pengaruh global. Bermain merupakan cara sekaligus strategi
yang dapat di gunakan dalam memfilter pengaruh anak dari globalisasi.

Dalam konteks bermain yang mampu mengasah dan


mengembangkan kemampuan anak secara keseluruhan. Orang tua harus
mengetahui mengingat pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era
globalisasi yang semakin maju dan cepat merambah seluruh aspek
kehidupan anak. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini
harus dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh.
Melalui permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi sesama
manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang
tua, guru, pengasuh, pembimbimng untuk bisa melakukan kegiatan yang
dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri, serta dapat
mengembangkan aspek pengembangan baik fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial dan emosional secara berkesinambungan. Dalam konteks
bermain, anak menjadi aktif bergerak sehingga terhindar dari ancaman di
era globalisasi yang saat ini sedang menjamur di seluruh pelosok negara.
Anak usia dini harus bebas aktif dengan rasa senang serta gembira untuk
bisa melakukan aktivitas yang mampu memberikan dorongan dan
imajinasi terhadap perkembangan anak di era globalisasi.

B. Saran
Dapat kita lihat bahwa pendidikan anak usia dini di era globalisasi
ini sangat berperan penting bagi orang tua terhadap anaknya yang dalam
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Dalam era
globalisasi ini tentunya anak perlu dorongan dilingkungan sekitarnya.
Maka dari itu sebagai pendidik mau pun orang tua tua harus mampu
menerapkan pengajaran yang baik untuk anak-anaknya secara kreatif,
mandiri, efektif dan efisien demi menjaga lingkup sosial mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabet .B Hurlock,. 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Hawi, Akmal. 2008. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang: IAIN Raden
Fatah Press.

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman


Kanak- Kanak. Jakarta: PT. Grasindo.

Masitoh. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer


tentang Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Bandung: Jilsi Foundation.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137


Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Madya
Duta Jakarta.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

UUD Tahun 1945 Pasal 31

Yuliani Nurani Sujiono. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai