Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328584187

PEMEROLEHAN KALIMAT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)


GANGGUAN PERILAKU

Article · October 2018

CITATIONS READS

0 244

4 authors, including:

Moh Badrih
Universitas Islam Malang
14 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sastra Lisan View project

All content following this page was uploaded by Moh Badrih on 29 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMEROLEHAN KALIMAT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
(ABK) GANGGUAN PERILAKU

Dewi Lailatul Farida


(Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN MALIKI)
Email: dewilailatulfarida@gmail.com

Pembimbing
Dr. Moh. Badrih, S.Pd., M.Pd.

Abstrak: Urutan pemerolehan bahasa pertama berpengaruh terhadap pemerolehan


bahasa kedua. Unsur-unsur dan kaidah-kaidah bahasa pertama cenderung ditransfer
dalam pemakaian bahasa kedua, sehingga hal tersebut berpengaruh dalam
pemerolehan kalimat, khususnya pada bentuk struktur kalimat dan jenis kalimat
berdasarkan responsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi
objektif tentang pemerolehan kalimat yang terdiri dari bentuk struktur kalimat dan
jenis kalimat berdasarkan responsi. Pemerolehan kalimat yang dimaksud yaitu
struktur atau sistem dalam kalimat yang diperoleh Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku melalui lingkungan informal. Untuk memperoleh hasil
yang diharapkan, penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif dengan
jenis penelitian studi kasus. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah
non-statistik, karena dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
memaparkan tentang pemerolehan kalimat pada Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku. Pemerolehan kalimat ini terdiri dari bentuk struktur
kalimat dan jenis kalimat. Objek penelitian ini adalah Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku dari TK Al-Munawaroh Malang dan SDN Sumbersari 1
Malang. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pemerolehan bentuk
kalimat berdasarkan struktur internal klausa utama pada Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) gangguan perilaku terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tak
lengkap. Bentuk kalimat yang sering digunakan oleh Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku lebih dominan menggunakan kalimat tak lengkap. (2)
Pemerolehan jenis kalimat berdasarkan responsi yang digunakan oleh Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku (Studi Kasus)mencakup kalimat
berita (KB), kalimat tanya (KT), dan kalimat perintah (KP). Namun, yang sering
digunakan oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku adalah
kalimat berita (KB) dan kalimat tanya (KT). Selain itu, Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku juga memperoleh kalimat yang tidak jelas atau irelevan.

Kata Kunci: pemerolehan kalimat, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan


perilaku
PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri


kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu
kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit, yaitu sintaksis (Tarigan,
2011:6).
Proses berbahasa anak pada umumnya dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal anak tersebut. Artinya, aktivitas berbahasa seorang anak diperoleh karena
dorongan yang berasal dari dirinya sendiri (faktor internal) dan dorongan yang
berasal dari lingkungannya (faktor eksternal), yaitu keluarga dan masyarakat.
Pemerolehan bahasa melalui faktor eksternal seperti yang dikemukakan oleh Ellis
(1997) dalam (Martina, dkk.) ada 3 aspek, yaitu faktor lingkungan, pengetahuan
yang dimiliki orang tersebut dan petunjuk mekanisme dalam pemerolehan bahasa,
serta faktor individu anak seperti umur dan motivasi. Faktor internal merupakan
dasar bagi anak untuk belajar di dalam mekanisme internal, yaitu menyangkut
perbedaan antara kognitif dan mental dalam pemerolehan bahasa. Perbedaan ini
difokuskan pada sifat alamiah yang merupakan tanggung jawab dari mekanisme
internal dalam pengembangan antar bahasanya. Kognitif merupakan mekanisme
yang paling umum dalam sifat alamiah. Kognitif merupakan proses dalam belajar
bahasa, baik itu bahasa pertama atau bahasa kedua sama pentingnya dengan belajar
lainnya.
Sebagai sarana pengungkapan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan,
satuan gramatik kalimat membawa peran penting dalam komunikasi. Melalui pola
kalimat yang benar, komunikasi dapat terjalin dengan baik. Pesan yang ingin
disampaikan penulis atau pembicara dapat tersampaikan dengan benar pula kepada
pembaca atau pendengar. Di sinilah nilai pentingnya susunan kalimat yang benar
dalam komunikasi.
Pemerolehan kalimat pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku khususnya dalam pemerolehan bentuk struktur kalimat dan jenis kalimat
berdasarkan responsi masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan oleh
ketidaksempurnaan alat pemerolehan bahasa pada anak. Ketidaksempurnaan ini
bisa disebabkan adanya gangguan pada syaraf otak anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dikaji
bagaimanakah pemerolehan kalimat berdasarkan bentuk struktur internal klausa
utama dan jenis kalimat berdasarkan responsinya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian


studi kasus pemerolehan kalimat pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena dalam penelitian ini
berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar
atau alamiah, bukan dalam kondisi terkendali atau laboratoris.
Adapun alasan peneliti menggunakan studi kasus dalam mengkaji
bagaimana pemerolehan kalimat pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: (1) studi kasus
dapat memberikan informasi penting mengenai hal-hal yang bersifat spesifik atau
khusus, serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang
lebih luas, (2) studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Dengan melalui penyelidikan,
peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan yang mungkin tidak
diharapkan dan diduga sebelumnya, (3) studi kasus dapat menyajikan data-data dan
temuan-temuan yang berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan
bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan dalam rangka pengembangan
ilmu sosial (Aziz, 1988:6).
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah teknik
perekaman dan pengamatan. Adapun alat yang digunakan adalah handphone.
Setelah peneliti mendapatkan dokumen data, hal yang dilakukan adalah
mentranskrip data, yaitu data rekaman dijadikan data tulis. Setelah data terkumpul
semua, peneliti selanjutnya mengidentifikasi unsur-unsur kebahasaan pemerolehan
kalimat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku berdasarkan bentuk
struktur kalimat dan jenis kalimat berdasarkan responsinya. Setelah data
dikumpulkan maka langkah yang dilakukan adalah mengelompokkan unsur-unsur
yang sudah diperoleh, yaitu bentuk struktur kalimat dan jenis kalimat berdasarkan
responsinya.

Langkah berikutnya adalah penafsiran dan penarikan kesimpulan.


Penafsiran dalam penelitian ini tidak sama dengan penarikan kesimpulan dalam bab
penutup, namun hanya menyimpulkan data masuk yang sesuai dengan indikator.
Yang dimaksud dengan penafsiran analisis data ini yaitu penulis berusaha
memberikan makna terkait pemerolehan bentuk struktur kalimat dan jenis kalimat
berdasarkan responsinya pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku yang telah diperoleh peneliti agar dapat dipahami oleh pembaca.
Sedangkan, penarikan kesimpulan yaitu setelah melakukan penelitian, maka
peneliti mengambil kesimpulan atas dasar hasil dari analisis dan interpretasi data
yang telah diperoleh dilengkapi dengan saran-saran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemerolehan Bentuk Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa Internal Klausa


Utama

Berdasarkan struktur internal klausa utamanya, temuan-temuan kalimat


dapat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku yang bersekolah di SDN Sumbersari 1 Malang, tidak
hanya memperoleh bahasa kedua (bahasa Indonesia) yang digunakan sebagai
bahasa formal dalam pendidikan, namun juga memperoleh bahasa pertama. Hal ini,
tentu saja pemerolehan bahasa pertama (bahasa Ibu) yang dalam kasus ini adalah
Bahasa Jawa berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa kedua anak. Peneliti
mengambil data pada saat Guru Pembimbing dan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku mulai terlibat percakapan dalam situasi informal selama
jam istirahat sekolah.
Hasil analisis data penelitian tentang bentuk struktur kalimat yang diperoleh
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku diklasifikasikan sebagai
kalimat lengkap seperti dalam contoh berikut ini.
Kutipan (1):
Data Berkode 01Nn 1Bd1-05-01-2017
Bu Dina : 21. Mau Nu tidur di rumah bu Farida?
Nanu : 22. Enggak!
Bu Dina : 23. Kenapa?
Nanu : 24. Gak nyaman.
Bu Dina : 25. Gak nyamane opo’o?
Nanu : 26. Adalah.... ((mulai berpikir))
Bu Dina : 27. Adalah? (penasaran))
Nanu : 28. Arek-arek.
Bu Dina : 29. Opo’o arek-arek?
Nanu : 30. Arek-arek ganggu.
Pada kutipan di atas, diperoleh kalimat lengkap arek-arek mengganggu
yang diucapkan oleh Nn, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku.
Dalam kalimat tersebut, terdapat dua bahasa, yaitu bahasa Jawa arek-arek dan
bahasa Indonesia mengganggu. Kalimat arek-arek mengganggu, dikategorikan
sebagai kalimat lengkap. Pada kalimat tersebut, terdapat pola Subjektif (S) dan pola
Predikat (P). Kata arek-arek menduduki sebagai subjek dan kata mengganggu
menduduki sebagai predikat.
Pada pemerolehan kalimat tak lengkap ini, juga diperoleh saat Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku sedang berada di luar kelas, yaitu
ketika berbicara dengan guru pendamping, berbicara dengan orang tua, dan saat
bermain dengan teman-temannya. Hasil penelitian pemerolehan kalimat tak
lengkap, masih menunjukkan bahwa bahasa pertama Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku berpengaruh terhadap bahasa keduanya. Bentuk struktur
kalimat tak lengkap yang diperoleh juga tidak seluruhnya bahasa kedua (bahasa
Indonesia).
Kalimat tak lengkap tersebut terdapat dalam beberapa kutipan percakapan
berikut.
Kutipan (6)
Data berkode: 05Rf1Yf1-20-02-2017
Rafa : 78. Selamat ulang tahun.
79. Selamat hari jadi, semoga dijadi. ((menyanyi))
Mbak Yofi : 80. Selamat apa?
Rafa : 81. Semoga dihajabajari ... semoga dijadi. ((masih menyanyi))
Mbak Yofi : 82. Nyanyi!
83. Eeh gak mau. ((membetulkan duduk Rafa))
Rafa : 84. Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya seta
mulia, seta mulia, setaaa muulia. ((menyanyi)).
85. Selamat hari jadi.
Mbak Yofi : 86. Yee .. ((tepuk tangan))
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwasanya Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku sudah mampu menggunakan kalimat tak lengkap dengan
baik. Misalnya pada kalimat selamat ulang tahun dan selamat hari jadi. Kedua
kalimat tersebut merupakan kalimat tak lengkap jenis kalimat minor yang tidak
berstruktur klausa.

Pemerolehan Jenis Kalimat Berdasarkan Responsi yang Diharapkan


Dalam penelitian ini, jenis kalimat berdasarkan isinya (responsi) dapat
dibedakan atas tiga bagian, yaitu: kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat
perintah.
Kalimat berita merupakan kalimat yang mendukung suatu pengungkapan
peristiwa atau kejadian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwasanya
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku yang bersekolah di SDN
Sumbersari 1 Malang, khususnya Nn yang duduk di kelas dua sudah memperoleh
dan menggunakan kalimat berita dengan baik. Artikulasi yang diucapkannya pun
juga jelas. Namun, kadang-kadang ada beberapa kalimat berita yang digunakan
masih terpengaruh oleh bahasa pertamanya, yakni bahasa Jawa. Contoh lain
pemerolehan kalimat berita dapat dilihat dari kutipan berikut.
Kutipan (8)
Data berkode: 03Nn1Bd1-09-01-2017
Bu Dina : 08. Lagu apa itu, Nu?
Nanu : 09. Iku ndek, ndek masa en the bel
Bu Dina : 10. Waduh, kamu suka masha and the bear?
Nanu : 11. Tapi... ((berpikir))
Bu Dina : 12. Pertanyaanya kamu suka apa gak?
Nanu : ((Memberontak))
Nanu : 13. Ane pertanyaan sek, sek.
Bu Dina : 14. Opo, opo?
Nanu : 15. Aku suka ultramen gaya ((berbicara agak berbisik))
Bu Dina : 16. Oh iya.
17. Ultramennya ada satu atau dua?
Nanu : 18. Banyak
Bu Dina : 19. Sebutkan!
Nanu : 20. Ultramennya ndek negri
Bu Dina : 21. Se-but-kan! ((memperjelas))
Nanu : 22. Negri iku ndek bintang
Bu Dina : 23. Terus?
Nanu : 24. Ayah ibunya di atase
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, percakapan dalam kutipan di
atas terdapat kalimat yang tidak relevan dengan tuturan atau topik percakapan atau
yang biasa disebut dengan kalimat irelevansi. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku ini, memiliki gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian.
Kalimat aku suka ultramen gaya merupakan kalimat berita. Namun, di sini
terdapat ketidaksesuaian dalam percakapan. Kalimat tersebut diucapkan oleh Nn
saat guru pendamping menanyakan apakah Nn menyukai Masha and the Bear? Ini
membuktikan bahwa konsentrasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku terganggu. Kalimat irelevansi lainnya juga ditemukan pada kalimat
ultramennya ndek negri, negri iku ndek bintang, ayah ibunya di atase. Meskipun
kalimatnya tidak relevan, namun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku tetap memperoleh kalimat berita dengan baik dan mengucapkannya
dengan jelas.
Kalimat berita lain, juga diperoleh saat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku sedang bermain. Rf Mengambil tumpukan mainan dan
melemparkan ke temannya. Melihat hal itu, Yf menyuruh Rf untuk meminta maaf
pada temannya. Rf mengucapkan Riski maaf, Tino maaf. Kalimat tersebut,
merupakan kalimat berita, yang berarti ia mengakui kesalahan. Pemerolehan
kalimat berita juga ditemukan saat jam makan siang. Rf terlihat menggaruk-garuk
tangannya sambil berucap aduh, sakit!. Dalam kalimat berita tersebut, ia
memberitahu bahwa tangannya sakit. Selain itu, peneliti juga menemukan kalimat
berita lain yang diucapkan oleh Rf, yaitu dijemput, berangkat, Mbak Ofi, Rafa mau
berangkat sekolah dulu, assalamulaikum, dan membaca. Kalimat berita tersebut
diucapkan dengan jelas.
Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung suatu pertanyaan.
Kalimat tanya atau kalimat pertanyaan, yaitu kalimat yang dibentuk untuk
memancing responsi yang berupa jawaban.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
yang bersekolah di SDN Sumbersari 1 Malang, khususnya yang bernama Nn tidak
memperoleh dan menggunakan kalimat tanya. Justru guru pendamping-lah yang
sering bertanya kepadanya. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan di TK Al-
Munawarah, peneliti memperoleh kalimat tanya, di antaranya: apa mbak Yofi?,
Mbak Yofi?, enak kan? dan dibaca?. Dalam kalimat apa mbak Yofi?, dan Mbak
Yofi?, diucapkan oleh Rf, salah satu siswa berkebutuhan khusus di TK Al-
Munawarah ketika akan berangkat ke sekolah. Ia bertanya saat dipanggil oleh guru
pendampingnya. Sedangkan, kalimat tanya enak kan? ditanyakan pada saat ia
memakan kue. Begitu pula pada kalimat dibaca? yang diucapkan Rf untuk
bertanya pada guru pendampingnya mengenai buku yang dibawanya untuk dibaca
atau tidak. Contoh kalimat tanya yang lain, juga terdapat pada kalimat apa Bu Vi?,
Rafa nunggu siapa?, Nunggu?, nasi apa?, apa?, dan masak?. Berdasarkan data
yang diperoleh, bahwasanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku menggunakan kalimat tanya dengan pola sederhana yang mudah dipahami.
Kalimat perintah merupakan kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk
melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Kalimat perintah juga merupakan kalimat
yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada salah satu Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) gangguan perilaku di SDN Sumbersari 1 Malang, hanya ada 2 (dua)
kalimat perintah yang diperoleh. kalimat perintah tersebut yaitu, gak onok orang
yang sholat, harus disembunyikan dan aa aa ... ee.. iih. Pada kalimat gak onok
orang yang sholat, harus disembunyikan diucapkan oleh Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) gangguan perilaku saat berbicara dengan guru pendampingnya
mengenai mushola yang ada di sekolah. Kalimat perintah yang diucapkan tersebut,
masih terpengaruh dengan bahasa pertamanya (bahasa Jawa). Bahwasanya kalimat
perintah itu masih kurang untuk bisa dipahami. Namun, dari kalimat perintah
tersebut mengandung arti bahwa ketika tidak ada orang yang sholat, maka orang
tersebut harus disembunyikan. Begitu juga pada kalimat aa aa ... ee.. iih. Kalimat
tersebut diucapkan ketika Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku
melihat barang miliknya, yaitu botol minumannya dibawa oleh temannya. Dalam
kalimat perintah tersebut tidak jelas bagaimana pola kalimatnya. Namun, kalimat
tersebut dapat diartikan bahwa ia tidak suka kalau temannya membawa botol
minumannya dan meminta temannya untuk segera mengembalikan botol minuman
kepadanya. Meskipun terkesan rumit, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku yang bernama Nn itu sudah mampu menggunakan kalimat
perintah.
Kalimat perintah juga ditemukan saat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
gangguan perilaku hendak berangkat sekolah, yaitu Mbak Yofi, ayo berangkat
sekolah! dan sekolah! yang merupakan bentuk ajakan. Pemerolehan kalimat
perintah yang lain, yaitu diam!. Kalimat tersebut diucapkan oleh Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku saat sedang berbicara dengan guru
pendampingnya. Ia memerintah dirinya sendiri agar diam. Berdasarkan kalimat
perintah tersebut, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku (Studi
Kasus) dapat menggunakan kalimat perintah dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan
pemerolehan bentuk kalimat berdasarkan struktur internal klausa utama yang
diperoleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku terdiri dari
kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap sudah diperoleh dan digunakan dalam
lingkungan informal, yaitu sebelum Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku berangkat sekolah, ketika bermain dengan teman sebaya, dan ketika makan
siang. Berdasarkan temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat yang dikutip
dalam Putrayasa (2012: 105-109) bahwa bentuk kalimat berdasarkan struktur
internal klausa utama ada dua, yaitu kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan
perilaku memperoleh ketiga jenis kalimat tersebut. Dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap Nn, Anak Berkebutuhan Khusus di SDN Sumbersari 1 Malang,
untuk kalimat tanya dan kalimat perintah jarang digunakan oleh Anak
Berkebetuhuan Khusus (ABK) gangguan perilaku. Sebab, kalimat tersebut lebih
sering digunakan oleh guru pendamping untuk berkomunikasi dengan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku tersebut. Sedangkan, dari hasil
penelitian yang dilakukan di TK Al-Munawaroh Malang, yaitu pada salah satu
siswa berusia 6 tahun, kalimat tanya dan kalimat perintah banyak diperoleh.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku dari SDN
Sumbersari 1 dan TK Al-Munawaroh mengucapkan kalimat dengan jelas (artikulasi
per-kata). Namun, respon saat berkomunikasi dengan guru pendamping seringkali
tidak tepat, sehingga makna kalimat yang diperoleh juga tidak sesuai. Hasil
penelitian menemukan sebagian pemerolehan kalimat rancu atau kalimat irelevansi.
Kalimat irelevansi adalah kalimat yang tidak relevan dengan tuturan atau topik
percakapan.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santoso (2012)
bahwa anak-anak dengan ADD/ADHD (gangguan perilaku) juga mengalami
kesulitan berkonsentrasi jika ada hal-hal yang terjadi di sekitar mereka, mereka
biasanya membutuhkan lingkungan yang tenang untuk tetap fokus. Maka, apa yang
diucapkan oleh guru pendamping seringkali tidak ditanggapi dengan benar oleh
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku tersebut.
Jika dikaitkan dengan teori proses internal pemerolehan bahasa khususnya
pada pemerolehan kalimat, dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan
teori Dulay dkk (dalam Prasetyoningsih, 2002) bahwa salah satu pemerolehan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan (Language Acquisition).
Pemerolehan bentuk struktur dan jenis kalimat ditandai munculnya kalimat
irelevansi. Oleh karena itu, diharapkan pendamping (shadow teacher), guru,
orangtua diharapkan membantu membimbing percakapan atau tuturan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK).
Berdasarkan kondisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku
dan pemerolehan bahasanya maka berimplikasi pada pemahaman penutur. Penutur
harus memahami konteks tuturan sebelumnya yang diucapkan oleh Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku. Oleh karena itu, pemahaman
komunikasi terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memerlukan perhatian
khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku sebagai mitratutur
banyak melakukan penyimpangan perilaku, termasuk penyimpangan tuturan yang
tercermin dalam pemerolehan bentuk struktur kalimat dan jenis kalimatnya.
Implikasi hasil penelitian ini adalah membantu terapis dan orang tua dalam
berkomunikasi dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jika semua orang
paham tentang bahasa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), maka akan sangat
membantu pemahaman anak. Selain itu, kesalahan penggunaan tindak bahasa terapi
dalam intervensi atau penanganan ABK gangguan perilaku dapat menyebabkan
anak tidak memahami maksud komunikasi dan bahkan bisa membuat anak frustasi
dan berdampak pada perilaku negatif. Oleh karena itu, disarankan agar tidak
sembarang berbicara dengan ABK gangguan perilaku. Guru atau terapis dan orang
tua atau keluarga disarankan memperbanyak wawasan tentang ABK gangguan
perilaku serta penanganannya (Prasetyoningsih, 2016:126).
Selain itu, penelitian ini akan berimplikasi pada bidang pembelajaran
bahasa, yaitu di lingkungan formal (sekolah). Jika pemahaman anak terpenuhi,
maka akan memudahkan anak dalam menyesuaikan atau mengikuti pembelajaran
di dalam kelas dengan baik.

SIM PULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemerolehan kalimat pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku (studi kasus) dapat disimpulkan
dalam beberapa hal, yaitu: (1) Pemerolehan bentuk struktur kalimat pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku terdiri atas: kalimat lengkap dan
kalimat tak lengkap. Bentuk kalimat yang dominan digunakan oleh Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku adalah kalimat tak lengkap, dan
(2) Pemerolehan jenis kalimat berdasarkan responsinya pada Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) gangguan perilaku terdiri atas kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat perintah. Namun, yang sering digunakan oleh Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) gangguan perilaku adalah kalimat berita (KB) dan kalimat tanya (KT).
Selain itu, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) gangguan perilaku juga memperoleh
kalimat yang tidak jelas atau irelevansi, yaitu tuturan yang tidak relevan dengan
topik percakapan.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi Pendamping/Guru,
ketika berinteraksi dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam kelas
ataupun di luar kelas, disarankan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, dan hindari bahasa campuran misalnya bahasa daerah, karena dalam
pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan kalimat, Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) menggunakan sistem meniru. Selain itu, dalam mendidik atau
berkomunikasi dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) harus sabar dan telaten,
terutama pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki gangguan
perilaku. (2) Bagi orang tua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dalam
berkomunikasi sehari-hari di rumah disarankan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, terutama dalam berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua
harus menjalin kerja sama dengan pendamping/guru agar apa yang dilakukan atau
dipelajari di tempat dapat diterapkan di rumah, karena dapat membantu daya ingat
anak dalam pemerolehan bahasa, khususnya pemerolehan kalimat. Orang tua juga
harus memberikan perhatian penuh terhadap anak. (3) Untuk peneliti lanjutan,
karena subjek penelitian ini terbatas pada bentuk kalimat, peneliti menyarankan
pada calon peneliti agar dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian ini untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut di masa-masa yang akan datang. Calon-
calon penelitian dapat mengembangkan instrumen penelitian yang lebih sempurna
agar diperoleh hasil penelitian yang lebih bermutu. Dapat dijadikan cakupan
masalah untuk penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan teknik pengumpulan data
untuk peneliti selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN
Aziz, Abdul. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus; Kumpulan Materi
Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya:BMPTS Wilayah VII,
1998), hal.6.
Ellis, Rod. 1996. The Study of Second Language Acquisition. New York: Oxford
University Press.
Martina, dkk. Aktivitas Berbahasa Anak Berkebutuhan Khusus Pada Lembaga
Pendidikan Dan Pelatihan Bina Anak Bangsa Kota Pontianak. FKIP
UNTAN: Pontianak.
Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. 2002. Teori Belajar Bahasa. FKIP Universitas
Islam Malang.
Prasetyoningsih, Luluk Sri Agus. 2016. Pengembangan Tindak Bahasa Terapi
dalam Intervensi Anak Autis Spektrum Perilaku. Jurnal LITERA. Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Volume 15. No. 1. April
2016. P-ISSN 1412-2596 (Cetak), e-ISSN 2460-8139 (Daring).
Putrayasa, Ida Bagus. 2012. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Penerbit Angkasa.
Santoso, Hargio. 2012. Cara memahami & mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai