Anda di halaman 1dari 33

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSEPSI SENSORI DAN

PEMERIKSAAN SISTEM PERSEPSI SENSORI INTEGUMEN


Ditunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB III
Dosen pengampu : Ns. Yesi Rahmawati, S.Kep

Disusun Oleh Kelompok 4

1. Anjani Hening. W (112010006) 8. Siti Annisa Nabila. A (112010083)


2. Nabilah Nurul. B (112010055) 9. Siti Nurika (112010085)
3. Najmi Thahirah. R (112010057) 10. Sri Arfiyanti (112010087)
4. Nasabila Zahratusyafna (112010059) 11. Sri Sulastri (112010088)
5. Nurlela (112010065) 12. Sri Wahyuni (112010089)
6. Resty Eka Yulianti (112010070) 13. Tias Astika (112010094)
7. Shifa Nurhaliza (112010080)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIJAYA HUSADA BOGOR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah anatomi fisiologi sistem
persepsi sensori dan pemeriksaan sistem persepsi sensori sistem integumen secara tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang terlibat, yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun akan sangat kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Bogor, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Persepsi Sensori........................................................... 2
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Persepsi Sensori............................................... 2
2.3 Pemeriksaan Sistem Persepsi Sensori Integumen .................................. 24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29
3.2 Saran ....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem sensori merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia,
karena dengan sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini.
Misalnya saat kita makan, kita dapat merasakan apakah makanan itu asin atau
manis. Atau saat kita mulai tumbuh dan hormon-hormon pertumbuhan
mulai berfungsi, kita dapat merasakan yang namanya falling in love. Semua
rangsangan itu dapat kita rasakan melalui bermacam-macam reseptor yang ada di
dalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke central nervous system (saraf
pusat) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses pengiriman sinyal inilah yang
termasuk ke dalam sistem sensori.
Sistem sensori sendiri adalah gabungan dari sistem nervous (saraf) dan
sistem pengindraan pada manusia. Dimana diawali dengan adanya sensasi yang
dapat dideteksi oleh organ-organ lalu berkembang menjadi persepsi yang diproses
di saraf pusat (encephalon dan medulla spinalis).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari sistem persepsi sensori?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem persepsi sensori?
3. Apa saja pemeriksaan dari sistem persepsi sensori integumen ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian sistem persepsi sensori.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem persepsi sensori.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan sistem persepsi sensori integument.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Persepsi Sensori


Sistem sensoria atau dalam Bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir yang
khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut
dihantarkan oleh sensory neuron (saraf sensori) dari berbagai organ indra menuju otak
untuk di tafsirkan. Reseptor sensori merupakan sel yang dapat menerima informasi
kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik
yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang nantinya akan
diolah menjadi persepsi di saraf pusat (Syarifuddin, 2014).
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar
tubuh. Sistem sensori adalah sistem penghantaran rangsangan dari reseptor ke pusat,
dimana stimulus masuk melalui organ sensori (panca indera).
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensori terhadap stimulus eksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensori yang diinterpretasikan oleh stimulus
yang diterima (Syarifuddin, 2014).

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Persepsi Sensori


Sistem persepsi sensori manusia terdiri dari organ mata, telinga, hidung, lidah dan
kulit (Syarifuddin, 2014).
1. Anatomi fisiologi sistem penglihatan (mata).

Mata adalah salah satu organ tubuh manusia yang terbilang vital dan
sangat berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat. Dari melihat, seorang

2
manusia dapat melakukan berbagai hal dalam kehidupannya. Hal ini sangat
berpengaruh pada tingkat produktivitasnya. Anatomi mata adalah bagian atau
struktur yang ada pada bagian mata secara spesifik atau detail. Setiap bagian-
bagian mata ini memiliki masing-masing fungsi yang menunjang kinerja mata.
1. Kelopak mata.

Gambar Bagian Kelopak Mata Gambar Detail Struktur Kelopak Mata

Kelopak mata atau istilah medisnya palpebra adalah lipatan kulit yang lunak
dan berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata. Bagian ini merupakan
salah satu bagian mata yang dapat dilihat secara langsung dan familiar di
masyarakat.
a. Fungsi kelopak mata.
Secara umum, kelopak mata berfungsi untuk melindungi mata. Namun,
ada beberapa fungsi spesifik dari kelopak mata yang juga mendukung
kinerja mata, diantaranya :
- Melindungi kornea mata dari paparan benda asing.
- Menyebarkan air mata secara merata dipermukaan mata sehingga
melumasi mata.
- Membuat mata berkedip, mengingat manfaat berkedip ini juga sangat
baik untuk mata.
2. Selaput mata (konjungtiva).
Selaput mata (konjungtiva) adalah lapisan tipis transparan dari jaringan yang
menutupi bagian depan mata. Konjungtiva ini mebungkus semua bagian
depan mata, kecuali kornea. Konjungtiva terdiri dari dua bagian, yakni :

3
Gambar Bagian Detail Konjungtiva

1.) Konjungtiva bulbi.


Konjungtiva bulbi adalah konjungtiva yang berfungsi membungkus bola
mata bagian depan yang membungkus sklera dan tampak putih.
2.) Konjungtiva palpebral.
Konjungtiva palpebral adalah konjungtiva yang berfungsi melapisi
kelopak mata bagian dalam.
a. Fungsi konjungtiva.
Selaput mata atau konjungtiva ini memiliki fungsi dan manfaat yang
sangat mendukung kinerja mata sendiri. Berikut fungsi dan manfaat
konjungtiva :
- Menjaga kelembapan permukaan mata dan bagian dalam kelopak
mata.
- Melindungi mata dari benda asing penyebab infeksi (debu, kotoran,
dan mikroorganisme).
- Menyediakan nutrisi bagi mata dan kelopak mata.
3. Kornea.
Kornea adalah lapisan terluar pada mata berupa selaput bening berbentuk
kubah, yang menutupi bagian depan mata. Tak main-main, keluhan yang
terjadi pada kornea ini bisa berisiko dan pada beberapa kasus
membutuhkan cangkok kornea.

4
Gambar Struktur Detail Kornea
a. Fungsi kornea.
Kornea memiliki fungsi sebagai jalan masuknya cahaya pada mata, inilah
yang membuat mata bisa melihat dunia. Selain itu, ada fakta menarik dari
struktur kornea ini sendiri, yakni kornea tidak memiliki pembuluh
darah/terdapat banyak ujung saraf yang membuatnya sangat sensitif.
4. Bilik mata depan.
Bilik mata depan adalah ruangan yang terletak di belakang kornea dan di
depan iris dan lensa. Bilik mata depan ini berupa kantung yang mirip jelly,
yang dikenal dengan istilah anterior chamber ini berisi cairan aqueous humor.

Gambar Struktur Detail Bilik Mata Depan

a. Fungsi bilik mata depan.


Dalam bilik mata depan ini berisi cairan aqueous humor yang memiliki
fungsi dalam berjalannya kinerja mata, fungsi daricairan aqueous
humor yang ada di dalam bilik mata depan yaitu membantu membawa
nutrisi ke jaringan mata.
5. Iris dan pupil.

5
Iris adalah bagian mata yang berwarna, dan di indonesia didominasi iris
dengan warna coklat dan coklat kehitaman. Sedangkan pupil adalah lubang
kecil di tengah iris yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk
kedalam bola mata.

Gambar Detail Iris & Pupil Pada Mata


6. Lensa
Lensa mata adalah bagian dari mata untuk menerima cahaya dari pupil dan
meneruskannya pada retina. Lensa sendiri berbentuk cembung, dengan bagian
sisi belakang dan depan. Lensa ini diselimuti oleh selaput. Posisi lensa sendiri
berada di belakang Iris.

Gambar Detail Struktur Lensa Mata


a. Fungsi lensa.
- Lensa mata berfungsi mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Fungsi lensa mata ini berdampak
sekali pada kualitas penglihatan seseorang.
- Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata
akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya
datang dari dekat), lensa mata akan menebal.

6
7. Badan kaca (vitreus).
Badan kaca (vitreus) atau vitreous humor adalah cairan yang akan mengisi
rongga di belakang bola mata. Bagian mata ini terletak di belakang lensa mata
(berbeda dengan cairan aqueous humor yang adanya di depan lensa mata) dan
menyentuh di bagian retina belakang.
Vitreous adalah zat seperti jelly yang mengisi bagian dalam bagian belakang
anatomi mata. Seiring waktu, vitreous menjadi lebih encer dan bisa terlepas
dari bagian belakang mata.

Gambar Detail Struktur Badan Kaca (Vitreus)


8. Retina dan saraf optik.
Retina adalah sebuah jaringan yang peka terhadap cahaya yang melapisi
permukaan bagian dalam anatomi mata (struktur mata). Retina ini memiliki
pembuluh darah, bintik buta (makula), dan saraf optik.

Gambar Detail Struktur Retina & Saraf Optik


a. Fungsi retina dan saraf optik.
- Sel di retina ini bisa mengubah cahaya masuk menjadi impuls listrik.
Impuls listrik ini dibawa oleh saraf optik (yang menyerupai kabel) ke

7
otak, dan akhirnya menafsirkannya sebagai gambar atau objek yang
bisa dilihat oleh mata.
- Jarak penglihatan adalah proses untuk melihat semuanya (objek) di
mana semua bagian mata harus dalam kondisi baik semuanya. Seluruh
bagian mata yang dijelaskan di atas, harus memiliki kondisi yang baik
agar kualitas penglihatan manusia memiliki funsgi yang optimal dan
maksimal.

Skema Jarak Penglihatan Pada Manusia


9. Makula
Bintik buta (makula) adalah area sensitif kecil di tengah retina yang
memberikan penglihatan sentral. Pada makula sendiri, terdapat bagian lain
yang bernama fovea. Fovea terletak di pusat makula dan memiliki fungsi
untuk memberikan penglihatan detail yang paling tajam di mata anda.

Gambar Letak Makula Pada Mata


a. Fungsi makula.
Makula memiliki berbagai bagian yang membantu mata mendeteksi
cahaya yang tertangkap. Makula sendiri merupakan bagian anatomi mata
dengan sel-sel fotoreseptor tingkat tinggi yang dapat mendeteksi cahaya

8
dan mengirimkannya ke otak. Dengan kata lain, makula memiliki peran
besar agar anda dapat melihat berbagai warna dan detail dari suatu objek
dengan sangat jelas. Karena fungsinya yang sangat krusial, kerusakan
pada makula umumnya dapat berpengaruh ke penglihatan sentral atau
penglihatan bagian tengah.
Fisiologi mata.
Penglihatan dimulai dari masuknya cahaya ke dalam mata dan difokuskan
pada retina. Cahaya yang datang dari sumber titik jauh, ketika difokuskan di retina
menjadi bayangan yang sangat kecil (Guyton & Hall, 2008).
Cahaya masuk ke mata direfraksikan atau dibelokkan ketika melalui kornea
dan bagian-bagian lain dari mata (aqueous humor, lensa, dan vitreous humor).
Bagian- bagian tersebut mempunyai kepadatan yang berbeda-beda sehingga
cahaya yang masuk dapat difokuskan ke retina. Cahaya yang masuk melalui
kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian
tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar
bila intensitas cahaya kecil, misalnya saat berada di tempat gelap. Apabila berada
di tempat terang atau intensitas cahaya tinggi maka pupil akan mengecil. Pengatur
perubahan pupil tersebut adalah iris yang merupakan cincin otot yang berpigmen
dan tampak dalam aqueous humor. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya
sampai ke lensa (Guyton & Hall, 2008).
Ketika kita melihat benda pada jarak lebih dari 6 m (20 ft), lensa akan memipih
hingga ketebalan sekitar 3,6 mm. Sedangkan ketika kita melihat sesuatu pada
jarak kurang dari 6 m, lensa akan menebal hingga 4,5 mm pada pusatnya dan
membelokkan cahaya (refraksi) dengan lebih kuat. Perubahan ketebalan lensa
tersebut dikenal dengan lens accommodation (akomodasi lensa) (Saladin, 2008).
Selain daya akomodasi, lensa juga berfungsi untuk memfokuskan bayangan agar
jatuh tepat di retina (Guyton & Hall, 2008). Bila cahaya sampai ke retina, maka
sel- sel batang dan sel- sel kerucut (sensitif terhadap cahaya) akan meneruskan
sinyal- sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya
yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi pada persepsi
otak terhadap benda tetap tegak, karena otak mempunyai mekanisme menangkap

9
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal (tegak) (Guyton & Hall,
2008). Penglihatan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
i. Central vision central vision.
Adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada area macula
lutea retina dan memberikan stimulus pada fotoreseptor yang berada pada
area tersebut. Dalam pemeriksaaannya, central vision dapat dibagi menjadi
uncorrected visual acuity di mana mata diukur ketajamannya tanpa
menggunakan kacamata maupun lensa kontak dan corrected visual acuity
dimana mata yang diukur telah dilengkapi dengan alat bantu penglihatan
seperti kacamata maupun lensa kontak. Karena penurunan ketajaman
penglihatan jarak jauh dapat disebabkan oleh kelainan refraksi, umumnya
jenis pemeriksaan yang dipilih untuk menilai kesehatan mata adalah corrected
visual acuity (Riordan-Eva & Whitcher, 2007).
ii. Peripheral vision peripheral vision.
Adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada area di luar
macula lutea retina dan memberikan stimulus pada fotoreseptor yang berada
pada area tersebut (RiordanEva & Whitcher, 2007).
Penglihatan perifer dapat ditinjau secara cepat dengan menggunakan
confrontation testing. Pada pemeriksaan ini, mata yang tidak diperiksa ditutup
dengan menggunakan telapak tangan dan pemeriksa duduk sejajar dengan
pasien. Jika mata kanan pasien diperiksa, maka mata kiri pasien ditutup dan
mata kanan pemeriksa ditutup. Pasien diminta untuk melihat lurus sejajar
dengan mata kiri pemeriksa. Untuk mendeteksi adanya gangguan, pemeriksa
menunjukkan angka tertentu dengan menggunakan jari tangan yang
diletakkan di antara pasien dan pemeriksa pada keempat kuadran penglihatan.
Pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang ditunjukkan (Riordan-Eva
& Whitcher, 2007).

10
2. Anatomi dan fisiologi sistem pendengaran (telinga).
Indera pendengaran termasuk indera yang terletak di dalam telinga. Telinga
merupakan alat untuk menerima getaran yang berasal dari benda yang bergetar,
dan memberikan kesan suara pada kita. Getarannya dapat berasal dari udara dan
dapat pula berasal dari benda padat atau benda cair, antara benda yang bergetar
dengan telinga harus ada medium yaitu udara. Anatomi telinga terdiri dari tiga
bagian, yaitu : telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.
A. Telinga bagian luar.

Berikut ini yang termasuk ke dalam telinga bagian luar, yaitu :


1. Helix, bagian terluar dari daun telinga yang melipat ke dalam.
2. Scapha, lekukan yang berbentuk di antara helix dan antihelix.
3. Antihelical fold.
4. Anti helix, membentuk huruf Y.
5. Antitragus, tonjolan yeng terletak di sebrang tragus dan di
ujung badan antihelix.
6. Frossa, stuktur depresif di dekat antihelix.
7. Concha, berada di dekat saluran pendengaran.
8. External auditory meatus, bagian luar terdiri dari tulang rawan
dan banyak terdapat minyak dan kelenjar serumen.
9. Tragus, tonjolan berbentuk sayap di atas meatus.
10. Lobule, bagian telinga bawah yang tidak memiliki tulang rawan.

11
B. Telinga bagian tengah.
Fungsi telinga bagian tengah adalah mengirimkan suara yang telah
dikumpulkan auricula ke telinga dalam. Bagian telinga tengah memanjang
dari batas telinga luar ke membran timpani. Pada bagian ini, terdapat tiga
tulang yang terhubung dan mengirimkan gelombang suara ke bagian dalam.
Ketiga tulang ini disebut juga dengan ossicles yang terdiri dari :
- Malleus (palu/martil).
Tulang maleus (martil) adalah salah satu dari 3 tulang yang terdapat pada
telinga tengah. Tulang ini berbentuk seperti palu atau martil sehingga
sering disebut tulang martil. Tulang maleus (martil) bagian awalnya
berhubungan dengan membran timpani, sedangkan bagian ujung lainnya
berhubungan dengan tulang incus (landasan). Tulang martil ini berfungsi
untuk menghantarkan getaran suara yang diterima dari membran timpani
(gendang telinga) ke tulang incus (landasan). Dengan tulang incus dan
sanggurdi ia akan membentuk hubungan antartulang di telinga tengah.
- Incus (landasan).
Tulang incus (landasan) adalah salah satu dari 3 tulang yang terdapat pada
telinga tengah. Tulang ini merupakan tulang kecil yang berbentuk seperti
landasan. Tulang incus (landasan) bagian awalnya berhubungan dengan
tulang maleus (martil) dan bagian ujung lainnya berhubungan dengan
tulang stapes (sanggurdi). Tulang incus berfungsi untuk menghantarkan
getaran suara yang diterima dari tulang maleus ke tulang stapes.
- Stapes (sanggurdi).
Tulang sanggurdi (stapes) mempunyai dua cabang, yang dikenal sebagai
crus inferior dan superior. Tulang sanggurdi (stapes) berfungsi
menyampaikan getaran suara ke dasar tulang tengah sehingga getaran
memasuki telinga bagian dalam, di mana ia diproses menjadi data saraf
yang akan diteruskan ke otak melalui koklea dan saraf pendengaran.
Selain tiga tulang tersebut, anatomi telinga tengah terdiri dari dua struktur
utama, yaitu membran timpani dan saluran eustachius.

12
1) Membran timpani atau sering di sebut sebagai gendang telinga dengan
bentuk menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran auditori dan
merupakan penerima rangsang fibrasi pertama. Membran timpani
berfungsi untuk meneruskan suara menuju tulang-tulang pendengaran
(osikula).
2) Saluran eustachius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah
yang menjorok menghubungkan telinga dengan faring, saluran eustacius
akantertutup jika dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita me
nelan, sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar
akan seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak
seimbangnya tekanan udara dapat dihindari.
C. Telinga bagian dalam.
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian
rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-
saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan
endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin
membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi
cairan rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga
subarachnoid selaput otak, sehingga susunan peri limfe mirip dengan cairan
serebrospinal.
Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran
jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa
sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-
jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea
(rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).
1. Vestibula.
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang
kokhlea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan
dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule).
Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus

13
dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang
disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi
tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut
berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian
atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran
kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi
kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan
menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf
vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang
akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.
2. Koklea.
Koklea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula.
Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang
terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut
mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea
terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah :
- Saluran vestibular (skala vestibular) : di sebelah atas mengandung
perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.
- Saluran tympani (skala tympani) : di sebelah bawah mengandung
perilimfe berakhir pada tingkap bulat.
- Saluran kokhlear (skala media) : terletak di antara skala vestibular dan
skala tympani, mengandung endolimfe.
3. Kanalis semisirkularis.
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang
terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing
saluran tersebut menggembung, disebut Masing-masing ampula
berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika,
sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan
posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan).
Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga berupa
sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak

14
terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe.
Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe
akan mengalir di atas sel-sel rambut.
Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi
impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
Fisiologi pendengaran.
Proses pendengaran diawali dengan dikumpulkan dan disalurkan gelombang
suara oleh Pinna, yaitu suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit, ke saluran
telinga luar. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani yang teregang
menutupi pintu masuk ke telinga tengah. Telinga tengah memindahkan gerakan
bergetar membran timpani ke cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah
oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula
(maleus, inkus dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang-tulang
tersebut bergerak memindahkan frekuensi gerakan yang sama dari membran
timpani ke oval window (sherwood, 2001).
Ada dua cara telinga tengah menguatkan getaran suara. Pertama dengan
menggunakan permukaan luas membran timpani, dan digabungkan dengan area
kecil dari stamis. Kedua tuas antara malleus dan inkus juga meningkatkan getaran
amplitudo suara (Oghalai, 2008). Gerakan tersebut menyebabkan perilimfa pada
skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Soetirto, 2007).

15
3. Anatomi dan fisiologi sistem penciuman/pembau (hidung).
Hidung merupakan organ berbentuk piramid yang bagian luarnya terdiri atas
pangkal hidung, batang hidung, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang
hidung. Rangka hidung sendiri tersusun atas bagian tulang dan tulang rawan.
Bagian tulang pada hidung mencakup tulang hidung (os nasal), prosesus frontalis
os maksila, dan prosesus nasalis os frontal. Sedangkan bagian yang termasuk
tulang rawan adalah sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang
kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor), dan tepi anterior kartilago
septum.

Rongga pada hidung yang disebut kavum nasi berbentuk terowongan yang
memanjang dari lubang hidung (nares anterior) sampai koana (nares posterior).
Nares posterior menghubungkan antara kavum nasi dan nasofaring. Kavum nasi
dibagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri oleh septum nasi.
Bagian paling depan rongga hidung adalah vestibulum yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng berkeratin. Di dalam vestibulum, terdapat kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan bulu-bulu hidung yang disebut vibrisa. Vibrisa ini berperan
dalam penyaringan pertikel-partikel yang berukuran besar pada udara inspirasi.
Epitel pada vestibulum berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia atau
sering disebut epitel respiratorik pada limen nasi. Epitel respiratorik ini melapisi
hampir seluruh kavum nasi selain konka nasalis superior. Konka nasalis superior
dilapisi oleh epitel penghidu khusus yang berperan dalam fungsi menghidu.
Epitel respiratorik pada kavum nasi terdiri atas lima jenis sel. Sel-sel tersebut
adalah :

16
1) Sel silindris bersilia.
Sel ini merupakan sel terbanyak yang terdapat pada epitel respiratorik.Pada
permukaan apikal sel terdapat kurang lebih 300 silia.
2) Sel goblet mukosa.
Sel ini cukup banyak dijumpai di epitel respiratorik. Sel ini mengandung
granula glikoprotein musin pada bagian apikalnya.
3) Sel sikat (brush cells).
Sel ini berbentuk silindris yang jumlahnya tidak banyak, sekitar 3% dari total
sel yang terdapat pada epitel respiratorik. Sel sikat memiliki permukaan
apikal yang kecil. Di atasnya terdapar banyak mikrovili yang pendek dan
tumpul. Diperkirakan sel ini sebagai reseptor kemosensoris karena sel ini
memperlihatkan beberapa komponen transduksi sinyal.
4) Sel granul kecil.
Jumlah sel ini kurang lebih sama dengan sel sikat. Sel granul kecil
mengandung banyak granul padat dengan diameter 100-300 nm.
5) Sel basal.
Sel basal berbentuk bulat kecil dan terdapat di membran basal. Sel ini
tergolong sel punca yang nantinya dapat membentuk sel-sel yang baru.Epitel
olfaktorius yang melapisi daerah konka nasalis superior berbentuk tingkat dan
silindris. Luas epitel ini kurang lebih 10 cm2 dengan tebal 100 µm. Lamina
propria pada epitel ini memiliki kelenjar serosa besar yang akan
menyekresikan cairan di sekitar silia penghidu dan mempermudah akses zat
pembau yang baru.
Epitel ini terdiri atas tiga jenis sel, yaitu :
a. Sel-sel basal.
Sel basal merupakan sel punca yang dapat membentuk dua sel lainnya. Sel
ini kecil, berbentuk kerucut, dan terletak di lamina basal.
b. Sel penyokong.
Sel ini berbentuk kolumner dengan puncaknya lebih silindris dan dasarnya
lebih sempit. Sel penyokong diperkirakan berperan untuk menjaga
lingkungan di epitel olfaktorius supaya tetap stabil.

17
c. Neuron olfaktorius.
Neuron olfaktorius terdapat pada seluruh lapisan epitel olfaktorius. Neuron
ini bertugas sebagai reseptor bau. Reseptor ini berespon terhadap zat pembau
dengan potensial aksi
Fisiologi hidung.
Fungsi utama dari hidung adalah respirasi. Di rongga hidung, udara masuk
melalui nares anterior, lalu mengalir setinggi koka media lalu ke nasofaring.
Mukosa di rongga hidung berfungsi untuk melembabkan dan menghangatkan
udara. Fungsi ini dibantu oleh struktur konka yang memperluas kontak antara
udara dan mukosa rongga hidung. Partikel yang terbawa masuk bersama udara
akan disaring oleh beberapa struktur, yaitu vibrisa, silia, dan palut lendir. Fungsi
lain dari hidung adalah sebagai penghidu. Untuk mencapai epitel olfaktorius,
pertikel bau berdifusi dengan palut lendir atau dengan tarikan napas yang kuat.
Selain itu, hidung juga memiliki fungsi fonetik atau resonansi. Suara seseorang
akan menjadi sengau ketika terjadi sumbatan pada hidung.

4. Anatomi dan fisiologi sistem perasa (lidah).


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indra pengecap yang memiliki struktur tunas pengecap.
Secara garis besar lidah dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Radiks lingua adalah pangkal lidah.
b. Dorsum lingua adalah punggung lidah.
c. Apeks lingua adalah ujung lidah.
1. Lidah bagian atas atau permukaan superior.
Bagian atas lidah ini memiliki bentuk seperti huruf V, huruf V pada lidah
disebut dengan sulkus terminal.Fungsi dari bagian atas lidah adalah untuk
mengecap rasa sebab permukaan atas lidah akan bersentuhan langsung dengan
makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulut manusia.
2. Akar lidah.

18
Akar lidah letaknya di antara tulang hyoid dan juga di bagian rahang bawah
lidah. Punggung pada bagian akar memiliki posisi duduk di bagian orofaring.
Akar lidah berfungsi sebagai penggerak lidah sebab tanpa akar, lidah tidak
bisa bergerak ke sana dan kemari.
3. Tubuh lidah.
Bagian besar lidah dua pertiganya adalah tubuh lidah. Di dalam tubuh lidah
akan ada permukaan kasar dengan nama papilla lingual. Tubuh lidah akan
dikelilingi oleh gigi lateral dan permukaan anterior. Papila di bagian tubuh
lidah memiliki fungsi sebagai pembantu pengidentifikasian rasa yang berbeda
dari makanan. Papila yang ada di bagian tubuh lidah ini memiliki 4 jenis
utama, yaitu adalah sebagai berikut ini :
a. Papilla fungiform : Berbentuk seperti jamur.
 Banyak terdapat di bagian depan dan samping lidah.
 Terhubung dengan saraf fasial (V)
b. Papilla filliform.
 Berbentuk benang halus panjang.
 Banyak terdapat di bagian depan lidah.
 Tidak mengandung tunas pengecap, tetapi merasakan tekstur
makanan.
 Terhubung dengan saraf fasial (V).
c. Papilla sirkumvalata.
 Berbentuk cincin/lingkaran.
 Banyak terdapat di bagian belakang lidah, membentuk huruf V
terbalik.
 Kurang peka terhadap rasa.
d. Papilla foliata .
 Berbentuk lipatan pendek/palu.
 Banyak terdapat di bagian samping lidah.
 Paling peka terhadap rasa.
 Terhubung dengan saraf fasial (V) dan glosofaringeal (IX).

19
4. Tonsil atau amandel.
Tonjolan di sebelah kanan dan kiri rongga mulut disebut dengan amandel.
Amandel bisa membesar seiring berjalannya waktu. Jika amandel terus
membesar akibatnya adalah manuisa akan kesulitan dalam menelan makanan.
Fungsi utama amandel itu adalah sebagai benteng pertama dalam pertahanan
tubuh manusia, sehingga amandel itu berhubungan langsung dengan sistem
kekebalan tubuh manusia. Berdasarkan letaknya dalam rongga mulut,
tonsilterbagia tas tiga jenis, yaitu :
 Tonsil palatina, merupakan tonsil yang sering disebut sebagai amandel dan
terletak di kiri dan kanan rongga mulut.
 Tonsil faringers, disebut juga sebagai adenoid dan terletak di bagian
dinding belakang nesofaring.
 Tonsil lingulis, merupakan tonsil yang terletak pada daerah pintu masuk
saluran nafas dan saluran pencernaan.
5. Adenoid.
Adenoid merupakan bagian dari lidah yang memiliki fungsi untuk memerangi
infeksi, sehingga jika ada kuman dan bakteri dicap oleh lidah, adenoid inilah
yang bertugas untuk memerangi kuman dan bakteri tersebut.
6. Kuncup lidah.
Merupakan struktur yang ada di bagian permukaan lidah. Tugas kuncup lidah
adalah sebagai pencipta resep untuk rasa. Kuncup lidah bisa mengecap rasa
manis, asam, pahit dan asin.
7. Frenulum.
Frenulum merupakan bagian lidah yang berbentuk berupa lapisan tipis
jaringan yang berguna untuk penghubung antara lidah dengan dasar mulut.
8. Otot lidah.
Secara garis besar, otot yang terdapat pada lidah dibagi menjadi dua, yaitu otot
intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik adalah otot yang membentuk lidah,
sedangkan otot ekstrinsik mengaitkan lidah ke struktur sekitarnya dan
berperan dalam menentukan posisi lidah.
 Otot intrinsik lidah.

20
Otot-otot yang membentuk lidah disebut sebagai otot intrinsik. Kelompok
ini dapat dibagi lagi menjadi empat jenis otot, sebagai berikut ini :
- Longitudinal superior. Otot inilah yang memungkinkan ujung lidah
menekuk. Otot ini juga berperan saat Anda melipat lidah keatas.
- Longitudinal inferior. Otot ini yang berperan saat Anda menekuk otot ke
bawah dan memperpendek maupun memperpanjang lidah.
- Transversal. Otot transversal lidah adalah otot yang berperan saat Anda
menjulurkan lidah dan membuatnya menjadi lebih panjang dan sempit.
- Vertikal. Otot vertikal lidah berperan saat lidah bergerak melebar di
dalam mulut, sehingga mendorong bagian belakang gigi.
 Otot ekstrinsik lidah.
Sementara itu otot ekstrinsik lidah juga dapat dibagi menjadi empat bagian
seperti dibawah ini :
- Genioglossus. Otot ini berbentuk seperti kipas dan merupakan penyusun
sebagian besar bagian lidah. Otot ini memungkinkan lidah bergerak lebih
ke dalam, menjulur keluar, atau melakukannya secara bergantian dalam
waktu yang cepat.
- Hyoglossus. Otot hyoglossus berbentuk tipis dan berfungsi untuk
menarik lidah kembali ke dalam rongga mulut.
- Styloglossus. Bersama dengan otot hyoglossus, styloglossus berperan
dalam menarik lidah ke belakang, sehingga proses menelan bisa berjalan
dengan lancar.
- Palatoglossus. Otot ini berfungsi untuk mengangkat lidah bagian
belakang. Struktur anatomi kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu
epidermis sebagai bagian terluar, lapisan dermis yang berada di tengah,
dan bagian terdalam yakni hipodermis atau juga disebut subkutan.

5. Anatomi dan fisiologi sistem peraba (kulit).


Struktur anatomi kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu epidermis
sebagai bagian terluar, lapisan dermis yang berada di tengah, dan bagian terdalam
yakni hipodermis atau juga disebut subkutan.

21
1. Epidermis.
Epidermis adalah satu-satunya lapisan kulit yang bisa dilihat dan disentuh.
Lapisan ini terdiri dari lima jenis sel, yaitu stratum korneum, stratum lucidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal.
Selain itu, pada lapisan epidermis juga ada lapisan sel non-keratinosit, yaitu
sel langerhans dan sel merkel. Sel langerhans berfungsi sebagai sistem
pertahanan kulit yang juga membantu melindungi kulit dari patogen penyebab
penyakit.
Sementara itu, sel merkel berfungsi sebagai salah satu reseptor (berguna
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar) yang membuat kulit
menjadi sensitif terhadap sentuhan.
2. Dermis.
Dermis adalah lapisan kedua yang terletak di bawah epidermis dengan struktur
lapisan kulit dermis lebih tebal. Lapisan ini membentuk fondasi yang kuat
untuk mendukung lapisan epidermis.
Lapisan ini memiliki kelenjar keringat dan pembuluh darah yang membantu
dalam mengatur dan mempertahankan suhu tubuh, kelenjar minyak dan
keringat, serta ujung saraf yang dapat mengirimkan sensasi berupa sentuhan,
rasa nyeri, gatal, dan suhu ke otak.
3. Hipodermis.
Hipodermis adalah lapisan kulit terdalam yang juga kerap disebut sebagai
lapisan subkutan atau subkutis. Hipodermis terdiri dari jaringan kolagen dan
sel lemak, bertugas untuk melindungi tubuh dari suhu panas dan dingin.
Lapisan ini juga berguna untuk melindungi tubuh dari cedera dengan
bertindak sebagai bantalan yang melapisi tulang.
Fisiologi kulit.
Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Fungsi proteksi, yakni kulit menjadi pelindung dari bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisis atau mekanis dan gangguan kimiawi. Proteksi
terhadap gangguan fisis atau mekanis dapat memungkinkan karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan

22
penunjang. Sedangkan proteksi terhadap gangguan kimiawi dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia
dan air, selain itu terdapat lapisan kesamaan kulit yang melindungi kontak
zat-zat kimia dengan kulit.Sifat keasmaan kulit ini ditunjukkan dengan pH
kulit yang berada pada kisaran 5-6,5, sehingga merupakan perlindungan
romawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur.
2. Fungsi absporsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut dalam lemak. Kemampuan absporsi kulit ini dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, meabolisme dan jenis
vehikulum.Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel,menembus
sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar , tetapi lebih banyak
yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolism dalam tubuh berupah NaCI, urea,asam urat,
dan ammonia.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorif di dermis dan
subkutis. Persepsi terhadap rangsangan panas diperankan oleh oleh badan-
badan ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan dingin diperankan oleh
badan-badan Krause yang terletak di dermis. Bada-badan taktil missner
terletak di papilla dermis dan berperan terhadap perabaan. Demikian pula
badan merkel ranfier yang terletak di epidermis, sedangkan persepsi terhadap
tekanan diperankan oleh badan vater paccini di epidermis. Saraf-saraf
sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotic.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulitmelakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan ( otot berkontraksi ) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah, sehingga memungkunkan kulit
mendapat nutrisi yang lebih baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf
simpatis ( asetilkolin ).
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal :

23
melanosit adalah Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit, ras, maupun individu. Pajanan
terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosome. Pigmen
disebar ke epidermis melalui tangan- tangan dendrit, sedangkan ke lapisan
kulit di bawahnya di bawa oleh sel melanofag (melanofor ). Warna kulit tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen ini, melainkan juga oleh tebal tipisnya
kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama,
yaitu keratinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal
yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin
gepeng dan bergra nula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang
dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
seumur hidup dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan member perlindungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7
dihidroksi kolestrol dengan pertolongan sinar matahari. Akan tetapi
kebutuhan tubuh akan vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

2.3 Pemeriksaan Sistem Persepsi Sensori Integumen


1. Pemeriksaan fisik.
A. Kulit.
a. Warna.
Warna kulit dipengaruhi oleh ras. Kulit abnormal ditemukan :
 Flushing.
 Cyanosis.
 Jaundice.
 Pigmentasi yang tidak teratur.

24
Normal : pada kulit yang berbeda lokasi. Area yang kurang pigmentasi
memperlihatkan lebih jelas keadaan yang abnormal dari pada kulit yang
lebih pigmented.
b. Moisture.
Moisture adalah tingkat hidrasi kulit terhadap “basah” dan “minyak”.
Secara umum moisture kulit “kering” not excessive. Moistness biasanya
terdapat pada daerah aksilla dan lipatan paha. Kulit >>> lembab dan
dingin Abnormal.
c. Temperatur.
Dikaji dengan dorsal tangan.
Normal : hangat secara keseluruhan.
Bila ada hipertermi atau hipotermi, bandingkan dengan bagian opposite.
d. Texture = Susunan.
Palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara lembut dengan ujung
jari.
• Normal : halus, lembut, kenyal.
• Abnormal : bengkak, atropi.
e. Turgor.
Turgor adalah elastisitas dari kulit.
Diukur : berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk
awal setelah ditarik.
Normal : < 3 detik.
f. Edema.
Edema adalah penumpukan cairan yg berlebihan dalam jaringan.
Area edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi, temperatur, bentuk,
mobilisasi.
Pitting edema.
Area yang diperiksa : sakrum, diatas tibia, pergelangan kaki.
g. Odor = Bau.
 Kulit normal tidak bau.

25
 Bila ada terdapat pada aksila, luka terbuka, adanya bakteri pada kulit,
infeksi, hygiene tidak adekuat.
h. Lesi = Kerusakan kulit.
 Lokasi.
 Distribusi.
 Ukuran.
 Warna.
 Adanya drainase.
B. Rambut.
 Distribusi
 Bilateral.
Sesuai dengan perkembangan usia dan sexual.
Hirsutism : pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-anak
pada tempat yang merupakan tanda seks sekunder, spt : kumis, janggut dan
cambang.
 Bulu halus (Velus) umumnya terdapat pada seluruh permukaan tubuh.
 Peningkatan distribusi : axilla dan pubis.
 Ketebalan.
 Tekstur.
 Tanda infeksi.
C. Kuku.
 Inspeksi.
Warna, Bentuk, Integritas, Tekstur , Ketebalan.
 Palpasi.
Capillary refill time : warna kembali normal setelah 3 – 5 detik.
2. Pemeriksaan diagnostik.
A. Prosedur operatif.
a. Biopsy
 Shave biopsy.

26
Untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit
epidermis.
 Punch biopsy.
Untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit
epidermis, dermis dan subcutis.
b. Surgical excision biopsy.
 Untuk menganalisa lesi secara total.
 Bila batas lesi tidak jelas dengan jaringan sekelilingnya.
 Pada kanker yang agresif dan kanker yang kambuh.
B. Teknik diagnostik terapi.
a. Usapan sitologis (Tzank’s Smear).
 Bermanfaat untuk menganalisa cairan dan sel yang berasal dari
vesikel atau bulla.
 Untuk mengganti pemeriksaan biopsy.
 Memungkinkan lesi-lesi majemuk diperiksa secara berulang-
ulang.
 Memungkinkan konfirmasi diagnosa beberapa proses penyakit
segera ditegakkan.
b. Kerokan dan biakan jamur.
 Konfirmasi segera terhadap adanya infeksi jamur pada kulit,
rambut dan kuku.
 Daerah yang perlu dipertimbangkan dalam pemeriksaan ini
adalah : kulit kepala, sudut mulut, intertriginous area (sela jari
kaki, ketiak, lipatan paha dan bokong, dibawah atau diantara
breast, lipatan perut) dan kuku.
c. Wood’s Light Examination menggunakan lampu merkuri tekanan.
Menggunakan lampu merkuri tekanan tinggi yang menghasilakan
sinar UV (360 nm).
 Memeriksa infeksi jamur dan bakteri pada kulit superfisial.

27
 Menggambarkan derajat pigmentasi antara kulit normal dengan
kulit yang lesi.
 Menentukan area kulit hypopigmentasi atau amelanosit.
d. Patch test.
Untuk menentukan substansi/zat penyebab alergi pada kulit.“Patch”
dilengketkan selama 48 jam; lepaskan patch bila sakit, pruritus atau
iritasi. Pembacaan 20 – 30 menit setelah patch dilepas.
 Penilaian hasil :
- (+) : Hanya eritema.
- (++) : Eritema dan papula.
- (+++) : Eritema, papula dan vesikula kecil.
- (++++) : Semua diatas, vesikula besar, bulla, kadang ulserasi.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem sensori sendiri adalah gabungan dari sistem nervous (saraf) dan
sistem pengindraan pada manusia. Dimana diawali dengan adanya sensasi yang
dapat dideteksi oleh organ-organ lalu berkembang menjadi persepsi yang diproses
di saraf pusat (encephalon dan medulla spinalis).
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Sistem sensori adalah sistem penghantaran rangsangan dari reseptor
ke pusat, dimana stimulus masuk melalui organ sensori (panca indera). Sedangkan
persepsi merupakan respon dari reseptor sensori terhadap stimulus eksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensori yang diinterpretasikan oleh stimulus
yang diterima. Sistem persepsi sensori manusia terdiri dari organ mata, telinga,
hidung, lidah dan kulit.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus mengetahui pengkajian system persepsi
sensori diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil pemeriksaan tersebut
dapat teridentifikasi secara akurat sehingga dapat menentukan asuhan
keperawatan yang berkualitas.

29
DAFTAR PUSTAKA

Iswari, Mega, M.Pd. Nurhastuti, M.pd. (2018). Anatomi, Fisiologi dan Genetika. Padang.
Amalia, V C, dkk. (2016). Sistem Persepsi Sensori. (STIKES AISYIYAH BANDUNG,
2016). Diakses dari https://pdfcoffee.com/makalah-sistem-sensori-persepsi-pdf-
free.html
Puji, Aprinda. Anatomi Telinga dan Fungsinya. Diakses pada 5 April 2022, dari
https://hellosehat.com/tht/telinga/anatomi-telinga-dan-fungsinya/
Kurniawan, Aris. Anatomi Telinga. Diakses pada 6 April 2022,
https://www.gurupendidikan.co.id/bagian-bagian-telinga/
Ardian, Hendra Yusuf. Modul Anatomi Sistem Persepsi Sensory. Diakses pada 6 April
2022,
https://www.academia.edu/6670900/MODUL_ANATOMI_FISIOLOGI_SISTE
M_PERSEPSI_SENSORY

30

Anda mungkin juga menyukai