Email: qomaiyyah.riyyah07@gmail.com
ABSTRAK
Pada masa usia anak usia dini anak mengalami masa keemasan (golden age) yang
merupakan dimana anak mulai peka dan sensitive untuk menerima rangsangan atau
stimulus. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang
siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan
masa dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motoric, bahasa, social
emosional, agama dan moral. Anak dilahirkan belum bersifat sosial untuk mencapai
kematangan dalam berhubungan sosial, tentang cara-cara anak menyesuaikan diri
dengan orang lain, nroma-norma kelompok, dan tradisi. Sedangkan kecerdasan emosi
anak usia dini bertanggung jawab terhadap harga diri, kesadaran diri, kepekaan
emosional serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Jika kepekaan
emosiaonal nya tinggi, maka akan mampu memahami berbagai pembagian perasaan
yang muncul serta dapat mengenali diri sendiri. Kecerdasan emosional merupakan
bentuk kemampuan diri untuk lebih proposional dalam menempatkan diri
dilingkungan. Kecerdasan sosial emosional anak dapat dikembangkan dengan cara
melakukan permainan, adapun pengaruh perkembangan pada anak terdapat pada
teman sebaya, permainan, dan televisi.
Kata Kunci : Kepekaan anak; perkembangan sosial emosional anak pada masa
awal; kecerdasan sosial emosional.
ABSTRACT
At the age of early childhood children experience a golden age (golden age) which is where children
begin to be sensitive and receive stimuli or stimuli. Sensitive period is a period of maturity of
physical and psychological functions that are ready to respond to stimuli provided by the
environment. This period is also a basic period for developing cognitive, motoric, language, social
emotional, religious and moral abilities. Children are born not yet social to reach maturity in social
relations, about the ways children adjust to others, group norms, and traditions. While emotional
intelligence of young children is responsible for self-esteem, self-awareness, emotional sensitivity
and being able to adapt to the surrounding environment. If the emotional sensitivity is high, it will
be able to understand the various division of feelings that arise and can recognize yourself.
Emotional intelligence is a form of the ability of the self to be more proportional in placing oneself
in the environment. Children's social emotional intelligence can be developed by playing games,
while the influence of development on children is on peers, games, and television.
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
1. KEPEKAAN SOSIAL EMOSIONAL
Perkembangan soaial selama 2 tahun pertama meliputi perkembangan tan-
tanda sosial diantara teman sebaya, gaya sosial pada masa toddler berhubungan
dengan sejarah kelekatan. Perkrmbangan perilaku social atau empati anak sudah
mulai sejak usia 12 bulan, saat bayi merespon kesedihan orang lain,4 pada usia 0-
12 bulan bayi dapat menunjukkan kesedihan dirinya, pada usia 18-22 bulan bayi
2Novita Ayu Anggreni, 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Bermain Dengan
Perkembangan Personal Sosial Anak Prasekolah (3-6 tahun) Di TK Pertiwi Jembungan Boyolali, Naskah
Publikasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm.3
3Rochi Simon, 1 Model Permainan di Sekolah Dasar Berdasarkan DAP di Bandung Barat, Jurnal
Penelitian, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 4
4 Vinayastr Amelia dkk, metode perkembangan sosial emosi anak usia dini, (Tasikmalaya:2018), hal12
5 Ibid 13
c. Perkembangan Emosional
kesadaran diri anak yang terus tumbuh terkait dengan kemampuan dirinya
untuk merasakan rentang emosi yang semakin luas. Anak-anak seperti mereka
pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untuk mencoba memahami
reaksi emosional orang lain dan untuk mulai belajar mengendalikan emosi mereka
sendiri. Mengekspresikan kebanggaan, rasa malu, rasa bersalah adalah contoh
emosi sadar diri. Emosi sadar diri tidak berkembang hingga kesadaran diri muncul
pada usia sekitar 18 bulan.
d. Memahami emosi
6 Cole dkk, diskusi yang diperluas tentang perkembangan pemahaman emosi anak-anak,(Texsas 2009)
7Pasquin dkk, deskripsi penelitian terbaru tentang usia ketika anak-anak mempertimbangkan frekuensi
kesalahan relatif pemberi informasi dalam memutuskan apakan akan memepercayai orang tersebut,(Harvard
university 2007)
2. PERKEMBANGAN MORAL/SOSIAL
Perkembangan (moral development) melibatkan perkembangan pikiran,
perasaan dan perilaku mengenai aturan serta kesepakatan tentang apa yang harus
dilakukan dalam interaksi mereka dengan orang lain.
Perasaan moral, perasaan atau kecemasan dan rasa bersalah merupakan
pusat perkembangan moral yang diajukan oleh teori psikologi Sigmund Freud,
menurutnya untukmengurangi kecemasan, hindari hukuman, dan pertahankan
kasih sayang orangtua, anak-anak mengidentifikasi orangtua menginternalisasi
standar benar-salah mereka, sehingga mereka mengembangkan superego, elemen
moral kepribadian. Rasa bersalah dapat memotivasi perilaku moral. Salah satu
contoh emosi penting adalah empati yang menanggapi perasaan orang lain dengan
bekal emosi yang bersuara dalam hati mengenai perasaan orang lain tersebut.
Penalaran Moral, menurut jean piaget anak-anak bermain kelereng untuk
mempelajari bagaimana mereka memikirkan dan menggunakan aturan permainan.
Ia juga bertanya kepada anak-anak tentang isu etis, misalnya pencurian,
kebohongan, hukuman, dan keadilan. Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak
mengalami dua tahap yang berbeda ketika mereka berfikir tentang moralitas.
a. Dari usia 4-7 tahun, anak-anak menampilkan moralitas heteronom,
tahap pertama perkembangan moral adalah teori piaget. Anak-anak
menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat dunia yang tidak dapat
berubah ataupun dihapus dari kontrol manusia.
b. Dari usia 7-10 tahun, anak-anak berada dalam masa transisi,
menunjukkan sebagian fitur tahap pertama penalaran moral dan sebagian
fitur tahap kedua, moralitas otonom.
c. Dari 10 tahun dan lebih tua, anak-anak menunjukkan moralitas otonom.
Mereka menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum diciptakan oleh
8Rina wijayanti, Permainan Tradisional Sebagai Media Pengembangan Kemampuan Sosial Anak, Vol.5
No. 1, Mei 2014, Cakrawala Dini, Hlm. 54
9 Jhon W. Santrock, Masa Perkembangan Anak Edisi 11 buku 2, (Jakarta: 20011), hal 102
Televisi merupakan salah satu media sosial yang sangat berpengaruh pada
perkembangan sosial anak, banyak anak-anak menghabiskan waktu didepan
televisi dibandingkan bersama orangtua mereka, televisi dapat memiliki efek
negatif pada anak-anak dengan membuat mereka menjadi pembelajar pasif,
mengalihkan mereka dari mengerjakan PR, mengajarkan mereka stereotip, dan
menyajikan kepada mereka tentang pandangan yang tidak realitas di dunia.
Namun, televisi juga memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak,
dengan menyediakan program pendidikan utntuk memotivasi, meningkatkan
informasi mereka mengenai dunia di luar lingkungan mereka, dan memberikan
model perilaku prososial.
Pengaruh televisi terhadap agresi anak, paparan terhadap kekerasan
pada televisi menyebabkan peningkatan agresi pada anak-anak dalam studi
tersebut. Peneliti lain telah mengemukakan hubungan antara menonton kekerasan
di televisi saat menjadi anak-anak dengan bertindak secara agresif di tahun-tahun
kemudian. Sebagai contoh, dalam sebuah studi paparan terhadap kekerasan media
pada usia 6-10 tahun dikaitkan dengan perilaku agresif muda. Dalam studi lain,
paparan jangka panjang terhadap kekerasan televisi secara signifikan terkait
dengan kemungkinan agresi pada anak laki-laki berusia 12-17 tahun.
10 Eva Pebriani, Terjemahan Pengembangan Cipta Bahasa dan Seni, (Jambi: 2018) hal 16
C. SIMPULAN
Dalam teori Erikson, masa kanak-kanak awal adalah periode ketika perkembangan melibatka
mulai menggunakan deskripsi diri seperti sifat. Anak-anak menunjukkan lebih
banyak pemahaman diri dan pemahaman terhadap oranglain yang lebih canggih
dari yang dibayangkan sebelumnya.
Rentang emosi pada anak meluas seiring mereka semakin mengalami
emosi sadar diri, seperti kebanggan, rasa malu, dan rasa bersalah. Antara usia 2
dan 4 tahun, semakin banyak istilah emosi digunakan dan belajar lebih banyak
mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan. Pada usia 4-5 tahun, anak-