Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BERMAIN & PERMAINAN AUD

BERMAIN DALAM PERSPEKTIF KLASIK

Dosen Pengampu: Ibu Roudlotun Nimah M. Si.

Nama Kelompok:

1. Hanim Maf’ula (20480326)


2. Shania Nur Haqiqi (20480357)
3. Dewi Novita (20480334)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bermain dalam perspektif klasik” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Roudlotun Nimah M.Si. pada mata kuliah Studi Bermain Dan Permainan AUD. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Roudlotun Nimah M.Si selaku dosen mata
kuliah Bermain Dan Permainan AUD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kasalahan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi
pembaca. Aamiin.

Penyusun

Bojonegoro, 14 Februari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Bermain....................................................................................................6
B. Pengertian Teori Bermain Klasik...............................................................................8
C. Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini......................................................................10
D. Macam-macam permainan klasik...............................................................................10
E. Perbedaan Teori Bermain Klasik dengan Teori Bermain Kontemporer.....................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
A. Simpulan....................................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang wajib ataupun hal yang tak terpisahkan oleh
kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat mengetahui banyak hal dan dapat
memperoleh banyak hal, pendidikam jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pendidikan, Pendidikan pada umumnya mempunyai tugas yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia secara menyeluruh baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik melalui
aktivitas jasmani.
Aktivitas jasmani merupakan materi pokok dalam pendidikan jasmani yang berupa
olahraga maupun non olahraga. Salah satu aktivitas jasmani adalah bermain. Aktivitas
bermain biasanya dilakukan sejak masa kanak-kanak sampai dengan dewasa.
Bermain merupakan salah satu aktivitas jasmani yang sangat disukai anak dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sarana pendidikan
jasmani di sekolah.
Bermain bagi anak merupakan kegiatan harian yang sangat menarik dan
menyenangkan untuk dilakukan di waktu luang. Seperti dimukakan oleh Plato dalam
Tedjasaputra (2001) bahwa bermain mempunyai nilai praktis dalam kehidupan anak. Anak-
anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagi apel kepada teman-
temannya.
Permainan klasik misalnya, permainan klasik yang saat ini sudah sangat jarang di temui
juga mempunyai peran penting dalam pendidika jasmani tentunya, permainan klasik yang
memberikan stimulus pada zaman dahulu juga tidak boleh di pandang remeh meskipun
sekarang sudah tergantikan oleh permainan kontemporer yang sudah cangkih atau yang lebih
beragam, namun permainan klasik tetaplah menjadi permainan yang berperan penting bagi
pertumbuhan bagi anak-anak pada masa itu.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut. :
1. Apa pengertian bermain?
2. Apa pengertian teori bermain klasik?
3. Apa saja manfaat bermain bagi anak usia dini?
4. Apa saja macam-macam permainan klasik?
5. Apa perbedaan teori bermain klasik dan teori bermain kontemporer?

B. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam, pembuatan makalah ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian bermain
2. Untuk mengetahui pengertian teori bermain klasik
3. Untuk mengetahui manfaat bermain bagi anak usia dini
4. Untuk mengetahui macam-macam permainan klasik
5. Untuk mengetahui perbedaan antara teori bermain klasik dengan teori bermain
kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bermain

Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas
orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan
permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli,
mendefinisikan konsep bermain berbeda-beda menurut perspektif masing-masing. Berikut ini
adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli.para ahli.
 Menurut Piaget, 1951 bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
demi kesenangan (Piaget, 1951).
 Secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar (1996)
mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
 Bermain menurut pendapat Elizabeth Hurlock (1987:320) adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
 Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children,
Play, and Development, mengatakan bermain merupakan hal yang berbeda dengan
belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur
didalamnya, yaitu:
1. Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan .
2.  Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun
memaksa.
3. Menyenangkan dan dapat menikmati.
4. Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas
5. Melakukan secara aktif dan sadar.1
 Friedrich Froebel ( 1782- 1852 ) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan
proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan
pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi,
adalah merupakan proses belajar sambil bekerja.
 Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain adalah ”kegiatan yang
menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku
lainnya.
 Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan
tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas
bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun
ditandai pencarian menang-kalah.
 Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa
definisi bermain adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat
bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi
dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik.
 Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17) bermain adalah bagian mutlak
dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses
pembentukan kepribadian anak.
 Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan
anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain:
1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh
anak
4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak

1
DWP, 2005
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain,
seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan
sebagainya
Berdasarkan beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan,
yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik
fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.2

B. Pengertian Teori Bermain Klasik

Secara garis besar, ada dua pengertian bermain yaitu teori bermain klasik dan teori
bermain kontemporer. Masa permainan klasik ini berlangsung sampai pada akhir abad ke-19.
Kemudian dilanjutkan dengan teori bermain kontemporer sejak awal abad 20 hingga saat ini.
Menurut Parten (dalamSujiono, 2012),kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi
yang diharapkan dapat memberikan kesempatan anak menemukan, bereksplorasi, berkreasi,
mengekspresikan perasaan dan belajar dengan cara yang menyenangkan.
Menurut Dockett (dalamSujiono, 2012)bermain samahalnya dengan kebutuhan yang harus
dipenuhi karena dengan bermain ada dapat menambah pengetahuan untuk dapat
mengembangkan diri.
Berdasarkan pengertian bermain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan anak dengan sukarela tanpa tekanan dan tuntutan dari siapapun
serta menggunakan seluruh indera yang dimiliki dan penuh imajinasi.
Teori bermain klasik merujuk pada dua pandangan yaitu pandangan Barat dan non Barat
Menurut pandangan Barat bermain dilakukan dengan cara permainan zaman Yunani dan
Romawi Kuno sedangkan teori bermain klasik menurut pandangan non Barat mengacu pada
model bermain menurut kultur di wilayah masing-masing negara.
Teori bermain klasik ini terbagi menjadi beberapa pengertian di antaranya adalah:
1) Teori energi berlebih (energi surplus theory).
Manusia bermain apabila mereka memiliki energi berlebih. Konsep ini berasal dari
pemahaman terhadap binatang yang juga memiliki insting memanfaatkan energinya untuk
2
Joan Freeman & Utami Munandar. 1996. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
bergerak. Kemampuan bergerak ini juga dimiliki manusia. Anak-anak yang sehat akan
bermain dengan senang hati tanpa merasa lelah. Kesenangan bermain kadangkala
melupakan pekerjaan lain seperti lupa makan, mandi atau kegiatan yang lainnya. Sebaliknya
jika anak-anak sakit, kemampuan bermain dengan energi berlebih ini menjadi berbeda
kualitas dan kuantitasnya.
2) Teori rekreasi (the recreation theory)
Bermain sebagai aktivitas yang terkait erat dengan rekreasi. Rekreasi merupakan
kemampuan natural yang dimiliki manusia untuk menyenangkan dirinya. Kegiatan yang
menyenangkan seperti memancing, jalan-jalan dan berenang termasuk kategori pengertian
ini. Aktivitas itu dilakukan sebagai bagian dari rekreasi. Dalam bermain sebagai rekreasi,
fungsi kognitif tidak begitu berperan. (Takhvar 1988) Karena pada dasarnya anak-anak
melakukan kegiatan bermain dengan cara meniru apa yang dilakukan orang dewasa di
sekitarnya, tanpa tekanan. Jadi kegiatan yang dilakukan dalam bermain rekreasi dilakukan
dengan santai, tidak kaku dan menyenangkan.
3) Teori melaksanakan insting (the instinct practice theory)
Anak bermain untuk persiapan kehidupan mendatang setelah dewasa. Peran yang dilakukan
oleh orang dewasa saat ini ditiru oleh anak. Dalam permainan tersebut anak-anak melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan orang dewasa sehari-hari tetapi dalam konteks pemahaman
mereka dan dalam bentuk bermain. Teori ini diasosiasikan dengan Karl Groos (1898, 1901)
dan dinamakan juga pre – exercise theory.
4) Teori rekapitulasi (the recapitulation theory)
Teori ini berdasarkan teori evolusi manusia. Hall menggambarkan bermain sebagai
kebiasaan manusia menggunakan motorik untuk bergerak. Seperti gerakan-gerakan yang
sering dilakukan binatang di hutan. Anak-anak yang senang sekali bergelantungan seperti
monyet di pohon, memanjat atau berjingkat-jingkat termasuk model bermain ini. Permainan
yang membutuhkan ekspresi instingnya sebagai makhluk hidup.
5) Teori katarsis (the catharsis theory)
Yang dimaksud dengan katarsis adalah perasaan tertekan disebabkan oleh sandiwara tragedi.
Katarsis dapat juga berarti ungkapan tentang sesuatu yang tidak menyenangkan kemudian
diatasi kembali. Anak bermain dengan mengekspresikan emosi seperti marah, benci atau
kesal. Menurut Claperde’s nilai bermain ini menjadi hilang jika sudah merusak seperti
membanting pintu, jendela atau kursi. Ekspresi emosi seperti ini ditentang keras oleh
pendidik anak usia dini modern. Dalam beberapa cara bermain katarsis, hampir sama dengan
bermain energy berlebih hanya bedanya pada permainan ini ada luapan emosi yang dialami
anak.

Dalam pengertian teori bermain klasik non Barat, bermain adalah ekspresi konteks kultural
masyarakat yang ada di sekitar anak. Teori ini mengacu pada perspektif kultural masing-
masing negara. Permainan tari Lion berasal dari China yang dimainkan anak-anak ketika
perayaan tahun baru atau Imlek. Permainan ini dipengaruhi oleh paham Confucianisme.
Permainan tradisional India dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan agama Hindu. Begitu
pula di Jepang, bermain banyak dipengaruhi oleh filosofi Wada. Termasuk Indonesia
memiliki berbagai macam jenis permainan yang bernuansa kultural masyarakat Indonesia.

C. Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini

Bermain memberikan banyak manfaat yang dapat menunjang perkembangan anak. Selain
memberikan kesenangan juga menjadi sarana pembelajaran yang menarik bagi anak. Anak
akan mendapatkan pengetahuan baru dengan kegiatan yang menyenangkan. Menurut
Triharso, 2013:10 Manfaat bermain yaitu memperngaruhi perkembangan fisik anak,
digunakan sebagai terapi, meningkatkan pengetahuan anak, melatih penglihatan juga
pendengaran, mempengaruhi perkembangan kreativitas anak, mengembangkan tingkah laku
sosial anak, dan memengaruhi nilai moral anak. Kesimpulan dari manfaat bermain adalah
untuk mempengaruhi perkembangan anak yaitu perkembangan fisik motorik, kognitif,
kreativitas, sosial emosional, bahasa, dan juga moral anak. Perkembangan tersebut terjadi
karena saat bermain anak melakukan banyak hal yang tanpa anak sadari bahwa dalam
bermain tersebut anak mendapatkan banyak pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
pengalaman langsung yang dilakukan oleh anak. Pendidikan anak usia dini dilakasanakan
sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak serta melalui aktivitas bermain,
hal ini merujuk pada peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 19 Ayat 1 yang menyatakan bahwa Poses pembelajaran dalam satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.

D. Macam-macam permainan klasik

Permainan – permainan klasik dari Indonesia ini mungkin akan mengingatkan pada masa –
masa kecil, berikut contoh beberapa permainan klasik Indonesia, seperti :
1. Permainan Benteng
Permainan banteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing – masing
terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing – masing grup memilih suatu tempat sebagai
markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan
dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata
benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan
menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan
yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh
‘benteng’ mereka masing – masing.

2. Congklak
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam
nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan
sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-
tumbuhan.
Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka
menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang
dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu
dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan,
kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14
lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang
kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang
pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan
diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis
di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan
melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan
memilih lobang kecil di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan
mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi
lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil (seluruh
biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji
terbanyak.

3. Galah Asin
Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis
permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri
dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah
menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik,
dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses
bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis
yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m
yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan
kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu
anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup
yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha
untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah
ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk
menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses
untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini
sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan
berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
4. Lompat Tali

Permainan ini dahulu lebih sering dilakukan oleh anak perempuan ketika pulang sekolah.
Untuk memainkannya, pemain akan dibagi menjadi dua kelompok. Ada yang bertugas
memegang tali dan ada yang melompat.
Dua orang akan memutar-mutar tali kemudian pemain lain akan melompati putaran tali
tersebut.
Apabila kaki pemain mengenai tali, ia dinyatakan kalah. Pemain yang berhasil mendapatkan
jumlah lompatan terbanyak adalah pemenangnya. Dan masih banyak lagi.

E. Perbedaan Teori Bermain Klasik dengan Teori Bermain Kontemporer

Berdasarkan sifatnya teori bermain dibedakan menjadi 2 macam, yaitu teori klasik dan
teori modern. Teori klasik muncul sebelum abad ke 20 dan sebagian besar menggambarkan
suatu kekuasaan dan kekuatan pad saat teori itu diangkat atau dimunculkan. Menurut
pandangan dari pakar Psikologi & Biologi teori klasik meliputi :
1. Teori Rekreasi/ Pelepasan (Lazarus & Schaller)
Bermain merupakan kegiatan yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan, Bermain
merupakan imbangan antara kerja dan istirahat. Jadi, orang yang merasa penat akan bermain
dan berrekreasi untuk mengadakan pelepasan agar kesegaran jasmani&rohaninya segera
kembali.
2. Teori Teleologi/ Pembawaan (K. Groos & Roeles)
Permainan merupakan kegiatan yang mempunyai tugas biologis yang akan digunakan oleh
manusia untuk mempelajari untuk mempelajari fungsi hidup, penguasaan gerak, rasa ingin
tahu, persaingan sebagai persiapan hidup dimasa yang akan datang.
3. Teori Sublimasi (Ed. Clapatade)
Permainan bukan hanya merupakan kegiatan untuk mempelajari fungsi hidup, tetapi juga
merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, lebih tinggi, atau lebih indah).
4. Teori Rekapitulasi
Permainan merupakan kesimpulan dari masa lalu, serta pertumbuhan jiwa manusia yang
wajar haruslah melalui tahap-tahap perkembangan manusia yang wajar sampai pada
pertumbuhan yang sempurna.
Teori bermain kontemporer adalah teori yang mengkaji tentang bermain tidak hanya
menjelaskan mengapa muncul perilaku bermain, tetapi juga berusaha menjelaskan
manfaat bermain bagi perkembangan anak3, Teori kontemporer meliputi :
1. Teori Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Bermain merupakan media, sarana, alat atau cara untuk mengeluarkan/ melepaskan emosi-
emosi dalam diri. Bermain juga merupakan media untuk belajar mengatasi pengalaman
traumatik atau frustasi, bermain merupakan salah satu cara untuk mengukur, menguasai, dan
mengetahui sifat suatu alat.
2. Teori Kognitif (Piaget & Vygotsky)
Bermain merupakan bagian atau tahap kognitif (daya tiru, daya ingat, daya tangkap, daya
imajinasi) yang harus dilalui seorang anak. Bermain juga merupakan sarana untuk belajar
berpikir mengungkapkan ide-ide atau berimajinasi.
3. Teori Belajar Sosial
Manusia sebagai makhluk monodualisme yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Bermain dapat menjadi sarana atau media untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan orang lain atau makhluk hidup lain.
4. Teori Kompensasi
Bermain tidak hanya berfungsi sebagai pengisi waktu luang tetapi sekarang sudah menjadi
kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan atau untuk mempertahankan hidup (sebagai
profesi).

3
(Mutiah, 2010: 99)14.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya
menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang
utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
2. Teori bermain klasik merupakan teori yang merujuk pada dua pandangan yaitu
pandangan Barat dan non Barat Menurut pandangan Barat bermain dilakukan dengan
cara permainan zaman Yunani dan Romawi Kuno sedangkan teori bermain klasik
menurut pandangan non Barat mengacu pada model bermain menurut kultur di wilayah
masing-masing Negara.
3. Manfaat bermain untuk anak usia dini: membentuk sikap dan perilaku pro-lingkungan,
menstimulasi perkembangan kognitif dan fisik, menjaga keseimbangan rasio area
bermain dan jumlah anak, meningkatkan kemampuan sosialisasi dan kesehatan mental,
menstimulasi sensori.
4. Macam-macam permainan klasik : permainan benteng, congklak, galah asin, dan lompat
tali.
5. Perbedaan Teori bermain klasik dan teori bermain temporer adalah teori bermain klasik
adalah Teori klasik muncul sebelum abad ke 20 dan sebagian besar menggambarkan
suatu kekuasaan dan kekuatan pad saat teori itu diangkat atau dimunculkan. Sedangkan,
teori bermain kontemporer adalah teori yang mengkaji tentang bermain tidak hanya
menjelaskan mengapa muncul perilaku bermain, tetapi juga berusaha menjelaskan
manfaat bermain bagi perkembangan anak
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan
yang terdapat dalam penyusunan makalah ini baik dari segi penulisannya maupan bahasanya.
Oleh karena itu, penulis mengharap kritikan yang membangun agar dapat menulis makalah-
makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Joan Freeman & Utami Munandar. 1996. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Fadillah, M. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana, 2017.

S. Tedjasaputra, Mayke. Bermain dan Permainan. Jakarta: Grasindo, 2001.


Suminar, D. R.(2019). Psikologi Bermain: Bermain & Permainan bagi Perkembangan Anak.
Surabaya: Airlangga University Press.

Solehudin, M. (2010). Bermain merupakan Sarana Yang Unik dan Alami bagi Perkembangan
dan Belajar Anak. Jurnal Pendidikan.

Muthia Diana.2015. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai