Anda di halaman 1dari 86

MODUL I

SISTEM PERSEPSI SENSORI

Disusun Oleh:

KETUA : Reza Saputra (51120010)


SCRIBER : Sri Nuraeni (51120011)
MEMBER : Syafitri (51120001)
Syafiqah Fakhirah (51120002)
Feni Lisa (51120003)
Winda Puspita (51120004)
Nur Azriyati Putri (51120005)
Hanifah Putri Lestari (51120007)
Fictoria Nazara (51120009)
Anisa Rizkia Amalia (51120012)
Stevani Visillia Saikoko (51120013)
Vidya Meliani (51120014)
Muhammad Fadli (51120016)
Nanda Nurfelida (51120017)
Zamzam As (51119002)
Fuji Tri Purnama (51119009)

Dosen Tutor : Ns. Nurhafizah Nasution, M.Kep


Dosen Pakar : Ns. Cica Maria, S.Kep., M.Biomed

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Sistem Persepsi
Sensori Modul I ini yang berjudul “Indera Penglihatan“ dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Di dalam pengerjaan makalah ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :

1. Ns. Nurhafizah Nasution, M.Kep selaku dosen tutor Fakultas Kedokteran Universitas
Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan akademik
kepada kami.
2. Ns. Cica Maria, S.Kep., M.Biomed selaku dosen pakar Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan
akademik kepada kami.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan semuanya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kasus pembelajaran Modul I pada Sistem Persepsi Sensori yang
membahas tentang “Indera Penglihatan“ juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Batam, 04 Maret 2022

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. 1............................................................................................................ Latar Belakang
....................................................................................................................................1
1. 2.......................................................................................................................... Tujuan
....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Skenario......................................................................................................................2
2.2 Step 1: Identifikasi Masalah.......................................................................................3
2.3 Step 2: Menetapkan Masalah.....................................................................................4
2.4 Step 3: Analisis Masalah............................................................................................4
2.5 Step 4: Skema.............................................................................................................6
2.6 Step 5: Menetapkan Tujuan Pembelajaran/LO..........................................................7
2.7 Step 6: Mengumpulkan Sumber Informasi................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................................32


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................32

DAFTAR PUSAKA............................................................................................................33

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu organ indra manusia, yaitu indra penglihatan. Mata
memiliki fungsi yang sangat penting dalam menyerap informasi visual yang digunakan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Apabila terjadi gangguan pada mata, hal tersebut
dapat mengurangi bahkan menghambat fungsinya. Gangguan terhadap penglihatan
banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan sampai gangguan berat yang bisa
menyebabkan kebutaan.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran materi mata kuliah keperawatan
1. Step 1 : Idenfikasi Istilah
2. Step 2 : Menetapkan Masalah
2. Step 3 : Analisa Masalah/ Brainstorming
3. Step 4 : Skema
4. Step 5 : Menetapkan Tujuan Pemebelajaran/ LO
5. Step 6 :Mengumpulkan Sumber Informasi
6. Step 7 : Kesimpulan Akhir

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skenario I
KASUS ANAK X
An. X seorang balita berusia 25 bulan, dibawa keluarga ke Rumah Sakit “AMM”.
Keluarga mengatakan mata kanannya merah, An.X sering menggosok-gosok matanya,
ada bercak kecil putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari tempat tidur
satu minggu yang lalu. Sebelum ke RS keluarga hanya membawa anak ke tukang pijit
bayi karena anak sering rewel akobat jatuh tersebut. Keluarga juga menjelaskan kepada
perawat, bahwa sebelum terjatuh An. X sudah sebulan sulit untuk diberi makan, badannya
terlihat lebih kurus dari biasanya, dan mata kanan An. X terlihat seperti mata kucing di
malam hari.
Setelah Anamnesa, perawat Z (calon Ners) melakukan pemeriksaan fisik mata
menggunakan Penlight terhadap An. X, dan dari hasil pencatatan perawat Z bahwa An. X
mengalami strabismus, tampak seperti mata glaucoma, terjadi konjungtivitis, didapatkan
konjungtiva injeksi, palpebral agar hiperemis, kornea tampak tidak jernih. Selanjutnya
dokter datang membantu dengan menggunakan Loupe, dan terlihat mata kanan sedikit
proptosis/eksoftalmus, abrasi kornea, anisocoria dan hypopion, pada kamera okuli
anterior mata kanan dokter juga menemukan adanya darah setinggi tiga millimeter, pupil
terlihat leukokoria. Pada pemeriksaan funduskopi dengan direct ophthalmoscope dokter
menemukan adanya massa bewarna putih kekuningan di intra okuler kanan. Pada mata
kiri tidak ditemukan papil edema.
Dokter menyampaikan pada keluarga bahwa An. X harus dirawat segera karena
penyakit matanya tergolong serius. Penyakit mata An. X selain mengancam penglihatan
juga dapat mengancam jiwanya. Sebelum diagnosa medis dari dokter. Sementara perawat
Z menduga kalau An. X mengalami katarak komplikata atau mengalami penyakit
gangguan mata khusus retinoblastoma. Bagaimana anda menjelaskan tentang penyakit
yang sebenernya terjadi pada An. X dari gejala dan tanda yang telah ditemukan tersebut
dan bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap penyakit yang dialami oleh An.
X?

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 2


2.2 Step 1 : Identifikasi istilah
1. Proptosis (exophthalmos) atau juga dikenal dengan mata menonjol adalah suatu
kondisi yang menyebabkan mata menonjol dari soket (tempat bola mata bersandar).
Kondisi ini bisa terjadi pada salah satu atau kedua mata (Nurin, 2022).
2. Penlight / Senter Gc adalah alat penerangan yang digunakan untuk keperluan
diagnosa, terbuat dari bahan stainless steel yang berkualitas (Haryanto, 2011).
3. Mata Glaukoma adalah kerusakan pada saraf mata akibat tingginya tekanan di dalam
bola mata (Pittara, 2021)
4. Strabismus (mata juling) adalah penyakit di mana letak satu mata terhadap mata
lainnya menyimpang secara abnormal, sehingga garis penglihatan tidak paralel dan
kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama (Yulianti, 2012).
5. Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Anatomi palpebra terdapat margo
palpebra superior dan inferior terdiri dari beberapa struktur. Barisan bulu mata
merupakan barisan terdepan margo palpebral (Rani, 2019).
6. Hiperemis merupakan bentuk perubahan vaskular yang merupakan salah satu
komponen utama pada respon inflamasi akut (Sjamsuhidajat, 2017).
7. Loupe adalah kaca pembesar atau suryakanta adalah sebuah lensa cembung yang
mempunyai titik fokus yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar
terletak di dalam titik fokus lup itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil
dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa lup tersebut (Mighty, 2012).
8. Abrasi kornea adalah risiko yang selalu terjadi , tidak hanya disebabkan oleh kontak
langsung dengan lensa , tetapi juga terjadinya gesekan pada kornea setiap kali Anda
berkedip (Roizen, 2010).
9. Anisocoria adalah suatu kondisi di mana salah satu pupil mata memiliki ukuran yang
berbeda dengan pupil mata sebelahnya (Belinda, 2020).
10. Hypopyon adalah akumulasi sel darah putih (nanah) di ruang anterior mata atau
didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata depan (Shinta, 2016).
11. Kamera okuli anterior adalah ruang berisi cairan di dalam mata, berada diantara iris
dan permukaan terdalam kornea (Lubis, 2018).
12. Leukokoria adalah kelainan yang menyebabkan pupil tampak putih, biasanya terjadi
pada bayi atau anak (Mahdiani, 2019).
13. Pemeriksaan funduskopi merupakan pemeriksaan untuk melihat keadaan papil mata
dan sekitarnya (Satyanegara, 2013).

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 3


14. Ophthalmoscope adalah suatu alat yang dipakai untuk memeriksa bagian dalam mata.
(Jessica, 2020).
15. Intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola
mata dan sangat bervariasi pada orang normal dan penderita miop. (Muflihatur
Rasyidah, 2011).
16. Katarak adalah penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga
penglihatan menjadi kabur. Kondisi ini umum terjadi pada lansia akibat pertambahan
usia dan bisa terjadi pada salah satu atau kedua mata sekaligus (Nareza,2021).
17. Retinoblastoma Retinoblastoma merupakan neoplasma paling sering pada intraokuli
anak-anak dan merupakan tumor yang sangat ganas (Yuyun, 2018).

2.3 Step 2 : Menetapkan Masalah


1. Kenapa harus melakukan pemeriksaan fisik mata mengunakan penlight?
2. Mengapa An.x mengalami strabismus?
3. Apa kegunaan menggunakan loupe?
4. Pada pemeriksaan funduskopi apa yang dokter temukan?
5. Apa hasil pencatatan perawat z pada An.x?
6. Apa tanda-tanda orang tekenak katarak?
7. Apa penyebab ganguan mata khusus retinoblastama? Winda

2.4 Step 3: Analisa Masalah/Brainstorming


1. Karena ingin mengetahui apa yg di alami mata an.x dari gejala yg dideritanya setelah
anamnesa karna itu dilakukan pemeriksaan fisik mata menggunakan penlight.

2. An.X mengalami strabismus akibat adanya gangguan koordinasi pada otot penggerak
bola mata. Gangguan tersebut dapat membuat satu mata melihat ke arah depan,
sedangkan satu mata lainnya melihat ke atas, bawah, atau samping.

3. Loupes digunakan di banyak profesi di mana pembesaran memungkinkan pekerjaan


presisi dilakukan dengan efisiensi dan kemudahan yang lebih besar. Ahli bedah di
banyak spesialisasi biasanya menggunakan pembesar saat melakukan operasi pada
struktur halus. Loupe yang digunakan oleh ahli bedah dipasang pada lensa kacamata
dan dibuat khusus untuk masing-masing ahli bedah, dengan mempertimbangkan
koreksi penglihatan, jarak antar pupil, dan jarak fokus yang diinginkan. Beberapa

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 4


kekuatan pembesaran tersedia.Selain itu, pembesar dapat memperbaiki postur dokter
gigi yang dapat mengurangi ketegangan pekerjaan. Beberapa pembesar gigi adalah
tipe flip, yang berbentuk dua silinder kecil, satu di depan setiap lensa kacamata.

4. Dokter menemukan adanya massa berwarna putih kekuningan di intra okuler kanan.
Pada mata kiri tidak ditemukan papil edema.

5. Dari hasil pencatatan perawat z bahwa An.X mengalami strabismus,tampak seperti


mata glaucoma, terjadi konjungtivis, didapatkan konjungtiva injeksi,palpebral agar
hiperemis,kornea tampak tidak jernih.

6. Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau
trauma yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata sebagian besar
terdiri dari air dan protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal
dan tidak fleksibel.

7. Penyebabnya adalah An.x sering menggosok-gosok matanya,ada bercak kecil putih


dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari tempat tidur satu Minggu yang
lalu.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 5


2.5 Step 4: Skema

Indra Penglihatan

Pemeriksaan Indra Gangguan Indra


Anatomi Fisiologi
Penglihatan Penglihatan

Pemeriksaan Pada
Katarak Retinoblastoma
Anak X

Asuhan
Teori Teori
Keperawatan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 6


2.6 Step 5: Menentukan Tujuan Pembelajaran/LO
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Anatomi Fisiologi Indera Penglihatan
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Pemeriksaan Fisik Indera Penglihatan
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Gangguan Indera Penglihatan Mata
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Asuhan Keperawatan Teori Dan Kasus
Pada Anak.X

2.7 Step 6: Mendapatkan Dari Sumber Yang Ada


2.7.1 Anatomi Fisiologi Indera Penglihatan
A. Pengertian Indra Penglihatan (Mata)
Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya
yang disebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sisten lensa,
dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang
terdiri dari organ okuli assoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf
indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf kranial kedua), muncul dari sel-sel
ganglion dalam rebina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.

B. Organ-organ Mata
Organ-organ pada indra penglihatan,meliputi :
a) Konjungtiva b). Sklera c). Otot-otot d). Kornea e). Koroid f). Badan siliaris g).
Iris(pupil) h). Lensa i). Retina j).Fovea(bintik kuning) k). Bintik nouta l).
Vitreous humor(humor bening) m). Aqueous humor(humor berair) n). Alis
mata(supersilium) o). Bulu mata p). Kelopak mata(palpebra)

C. Mekanisme Pemfokus
Sebagian besar kekuatan berfokus mata adalah karena refraksi cahaya oleh
kornea. Refraksi cahaya oleh lensa mata sangat penting;kurvatura lensa dapat
berubah sehingga cahaya selalu terfokus pada retina.Lensa adalah transparan dan
berwarna kuning pucat. Lensa ini dipertahankan datar oleh tegangan normal
daribola mata, dan di pertahankan oleh ligamentum suspensori. Bentuk lensa
diubah-ubah oleh otot siliaris, yang berada di dalam korpus siliaris. Bila lensa
dikontraksi,otot siliaris menarik korpus siliaris ke depan, mengendurkan tegangan
pada lensadan memungkinkannya menonjol. Cahaya dari objek dekat

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 7


kemudian dapat difokuskan pada retina.Otot siliaris rileks bila mata harus
memfokuskan cahaya dariobjek jauh pada retina.Otot siliaris dipersarafi oleh
serat-serat saraf parasimpatisdari saraf okulamotor. Iris adalah tameng otot polos
yang berlubang pada pupil.Ukuran pupil berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kondisi cahaya, berdilatasipada gelap dan berkontraksi pada cahaya terang
sehingga mencegah stimulasi berlebihan terhadap retina. Ukuran pupil diatur oleh
kontraksi serat-serat otot dilatorra dialis dan konstriktor sirkularis di iris. Serat-
serat ini dipersarafi oleh saraf parasimpatis dari saraf kranial ketiga.

D. Akomodasi Mata
Akomodasi mata berarti memfokuskan bayangan, sedangkan
kemampuanpemfokusan objek pada jarak yang berbeda disebut daya
akomodasi.Akomodasibertujuan agar bayangan yang terjadi jatuh tepat pada
bintik kuning. Apabila melihatobjek yang letaknya jauh, lensa mata menjadi lebih
pipih, tetapi jika melihat objekyan gdekat, lensa mata menjadi lebih cembung.
Pengaturan kecembungan lensa inidiatur oleh otot-otot, lensa yang melingkat (otot
siliaris). Saat melihat objek yangjauh otot lensa berelaksasi, sedangkan saat
melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi.

E. Anatomi Indra Penglihatan Pada Manusia


a. Konjungtiva
Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra,
merupakanlapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat
pada bola matadisebut konjungtiva bulbi.Pada konjungtiva ini banyak sekali
kelenjar-kelenjar limfedan pembuluh darah.
b. Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan
terluarmata yang berwarna putih. Sebagian besar sklera dibangun oleh
jaringan fibrosayang elastis. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong
konjungtiva.
c. Otot-otot

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 8


Otot-otot yang melekat pada mata :a). Muskulus levator palpebralis superior
inferior. b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata. c). Muskulus rektus
okuli inferior (otot disekitar mata) d). Muskulus rektus okuli medial (otot
disekitar mata) e). Muskulus obliques okuli inferior f). Muskulus obliques
okuli superior.
d. Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapatmelihat membran pupil dan iris.Penampang kornea lebih tebal dari
sklera, terdiridari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior bowmen, 3
substansipropia, 4lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak
mengandung pembuluhdarah peralihan, antara kornea ke sklera disebut selero
corneal junction.Korneajuga merupakan jalan masuk cahaya pada mata
dengan menempatkannya padaretina.
e. Koroid
Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak
pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen. Letaknya disebelah dalam sklera.
Dibagian depan mata, lapisan koroid memisahkan diri dari sklera membentuk
iris yang tengahnya berlubang.
f. Iris (Pupil)
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris
terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial.
Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang
terang otot sirkuler berakomodasi sehingga pupil mengecil, begitu pula
sebaiknya.
g. Lensa
berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori.Bentuk
lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris ruang yang
terletakdiantara lensa mata dan retina disebut ruang viretus, berisi cairan yang
lebih kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan
dalam memelihara bentuk bola mata.
h. Retina

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 9


Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan
sangatsensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor (fotoreseptor).
Foto reseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya
membentuk urat sarafoptik yang memanjang sampai ke otot. Bagian lapisan
retina yang dilewati berkasurat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki
reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita
tidak dapat mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta.
Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam
setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi
tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita mampu
melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih
saja.Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya
sekitar 5juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas
cahaya tinggisehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk
membedakan warna.
i. Vitreous Humor (Humor Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan
seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat
bolamata membulat.
j. Aqueous Humor (Humor Berair)
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama
dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi korneadan dapat melakukan difusi
gas dengan udara luar melalui kornea.
k. Alis Mata(Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.
Bulu mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
l. Kelopak mata (palpebra)
Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak
didepan bulbus okuli.

F. Fisiologi Indra Penglihatan Pada Manusia

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 10


1) Konjungtiva
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan.
2) Sklera
Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
menjaditempat melakatnya otot mata.
3) Otot-otot
Otot-otot yang melekat pada mata :
1. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
2. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
3. Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), fungsinya untuk
menutup mata.
4. Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata), fungsinya
menggerakkan mata dalam (bola mata).
5. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata
kebawah dan kedalam.
6. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas ke
bawah dan keluar.
4) Kornea
Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam mata dan
membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat
difokuskan(memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksi cahaya).
5) Koroid
Koroid berfungsi penyuplai retina (mengandung pembuluh darah) dan
melindungi refleksi cahaya dalam mata.
6) Badan Siliaris
Badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot
yangmemungkinkan lensa berubah bentuk, dan mensekresikan aqueous humor
(humorberair).
7) Iris (Pupil)

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 11


Iris(pupil) berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan pigmenya
mengurangi lewatnya cahaya.
8) Lensa
Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
9) Retina
Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf
dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II). Pada bagian retina, terdapat
selbatang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang,
sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu
membedakan warna. Oleh karena itu, kita mampu melihat dimalam hari tetapi
yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari
sel ini tidak tajam.Selain sel batang terdapat juga sel kerucut (sel konus)
berjumlah sekitar 5 juta pada bagian mata.Sel kerucut sangat peka terhadap
intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan
untuk membedakan warna.
10) Vitreous Humor (Humor Bening)
Vitreous humor (humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong
dalam menjaga bentuk bola mata.
11) Aqueous Humor (Humor Berair)
Aqueous humor (humor berair) untuk menjaga bentuk kantong depan
bolamata.
12) Alis Mata (Supersilium)
Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata.
13) Bulu Mata
Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing.
14) Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada
gangguanpada mata (menutup dan membuka mata)

G. Mekanisme Pembentukan Bayangan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 12


Potensial aksi dalam nervus optikus bayangan objek di dalam lingkungan
difokuskan dalam retina. Sinar yang membentuk retina membentuk potensial
dalam bayangan kerucut impuls yang ada dalam retina, dihantarkan ke dalam
korteks serebri pada tempat menghasilkan sensasi bayangan.Penentuan
jarak suatubenda : ukuran relatif, paralaks yang bergerak, dan stereopsis.
H. Lintasan Penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui
nervus optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu
dengan serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual
sebagai informasi untuk dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks
visual ini membentuk gambar tiga dimensi.Korteks visual primer.Gambar yang
ada pada retina ditraktus optikus disampaikan secara tepat ke korteks jika
seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi
kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapangan pandang.
I. FISIOLOGI INDERA PENGLIHATAN
Bola mata tdd: 3 lapisan yakni,
1. lapisan terluar: sclera, keruh yang semakin kedepan semakin tembus pandang:
kornea
2. lapisan kedua: khoroid, hitam (gelap), kedepan akan membentuk otot ciliari &
iris( berfungsi untuk mengatur cahaya: bila cahaya terlalu besar maka iris
saling mendekati, pupil mengecil sedangkan jika cahaya redup iris saling
menjauh, pupil membesar.
3. Lapisan terdalam: retina, mempunyai pembluh darah arteri & vena retinalis
sehingga bola mata teraliri darah
4. Lapisan ke 3 lapisan terdahulu, terdapat pula lensa kris-talina, aquous humor,
vitrous humor(aquous vitrous yang lebih kental)
5. Media penglihatan: kornea, aquous humor, lensa kristalina, vitrous humor
(aquous vitrous)
6. Terdapat pula bintik kuning (fovea nasalis = makula lu-tea = fovea sentralis =
fovea medialis) : terdapat penerima benda yang dilihat oleh mata karena
ditempat ini terdapat sel kerucut (dalam fovea) & sel btang (tersebar diretina)
sebagai organ yang peka terhadap cahaya

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 13


7. Selain bintik kuning terdapat bintik buta (blind spot), karena daerah ini tidak
peka terhadap cahaya karena tidak ada sel batang & kerucut
8. Sel batang untuk melihat cahaya redup(remang-remang), sedangkan sel
kerucut untuk siang hari & warna
9. Pada retina terkenal teori duplisitas: skotop: mekanisme pengaturan
penglihatan senja dan malam hari serta photop mekanisme yang mengatur
penglihatan siang hari dan warna
10. Sel batang dan sel kerucut dipersyarafi oleh syaraf optic secara bipolar:
merupakan syaraf penglihatan serta syaraf kranial yang ke ll
11. Selain syaraf optic (ll), ada syaraf kranial lain yang membantu dalam
pengoperasian dan gerakan bola mata, yaitu syaraf okulumotor (lll), troklearis
(iv), abdusens (Vl) & trigeminal (v): selain mempersyarafi daerah mata
sampai ke kepala juga mempersyarafi daerah rahang atas dan rahang bawah

J. SARAF MATA DAN CARA KERJANYA


 Saraf mata dikenal dengan nervus opticus
 Nervus opticus dari mata kiri dan kanan setelah keluar dari bola mata akan
saling bersilangan di chiasma opticus. Persilangan bersifat parsial cossing.
 Dari chiasma opticus melanjutkan diri sebagai tractus opticus.
 Nervus opticus unsur-unsur syarafnya hanya berasal dari satu bola mata, bila
ini menglami kerusakan maka hanya satu bola mata yang rusak.
 Sedangkan tractus opticus unsur-unsur syarafnya berasal dari kedua bola mata
sehingga jika mengalami kerusakan maka kedua bola matanya akan rusak.
 Tractus opticus akan berganti syaraf pada cospus geniculatum dari cospus
geniculatum keluar suatu saraf yang menyebar “ Radiatio Optical Gratiolet “

Gangguan dan Kelainan Serta Teknologi Pengobatan yang Berkaitan


dengan Sistem Pengindraan pada Manusia.
Struktur maupuan fungsi sistem pengindraan manusia dapat mengalami
gangguan atau kelainan. Kelainan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
hal.Macam-macam kelainan pada mata, antara lain:
1. Hipermotropia (rabun dekat )

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 14


Penyebab :lensa mata tidak dapat mencembung atau bola mata terlalu
pendek sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina.
Teknologi :ditolong dengan lensa cembung(konvergen/positif).
2. Miopia (rabun jauh)
Penyebab :lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang sehingga bayangan benda jatuh di depan retina.
Teknologi :ditolong dengan lensa cekung (divergen/negatif).
3. Presbiopia
Penyebab :elastisitas lensa mata berkurang karena usia tua.
Teknologi :ditolong dengan lensa rangkap (dua macam lensa).
4. Astigmatisme
Penyebab :permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak
sama,dan bayangan benda yang terbentuk tidak sama.
Teknologi :ditolong dengan lensa silindris (silinder)
5. Katarak
Penyebab :lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran, sehingga
daya akomodasi berkurang.
Teknologi :operasi.
6. Glaukoma
Penyebab :adanya penambahan tekanan dalam mata, karena cairan dalam
bilik anterior mata (aqueous humor) belum sempat disalurkan keluar
sehingga tegangan yang ditimbulkan dapat menyebabkan tekanan pada
saraf optik;lama-kelamaan akan menyebabkan hilangnya daya penglihatan.
Teknologi : obat-obatan, operasi dengan menggunakan laser.

2.7.2 Pemeriksaan Indera Penglihatan


A. Pengertian
Pemeriksaan mata secara rutin penting dilakukan untuk memastikan
kondisi mata dan fungsi indra penglihatan Anda tetap sehat dan terjaga. Saat
menjalaninya, ada beberapa tes dan pemeriksaan mata yang dapat dilakukan oleh
dokter spesialis mata.
Kesehatan mata sangat penting untuk dijaga. Ada banyak cara yang bisa
dilakukan agar mata tetap sehat, mulai dari konsumsi makanan bergizi, rutin

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 15


berolahraga, tidak merokok, membatasi waktu di depan layar, hingga
menggunakan kacamata hitam ketika beraktivitas di bawah terik matahari.Selain
beberapa cara tersebut, upaya untuk memelihara kesehatan mata juga perlu
dilakukan dengan menjalani pemeriksaan mata secara rutin.

B. Tenaga Kesehatan yang Berperan Dalam Pemeriksaan Mata


Pemeriksaan mata berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan mata agar
penyakit mata dan gangguan fungsi penglihatan dapat dideteksi sedini mungkin.
Dengan demikian, langkah penanganan pun bisa segera dilakukan apabila terdapat
masalah pada mata. Pemeriksaan mata bisa dilakukan oleh dokter spesialis mata
dan dibantu oleh tenaga kesehatan lain, yaitu:
Optometris
Optrometris bertugas untuk menjalankan visus mata, yaitu pemeriksaan untuk
menentukan apakah jarak pandangan mata masih normal atau tidak. Dengan
pemeriksaan ini, seorang optometris dapat mengetahui apakah pasien mengalami
kelainan refraksi mata.Ahli kacamata (Optisien)
Optisien bertugas untuk membuat kacamata atau menyiapkan lensa kontak
berdasarkan resep dari dokter mata. Selain membuat kacamata, optisien juga dapat
melakukan pemeriksaan guna menentukan apakah kacamata yang sedang
digunakan oleh pasien masih cocok dipakai atau perlu diganti.

C. Berbagai Jenis Pemeriksaan Mata


Ketika Anda menjalani pemeriksaan mata, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan dan tes penunjang untuk mengevaluasi kinerja seluruh
bagian mata beserta fungsinya. Berikut ini adalah beberapa jenis pemeriksaan
mata yang umum dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik mata
Pertama-tama, dokter akan menanyakan terlebih dahulu apakah pasien
memiliki keluhan pada mata atau penglihatan.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik mata, seperti bagian
dalam kelopak mata, kornea, sklera, lensa mata, pupil, iris, serta cairan di
dalam bola mata. Sedangkan, bagian mata yang lebih dalam, seperti pembuluh
darah, saraf mata, dan retina, akan dilakukan dengan menggunakan alat
oftalmoskop.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 16


2. Pemeriksaan gerakan otot mata
Tes ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot mata dalam menggerakkan bola
mata. Pada pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien menutup dan
membuka kelopak mata lalu mengikuti gerakan jari dokter atau objek lainnya.
3. Tes ketajaman penglihatan (uji refraksi)
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jelas penglihatan pasien
ketika melihat suatu objek pada jarak tertentu. Tes ketajaman penglihatan
umumnya dilakukan menggunakan kartu Snellen yang terdiri dari beberapa
huruf dan angka dengan ukuran yang bervariasi.
Saat menjalani tes ini, pasien akan diminta membaca huruf atau angka pada
kartu Snellen yang diletakkan dengan jarak sekitar 6 meter dari tempat duduk
pasien.
Jika terdapat kelainan refraksi pada mata, pemeriksa kemudian akan
menggunakan alat mirip kacamata yang disebut phoropter guna menentukan
ketebalan lensa kacamata yang cocok digunakan oleh pasien.
4. Pemeriksaan lapang pandang
Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai kemampuan mata pasien dalam melihat
suatu benda di sekitar ketika mata terfokus pada satu titik.
Pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta duduk dan menutup salah satu
matanya menggunakan tangan. Kemudian, dokter akan mengarahkan pasien
untuk memfokuskan pandangan pada satu titik di depan mata yang terbuka.
Setelah itu, dokter akan menggerakkan jarinya atau benda tertentu dari
berbagai sisi dan pasien biasanya akan diminta mengatakan “iya” ketika benda
tersebut atau jari dokter mulai terlihat.
5. Tes buta warna
Tes buta warna paling sering dilakukan dengan metode Ishihara. Pada metode
ini, pasien akan diminta menyebutkan tampilan angka atau pola tertentu yang
muncul di kartu berwarna khusus.
Apabila penglihatan normal, maka pasien dapat melihat angka yang tertera
pada kartu tersebut. Namun, jika pasien mengalami buta warna, maka angka
tersebut akan tidak terbaca atau tampak seperti angka lainnya.
6. Tonometri

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 17


Tonometri merupakan tes untuk mengukur tekanan di dalam bola mata atau
tekanan intraokular (TIO). Fungsi tes ini adalah memeriksa apakah ada
penyakit yang dapat meningkatkan tekanan bola mata, misalnya glaukoma.
Metode pemeriksaan tonometri yang umum dilakukan ada dua, yaitu:
A. Tonometri aplanasi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan memberikan obat tetes mata yang berisi
anestesi lokal di kedua mata pasien dan pewarna khusus pada mata.
Setelah beberapa menit, ketika efek obat bius lokal sudah mulai bekerja,
pasien akan diminta duduk di depan slit-lamp dengan mata terbuka.
Setelah itu, dokter akan menempelkan alat khusus di kedua permukaan
bola mata pasien guna menilai tekanan di dalam bola.
B. Tonometri nonkontak
Tonometri nonkontak menggunakan udara yang ditiupkan ke mata. Pada
pemeriksaan ini, tidak ada alat yang ditempelkan ke bola mata, jadi tidak
terasa sakit.

D. Pemeriksaan Tajam penglihatan (visus)


a. Trial leans
b. Trial frame
c. Kartu snllen
d. astigmat Dialah
e. Kartu ishihara
f. Ruangan dengan panjang 5m atau 6m
g. penerangan yang cukup

Tahan persiapan
Tahap pelaksanaan:
a. Virus sentralis jauh dipriksa dengan kartu Snellen.
b. Jarak pemeriksaan 5m atau 6m
c. chlorampheniool zalf atau tetes mata
d. Kapas alkohol 70%

2.7.3 Gangguan Indera Penglihatan Mata


A. Pengertian

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 18


Indra penglihatan pada manusia adalah mata. Manusia dapat melihat
karena adanya kerja sama antara mata dengan otak. Mata sensitive terhadap
cahaya. Cahaya yang mengenai suatu objek benda akan dipantulkan ke mata,
sehingga objek benda tersebut dapat dilihat.

B. Gangguan indera penglihatan mata


Mata dapat melihat dengan jelas jika objek benda terletak dalam jangkauan
penglihatan yaitu antara titik jauh mata dan titik jauh mata.Gangguan penglihatan
mata dapat terjadi karena berkurangnya kemampuan lensa mata untuk mengatur
posisi jatuh bayangan di dalam mata.Beberapa gangguan yang umum diderita oleh
mata diantaranya adalah myopia. hypermetropia dan presbyopia.
Berikut macam macam gangguan penglihatan mata:
1) Gangguan Penglihatan Mata Miopia Rabun Jauh,
A. Definisi
Miopia lebih umum dikenal dengan istilah rabun jauh adalah gangguan
pengihatan yang ditandai bayangan benda jatuh di depan retina. Penderita
myopia atau rabun jauh tidak dapat melihat objek yang letaknya jauh.
Mata miop (rabun jauh), merupakan cacat mata yang disebabkan oleh
lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang. sehingga
penderita tidak dapat melihat benda dalam jarak jauh dengan jelas (terlihat
kabur) karena bayangan jatuh di depan retina. Penderita gangguan myopia
dapat dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa cekung (lensa -)
biasanya disebut kacamata minus.

B. Penyebab (etiologi) Miopi


Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa
mata (ahli kacamata) percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di
antara peneliti-peneliti dan para professional peduli mata, mereka
mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi
genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:
1.    Hilangnya bentuk mata (juga diketahui sebagai hilangnya pola mata),
terjadi ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 19


2.    Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada
di depan atau di belakang retina.
Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.
Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara
langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena
organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal
kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan
benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan
didepannya (Curtin, 2002).

C. Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu
objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di
papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam
sebuah buku.
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat
miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata
terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi
kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen).
Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus
konvergen (estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih
tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang
myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang
disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005)
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita
myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien
myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat
jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan
konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila
kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam
atau esoptropia (Sidarta, 2005).

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 20


D. Penatalaksanaan Medis
1.    Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a.    Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa
pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita
myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan
adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan
kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
b.    Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi. Para pelaksana dan
penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan
pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan
(pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh
para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005,
dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan
tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang
menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan
myopia yang efektif.
c.    Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis
(LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak
digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan
dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain
lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy
(PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang
sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan
yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan
jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih
baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan
kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara
lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan
bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk
mengganti kornea yang rusak(Lee dan Bailey, 2006)  

2.    Penatalaksanaan Farmakologi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 21


Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata
untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat
tradisional pun banyak digunakan ada penderita myopia.

E. Pemeriksaan Penunjang
1.    Foto fundus / retina.
2.    Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri.
3.    Pemeriksaan kualitas retina ( E.R.G = electro retino gram).
4.    Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata
( E.E.G = electro – ence falogram.
5.    EVP (evoked potential examination).
6.    USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal
pada tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous).
7.    Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang
tersisa).
8.    CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan.

2) Gangguan Penglihatan Mata Hypermetropia Rabun Dekat,


A. Definisi
Hypermetropia lebih umum dikenal dengan istilah rabun dekat adalah
gangguan penglihatan yang ditandai bayangan objek benda jatuh di
belakang retina. Pada mata penderita rabun dekat tidak mampu melihat
dengan jelas objek benda yang letaknya dekat, atau kurang dari jarak titik
dekat penderita.
Mata hipermetrop (rabun dekat), merupakan kelainan mata yang
disebabkan oleh lensa mata terlalu pipih atau bola mata terlalu pendek
sehingga penderita tidak dapat melihat benda dalam jarak dekat dengan
jelas (terlihat kabur) karena bayangan jatuh di belakang retina. Penderita
hipermetrop dapat dibantu dengan kaca mata yang menggunakan lensa
cembung (positif). Penderita gangguan hypermetropia dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata berlensa cembung (lensa +) biasanya
disebut kacamata plus.

B. Penyebab hipermetropia

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 22


Penyebab Hipermetropia Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Penyebab hipermetropia yang pertama adalah sumbu utama bola mata
yang terlalu pendek biasanya terjadi karena mikropthalmia, retinitis
sentralis, atau ablasio retina (lapiran retina lepas lari ke depan titik fokus
cahaya tidak tepat dibiaskan) ini salah satu penyebab hipermetropia. Daya
pembiasan bola mata yang terlalu lemah. Penyebab hipermetropia yang
kedua adalah terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus
humor, lensa dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan
hipermetropia adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga
kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor
dan vitreus humor. Misal pada penderita Diabetes Militus terjadi
hipermetropiajika kadar gula darah dibawah normal. Ini menjadi salah satu
penyebab hipermetropia. Kelengkungan kornea dan lensa tidak
kuat.penyebab hipermetropia yang ketiga adalah kelengkungan kornea dan
lensa tidak kuat. Kelengkungan kornea ataupun lensa berkurang sehingga
bayangan difokuskan dibelakang retina. Ini menjadi salah satu penyebab
hipermetropia. Perubahan posisi lensa penyebab hipermetropia yang
berikutnya adalah perubahan posisi lensa. Dalam hal ini, posisi lensa
menjadi lebih posterior. Ini salah satu penyebab hipermetropia.
Terdapat 3 bentuk hipermetropia:

1. Hipermetropia kongenital, diakibatkan bola mata pendek atau kecil.

2. Hipermetropia simple, biasanya merupakan lanjutan hipermetropia anak


yang tidak berkurang pada perkembangan nya jarang melebihi >5 dioptri.

3. Hipermetropia didapat, umum didapat setelah bedah pengeluaran lensa


pada katarak (afakia) (Ilyas, 2017). Pengelompokan hipermetropia secara
klinis:

a. Simple atau developmental hypemetropia, merupakan hipermetropia


yang paling sering, yang berhubungan dengan variasi proses pertumbuhan
normal dari bola mata.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 23


b. Pathological hypemetropia, dihasilkan dari kondisi tidak normal dari
mata, bisa kongenital atau didapat (Khurana AK et al, 2007; Lang GK,
2000). Pengelompokan hipermetropia berdasarkan penyebabnya:

1. Hipermetropia aksial, merupakan bentuk hipermetropia yang paling


sering dijumpai. Pada hipermetropia ini diameter anteroposterior bola
mata lebih pendek dari normal sedangkan total kekuatan refraksi mata
normal

2. Hipermetropia refraktif, merupakan hipermetropia yang di sebabkan


oleh penurunan kekuatan refraksi mata. Jenis hipermetropia ini
dibedakan lagi atas: a. Curvatural hypemetropia, hipermetropia yang
disebabkan oleh penurunan kekuatan refraksi mata akibat
kelengkungan kornea, lensa atau keduanya yang lebih tipis dari normal.
Rohayati 793 Rohayati / JMP Online Vol. 2 No. 8 Agustus (2018) 789-
805 b. Index hypemetropia, disebabkan penurunan indeks refraksi lensa
mata pada usia tua. c. Positional hypemetropia, disebabkan pergerakan
lensa mata ke posterior (Khurana AK et al,2007).

Menurut Ilyas, 2017 Pengelompokan hipermetropia berdasarkan kekuatan


lensa koreksi yang dibedakan (derajat) :

1. Hipermetropia ringan: Spheris +0.25 D s/d Spheris +3.00 D


2. Hipermetropia sedang: Spheris +3.25 D s/d Spheris +6.00 D
3. Hipermetropia berat : > +6.00 D Hipermetropia dikenal dalam bentuk:

a. Hipermetropia manifes: Hipermetropia manifes di dapatkan tanpa


siklopegik, yang dapat dikoresi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas
hipermetropia absolut di tambah dengan hipermetropia fakultatif .

b. Hipermetropia manifes absolut: Kelainan refraksi tidak di imbangi


dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
c. Hipermetropia manifes fakultatif: Kelainan hipermetropia dapat di
imbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang
hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa
kacamata, bila di berikan kacamata positif memberikan penglihatan normal

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 24


maka otot akomodasinya akan istirahat.
d. Hipermetropia laten: Dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia
(atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya
dengan akomodasi. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan
akomodasi terus-menerus. Hipermetropia hanya dapat diukur bila
diberikan siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia
laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan
kemudian akan menjadi hipermetropia absolut.
e. Hipermetropia total: Hipermetropia laten dan manifes yang ukurannya di
dapatkan sesudah di berikan sikloplegia (Ilyas, 2017).

C. Gejala Hipermetropia
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan
jauh kabur, sakit kepala, silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda.
Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah
dan sakit karna terus-menerus harus

3) Gangguan Penglihatan Mata Presbyopia


A. Definisi
Mata presbiop, merupakan kelainan mata yang disebabkan lensa
kehilangan elastisitasnya, karena bertambahnya usia seseorang sehingga
lensa mata kurang dapat berakomodasi. Gangguan mata presbiop pada
umumnya terdapat pada orang-orang yang lanjut usia (tua). Pada
umumnya mereka dapat melihat jelas bila obyeknya jauh, sedangkan untuk
melihat obyek yang dekat perlu bantuan kaca mata dengan lensa cembung
(positif).

B. Gangguan Penglihatan Mata Presbyopia


Mata presbiop, merupakan kelainan mata yang disebabkan lensa
kehilangan elastisitasnya, karena bertambahnya usia seseorang sehingga
lensa mata kurang dapat berakomodasi. Gangguan mata presbiop pada
umumnya terdapat pada orang-orang yang lanjut usia (tua). Pada

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 25


umumnya mereka dapat melihat jelas bila obyeknya jauh, sedangkan untuk
melihat obyek yang dekat perlu bantuan kaca mata dengan lensa cembung
(positif).Presbiopi adalah kondisi ketika mata secara bertahap kehilangan
kemampuan untuk fokus melihat objek jarak dekat. Kondisi ini terjadi
secara alami sebagai bagian dari proses penuaan.

C. Penyebab Presbiopi
Proses melihat dimulai saat mata menangkap cahaya yang memantul dari
suatu objek. Cahaya yang ditangkap kemudian akan menembus selaput
bening mata (kornea), dan diteruskan ke lensa yang terletak di belakang
selaput pelangi (iris).Selanjutnya, lensa bertugas mengarahkan cahaya ke
retina, yang akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini
kemudian akan dikirim ke otak, yang akan memproses sinyal menjadi
sebuah gambar.Jelas tidaknya gambar yang diterima otak bergantung pada
kemampuan lensa dalam mengarahkan cahaya. Jika cahaya jatuh tepat
pada retina, otak akan menerima gambar yang jelas. Sebaliknya, jika
cahaya tidak jatuh tepat pada retina, misalnya di belakang atau di depan
retina, maka akan terlihat sebagai gambaran yang buram.

D. Faktor Risiko Presbiopi


Ada beberapa faktor yang dapat memperbesar risiko seseorang menderita
presbiopi, yaitu:
 Berusia 40 tahun ke atas
 Mengonsumsi obat tertentu, seperti antihistamin, antidepresan, dan
diuretik
 Menderita diabetes, multiple sclerosis, atau penyakit jantung dan
pembuluh darah

E. Gejala Presbiopi
Presbiopi berkembang secara bertahap. Oleh sebab itu, seseorang
terkadang baru menyadari gejalanya setelah melewati usia 40 tahun.
Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita presbiopi adalah:
 Kebiasaan menyipitkan mata

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 26


 Butuh lampu yang lebih terang ketika membaca
 Kesulitan membaca huruf yang berukuran kecil
 Penglihatan kabur ketika membaca pada jarak normal
 Sakit kepala atau mata menegang setelah membaca dalam jarak
dekat
 Cenderung memegang objek lebih jauh untuk bisa melihatnya lebih
jelas

F. Komplikasi Presbiopi
Jika dibiarkan tidak tertangani, presbiopi dapat menjadi semakin parah.
Akibatnya, penderita presbiopi akan mengalami banyak kesulitan dalam
melakukan pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari.
Selain itu, presbiopi yang dibiarkan akan menyebabkan mata bekerja lebih
keras dari seharusnya, terutama saat sedang melakukan pekerjaan dengan
ketelitian tinggi dalam melihat. Lama-kelamaan, hal ini dapat
menyebabkan mata lelah dan sakit kepala.

G. Pencegahan Presbiopi
Belum diketahui bagaimana cara mencegah presbiopia. Namun, Anda bisa
menjaga kualitas penglihatan Anda dengan:
 Menjalani pemeriksaan mata secara berkala
 Menggunakan pencahayaan yang bagus saat membaca
 Mengenakan kacamata yang sesuai dengan kondisi penglihatan
 Memakai kacamata pelindung ketika melakukan aktivitas yang
berisiko menyebabkan cedera mata
 Mengatasi penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi
 Mengonsumsi makanan sehat yang mengandung antioksidan,
vitamin A, dan beta karoten

4) Kelainan Mata Astigmat


A. Definisi
Kelainan Mata Astigmat terjadi karena kornea mata tidak rata sehingga

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 27


cahaya sejajar yang masuk mata tidak dapat difokuskan pada satu titik.
Astigmat teratur dan tidak teratur. Astigmat teratur dapat dikoreksi dengan
lensa silindris, sedangkan astigmat tidak tetatur tidak dapat dikoreksi.

B. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa,
kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk
kornea sebagian besar bersifat kongenital, yang tersering adalah kurvatura
vertikal lebih besar dari horisontal. Pada saat lahir bentuk kornea
umumnya sferis. Astigmat baru timbul 68% pada saat anak berusia 4 tahun
dan 95% pada Press usia 7 tahun. Dengan bertambahnya usia dapat hilang
dengan sendirinya atau berubah sebaliknya kurvatura horisontal lebih
besar dari vertikal.
Kelainan yang didapat misalnya pada berbagai penyakit kornea seperti
ulkus kornea, trauma pada kornea bahkan trauma bedah pada operasi
katarak. Kelainan posisi lensa misalnya subluksasi yang menyebabkan
efek decentering. Sedangkan kelainan indeks refraksi lensa dapat
merupakan hal yang fisiologis di mana terdapat sedikit perbedaan indeks
refraksi pada beberapa bagian lensa, namun hal ini dapat makin berat jika
kemudian didapatkan katarak.

C. Klasifikasi
Berdasarkan bentuknya, astigmatisme terbagi atas astigmatisme reguler
dan ireguler. Pada astigmatisme reguler terdapat dua meridian utama yang
saling tegak lurus yang masing-masing memiliki daya bias terkuat dan
terlemah. Astigmatisme reguler ini dapat dikoreksi dengan lensa silinder.
Jika meridian vertikal memiliki daya bias terkuat, disebut astigmatisme
with the rule, lebih sering pada usia muda dan dikoreksi dengan lensa
silinder minus dengan aksis 180° atau silinder plus dengan aksis 90. Jika
meridian horizontal memiliki daya bias terkuat disebut astigmatisme
against the rule lebih sering pada usia tua dan dikoreksi dengan lensa
silinder minus dengan axis 90° atau silinder plus dengan aksis 180°. Pada
astigmatisme ireguler didapatkan titik fokus yang tidak beraturan dengan
penyebab tersering adalah kelainan kornea (dapat berupa sikatriks atau

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 28


keratokonus) dan dapat juga disebabkan kelainan pada lensa seperti pada
katarak imatur. Kelainan ini tidak dapat dikoreksi sepenuhnya dengan
lensa silinder.
Berdasarkan tipenya, astigmatisme terbagi atas astigmatisme
hipermetropia simpleks yaitu salah satu meridian utama emetropia dan
meridian utama lainnya hipermetropia; astigmatisme miopia simpeks yaitu
salah satu meridian utama emetropia dan meridian utama lainnya miopia;
astigmatisme hipermetropia kompositus yaitu kedua meridian utama
hipermetropia dengan derajat yang berbeda; astigmatisme miopia
kompositus yaitu kedua meridian utama miopia dengan derajat yang
berbeda; dan astigmatisme mikstus, yaitu satu meridian utama
hipermetropia dan meridian utama yang lain miopia.
Terdapat juga istilah astigmatisme oblik yaitu meridian utama lebih dari
20° dari meridian vertikal atau horisontal. Misalnya pada 45° dan 135º.

D. Gejala Klinis
Pada astigmatisme yang ringan, keluhan yang sering timbul adalah mata
lelah khususnya jika pasien melakukan satu pekerjaan terus menerus pada
jarak yang tetap; transient blurred vision pada jarak penglihatan dekat yang
hilang dengan mengucek mata; nyeri kepala di daerah frontal.
Astigmatisme against the rule menimbulkan keluhan lebih berat dan
koreksi terhadap astigmat jenis ini leb sukar untuk diterima oleh pasien.
Pada astigmat yang berat dapat timbul keluhan mata kabur; keluhan
asthenopia atau nyeri kepala jarang didapatkan tapi dapat timbul setelah
Pemberian koreksi astigmatisme yang tinggi; memiringkan kepala (tilting
of the head), umumnya pada astigmatisme oblik; memutar kepala (turning
of the head) biasanya pada astigmatisme yang tinggi; memicingkan mata
seperti pada miopia untuk mendapatkan efek pinhole, tetapi pada astigmat
dilakukan saat melihat jauh dan dekat; dan penderita astigmatisme sering
mendekatkan bahan bacaan ke mata dengan tujuan mendapatkan bayangan
yang lebih besar meskipun kabur.

E. Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. Seperti halnya

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 29


miopia dan hipermetropia, pemeriksaan subyektif dilakukan dengan kartu
Snellen. Bila tajam penglihatan kurang dari 6/6 dikoreksi dengan lensa
silinder negatif atau positif dengan aksis diputar 0-180°. Kadang-kadang
perlu dikombinasi dengan lensa sferis negatif atau positif.
Pemeriksaan secara objektif dapat dilakukan dengan retinoskopi,
autorefraktometer, tes Placido untuk mengetahui permukaan kornea yang
press ireguler, teknik fogging dan Jackson’s crosscylinder.

F. Penatalaksanaan
Koreksi astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa
kontak atau dengan bedah refraktif. Pemberian kacamata untuk
astigmatisme reguler diberikan koreksi sesuai kelainan yang didapatkan
yaitu silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis.
Sedangkan untuk astigmat ireguler, jika ringan dapat diberikan lensa
kontak keras, dan untuk yang berat dapat dilakukan keratoplasti.

5) Kelainan Gangguan Buta Warna


A.  Definisi
Buta warna, merupakan penyakit keturunan. Mata normal memiliki 3
macam sel konus yang bekerja dengan baik disebut mata trikromat. Bila
satu macam atau lebih sel konus tidak berfungsi, maka menyebabkan buta
warna. Buta warna dikromat, bila memiliki 2 sel konus. Dengan demikian,
buta warna merah (protanopia), hijau (deuteranopia), biru (tritanopia).Mata
monokromar jika hanya memiliki satu macam sel konus yang normal.
Hanya dapat membedakan warna hitam dan putih.

B. Etiologi
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk
membedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua
warna melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun demikian ada
juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya
tampak hitam, putih dan abu-abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di
retina mata mempunyai spectrum terhadap tiga warna dasar, yaitu merah,

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 30


hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitive
untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi
(buta warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan
anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang
baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah
anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5%
dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada
kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19
kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang
diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga
dapatmenyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked
genes). Jadi kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk
terkena buta warna secara turunan lebih besar di bandingkan wanita yang
bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu
kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau pembawa, yang bias
menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset
5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta
warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah
OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang menyandi pigmen merah dan
OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen hijau
(SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf
optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan
warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan
melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).

C. Klasifikasi Buta Warna


Buta warna sendiri dapat di klasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Trikromasi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 31


Buta warna jenis ini adalah perubahan sensitifitas warna dari satu
jenis atau lebih sel kerucut.Jenis buta warna inilah yang sering
dialami oleh manusia. Buta warna trikromasi digolongkan atas :
Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah
Deutromali merupakan kelemahan warna hijau
Tritanomali yaitu kelmahan terhadap warna biru
b. Dikromasi
Merupakan tidak adanya satu dari tiga jenis sel kerucut, terdiri dari
:
Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga
kecerahan warna merah dan perpaduannya kurang.
Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap
warna hijau
Tritanopia untuk warna biru.
c. Monokromasi
Ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan
warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis
typical dan sedikit warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini
prevalensi nya sangat jarang.

D.  Pemeriksaan
Uji IshiharaMerupakan uji untuk mengetahui adanya defek
penglihatan warna, didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada
pada kartu dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008). Menurut Guyton
(1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat di pakai untuk
menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna di dasarkan pada
pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-
titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
Merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai
satu seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda
(gambarmpseudokromatik), sehingga dalam keseluruhan terlihat warna
pucat dan menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan warna
melihatnya.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 32


Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat
melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang
diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali
tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik (Ilyas, 2008).
Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti
buta warna merah dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksik
dengan pengecualian neuropati iskemik, glaukoma dengan atrofi optic
yang memberikan ganguan penglihatan biru kuning (Ilyas, 2008).

E. Pengobatan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengobati masalah gangguan persepsi warna. Namun penderita buta
warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter
warna khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali
warna.

6) Kelainan Gangguan Mata Rabun Senja


A. Definisi
Rabun senja (nyctalopia) adalah gangguan penglihatan kala senja atau
malam hari, atau pada keadaan cahaya remang-remang. Banyak juga
menyebutnya sebagai rabun ayam, mungkin didasari fenomena dimana
ayam tidak dapat melihat jelas di senja atau malam hari. Rabun senja
merupakan penyakit dengan keluhan tidak dapat melihat dengan baik
dalam keadaan gelap (waktu senja) (Sommer, 1978).

B. Etiologi
Penyebab rabun senja adalah:
a. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau
provitamin A untuk jangka waktu yang lama.
b. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 33


c. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn
atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A
dan penggunaan vitamin A dalam tubuh.
d. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti
pada penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik,
Kurang Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan
vitamin A meningkat.
e. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis
kronik, menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding
Protein) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

C. Patofisiologi
Bentuk penyimpanan dalam hati dalam bentuk retinol sebagai asupan dari
vitamin A dan beta carotene. Ketika asupan vitamin A melebihi 300-1200
µg/hari, kelebihan akan disimpan dan cadangan di hati meningkat. Ketika
asupan vitamin A kurang dari jumlah yang dibutuhkan, cadangan retinol
dalam hati akan dikeluarkan untuk memelihara serum retinol pada tingkat
normal (di atas 200 µg)). Ketika asupan vitamin A terus menerus
berkurang untuk jangka waktu yang lama, cadangan dalam hati akan
menipis, tingkat serum retinol akan turun, fungsi epitel terganggu, dan
tanda-tanda xerophthalmia terlihat.
Retinol penting untuk elaborasi rodopsin (penglihatan remang-remang)
oleh batang, yaitu reseptor sensori retina yang bertanggung jawab untuk
penglihatan dalam cahaya tingkat rendah. Defisiensi vitamin A dapat
mengganggu produksi rodopsin, mengganggu fungsi batang sehingga
menimbulkan rabun senja. Durasi ketidakcukupan asupan terjadi
tergantung dari jumlah vitamin A yang dicerna, tingkat penyimpanan hati,
dan tingkat penggunaan vitamin A yang digunakan oleh tubuh. 
Anak-anak dengan status gizi buruk, asupan vitamin A yang sangat sedikit
akan memiliki cadangan yang terbatas. Ketika asupan vitamin A tidak ada
dari diet atau terjadi gangguan penyerapan dan terjadi peningkatan
kebutuhan. metabolisme dapat secara cepat menghabiskan cadangan
retinol dalam hati dan merusak kornea, walaupun mata pada saat itu masih
terlihat normal. Ketersediaan vitamin A juga tergantung pada status gizi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 34


anak secara keseluruhan. Jika asupan protein kurang maka sintesis RBP
pun akan menurun. Serum Retinol akan menurun walaupun cadangan di
hati normal. Akhirnya, hati tidak dapat menyimpan lagi vitamin A atau
mensisntesis RBP secara normal (Sommer 1978).

D. Manifestasi klinis
Rabun senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Tanda dan
gejala pada penderita rabun senja adalah:
a. Daya pandang menurun, terutama pada senja hari atau saat ruangan
keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang remang-
remang atau kurang setelah lama berada di cahaya terang.
b. Penglihatan menurun pada senja hari, yaitu penderita tidak dapat
melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut juga buta
senja.
c. Terjadi kekeringan mata,
d. Bagian putih menjadi suram
e. sering pusing. (Wijayakusuma 2008). 

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes adaptasi gelap
 Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg / 200 ml
menunjukkan kekurangan intake)

F. Penatalaksanaan   
katarak  (maka katarak sebaiknya dioperasi).
 Jika karena k  Pengobatan rabun senja tergantung pada
penyebabnya.
 Jika karena ekurangan vitamin A (maka harus diberikan vitamin
A dalam jumlah yang cukup, baik berupa suplemen maupun dari
makanan sehari-hari).
 Menginjeksikan vitamin A secara intramuscular sebanyak 55 mg
retinol palmitat (100.000 IU)..

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 35


 Jika secara parenteral tidak tersedia, dapat diberikan sebanyak
110 mg retinol palmitat (200.000 IU) dalam air atau minyak,
melalui mulut.
 Dosis sebaiknya berkurang setengah dari jumlah yang seharusnya
pada anak berusia kurang dari satu tahun.
 Sebaiknya pengobatan dilakukan selama 2-6 bulan

G. Komplikasi
1.    Katarak
2.    glaucoma
3.    Xerophthalmia

7) Glaukoma
A. Definisi
Glaukoma merupakan penyakit mata yang merusak saraf optik mata, yang
mengirimkan informasi visual ke otak. Glaukoma memang tidak memiliki
gejala pada mulanya. Namun, di dalam mata mengalami tekanan yang
meningkat dan titik-titik kebutaan berkembang di sisi pandangan kamu.
Titik ini bisa tidak terdeteksi sampai saraf optik memiliki kerusakan
yang serius atau pemeriksaan mata lengkap oleh dokter.

B. Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata /
dicelah pupil.

C. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya
asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak
pandang termasuk konstriksi jarak pandang periferal general, skotomas
terisolasi atau bintik buta, penurunan sensitivitas kontras, penurunan
akuitas, periferal, dan perubahan penglihatan warna.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 36


2. Pada glaukoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami simptom
prodromal intermittent (seperti padangan kabur dengan halos sekitar
cahaya dan, biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala
berhubungan dengan kornea berawan, edematous; nyeri pada okular; mual,
muntah, dan nyeri abdominal; dan diaphoresis.
Pemeriksaan penunjang (Hanarwatiaj, 2008)
1. Oftalmoskopi :Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina,
diskus optikus macula dan pembuluh darah retina
2. Tonometri :Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
memperhatikan berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi bila
melebihi 25 mmHG
3. Perimetri :Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang has pada glaucoma. secara sederhana, lapang pandang
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi: Adalah gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

D. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa: (David AL)
a) Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokular. Agen
osmotik oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan
cairan atau es agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun.
Beberapa contoh agen osmotik antara lain:
- Gliserin oral; dosis efektif 1-1,5 g/kgBB dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian dan bekerja selama 5-6 jam.
- Manitol oral; dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g/kgBB dalam
50% cairan. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam
dan berakhir 3-5 jam.
- Manitol intravena; dosis 2 g/kgBB dalam 20% cairan selama 30
menit. Maksimal penurunan tekanan intraokular dijumpai setelah 1
jam pemberian.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 37


- Ureum intravena; agen ini merupakan alternative karena kerjanya
tidak seefktif manitol. Penggunaannya harus diawasi dengan ketat
karena memiliki efek kardiovaskuler.
b) Karbonik anhidrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi,
dengan menggunakan dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral
atau topikal. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan
adalah Asetazolamide. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
menghambat produksi humour akuos sehingga dapat menurunkan
tekanan dengan cepat. Dosis inisial 2x250 mg oral. Dosis alternatif
intravena 500 mg bolus. Penambahan dosis maksimal dapat
diberikan setelah 4-6 jam.
c) Miotik kuat Sebagai inisial terapi, pilokarpin 2% atau 4% setiap 15
menit sampai 4 kali pemberian diindikasikan untuk mencoba
menghambat serangan awal glaukoma. Penggunaannya tidak
efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Pilokarpin
diberikan 1 tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam.
d) Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani
glaukoma sudut tertutup. Timolol merupakan beta bloker
nonselektif dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata
belakang yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian
topikal. Sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval
setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam
kemudian.
e) Apraklonidin
Merupakan agen agonis alfa-2 yang efektif untuk hipertensi okulat
Apraklonidin 0,5% dan 1% menunjukkan efektivitas yang sama
dalam menurunkan tekanan okular 34% setelah 5 jam pemakaian
topical
2. Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang harus
dilakukan minimal 2 jam setelah terapi medikamentosa secara intensif.
Meliputi:

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 38


a) Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran papil
b) Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit.
c) Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama bila tekanan intraokular
sudah turun dan kornea jernih.

Respon terapi:

a) Baik; ada perbaikan visus, kornea jernih, pupil kontriksi, tekanan


intraokular menurun dan sudutnya terbuka kembali. Dapat
dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi.
b) Sedang; visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupil tetap
dilatasi, tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg), sudut
sedikit terbuka. Dilakukan pengulangan indentasi gonioskopi untuk
membuka sudut, bila berhasil dilanjutkan dengan laser iridektomi
atau laser iridoplasti. Sebelumnya diberikan tetesan gliserin untuk
mengurangi edema kornea.
c) Jelek; visus tetap jelek, edema kornea, pupil dilatasi dan terfiksir,
tekanan intraokular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Tindakan
selanjutnya adalah laser iridoplasti.
3. Parasintesis
Merupakan teknik untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat
dengan cara mengeluarkan cairan akuos sebanyak 0,05 ml maka akan
menurunkan tekanan setelah 15-30 menit pemberian. Teknik ini masih
belum banyak digunakan dan masih dalam penelitian. (David AL)
4. Bedah laser
a) Laser iridektomi

Diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok


pupil, juga dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata
yang berisiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Ini juga
dilakukan di pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra lateral
dengan potensial glaukoma akut.

b) Laser iridoplasti

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 39


Pengaturan laser iridoplasti berbeda dengan laser iridektomi. Disini
pengaturannya dibuat untuk membakar iris agar otot sfingter iris
berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudut terbuka. Agar
laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya
rendah dan waktunya lama. Aturan yang digunakan ukurannya 500 μm
(200-500 um) dengan power 500 mW (400-500 mW), waktunya 0,5
detik (0,3-0,5 detik).

1. Bedah insisi
a. Iridektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total menggunakan miotik tetes.Kemudian
dilakukan insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm di belakang
limbus. Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian
posterior ditekan sehingga iris perifer hamper selalu prolaps lewat
insisi dan kemudian dilakukan iridektomi. Luka insisi kornea
ditutup dengan jahitan dan bilik mata depan dibentuk kembali dg
NaCl 0,9%.
b. Trabekulektomi
Indikasi tindakan ini dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang
berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma
primer sudut tertutup, juga pada penderita dengan iris berwarna
coklat gelap (ras Asia atau Cina). Jika mungkin, tindakan ini akan
dikombinasikan dengan ekstraksi lensa.
6. Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi
lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama. (American
Academy of Oftalmologi)
7. Tindakan profilaksis Tindakan ini terhadap mata normal kontra-lateral
dilakukan iridektomi laser profilaksis. Ini lebih disukai daripada perifer
iridektomi bedah. Dilakukan pada mata kontra-lateral yang tidak ada
gejala

D. Masalah yang Lazim Muncul


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Gangguan citra tubuh

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 40


3. Resiko cidera
4. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang
ditandai dengan mual dan muntah
5. Resiko infeksi
6. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya
nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai
dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang
perubahan kejadian hidup
8. Defisiensi pengetahuan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber,
kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan pertanyaan,
pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah

E. Discharge Planning
1. Banyak makan makanan yang bergizi dan vitamin A
2. Istirahat yang cukup dengan memejamkan mata
3. Ketahui penyebab dan gejala akan glaukoma dan diskusikan
dengan tenaga medis untuk pencegahannya
4. Pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris ke depan
5. Gunakan kacamata untuk pemajanan yang lama pada sinar
matahari. Jangan pernah secara langsung melihat pada matahari
untuk periode yang lama

8) Katarak
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangeuan
penglihatan. Category of Visual Impairment Level of Visual Acuity
(Snellen).

B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi
pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh
factor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 41


bias disebabkan oleh: cedera mata penyakit metabolik(misalnya diabetes)
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lair
(atau beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan
penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa
disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
- Penyakit metabolik yang diturunkan
- Riwayat katarak dalam keluarga
- Infeksi virus pada ibu ketika bai masih dalam kandungan.
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.
Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:
- Katarak immatur : lensa mash memiliki bagian yang jernih
- Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
- Katarak hipermatur: bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur
mata lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan
yang ringan dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang
mempengaruhiterjadinyakatarakadalah:
- Kadar kalsium darah yang rendah
- Diabetes
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolic
- Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet).

C. Manifestasi klinis
1. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti
asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 42


4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyamanmenggunakannya.
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat,
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya
terlihat ganda.

D. Pemeriksaan penunjang
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyari- sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi: TIO (12 -25 mmHg)
4. Peneukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
6. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : kotrol DM.
9.
E. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana mash tetap
dengan pembedahan.
(Vaughan DG & Arif, Mansjoer)
Penataksanaan Non-Bedah
1. Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan
yang bersitat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 43


miotik kual, menghindari iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
2. Memperlambat Progresivitas
3. Penilaian terhadap perkembangan Visus pada Katarak insipien dan
Imatur
a. Retraksi;, dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering
dikoreksi.
b. pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian
perifer Tensa (area pupil mash jernih) dapat dinstruksikan
menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda dengan
kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya reman yang
ditempatkan di samping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik
c. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan
lensa di bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang
baik dan nyaman apabila beraktivitas di luar ruangan.
d. Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada
lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti
fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat memberikan
penglihatan yang jelas.
4. Pembedahan Katarak
indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering.
2. Indikasi medis
3. Indikasikosmetik

9) Konjungtivitis
A. Definisi
Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput yang
melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva mata). Selain mata merah, conjunctivitis atau konjungtivitis
dapat disertai dengan rasa gatal pada mata dan mata berair. Konjungtiva
mengandung pembuluh darah yang akan melebar saat terjadi
konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah tersebutlah yang menyebabkan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 44


gejala mata merah. Konjungtivitis ini sering menyebabkan mata merah
pada bayi, sakit mata pada anak-anak, maupun orang dewasa.

B. Gejala Konjungtivitis
Konjungtivitis atau conjunctivitis dapat terjadi pada salah satu atau kedua
mata. Gejala utama konjungtivitis adalah mata merah. Penyebab mata
merah pada penderita konjungtivitis adalah pelebaran pembuluh darah di
selaput yang melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian
dalam (konjungtiva).
Selain mata merah, konjungtivitis dapat menimbulkan gejala lain, seperti:
 Rasa gatal pada mata
 Rasa sakit atau seperti terbakar pada mata
 Mata berair
 Mata belekan atau banyak kotoran mata
 Sulit membuka mata saat bangun tidur
 Kelopak mata membengkak
Walaupun demikian, konjungtivitis tidak mengakibatkan gangguan pada
penglihatan.
Kapan Harus ke Dokter
Konjungtivitis akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari,
terutama jika disebabkan oleh infeksi virus atau alergi. Namun jika gejala
yang muncul tidak kunjung reda setelah beberapa hari, sebaiknya segera
konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Segera
konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami mata merah yang disertai
dengan:
 Pandangan kabur
 Merasa kelilipan atau ada yang mengganjal pada mata
 Lebih sensitif terhadap cahaya
 Demam
Gejala-gejala tersebut dapat menjadi pertanda adanya penyakit lain pada
mata yang lebih serius, seperti keratitis, dan membutuhkan penanganan
dari dokter mata. Selain itu, mata merah yang dialami oleh bayi yang baru
lahir juga perlu segera diperiksakan ke dokter anak.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 45


Jika Anda menggunakan lensa kontak, hentikan penggunaannya saat
muncul mata merah. Jika gejala mata merah tidak kunjung reda dalam
waktu 24 jam setelah berhenti menggunakan kontak lensa, segera
periksakan ke dokter mata.
Pemeriksaan mata secara rutin perlu dilakukan untuk mendeteksi lebih dini
bila ada masalah pada mata dan penglihatan Anda. Orang yang berusia di
bawah 40 tahun dianjurkan untuk memeriksakan matanya setiap 2 tahun
sekali. Sedangkan orang yang berusia 40 tahun ke atas, dianjurkan untuk
memeriksakan mata secara rutin 1-2 tahun sekali.

C. Penyebab Konjungtivitis
Secara umum, konjungtivitis atau conjunctivitis dapat disebabkan oleh
infeksi virus, infeksi bakteri, reaksi alergi, atau iritasi pada mata. Untuk
mengetahui penyebab konjungtivitis secara lebih detail, simak penjelasan
di bawah ini.
 Konjungtivitis Infeksi
Konjungtivitis sering kali disebabkan oleh infeksi virus. Sebagian
besar kasus konjungtivitis virus disebabkan oleh virus kelompok
Adenovirus, yaitu virus yang sama dengan virus penyebab batuk
pilek. Selain itu, konjungtivitis virus juga dapat disebabkan oleh
virus herpes, baik virus Herpes Simplex (virus penyebab herpes
mulut dan herpes kelamin) maupun virus Varicella-Zoster (virus
penyebab cacar air).
Konjungtivitis virus mudah menular dari satu orang ke orang lain
melalui kontak langsung dengan penderita atau kontak dengan
benda yang disentuh penderita.Hal ini biasanya terjadi karena
tangan penderita menyentuh mata yang mengalami peradangan,
kemudian menyentuh suatu benda. Benda tersebut menjadi
terkontaminasi dengan virus penyebab konjungtivitis.
Selain infeksi virus, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
konjungtivitis bakteri adalah Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri
penyebab penyakit gonore.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 46


Sama seperti konjungtivitis virus, konjungtivitis bakteri juga dapat
menular melalui kontak langsung dengan penderitanya. Selain itu,
bakteri penyebab konjungtivitis juga dapat menular melalui
percikan ludah atau cairan kelamin yang mengenai mata.
 Konjungtivitis Noninfeksi
Selain konjungtivitis virus dan konjungtivitis bakteri, konjungtivitis
dapat disebabkan kondisi selain infeksi, yaitu alergi dan iritasi
akibat terpapar zat tertentu. Konjungtivitis alergi terjadi ketika
penderita terpapar zat atau benda yang memicu reaksi alergi
(alergen), misalnya bulu binatang, debu, atau serbuk sari. Perlu
diingat, seseorang yang tidak memiliki alergi terhadap suatu
alergen tidak akan terkena konjungtivitis alergi walaupun terpapar
zat tersebut.
Konjungtivitis juga dapat terjadi ketika mata terkena zat kimia atau
benda yang menyebabkan iritasi (iritan), salah satunya adalah zat
kaporit pada kolam renang.
Pada kasus yang jarang, konjungtivitis dapat terjadi akibat suatu
penyakit. Contoh penyakit yang bisa menimbulkan konjungtivitis
adalah sindrom Sjogren, sindrom Steven-Johnson, penyakit
Kawasaki, dan penyakit pemfigus.

D. Diagnosis Konjungtivitis
Untuk mendiagnosis konjungtivitis, dokter akan menanyakan gejala yang
diderita pasien, lalu melakukan pemeriksaan mata secara langsung. Dokter
juga dapat memeriksa bagian tubuh lainnya jika terdapat gejala lain.
Dokter dapat langsung mendeteksi konjungtivitis atau conjunctivitis dari
pemeriksaan pada mata, sehingga sering kali tidak dibutuhkan
pemeriksaan tambahan.
Jika diperlukan, dokter akan mengambil sampel cairan dari mata. Sampel
cairan tersebut akan dianalisis untuk mengetahui penyebab konjungtivitis.
Jika penderita dicurigai terkena konjungtivitis alergi, maka tes alergi juga
dibutuhkan untuk mengetahui jenis alergen pemicunya, agar penderita
dapat menghindari alergen tersebut di masa mendatang.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 47


Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan jika mata merah yang
dialami penderita diduga karena penyebab lain, misalnya:
 Keratitis, yaitu peradangan pada lapisan bening mata (kornea
mata).
 Iritis, yaitu peradangan pada selaput pelangi mata (iris).
 Glaukoma.

E. Perawatan Konjungtivitis
Pengobatan konjungtivitis (conjunctivitis) dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Berikut ini adalah langkah
pengobatan yang digolongkan berdasarkan penyebab terjadinya
konjungtivitis:
Pengobatan Konjungtivitis akibat Infeksi
Penderita konjungtivitis akibat infeksi virus tidak perlu mendapatkan obat
khusus karena konjungtivitis virus akan sembuh dengan sendirinya setelah
beberapa hari. Sedangkan konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan
antibiotik dalam bentuk obat tetes mata atau salep mata. Antibiotik
diberikan kepada penderita selama 1-2 minggu.
Pengobatan Konjungtivitis Noninfeksi
Untuk menangani konjungtivitis alergi, penderita akan diminta untuk
menghindari zat pemicu alergi tersebut. Penderita juga dapat diberikan
obat untuk meredakan reaksi alergi, yang meliputi:
Antihistamin
Kortikosteroid
Dekongestan
Obat-obatan tersebut mampu mengurangi gejala konjungtivitis alergi yang
dirasakan penderita, seperti gatal-gatal dan pembengkakan pada mata.
Obat-obatan tersebut dapat diberikan selama 1-3 minggu, tergantung
tingkat keparahan alergi yang dialami.
Mata yang terpapar bahan kimia perlu segera dibilas menggunakan air
mengalir selama beberapa menit. Setelah itu, segera periksakan ke dokter
agar dapat diberikan penanganan lebih lanjut.
Langkah Untuk Meredakan Gejala Konjungtivitis

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 48


Selama menjalani pengobatan konjungtivitis, penderita dapat melakukan
langkah-langkah di bawah ini untuk mengurangi gejala konjungtivitis yang
dirasakan:
 Berhenti menggunakan lensa kontak dan rutin membersihkan lensa
kontak saat akan digunakan kembali.
 Mengompres mata menggunakan air hangat atau air dingin.
 Menggunakan kain bersih atau tisu untuk menyentuh mata.
Guna mencegah penularan ke orang lain, hindari menyentuh mata
menggunakan tangan langsung. Jika terkena tangan, segera cuci tangan.

F. Komplikasi Konjungtivitis
Komplikasi akibat konjungtivitis dapat terjadi pada anak-anak maupun
orang dewasa. Berikut ini adalah komplikasi konjungtivitis yang dapat
terjadi berdasarkan tipe konjungtivitis yang diderita.
Konjungtivitis Infektif
Konjungtivitis bisa berlangsung selama beberapa bulan jika disebabkan
oleh penyakit menular seksual, seperti chlamydia (klamidia). Berikut ini
adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat konjungtivitis
infektif:
 Jika bakteri masuk ke aliran darah dan menyerang jaringan tubuh,
pasien bisa mengalami keracunan darah atau disebut dengan sepsis.
 Lapisan pelindung saraf tulang belakang dan otak, atau meninges,
bisa mengalami infeksi (meningitis).
 Infeksi telinga bagian tengah. Kondisi ini dialami oleh 25 persen
anak-anak yang menderita konjungtivitis akibat bakteri
haemophilus influenzae.
 Permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang dan terasa sakit
akibat infeksi yang terjadi pada jaringan dan lapisan dalam kulit
(selulitis).
Konjungtivitis Neonatal
Konjungtivitis infektif yang terjadi pada bayi yang baru lahir hingga usia
28 hari harus segera ditangani karena bisa menyebabkan kerusakan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 49


penglihatan permanen. Kebanyakan bayi yang terkena konjungtivitis
infektif bisa sembuh total dan hanya sedikit yang mengalami komplikasi.
Punctate Epithelial Keratitis
Keratitis dapat terjadi akibat konjungtivitis yang menyebabkan kornea
membengkak atau mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan mata
sensitif terhadap cahaya dan terasa sakit. Kebutaan bisa terjadi jika tukak
muncul di kornea dan menyebabkan kerusakan permanen.

10) Degenerasi Makula


A. Definisi
Age related macular degeneration (AMD) adalah merupakan salah satu
penyebab paling umum kebutaan orang dewasa di Amerika. Penyakit
ini menyerang bagian makula, daerah kecil pada retina mata yang
membantu melihat secara jelas dan detail, mengalami kerusakan.
Penyakit ini tidak memiliki gejala yang langsung. Tapi, jangan abaikan
gangguan penglihatan kamu. Sebaiknya, apapun perubahan penglihatan
yang kamu alami, segera hubungi dokter. Tidak ada cara untuk mencegah
AMD. Namun, kamu bisa memperlambat perkembangannya dengan
mengontrol tekanan darah, makan makanan sehat untuk mata, menjaga
tubuh dari kegemukan, hindari merokok dan rutin memeriksakan mata.

B. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya AMD belum diketahui dengan pasti sampai saat
ini. Beberapa teori yang diajukan, antara lain:
1. Proses penuaan
Bagian paling luar dari sel fotoreseptor yang berbentuk keping sering
di “makan” oleh epitel pigmen retina (EPR) dengan pola diurnal, yaitu
keping terluar sel batang dimakan pada siang hari dan keping terluar
sel kerucut dimakan pada malam hari. Keping yang tidak terfagosit
akan tertimbun dalam EPR yang disebut lipohfuhsin. Lipohfusin akan
menghambat degradasi makromolekul seperti protein dan lemak,
mempengaruuhi ekspresi gen yang mengatur keseimbangan antara
vascular endothelial growth factor (VEGF) dengan produksi pigment
epithelial derived factor yang merupakan zat antiangiogenik, serta

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 50


bersifat fotoreaktif, akibatnya menimbulkan terjadinya apoptosis
EPR., membentuk lapisan yang disebut basal laminar deposit, yang
ikut bertanggung jawab dalam penebalan membrane brunch.
2. Teori iskemi
Angiogenesis terjadi karena adanya iskemik pada jaringan yang
memacu timbulnya suatuagen angiogenik antara lain VEGF. Pada
penelitian didapatkan fakta yang menunjukkanbahwa pada AMD
iskemia tidak memegang peranan yang penting. Sel fotoreseptor
hanyaterpapar oleh sedikit oksigen, sedangkan EPR terpapar olek
oksigen dalam konsentrasiyang sangat tinggi. Pada kenyataannya, sel
fotoreseptor tidak memproduksi VEGF, justru sel EPR yang
memproduksi VEGF dalam jumlah besar. Disamping itu ditemukan
pulatanda-tanda adanya sel-sel radang pada jaringan coroid
neovascular (CNV) yang dieksisi,sehingga diduga bahwa lebih besar
kemungkinannya CNV tumbuh sebagai reaksiperbaikan luka dari pada
sebagai reaksi terhadap iskemi.
3. Teori kerusakan oksidatif
Kerusakan oksidatif terjadi karena terbentuknya zat yang
disebutreactive oxygensubstance (ROS) yang dihasilkan oleh oksidasi
pada mitokondria. Adanya ROSmenimbulkan gangguan metabolism
intrasel antara lain metabolism protein dan lemak.Lemak yang sangat
rentan terhadap kerusakan oksidatif adalah asam lemak tak
jenuhganda. Sel EPR yang mengalami kerusakan oksidatif akan
memproduksi VEGF dalamjumlah besar, yang memacu timbulnya
CNV. Retina sangat mudah mengalai kerusakanoksidatif karena
beberapa alasan:- Bagian luar fotoreseptor mengandungi sangat banyak
asam lemak tak jenuh ganda- Bagian dalam sel batang mengandung
sangat banyak mitokondria yang dapatmembocorkan ROS- Penyediaan
oksigen yang sangat tinggi pada koroid- Paparan terhadap sinar
menimbulkan preses foto-oksidatif oleh ROS

C. Etiologi
Degenerasi macula dapat disebabkan oleh beberapa factor dan dapat
diperberat oleh beberapafactor resiko, diantaranya :

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 51


1. Umur, faktor resiko yang paling berperan pada terjadinya
degenerasi makula adalahumur. Meskipun degenerasi makula dapat
terjadi pada orang muda, penelitianmenunjukkan bahwa umur di
atas 60 tahun beresiko lebih besar terjadi di banding denganorang
muda. 2% saja yang dapat menderita degenerasi makula pada orang
muda, tapiresiko ini meningkat 30% pada orang yang berusia di
atas 70 tahun.
2. Genetik, penyebab kerusakan makula adalah CFH, gen yang telah
bermutasi atau faktor komplemen H yang dapat dibawa oleh para
keturunan penderita penyakit ini. CFH terkaitdengan bagian dari
sistem kekebalan tubuh yang meregulasi peradangan.
3. Merokok, Merokok dapat meningkatkan terjadinya degenrasi
makula.
4. Ras kulit putih (kaukasia) adalah sangat rentan terjadinya
degenerasi makula di bandingdengan orang Afrika atau yang
berkulit hitam.
5. Riwayat keluarga, resiko seumur hidup terhadap pertumbuhan
degenerasi makula adalah50% pada orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga penderita dengan degenerasimakula, dan hanya
12 % pada mereka yang tidak memiliki hubungan dengan
degenerasimakula.
6. Hipertensi dan diabetes. Degenerasi Makula menyerang para
penderita penyakit diabetes,atau tekanan darah tinggi gara-gara
mudah pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil(trombosis)
sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan sel-
sel darahmerah dan penebalan pembuluh darah halus
7. Paparan terhadap sinar Ultraviolet, Obesitas dan kadar kolesterol
tinggi

D. Klasifikasi
1. Degenerasi Makula tipe non-eksudatif (tipe kering) atau non-
neovaskular
Rata-rata 90% kasus degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering.
Kebanyakan kasusIni bisa memberikan efek berupa kehilangan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 52


penglihatan yang sedang.Pada gambaran fundus, macula tampak lebih
kuning atau pucat dikelilingi oleh bercak-bercak dan pembuluh darah
tampak melebar. Bercak-bercak ini disebut drusen iaitubangunan khas
yang berbentuk bulat, berwarna kekuningan. Secara histopatologi
drusenterdiri atas kumpulan materi eosinofilik yang terletak diantara epitel
pigmen danmembran Bruch sehingga drusen dapat menyebabkan
pelepasan fokal dari epitel pigmen.Bentuk ini muncul dalam bentuk
timbulnya drusen serta kelainana EPR. Drusenmerupakan suatu timbunan
material ekstraseluler yang terletak diantara membrane basalEPR
denganmembran Bruch. Secara klinis, drusen tampak sebagai lesi
kekuningan yangterletak pada lapisan luar retina, di polus posterior.
Drusen mempunyai ukuran yangsangat bervariasi. Ukuran drusen dapat
diperkirakan dengan membandingkannya dengan caliber vena besar
disekitar papil iaitu sekirat 125 mikron. Menurut ukurannya, drusendibagi
menjadi:
- Kecil (kurang dari 64 um)
- Sedang (antara 64 -125 um)
-Besar (lebih dari 125 um)
Menurut bentuknya, drusen dibagi menjadi keras dan lunak. Beberapa
drusen dapat bergabung menjadi satu yang disebut drusen confluent.
Drusen keras merupakan residual bodies yang bertanggungjawab terhadap
penebalan membrane Bruch, yang berhubungandengan adanya deposit
laminar basal yang terdiri dari hialin. Drusen lunak merupakantimbunan
membranosa dan vesicular yang berhubungan dengan deposit laminar
basal.Biasanya ukurannya lebih besar dari drusen keras dan batasnya
kurang tegas. Padaangiografi fluoresin, drusen keras akan tampak sebagai
bercak-bercak hiperfluoresensiyang cemerlang pada stadium midvena, dan
memudar setelah memudarnya corakan latar belakang fluoresin koroid,
sedangkan drusen lunak akan muncul sebagai daerahhiperfluoresensi lebih
lambat dan kurang cemerlang disbanding drusen keras.Drusen keras
ditemukan pada 95,5% individu berumur lebih dari 49 tahun,
tetapisebagian besar hanya brupa drusen kecil yang jumlahnya tidak
banyak. Drusen keras bisamengalami regresi spontan, dapat membesar
atau menyatu dengan drusen disebelahnyaatau menimbulkan atrofi sel

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 53


EPR yang ada diatasnya, yang dapat menimbulkan atrofigeografk EPR
apabila daerahnya luas, sehingga corak pembuluh darah koroiddibawahnya
dapat terlihat, serta retina diatasnya tampak tipis, yang berlanjut
menjadiatrofi fotoreseptor, dan menyebabkan atrofi geografik retina, atau
berkembangmembentuk neovaskularisasi koroid CNV.
Perubahan lain yang dapat terjadi adalah hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi.Hiperpigmentasi terjadi karena hipertrofi EPR dan sel
makrofag yang mengandungpigmen melanin mengalami migrasi kearah
fotoreseptor. Hipopigmentasi terjadi karenadepigmentasi di sekitar EPR
yang mengalami hiperpigmentasi. Secara klinis, strofi retinageografis
tampak sebagai daerah hipopigmentasi atau depigmentasi atau hilangnya
EPR yang berbentuk bulat atau oval dan berbatas tegas. Atrofi geografik
merupakan penyebabkehilangan ketajaman sentral sebesar 12% sampai
21% dari seluruh kehilanganpenglihatan sentral yang diakibatkan AMD.
Kemampuan membaca akan menurun bukanhanya karena adanya skotoma
parasentral saja, melainkan juga karena penurunansensitivitas adaptasi
gelap pada fovea, kemunduran ketajamana penglihatan pada
keadaanredup, serta menurunkan sensitivitas kontras.
2. Degenerasi Makula tipe eksudatif ( tipe basah) atau neovaskular
Degenerasi makula tipe ini adalah jarang terjadi namun lebih berbahaya
dibandingkan dengan tipe kering. Kira kira didapatkan adanya 10% dari
semua degenerasimakula terkait usia dan 90% dapat menyebabkan
kebutaan. Tipe ini ditandai denganadanya neovaskularisasi subretina
dengan tanda-tanda degenerasi makula terkait usia yang mendadak atau
baru mengalami gangguan penglihatan sentral termasuk penglihatankabur,
distorsi atau suatu skotoma baru.Pada keadaan ini terjadi pembentukan
pembuluh darah baru subretinal dan terjadikerusakan macula yang disertai
eksudat. Cairan serosa dari koroid bocor melalui defek pada membrane
bruch sehingga menyebabkan pelepasan epitel pigmen. Pemeriksaanfundus
menunjukkan adanya pendarahan dan eksudat subretina, lesi berwarna
hijaukeabu-abuan pada macula dan tampak adanya
neovaskularisasi.Bentuk AMD neovaskular adalah neovaskularisasi koroid
(CNV) dan semuamanifestasi yang menyertainya antara lain;
- Ablasi EPR

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 54


- Robekan EPR
- Pendarahan subretina
- Pendarahan vitreus
- Sikatrik disiforms
Adanya kerusakan pada membrane Bruch memungkinkan pembuluh
darahneovaskularisasi yang berasal dari kapiler koroid menembus
membrane Bruch. Pembuluhdarah neovaskular ini diserai oleh jaringan
fibrosa, membentuk satu kompleksfibrovaskular yang dapat mengganggu
dan merusak membrane Bruch, kapiler koroid,serta EPR.Gejala yang
dialami oleh pasien dengan CNV saja, berupa gangguan penglihatansentral
seperti penurunan visus, mikropsia, makropsia ataupun skotoma
sentral.Walaupun demikian apabila kelainan terjadi diluar fovea, maka
dapat tanpa gejalapenglihatan sentral sama sekali. Pada fundus tampak
adanya bayangan hijau keabu-abuan dengan ablasi EPR diatasnya.
Walaupun demikian CNV kadang hanya memberikan tandaberupa ablasi
EPR yang datar saja.
E. Gejala Klinis
1. Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi
makula antara lain :
2. Distorsi penglihatan, obyek-obyek terlihat salah ukuran atau bentuk
3. 2.Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama
dibagian pusatpenglihatan.
4. Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas
5. Ada daerah kosong atau gelap di pusat penglihatan
6. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau berbayang
7. 6.Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan
fungsi penglihatantanpa rasa nyeri.

F. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil
pemeriksaan oftalmoskopi yangmencakup ruang lingkup pemeriksaan
sebagai berikut :
1.Test Amsler Grid, dimana pasien diminta suatu halaman uji yang mirip
dengan kertasmilimeter grafis untuk memeriksa luar titik yang terganggu

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 55


fungsi penglihatannya.Kemudian retina diteropong melalui lampu senter
kecil dengan lensa khusus.
2.Test penglihatan warna, untuk melihat apakah penderita masih dapat
membedakanwarna, dan tes-tes lain untuk menemukan keadaan yang dapat
menyebabkankerusakan pada makula.
3.Kadang-kadang dilakukan angiografi dengan zat warna fluoresein.
Dokter spesialismata menyuntikan zat warna kontras ini ke lengan
penderita yang kemudian akanmengalir ke mata dan dilakukan pemotretan
retina dan makula. Zat warna inimemungkinkan melihat kelainan
pembuluh darah dengan lebih jelas.

G. Diagnosis Banding
Degenerasi macula khususnya tipe eksudat dapat di diagnosis banding
dengan:
1. Makroneurisme
2. Vaskulopati koroid polipoid
3. Khorioretinopati serous sentral
4. Kasus inflamasi
5. Tumor kecil seperti melanoma koroid

H. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus untuk AMD noneksudatif Penglihatan
dimaksimalkan denganalat bantu penglihatan termasuk alat pembesar dan
teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meskipenglihatan sentral menghilang,
penyakit ini tidak menyebabkan hilangnya penglihatan perifer.Ini penting
karena banyak pasien takut mereka akan menjadi buta total.Pada sebagian
kecil pasien dengan AMD eksudatif yang pada angiogram
fluorosenmemperlihatkan membrane neovaskular subretina yang terletak
eksentrik (tidak sepusat)terhadap fovea, mungkin dapat dilakukan
obliterasi membrane tersebut dengan terapi laser argon. Membrane
vascular subfovea dapat diobliterasi dengan terapi fotodinamik (PDT)
karenalaser argon konvensional akan merusak fotoreseptor di atasnya.
PDT dilakukan dengan menyuntikkan secara intravena bahan kimia serupa
porfirin yang diaktivasi oleh sinar laser\nontermal saat sinar laser berjalan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 56


melalui pembuluh darah di membrane subfovea. Molekulyang teraktivasi
menghancurkan pembuluh darah namun tidak merusak fotoreseptor.
Sayangnyakondisi ini dapat terjadi kembali bahkan setelah terapi
laser.Apabila tidak ada neovaskularisasi retina, tidak ada terapi medis atau
bedah untuk pelepasan epitel pigmen retina serosa yang terbukti
bermanfaat. Pemakaian interferon alfaparenteral, misalnya, belum terbukti
efektif untuk penyakit ini. Namun apabila terdapatmembrane neovaskular
subretina ekstrafovea yang berbatas tegas (? 200 um dari bagian
tengahzona avaskular fovea), diindikasikan fotokoagulasi laser. Dengan
angiografi dapat ditentukandengan tepat lokasi dan batas-batas membrane
neovaskular yang kemudian diablasi secara totaloleh luka-luka bakar yang
ditimbulkan oleh laser. Fotokoagulasi juga menghancurkan retina
diatasnya tetapi bermanfaat apabila membrane subretina dapat dihentikan
tanpa mengenai fovea.Fotokoagulasi laser krypton terhadap
neovaskularisasi subretina avaskular fovea (? 200um dari bagian tengah
zona avaskular fovea) dianjurkan untuk pasien nonhipertensif.
Setelahfotokoagulasi membrane neovaskular subretina berhasil dilakukan,
neovaskularisasi rekuren didekat atau jauh dari jaringan parut laser dapat
dapat terjadi pada separuh kasus dalam 2 tahun.Rekurensi sering disertai
penurunan penglihatan berat sehingga pemantauan yang cermat
denganAmsler grid, oftalmoskopi dan angiografi perlu dilakukan. Pasien
dengan gangguan penglihatansentral di kedua matanya mungkin
memperoleh manfaat dari pemakaian berbagai alat bantu penglihatan
kurang.Tindakan bedah yang mungkin dikerjakan adalah pengambilan
CNV subretina, sertatranslokasi makula. Beberapa penelitian mengenai
ekstraksi membrane CNV subretinamendapatkan bahawa hasil akhir visus
tidak lebih dari 6/60. Tetapi cara ini dapat disarankan pada penderita yang
tidak berhasil dengan PDT. Terdapat tindakan bedah lain yang
mungkindikerjakan iaitu translokasi makula. Translokasi makula adalah
suatu istilah yang merujuk kepada tindakan mengablasi makula dengan
sengaja dari epitel pigmen dibawahnya, untuk selanjutnya
memindahkannya ke tempat lain. Walaupun teknik ini menjanjikan untuk
kondisitertentu khususnya CNV, teknik optimal dan prognosis jangka
panjangnya belum diketahuiSelain itu terapi juga dapat dilakukan di rumah

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 57


berupa pembatasan kegiatan dan followup pasien dengan mengevaluasi
daya penglihatan yang rendah. Selain itu dengan
mengkomsumsimultivitamin dan antioksidan ( berupa vitamin E , vitamin
C, beta caroten, asam cupric danzinc), karena diduga dapat memperbaiki
dan mencegah terjadinya degenerasi makula. Sayuranhijau terbukti bisa
mencegah terjadinya degenerasi makula tipe kering. Selain itu
kebiasaanmerokok dikurangi dan dan pembatasn hipertensi.Konsumsi
obat-obat antioangiogenesis seperti VEGF-A, yang merupakan
substansiangiogenik utama dalam terbentuknya neovaskularisasi pada
AMD. Obat yang pertama kalidigunakan adalah Na-pegabtanib
(Macugen), obat ini memberikan perbaikan ketajamanpenglihatan pada 6%
pasien. Setelah itu digunakan obat lain yaitu ranibizumab, yang
lebihmemberikan kenaikan ketajaman penglihatan, karena mengikat
kesemua bentuk aktif VEGF. Bevacizumab,yang merupakan antibody
monoclonal seperti ranibizumab, ternyata memberikanhasil yang lebih
menjanjikan karena mempunyai 2 binding sites terhadap VEGF.

11) Refraksi
A. Pengertian Kelainan Refraksi
Refraksi merupakan kondisi saat bayangan yang terbentuk di retina mata
tidak tajam maupun tegas. Hal ini mengakibatkan penglihatan menjadi
kabur. Kelainan refraksi dapat dibagi menjadi empat, seperti Miopia
(rabun jauh), Hipermetropia (rabun dekat), Presbiopia (mata tua), dan
Astigmatisme (mata silinder). Kelainan refraksi dapat diakibatkan oleh
cacat/gangguan pada kelengkungan organ mata, yakni kornea dan lensa.
Jika kamu memiliki orangtua dan saudara yang menderita kelainan
refraksi, maka kemungkinan besar kamu akan mengalaminya.

B. Gejala Kelainan Refraksi


Biasanya gejala kelainan refraksi diawali dengan keluhan sakit kepala,
terutama di daerah tengkuk atau dahi. Selain itu, penderita juga
mengeluhkan kondisi mata yang berair, cepat mengantuk, mata terasa
pedas, pegal pada bola mata, dan penglihatan kabur.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 58


Penglihatan kabur tergantung pada jenis kelainan yang dialami. Pada
penderita miopia, penglihatan mengabur saat melihat jauh. Sementara pada
penderita hipermetropia, penglihatan mengabur saat melihat dekat.
Apabila kelainan refraksi tidak kunjung diobati, maka dapat menyebabkan
kehilangan ketajaman penglihatan yang semakin berat serta menurunkan
produktivitas.

C. Pengobatan Kelainan Refraksi


Saat kelainan refraksi sudah begitu mengganggu, disarankan untuk segera
mengunjungi dokter spesialis mata. Meski demikian, perlu diketahui
bahwa penggunaan kacamata tidak dapat menyembuhkan kelainan
refraksi. Begitu juga dengan meningkatkan asupan makanan yang
mengandung vitamin A, B, dan C.
Pada dasarnya, kebutuhan mengoreksi kelainan refraksi tergantung dari
gejala pasien. Pasien dengan kelainan refraksi ringan mungkin saja tidak
membutuhkan koreksi. Namun, ada pula yang membutuhkan kacamata
atau lensa kontak.
Selain itu, Anda juga dapat melakukan operasi lasik atau laser-asssited in
situ keratomileusis. Tingkat keberhasilannya bisa mencapai 90%. Namun,
sama seperti prosedur pembedahan lainnya, operasi lasik juga dapat
menimbulkan efek samping. Misalnya kelebihan koreksi, koreksi kurang,
silau, infeksi pada kornea, bahkan kehilangan penglihatan (meski ini
jarang terjadi).
Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain penanaman lensa
buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal keratotomi, dan
automated lamelar keratoplasty. Sebelum melakukan terapi,
berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter spesialis mata.

D. Penyebab Kelainan Refraksi


Kelainan refraksi dapat diakibatkan oleh cacat/gangguan pada
kelengkungan organ mata, yakni kornea dan lensa. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan pada indeks bias mata dan kelainan panjang sumbu bola
mata.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 59


Tak hanya itu, kecenderungan genetik juga memiliki peran besar. Jika
Anda memiliki orangtua dan saudara yang menderita kelainan refraksi,
maka kemungkinan besar Anda akan mengalaminya.

12) Keratitis
A. Definisi
Keratitis adalah peradangan pada kornea mata yang bisa disebabkan oleh
infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. Karena penyebab keratitis
berbeda, maka pengobatan yang diberikan tentu juga akan berbeda,
disesuaikan dengan penyebabnya. Sebagai contoh, keratitis akibat infeksi
jamur akan diobati dengan obat antijamur, sementara keratitis akibat herpes
simplex atau herpes zoster akan diobati dengan obat antivirus.

B. Etiologi
Etiologi keratitis berupa faktor yang dapat merusak epitel kornea. Etiologi
ini dibagi menjadi etiologi infeksi dan noninfeksi.
1. Etiologi Keratitis Infeksi
Bakteri, jamur, virus, maupun protozoa dapat menyebabkan
keratitis infeksi. Infeksi Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.
merupakan penyebab keratitis yang paling sering ditemukan.
Berikut ini merupakan etiologi keratitis yang disebabkan oleh
proses infeksi:
 Bakteri: Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, spesies Neisseriae, Corynebacterium diphtheriae,
spesies Listeriae, Mycobacteria, Spirochete
 Jamur: spesies Aspergillus, spesies Fusarium, Candida albicans
 Virus: Herpes simplex, Herpes zoster, sitomegalovirus,
Epstein-barr virus
 Protozoa: spesies Acanthamoeba, spesies Onchocerca, spesies
Leishmania [3,11]
2. Etiologi Keratitis Noninfeksi
Penyebab keratitis noninfeksi dapat disebabkan oleh berbagai
etiologi. Berikut ini merupakan penyebab noninfeksi keratitis.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 60


 Trauma epitelium kornea
 Gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus
eritematosus sistemik
 Malposisi dan gangguan struktur kelopak mata, seperti
entropion dengan trikiasis dan lagoftalmos
 Dakriosistitis kronik
 Kortikosteroid topikal
 Radiasi ultraviolet
 Iatrogenik, seperti komplikasi tindakan operasi laser in situ
keratomileusis (LASIK) [10,11]

C. Manifestasi klinis
Gejala keratitis biasanya muncul di salah satu mata, tetapi bisa juga terjadi
pada kedua mata. Gejala tersebut meliputi:
 Mata merah, nyeri, dan bengkak
 Mata gatal atau terasa seperti terbakar
 Mata menjadi sensitif terhadap cahaya
 Mata terus menerus mengeluarkan air mata atau kotoran
 Terasa seperti ada sesuatu di dalam mata
 Penglihatan kabur atau tidak fokus
 Sulit membuka mata

D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis keratitis umumnya dicurigai pada pasien yang datang
dengan mata merah disertai penurunan penglihatan, fotofobia dan nyeri.
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan visus dan evaluasi mata secara
sistematis dengan temuan khas, misalnya berupa infiltrat seperti cincin
pada kornea, atau hipopion.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan fluorescein menggunakan lampu Wood atau oftalmoskop
dengan filter kobalt. Karena keratitis infeksi merupakan penyebab
tersering, diagnosis keratitis noninfeksi hanya dipikirkan ketika etiologi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 61


infeksi sudah disingkirkan. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan scraping kornea.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keratitis oleh dokter umum berupa pemberian terapi
suportif dan merujuk ke spesialis mata karena keratitis yang tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen, bahkan
kebutaan. Prinsip pengobatan keratitis adalah mengeliminasi agen
penyebab, mengobati penyebab utama, mengurangi gejala, minimalisir
terjadinya jaringan parut pada kornea, dan menjaga fungsi mata dari
perburukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
antibiotik/antifungal/antivirus, imunosupresan, serta terapi suportif.
Pengobatan pada keratitis yang belum diketahui penyebabnya umumnya
diterapi sebagai keratitis infeksi terlebih dahulu. Apabila etiologi penyebab
sudah diketahui maka terapi harus spesifik sesuai penyakit penyebab.  

13) Pterigium
A. Definisi
Pterigium adalah gangguan mata akibat adanya selaput lendir yang
menutupi bagian putih mata. Penyakit mata ini terjadi akibat sering
terpapar radiasi sinar matahari.Gejalanya bisa meliputi mata merah,
pandangan kabur, serta mata yang terasa gatal atau panas. Adanya selaput
lendir tersebut juga membuat mata seperti kelilipan benda asing. Pterigium
bisa disembuhkan dengan pemberian resep tetes mata kortikosteroid untuk
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut atau dengan operasi.

B. Gejala Pterygium
Gejala pterigium ditandai dengan tumbuhnya selaput pada bagian putih
(sklera) permukaan bola mata. Selaput ini biasanya tidak menimbulkan
keluhan lain, tetapi tetap dapat disertai dengan gejala lain yang
mengganggu, antara lain:
 Mata merah.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 62


 Terasa gatal atau perih di area selaput.
 Terasa ada yang mengganjal di mata jika selaput pterigium sudah
terlalu tebal atau lebar.
 Pterigium juga dapat menyebabkan penglihatan terganggu saat
pertumbuhan sudah mencapai bagian kornea mata, seperti
membuat pandangan menjadi samar atau ganda.

C. Penyebab Pterygium
Penyebab pterigium belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini lebih
banyak terjadi pada mereka yang sering melakukan aktivitas di luar
ruangan. Paparan sinar matahari berlebih menjadi faktor yang paling
berpotensi menyebabkan pterigium.
Selain itu, mata yang kering juga diduga bisa menjadi faktor pemicu. Pasir,
debu, asap, serta angin diduga dapat meningkatkan risiko pterigium.
Pterigium juga dapat bermula dari munculnya pinguecula pada mata.
Pinguecula yang tumbuh hingga mencapai kornea mata dapat berubah
menjadi pterigium.

D. Diagnosis Pterygium
Pterigium bisa dideteksi oleh dokter melalui gejala utamanya, yaitu
tumbuhnya selaput tipis pada permukaan bola mata. Dokter mata juga akan
melakukan pemeriksaan yang lebih saksama dengan prosedur slit lamp
menggunakan alat khusus seperti kaca pembesar bercahaya untuk
memeriksa kondisi mata.
Jika dibutuhkan, dokter akan melakukan pemeriksaan yang lebih detail.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan penglihatan serta
memeriksa perubahan lengkungan pada kornea pasien. Pengambilan foto
mata juga mungkin dilakukan untuk melihat pertumbuhan pterigium.

E. Pengobatan Pterygium
Kondisi pterigium biasanya tidak membutuhkan penanganan bila tidak
menimbulkan keluhan selain munculnya selaput.Untuk mata merah dan
iritasi akibat pterigium, pengobatan cukup dilakukan dengan memberikan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 63


obat tetes atau salep mata yang mengandung kortikosteroid atau pelumas
untuk meredakan peradangan.
Prosedur operasi pterigium dapat dilakukan jika pterigium sudah tidak
dapat ditangani dengan obat tetes atau salep mata, atau menyebabkan
kemampuan penglihatan menurun. Operasi juga dapat dilakukan untuk
alasan estetika atau kecantikan.

F. Komplikasi Pterygium
Meski jarang terjadi, pterigium dapat tumbuh hingga mencapai kornea dan
menyebabkan komplikasi berupa luka pada kornea. Kondisi ini dapat
mengakibatkan hilangnya penglihatan jika tidak ditangani.
Selain kondisi pterigium itu sendiri, operasi untuk menangani pterigium
juga mungkin menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
1. Astigmatisme
2. Pterigium kambuh setelah operasi
3. Mata kering
4. Iritasi
Diskusikan lebih lanjut dengan dokter mengenai manfaat dan risiko
operasi pterigium.

G. Pencegahan Pterygium
Pencegahan pterigium dapat dilakukan dengan mengenakan kacamata
hitam atau topi saat beraktivitas di luar ruangan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari paparan sinar matahari, asap, atau debu yang dapat memicu
pterigium.
Untuk mencegah mata terasa kering, kelembapan mata dapat dijaga dengan
menggunakan obat tetes air mata buatan. Selain berguna untuk mencegah
pterigium, penggunaan pelumas pada mata juga dapat mencegah
kambuhnya pterigium.

14) Blefaritis
A. Definisi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 64


Blefaritis adalah peradangan yang terjadi pada kelopak mata dan
menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak serta memerah. Penyakit ini
tidak menular dan hanya bersifat sementara. Meski demikian, penyakit ini
biasanya dapat kambuh atau muncul kembali setelah sembuh.
Blefaritis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
 Blefaritis anterior, ditandai dengan peradangan pada kulit di bagian
depan kelopak mata atau sekitar pangkal bulu mata.
 Blefaritis posterior, ditandai dengan penyumbatan pada kelenjar
mata yang terletak di bagian dalam kelopak mata – tepatnya area
yang bersentuhan dengan bola mata.
 Blefaritis campuran, merupakan gabungan antara blefaritis anterior
dan posterior.

B. Penyebab
Penyebab blefaritis tergantung pada masing-masing jenisnya:
a) Blefaritis anterior, ditandai dengan peradangan pada kulit di bagian
depan kelopak mata atau sekitar pangkal bulu mata. Umumnya
disebabkan infeksi bakteri (Staphylococcus) atau dermatitis seboroik.
b) Blefaritis posterior, ditandai dengan penyumbatan pada kelenjar mata
yang terletak di bagian dalam kelopak mata –tepatnya area yang
bersentuhan dengan bola mata. Umumnya disebabkan karena adanya
masalah pada kelenjar minyak mata (kelenjar Meibomian). Dapat juga
dipengaruhi adanya acne rosacea dan dermatitis seboroik.
c) Blefaritis campuran, merupakan gabungan antara blefaritis anterior dan
posterior.

C. Diagnosis
Penentuan diagnosis blefaritis dapat dilakukan melalui serangkaian
wawancara medis. Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan
mata penderitanya, khususnya area yang terdapat blefaritis.

D. Gejala

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 65


Blefaritis ditandai dengan pembengkakan pada kelopak mata yang dapat
dengan mudah dilihat. Selain itu, beberapa tanda blefaritis lainnya adalah:
1) Mata terasa panas atau terbakar
2) Keluar air mata berlebih atau kering
3) Gatal pada kelopak mata
4) Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
5) Kelopak mata memerah
6) Mata memerah
7) Gangguan penglihatan
8) Adanya kerak atau kotoran mata, terutama saat bangun tidur
9) Pertumbuhan bulu mata yang abnormal atau kerontokan bulu mata
(pada kasus yang parah)

E. Pengobatan blefaritis
Kunci keberhasilan dari pengobatan blefaritis adalah mempertahankan
kelopak mata agar selalu bersih dan terbebas dari kotoran mata yang
mengering. Berikut ini langkah pengobatan blefaritis yang bisa dilakukan:
1) Kompres hangat untuk membantu melepas kotoran yang
mengering.
2) Pijat kelopak mata dengan perlahan menggunakancotton-bud.
3) Cuci bulu mata memakai sampo bayi dan cuci daerah alis atau
kulit kepala menggunakan shampo anti ketombe
4) Pada kasus blefaritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter
Anda akan memberikan antibiotik atau obat tetes yang
mengandung steroid.
5) Jika blefaritis disebabkan oleh masalah kulit, sebaiknya
pengobatan kulit juga dilakukan bersamaan.

F. Pencegahan blefaritis
Pencegahan blefaritis dilakukan dengan menjaga dan merawat kesehatan
mata, yakni dengan:
1) Mencuci tangan dengan rutin terutama sebelum menyentuh mata
2) Membersihkan mata setiap hari memakai air bersih

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 66


3) Membatasi penggunaan make-up mata dan membersihkan make-
up mata dengan menyeluruh
4) Hindari penggunaan kontak lensa mata terlalu sering

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 67


2.7.4 Asuhan Keperawatan Teori Dan Kasus Pada Anak.X

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.X


Asuhan Keperawatan Teori Retinoblastoma

A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus in jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata
usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus
kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor
pada bagian mata yang lain terdeteks1 pada sat pemer1ksaan evaluas1. in1
menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak
anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).

B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral
dan diturunkan atau
tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 %
kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen
retinoblastoma (RBI) disolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur
pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sitatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata
yang bersitat somatic maupun Kedua mata vang merupakan kelainan vang diturunkan
secara autosom dominant. Kanker bias menvebar ke kantung mata dan ke otak
(melalu sarat penglihatan/ nervus optikus).

C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar
akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke
segmen anterior mata akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 68


berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor in dapat menyebabkan metastasis
dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita
dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di
permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar lime preaurikular dan submandibular dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati Kanker retina ini pemicunya
adalag faktor genetik tau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang
ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau
retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak
mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling.
Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda
berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan Obat mata dan pada
kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastoma.

D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupal endottalmitis. Aka sel-sel tumor terlepas dan masuk ke
segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa
hipopion atau hitema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan
invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terhhat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan
terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penvebaran secara
limtogen. Ke kelenar limte preaurikuler dan submandibular serta secara hematogen ke
sumsum tulang dan visera, terutati

E. Klarifikasi stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd, dan terdapat pada atau dibelakang ekuator

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 69


2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada tau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan Ill
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous

Tumor meniadidlebin besar. bola mata memebesar menvebabakan eksoftalmus


kemudian dapat pecah kedepan sampa1 keluar dar1 rongga orbita diserta1 nekrose
diatasnya. Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi pendera]atan
berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut:

1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat Il orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan
biopsi.
b. Nervous optikus

F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma
bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada
keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal.
Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 70


keluar karena, penyakit intraocular vang sudah lanjut, balk pada waktu masuk atau
setelah gagal pengobatan local.

Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini,
untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan
pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi arena hambatan
pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup
parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila
terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan
apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau
ditangguhkan pada sat diagnosis tumor sudah menvebar Ke ekstraokular. Massa
orbita harus dihindari Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.

2. External radiotherapy (EBRT)


Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus in. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan
dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina.
Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi se lama Drosedur ini,
dan harus ada keryasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi
untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor,
tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat
dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus
diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhan
tulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih
penting adalah terjadi malignasi skunder.

3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara it biasanya digunakan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 71


untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo
atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir in
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara in menimbulkan malignansi sekunder.

4. Kryo atau fotokoagulasi


Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali
sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian
depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva.
Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang
baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan
pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan
parut vang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau
sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.

5. Modalitas yang lebih baru


Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk Kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabg1
ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah
dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan
obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi.
Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau
enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau
dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan.
Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma
bilateral dan mengancam fungsi mata.

6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi mash kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas,
prospektif dan random. Sebagian bear penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya
secra luas system stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 72


Sebagian besar didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleas1 Sangat penting untuk
menentukar risiko relaps. Banvak penellti memberkan Kemoterapi adjuvant untuk
pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial
seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi
ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial
untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, Cis:platin, etoposid.
teniposid. sikotosfamid. ifosfamid vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir in adalah
dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun nran terkr menmkan bawa invasi kelar
orbita dan limtonod preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk,
sebagian bear pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi
bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan
pendek. Hal in biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170
glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance
terhadap kemoterapi.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 73


WOC ASKEP RETINOBLASTOMA

Eksogen Endogen

Kesalahan replikasi Lingkungan berpolusi,


gerakan atau perbaikan bahan kimia, sinar UV,
sel radiasi

Mutasi pada sel retina

Retino blastoma

Endofitik Eksofiatik

Tumor tumbuh ke Tumbuh keluar lapisan


dalam vitrenous retina / sub retina
Leukocaria Tumor mencapai Peningkatan massa Pembatasan aktivitas
area macular

Penurunan visus mata Peningkatan TIO


Strabismus Proses sosialisasi
terganggu

Gangguan penglihatan Ketidakmampuan Mata menonjol


untuk fiksasi Resiko
perkembangan
Nyeri Akut terganggu
Perubahan persepsi
sensori penglihatan Mata mengalami
deviasi

Penurunan lapang
pandang

Gangguan persepsi
sensori penglihatan

Resiko tinggi cidera

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 75


Metastase

Melalui aliran darah

Mata kiri Otak

Mata
Strabismus Leucocaria Gangguan pada Nyeri kepala
menonjol Gangguan pada
cerebelum N. Optikus

Gangguan Gangguan persepsi


ingatan sensori penglihatan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 76


Kemoterapi Operasi

Mual /muntah Alopesia Degradasi Kulit Pre Operasi Post Operasi


sumsum tulang hiperpigmentasi

Kurangnya Kurang Perubahan


Nutrisi Gangguan
Degradasi kulit pengetahuan pengetahuan fisik mata
berkurang konsep diri Produksi
menurun mengenai perawatan
eritrosit
prosedur/ post operasi
terganggu
tindakan
operasi Perubahan
Resiko body image
Kekurangan
eritrosit (anemia) infeksi

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 77


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.X

1. Identitas
Identitas pasien
Nama: An.X
Umur: 2 tahun 1 bulan

2. Keluhan utama
Pasien dibawah kerumah sakit karena mata kananya merah dan An.x sering
menggosok-gosok matanya, adea bercak putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh
tengkurap dari tempat tidur 1 minggu yang lalu. Keluarga pasien mengatakan sebelum
di bawah kerumah sakit An.X dibawah ke tukang pijit bayi karna sering rewel akibat
jatuh. Keluarga menjelaskan pada perawat sebelum An.X jatuh sudah sebulan sulit
untuk diberi makan, badanya terlihat lebih kurus, dan mata kanan An.X terlihat seperti
mata kucing pada malam hari.

3. Anamnesa
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata external
Posisi mata.
Alis mata (evebrows).
Palpebra (eyelid) & Bulu mata (eyelashes). Berkedip (reflex blinking)
Bola mata.
Aparatus lakrimalis.
Conjunctiva dan sklera.
Cornea.
Reflex cornea. Anterior chamber. Iris dan pupil.
b. Pemeriksaan Motilitas Bola Mata
- Fungsi : u/ mendapatkan mata tentang otot luar bola mata, orbita, saraf kranial
III, IV dan VI, brainstem dan korteks serebral.
- Normal: ke 2 bola mata bergerak mengikuti "Six Cardinal Direction of Gaze"
(Pandangan 6 arah).
c. Pemeriksaan Penglihatan

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 78


Visual Acuity (Ketajaman Penglihalan) Perneriksaan V.A, merupakan meloda
yang rutin & standar untuk menentakan keadaan media okuler (cornea, lensa dan
vitreous) dan lungs pathway penglihalan dari relina Sampai ke olak.
d. Aktivitas/istrirahat: Gejalanya yaitu rewel akibat jatuh.
e. Makan/cairan: sulit makan.
f. Neurosensori: stradismus, kehilangan bertahap penglihatan perifer, tampak mata
seperti glukoma, tampak bercak putih susu pada pupil (katarak), kongjungtiva
injeksi, palpebral agar hipermis, kornea tampak tidak jernih, mata kanan sedikit
protosis/eksoftalamus, abrasi kornea, anisocoria dan hypopion, pupil terlihat
leukokoria.

4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan kamera okuli anterior: dokter menemukan adanya darah setinngi
tiga millimeter.
- Pemeriksaan funduskopi: diect ophtalmoscope dokter menemukan adanya
massa berwarna putih kekuningan di intra okuler kanan. Pada mata kiri tidak
ditemukan pupil edema.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 79


ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. Ds: Gangguan persepsi Pupil terlihat seperti
 Keluarga pasien mengatakan sensorik pengelihatan leukokori dan
An.X mengosok-gosok matanya tampak kornea tidak
 Keluarga pasien mengatakan jernih
sebelum jatuh An.X sulit makan

Do:
 Pasien tampak memiliki mata
starbimus
 Pasien tampak seperti mata
glukoma
 Pasien tampak pupil leukokoria
 Mata kanan pasien tampak
merah
 Mata kanan An.X terlihat seperti
mata kucing pada malam hari
 Pada kornea tampak tidak jernih

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensorik pengelihatan b.d Pupil terlihat seperti leukokori dan
kornea tidak jernih

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 80


INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN
1. 1.Gangguan persepsi Gangguan persepsi sensorik 1. Lakukan
sensorik pengelihatan b.d pengelihatan b.d Pupil terlihat tindakan untuk
Pupil terlihat seperti seperti leukokori dan kornea membantu
leukokori dan kornea tidak jernih, dengan kriteria : pasien
tidak jernih 1. Mempertahankan menangani
Ds: lapang ketajam keterbatasan
• Keluarga pasien pengelihatan tanpa pengelihatan
mengatakan An.X kehilangan lebih lanjut 2. Letakan barang
mengosok-gosok matanya 2. Tentukan ketajaman yang
• Keluarga pasien pengelihatan catat dibutuhkan atau
mengatakan sebelum apakah satu atau kedua posisi bel
jatuh An.X sulit makan mata terlibat pemanggil
dalam
Do: jangkauan
• Pasien tampak 3. Orientasikan
memiliki mata starbimus pasien terhadap
• Pasien tampak lingkungan
seperti mata glukoma tenaga medis
• Pasien tampak dan orang lain.
pupil leukokoria
• Mata kanan
pasien tampak merah
• Mata kanan An.X
terlihat seperti mata
kucing pada malam hari
• Pada kornea
tampak tidak jernih

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 81


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu alat indera pada manusia adalah mata atau indera penglihatan , yang
disebut juga dengan fotoreseptor karena mampu menerima rangsangan fisik yang berupa
cahaya. Ada 3 lapisan jaringan atu selaput yang membungkus bola mata dari luar
kedalam yaitu sklera , koroid , dan retina.
Pada mata juga terdapat alat-alat tambahan yaitu otot-oto mata , pelupuk-pelupuk
mata dan kelenjar air mata , kotak mata ( rongga tempat mata ) & bulu mata. Pada mata
juga sering ditemukan kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat menyebabkan
kerusakan pada mata seperti miopi, hipermetropi, presbiopi, katarak, astigmatisma dan
lain-lain.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 82


DAFTAR PUSTAKA

Fatehiyah. Arumingtyas, Laras, Estri. Widyarti, Sri. Rahayu, Sri, 2011, "Biologi Molekular,
Prinsip Dasar Analisis", PT Penerbit Erlangga Jakarta.
Firda. 2022. Hasil Pemeriksaan Mata. https://www.alodokter.com/jenis-jenis-pemeriksaan-
mata-yang-perlu-anda-ketahui, diakses pada 03 Maret 2022 pukul 12.53 WIB
Haryanto. 2011 . Fungsi dan Cara Menggunakan Penlight LED Alat Senter Medis. Diakses
pada di https://www.galerimedika.com/blog/Fungsi-dan-Cara-Menggunakan-Penlight-
LED-Alat-Senter-Medis tanggal 01 Maret pada pukul 10.25
Himayani, Rani. 2019. Penatalaksanaan Kasus Ruptur Palpebra dan Margo Inferior Pada Usia
Remaja. http://repository.lppm.unila.ac.id/17097/1/2150-2870-1-PB.pdf, diakses pada
01 Maret 2022 pukul 10.32 WIB
Mighty Bright. 2012. Penjelasan Loupe. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Muflihatur Rasyidah. 2011 . Pengukuran Tekanan Intraokular. Diakses pada di
https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/989 tanggal 01 Maret pada pukul
10.28
Pearce, Evelyn C. 1993.Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
GramediaPustaka Utama.
Sjamsuhidajat. 2017. Hiperemis.
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1501460017/6._BAB_II_.pdf.
, diakses pada 01 Maret 2022 pukul 10.36 WIB
Starr, Cecie. Taggart, Ralph. Evers, Christine. Starr, Lisa, 2012, "Biologi Kesatuan dan
Keragaman Makhluk Hidup", Edisi 12, Buku 1, Penerbit Salemba Teknika, Jakarta.
Syaifuddin,Drs.H.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta:EGC.
Wulandhari, Shinta. 2016. Hipopion. https://id.scribd.com/doc/315701608/HIPOPION,
diakses pada 01 Maret 2022 pukul 10.25 WIB
Angela A, Tri W, Aditya T. Degenerasi macula terkait usia, Retina. Ilmu kesehatan mata,
Bagian ilmu penyakit mata FKUGM. Hal 109-114. 2007
Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB,. Retina and Vitreous. Basic and ClinicalCurse.Section
12 . San Fransisco, California : American Academy of Ophthalmology.2003-2004.

MODUL I SISTEM PERSEPSI SENSORI Page 83

Anda mungkin juga menyukai