Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI PERMAINAN KONSTRUKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Usia Dini

Dosen pengampu : Prof. Dr. Suparno, M.Pd

Disusun oleh :

1. Anifa 17103241017
2. Melinda Hertha R 17103244017
3. Arum Sekar K 17103244019

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan
dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula
dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan
eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya
memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis. Rasa aman dan
bebas, secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas.

Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi,
akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk
mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya
pengembangan kreativitas anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik
yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu
yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi
anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki
pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak
usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat
permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas Bermain memberikan
keseempatan pada anak untuk mengekspresikan gagasannya. Dalam bermain, anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan
lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.

Kreativitas umumnya didefinisikan menjadi empat definisi yaitu person, prosess, press
dan product. Rhodes menyebutkan keempat jenis definisikreativitas ini sebagai “four p’s of
creatifity”kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari keempat definisi tersebut
atau kombinasinya. (Munandar, 2004).

Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari
telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi
kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi
anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini
dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat
maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif
pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.
b. Rumusan masalah
1. Bagaimana keefektifitasan permainan konstruktif dalam meningkatkan kreatifitas
bagi anak usia dini
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui evektivitas permainan konstruktif dalam meningkatkan kreatifitas
bagi anak usia dini

d. Manfaat
1. Bagi mahasiswa/calon pendidik
Diharapkan mampu mengembangkan metode-metode seperti permainan sederhana
yang dapat diterapkan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan berfikir anak
maupun kreatifitas pada anak usia dini.

2. Bagi Guru,
Diharapkan agar lebih memperhatikan pendidikan anak usia sekolah di dalam
pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menumbuhkan daya
pikir bagi anak usia prasekolah
3. Bagi masyarakat
Diharapkan lebih bijak dalam mengedukasi anak usia dini di lingkungan luar sekolah

BAB II

KAJIAN TEORI
a. Pengertian anak usia dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas
tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.
Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.Mereka memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak
terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan
otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto,2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini
(PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal
dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan
Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal
berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur
pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita
kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS). Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan
untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan
anak (TPA) usia 0-6 tahun), kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun, kelompok satuan PADU
sejenis (SPS) usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi
yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut
harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan
anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.

b. Karakteristik anak usia dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini
tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Kartini Kartono (1990: 109)
menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2)
mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif,
3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas,
4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung membertikan atribut/sifat lahiriah
atau materiel terhadap setiap penghayatanya.
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati(2005:
8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3)
suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris,
6)memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial.
Sementara itu, Rusdinal (2005: 16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun
adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret
dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada
disekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini
berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.

Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar (1987: 230) mengungkapkan tentang karakteristik
anak usia dini, adalah sebagai berikut:
a.Anak usia 4-5 tahun
1)Gerakan lebih terkoordinasi
2)Senang bernain dengan kata
3)Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati
4)Dapat mengurus diri sendiri
5)Sudah dapat membedakan satu dengan banyak
b.Anak usia 5-6 tahun
1). Gerakan lebih terkontrol
2). Perkembangan bahasa sudah cukup baik
3). Dapat bermain dan berkawan
4). Peka terhadap situasi sosial
5). Mengetahui perbedaan kelamin dan status
6). Dapat berhitung 1-10

Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat diketahui bahwa anak usia
5-6 tahun (kelompok B), mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi, perkembangan
bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga merupakan masa sensitif bagi
anak untuk belajar bahasa. Dengan koordinasi gerakan yang baik anak mampu menggerakan
mata-tangan untuk mewujudkan imajinasinya kedalam bentuk gambar, sehingga penggunaan
gambar karya anak dapat membantu meningkatkan kemampuan bicara anak.

c. Pengertian bermain

Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang
menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah
mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat
mengembangkan imajinasi anak

Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat


digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.

Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-
anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :

1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak

2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik

3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak

4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak

5. Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti
kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya

Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas bemain. Pada usia
prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah,
besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan
bermain.

Bermain, jika ditinjau dari sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu bermain
aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinau dari aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi
empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis
bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan
permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama

d. Tahapan perkembangan bermain


Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain
tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan
perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.

a. Jean Piaget

Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)

Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang
belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan
kelanjutankenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi
merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation.

2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)

Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab
pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan
sebagainya . Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang
diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan
berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan
kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan
mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan
dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.

3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)

Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana
kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.

4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)


Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini
menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan
secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak
senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.

Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang
tadinya dilakukan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertantu seperti
ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.

b. Hurlock

Adapun tahapan perkembangan bermain mrnurut Hurlock adalah sebagai berikut:

1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)

Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda
disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak
dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.

2) Tahapan Mainan (Toy stage)

Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya
mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman
Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti
layaknya teman bermainnya.

3) Tahap Bermain (Play stage)

Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan
anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan
berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang
dewasa.

4) Tahap Melamun (Daydream stage)


Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat
terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk
melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain
atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan
peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain(seperti
perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta
memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak
memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.

e. Permainan konstruktif

Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain dimana anak membentuk sesuatu,


menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Seperti: membuat rumah-
rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan
kayu bergambar dan semacamnya (Tedjasputra, 2007). Hurlock (2004) menyebutkan bahwa
permainan konstruktif yaitu anak-anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir,
lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, dan krayon. Sebagian besar konstruktif yang
dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dari layar
bioskop dan televisi. Pada masa ini anak-anak sering menambahkan kreativitasnya ke dalam
konstruksi-konstruksi yang dibuat berdasarkan pengamatannya dalam kehidupan sehari-
hari.Permainan konstruktif merupakan suatu bentuk permainan umum pada tahun-tahun sekolah
dasar, baik didalam maupun di luar kelas.
Permianan konstruktif merupakan salah satu dari sedikit kegiatan yang mirip permainan
yang diizinkan didalam kelas dan berpusat pada pekerjaan. Permainan kostruktif dapat
digunakan pada tahuntahun sekolah dasar untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan
akademik, keterampilan berfikir, dan pemecahan masalah. Banyak pakar pendidikan
merencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang mencakuphumor, dan meningkatkan kreativitas
(Santrock, 1998).Main pembangunan (construktive play) dalam sebuah jurnal dibahas dalam
kerja Jean Piaget (1962), Sara Smilansky (1968) dan Charles dan Mary Wolfgang (1992) (dalam
Chofifah, 2008).
Piaget menyatakan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk
mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya di kemudian hari.
Dr. Charles Wolfgang dalam bukunya yang berjudul “school for young children” menjelaskan
suatu tahap yang berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy seperti air, ke yang
paling terstruktur seperti puzzle. Cat, krayon, spidol, play dough, air, pasir, dianggap sebagai
bahan main pembangunan sift cair atau bahan alam. Balok unit, lego tm, balok berongga, bristle
blocks, dan bahan lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya, yang mengarahkan
bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama bagaimana anak meletakkan bahan-
bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang
terstruktur. Anak dapat mengekspresikkan dirinya dalam bahan-bahan ini dengan
mengembangkan dari main main proses atau main sensorimotor yang dilihat pada usia di bawah
tiga tahun ke tahap main simbolik yang terlihat pada anak usia tiga sampai dengan enam tahun
dan awal sekolah dasar yang dapat terlibat dalam hubungan kerjasama dengan anak lain dan
menciptakan karya yang nyata. Media plastisin, kardus dan menggambar adalah media yang
murah, mudah didapat, mudah di bentuk dan masih berupa media dasar (belum mempunyai
bentuk yang berarti).
Jean Paiget (dalam Chofifah, 2008) menyatakan bermain pembangunan (konstruktif)
bertujuan merangsang kemampuan anak dalam mewujudkan ide, pikiran, gagasannya menjadi
karya yang nyata. Saat anak menghadirkan dunia mereka melalui main pembangunan, mereka
berada di posisi tengah antara main dan kecerdasan menampilkan kembali ketika anak bermain
pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilan koordinasi motorik halus. Juga
berkembangnya kognisi ke pikiran operasional dan membangun keberhasilan sekolah di
kemudian hari.Terdapat dua jenis permainan konstruktif yang paling umum dan populer yaitu
membuat benda dan menggambar. Seperti halnya permainan kreatif yang lain, ada variasi yang
nyata dalam frekwensi keterlibatan anak dalam kegiatan ini dan perbedaan pada jenis benda yang
dibangun. Sebagai contoh, anak laki-laki lebih menyukai pola permainan konstruktif yang
berbeda dengan anak perempuan. Pada anak usia sekolah, minat untuk bermain konstruktif
mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan karya-karya sudah bersifat
produktif. Permainan konstruktif yang disukai anak usia sekolah adalah membuat kemah,
membuat rumah-rumahan, membuat boneka salju, menggambar desain, mesin, binatang, rumah,
bunga, dan pohon. Pada waktu masuk sekolah, gambaran mereka menunjukkan perhatian untuk
perspektif, ukuran relatif, dan ketepatan rincian, dengan penurunan pada orisinalitas.(Khotimah,
2010).
Maka, dapat disimpulkan bahwa bermain konstruktif adalah bentuk kegiatan bermain
dengan aktivitas motorik dimana anak mengungkapkan ide-idenya ke dalam bentuk bentuk yang
diinginkannya, seperti menggambar, membuat patung, dll, yang pada tahap perkembangan awal
bersifat meniru kemudian berkembang sehingga anak dapat menunjukkan orisinalitas dalam
karyanya. Terdapat dua jenis permainan konstruktif yang paling umum dan populer yaitu
membuat benda dan menggambar

f. Pengertian kreativitas

Kreativitas merupakan suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya
dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas. Kreativitas dapat didefinisikan dalam
beranekaragam pernyataan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas
dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan
sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh
kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
Dalam bukunya Munandar (2004) menyatakan bahwa kreativitas didefinisikan menjadi 4
(4p dari kreativitas) yaitu :

a. Pribadi
Menurut Hulbeck mengatakan “creative action is an imposing of one’s own
wholepersonality on the environment in an uniqeand characteristic way”. Tindakan
kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas,
toleransi terhadap teman, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan,
keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
b. Proses
Menurut Torance tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-
langkah dalam metode ilmiah yaitu : “ the proses of 1) sensing difficulties, problem,
grap in information, missing element, some thing asked 2) making guesses and
formulating hyphotheses about these deficiencies 3) Evaluating and testing these
guesses and hypotheses, 4) Possibly revising and retesting them and, finally, 5)
Communicating the results.

Definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulia
menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Adapun langkah-langkah
proses kreatif menurut Wallas (dalam Munandar, 2004) yang sampai sekarang masih
banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan vertivikasi.
c. produk
Definisi yang menekankan pada produk kreatif menekankan orisionalitas, seperti
yang didefmisikan oleh Barron (1969) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah
“kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele
(1962)” kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru
yang mempunyai makna sosial”. Definisi Haefel ini menunjukan bahwa tidak
keseluruhan produk itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur-unsurnya bisa saja
sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh, kursi dan roda sudah ada sejak selama
berabad-abad, tetapi gagasan pertama untuk menggabungkan kursi dan roda menjadi
kursi roda merupakan gagasan yang kreatif. Definisi Haefele Menekankan pula
bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru, tapi juga diakui sebagai
bermakna.
d. Press (pendorong)
Press diartikan sebagai dorongan yang bisa berupa dorongan internal maupun
eksternal. Vernon (dalam Munandar 2004) merujuk pada aspek dorongan internal
yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai “The initiative that one manifests by his
power to break from the usual sequence of thought”, mengenai “press” dan
lingkungan.

Sedangkan, Menurut Solso (Csikszentmihalyi,1996) kreativitas adalah aktivitas kognitif


yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal (dalam
Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak
dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran
yang hasilnya bukan hanya perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta pencangkokan hubungan
lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk
kreativitas mungkin berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga
bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas merupakan aktivitas
imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar
(1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi
baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada
sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah
ada sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.

g. komponen pokok kreativitas

Suharnan (dalam Nursisto, 1999) mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen pokok
dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang.
Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya
dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktifitas ini bersifat kompleks, karena melibatkan
sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua


gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru, dan
kemampuan menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada
dalam pikiran. Aktifitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu
kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang
baru diharapkan muncul.

c. Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk
ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreativitas bila belum pernah diciptakan
sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut Feldman
(dalam Semiawan dkk, 1984). sifat baru yang dimiliki oleh kreativitas memiliki ciri sebagai
berikut:

1) Produk yang memiliki sifat baru sama sekali, dan belum pernah ada sebelumnya.

2) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada
sebelumnya.

3) Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil pembaharuan (inovasi) dan pengembangan
(evolusi) dari hal yang sudah ada.

d. Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus
memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan
mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak.

Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen pokok kreativitas adalah;
1) aktifitas berpikir, yaitu proses mental yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang
bersangkutan, 2) menemukan atau menciptakan, yaitu aktivitas yang bertujuan untuk
menemukan sesuatu atau menciptakan hal-hal baru, 3) baru atau orisinal, suatu karya yang di
hasilkan dari kreativitas harus mengandung komponen yang baru dalam satu atau beberapa hal
dan, 4) berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki
kegunaan atau manfaat tertentu.
BAB III

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai