KELOMPOK 10
1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Madya Duta Jakarta)
dialami.2
2
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks,
2005), hlm. 7
3
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung: Jilsi
Foundation, 2008)hlm. 48
4
Elizabet .B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6), ( Jakarta: Penerbit Erlangga,
1999)hlm. 20
petualang, kaya dengan fantasi, masih mudah frustasi, kurang
pertimbangan dalam bertindak, memiliki daya perhatian yang pendek,
merupakan masa belajar yang paling potensial, semakin menunjukan
minat terhadap teman. Hal lain yang di lakukan oleh anak adalah
dengan cara berekplorasi dan berimajinasi.5
Aktivitas ekplorasi dan imajinasi anak menjadi salah satu ciri
karakteristik anak usia dini. Oleh karena itu, pada anak usia dini
menjadi bagian penting dalam memunculkan kemampuan anak
dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak secara optimal.
Bermain menjadi ciri khas anak dalam mengemkan kemampuan
dirinya melalui kegiatan bermain peran dan bermain kelompok.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
sosial, moral, dan sebagainya. Berikut karakteristik anak usia dini,
yaitu :6
1. Anak bersifat unik; anak memiliki bawaan, minat dan latar
belakang kehidupan masing-masing.
2. Anak bersifat aktif dan energik, anak lazimnya senang melakukan
berbagai aktivitas.
3. Anak bersifat egosentris; anak lebih cenderung melihat dan
memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya
sendiri.
4. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal; dengan sifat ini anak usia TK (4-6 Tahun) cenderung
banyak memperhatikan, membicarakan, mempertanyakan
berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama
terhadap hal-hal yang baru.
5. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang; anak lazimnya
senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal baru.
6. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan;
perilaku yang ditampilkan anak pada umumnya relatif asli dan
5
Masitoh, Strategi Pembelajaran TK, ( Jakarta: Universitas Terbuka: 2007)hlm. 114-116
6
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)
tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam
perasaan dan pikirannya.
7. Anak senang dan kaya dengan fantasi; anak senang dengan hal-
hal yang imajinatif seperti senang terhadap cerita khayal bahkan
anak juga senang bercerita kepada orang lain.
8. Anak masih mudah frustasi; anak masih mudah kecewa bila
menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan, ia mudah menangis
atau marah bila keinginannya tidak terpenuhi.
9. Anak memiliki daya perhatian yang pendek; anak masih sangat
sulit untuk memperhatikan sesuatu dalam waktu yang lama.
10. Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman; anak senang melakukan berbagai aktivitas yang
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya.
11. Anak semakin menunjukan minat terhdapa teman; anak semakin
berminat terhadap orang lain.
12. Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu;
anak lazimnya belum memiliki rasa pertimbangan yang matang.
Sementara itu, pada usia taman kanak-kanak berada pada fase pra
operasional yang mencakup tiga aspek, diantaranya adalah: (a)
berpikir simbolis, yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara
fisik dihadapan anak, (b) berpikir egosentris, yaitu cara berpikir
tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan
sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakan
cara pandangnya disudut pandang orang lain, (c) berpikir intuitif,
yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti
alasan untuk melakukannya.7
7
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak- Kanak,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2006)
karakteristik anak usia dini yaitu seorang anak sebagai individu unik
yang mempunyai kemampuan untuk dapat mengeksplorasi
keinginan yang dikehendakinya sesuai dengan dunianya sendiri
serta mampu dan senang berkomunikasi dengan orang lain.
Karakteristik anak usia dini merupakan seorang anak yang selalu
senang bermain dan ingin tahu tentang sesuatu yang belum
diketahui, sehingga anak dapat memahami makna dan arti dalam
kehidupannya sebagai seorang kanak- kanak.
8
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 10
b. Pendidikan di Era Globalisasi
Pada era globalisasi saat ini pendidikan adalah suatu hal yang
sangat mutlak diperlukan dalam suatu bangsa supaya dapat bertahan
dan bersaing dengan dunia luar yang perkembangan dan
kemajuannnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Mereka yaitu
peradaban luar negeri sudah sangat maju dengan pesat meninggalkan
negara-negara berkembang dan negara-negara tertinggal. Negara
Indonesia termasuk dalam negara berkembang yang harus
bersungguhsungguh dan bekerja keras untuk memajukan bangsa
salah satunya adalah dari dunia pendidikan. Pemerintah telah
mengatur dalam UUD tahun 1945 pasal 31 yang bunyinya adalah
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sehingga sudah
selaknya “semua warga negara Indonesia baik yang berada di kota dan desa,
kaya atau miskin, dari suku mana saja, agama, ras, keturunan, tua, muda,
termasuk untuk anak usia dini semua wajib mendapatkan pendidikan”.9
9
UUD Tahun 1945 Pasal 31
10
Akmal Hawi, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,
2008), hlm. 30
dimana didalamnya terdapat ilmu-ilmu umum, sains dan teknologi,
agar tercapai manusia sebagai khalifah fi al ‘ard.11
11
Akmal Hawi, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,
2008), hlm. 30
pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era globalisasi yang
semakin maju dan cepat merambah seluruh aspek kehidupan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini harus
dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh. Melalui
permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi sesama manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang
tua, guru, pengasuh, pembimbimng untuk bisa melakukan
kegiatan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi
diri, serta dapat mengembangkan aspek pengembangan baik fisik
motorik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional secara
berkesinambungan. Dalam konteks bermain, anak menjadi aktif
bergerak sehingga terhindar dari ancaman di era globalisasi yang saat
ini sedang menjamur di seluruh pelosok negara. Anak usia dini harus
bebas aktif dengan rasa senang serta gembira untuk bisa melakukan
aktivitas yang mampu memberikan dorongan dan imajinasi terhadap
perkembangan anak di era globalisasi.
Era globalisasi saat ini menjadi bagian dalam kehidupan seorang
anak. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan dalam setiap aspek
kehidupan anak. Globalisasi juga memiliki dampak yang signifikan
terhadap perkembangan anak ditinjau dari aspek psikologis dan
sosiologis. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan pada anak usia
dini sebagai masa keemasan untuk bisa memanfaatkan kesempatan
anak dapat berkembang secara keseluruhan baik aspek fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial dan emosional. Salah satu hal yang menjadi
perhatian orang tua dan pendidik anak usia dini di era globalisasi
adalah pentingnya pengenalan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya
lokal, sehingga mampu membentengi anak dari pengaruh global.
Bermain merupakan cara sekaligus strategi yang dapat di gunakan
dalam memfilter pengaruh anak dari globalisasi. Dalam konteks
bermain yang mampu mengasah dan mengembangkan kemampuan
anak secara keseluruhan. Orang tua harus mengetahui mengingat
pentingnyanya pendidikan anak usia dini di era globalisasi yang
semakin maju dan cepat merambah seluruh aspek kehidupan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan anak usia dini harus
dikembalikan ke fitrahnya pada konsep bermain secara utuh. Melalui
permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi sesama manusia.
Pentingnya pendidikan anak usia dini harus dipahami oleh orang
tua, guru, pengasuh, pembimbing untuk bisa melakukan kegiatan
yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri, serta
dapat mengembangkan aspek pengembangan baik fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosial dan emosional secara berkesinambungan.
Dalam konteks bermain, anak menjadi aktif bergerak sehingga
terhindar dari ancaman di era globalisasi yang saat ini sedang
menjamur di seluruh pelosok negara. Anak usia dini harus bebas aktif
dengan rasa senang serta gembira untuk bisa melakukan aktivitas
yang mampu memberikan dorongan dan imajinasi terhadap
perkembangan anak di era globalisasi.
2. Beri Dorongan
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratik). Artinya : pengasuh harus
pekaterhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, keinginan
ataupendapa anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh
kasih sayang, dankegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman.
Berikanlah contoh memberi tanpa memaksa, mendorong keberanian
untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas
keberhasilan atau perilaku yang baik.
Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkan kreativitas
anak. Dengarkan omongan anak dorong anak untuk berani
mengucapkan pendapatnya,hargai pendapat anak jangan memotong
pembicaraan anak, jangan memaksakanpendapat orangtua atau
melecehkan pendapat anakRangsanglah anak untuk tertarik
mengamati dan mempertanyakan tentangberbagai hal
dilingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk
mengembangkan khayalan, merenung, berfikir, mencoba dan
mewujudkangagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah
dicapainya walau sekecilapapun. Jangan menghentikan rasa ingin
tahu anak jangan banyak mengancam ataumenghukum, beri
kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakandirinya
atau orang lainBila anda sejak dini mendorong Si Kecil untuk berbagi
dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.
Contoh : Beri waktu. Buat seorang anak belajar berpakaian, melepas
pakaian, mengancingkan kancing, mengikat tali sepatu, menutup
retsleting atau mengancingkan kancing jepret membutuhkan waktu.
Mengharapkan si dua tahun menarik celana memang mudah, tapi
berharap ia bisa mahir mengikat tali sepatu sebelum ia masuk taman
bermain tidaklah realistis. Anda harus terus memberi dorongan atau
memotivasinya dengan sabar. Anda harus memberinya cukup
membanyak waktu agar ia bisa menyelesaikan satu tugas.
B. Saran
Dapat kita lihat bahwa pendidikan anak usia dini di era globalisasi
ini sangat berperan penting bagi orang tua terhadap anaknya yang dalam
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Dalam era
globalisasi ini tentunya anak perlu dorongan dilingkungan sekitarnya.
Maka dari itu sebagai pendidik mau pun orang tua tua harus mampu
menerapkan pengajaran yang baik untuk anak-anaknya secara kreatif,
mandiri, efektif dan efisien demi menjaga lingkup sosial mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal. 2008. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang: IAIN Raden
Fatah Press.
Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Bandung: Jilsi Foundation.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Yuliani Nurani Sujiono. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.