Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI


PANCA INDRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran

Disusun oleh :

Kelas : 1C

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Anatomi Fisiologi
: Panca Indra ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga
berterima kasih pada Ibu Yeti Kartikasari, ST. M.Kes. selaku Dosen mata kuliah Anatomi
Fisiologi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai Panca Indra. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semarang, 31 Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................................................................


B. Rumusan Masalah .................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................
D. Metode Penulisan ...................................................................................................................
BAB II ISI .....................................................................................................................................

A. Definisi Panca Indra


B. Mata
C. Hidung
D. Mulut
E. Telinga
F. Kulit

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................................

A. Kesimpulan
B. Saran ......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anatomi tubuh manusia terususun oleh serangkaian sistem yang komplek, mulai dari sel,
jaringan, organ, dan gabungan organ yang akan membentuk suatu sistem organ yang
memiliki bagian dan fungsinya masing-masing. Disamping mempelajari anatomi tubuh
manusia kita juga harus paham tentang fisiologinya. Fisiologi mempelajari tentang fungsi-
fungsi organ maupun sel-sel terkecil dalam tubuh sedangkan anatomi lebih memepelajari
tentang tata letak dan bentuk suatu organ atau sel tersebut. Maka keduanya merupakan
cabang ilmu yang tidak dapat, karena mereka akan saling berkesinambungan dalam
mempelajari anatomi serta fungsi-fungsi organ tubuh secara keseluruhan. Panca indera
adalah organ-organ yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Panca
indera khusus ( special senses) memiliki reseptor-reseptor yang sangat terlokalisasi dan
memiliki kekhususan yang berespons terhadap rangsangan lingkungan tertentu. Indera
mencakup penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penghidu. Manusia memilih

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan panca indra ?
2. Sebutkan dan jelaskan macam organ panca indra ?
3. Apa fungsi dari masing masing dari organ panca indra ?
4. Bagaimana cara kerja dari organ panca indra ?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian panca indra.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan macam panca indra.
3. Dapat mengetahui fungsi dari masing masing dari organ panca indra.
4. Dapat mengetahui cara kerja dari organ panca indra

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode pustaka yaitu
menggunakan buku sebagai sumber referensi dan sebagai acuan dalam penulisan makalah.

BAB II

ISI

A. Definisi Panca Indra

Panca indera adalah organ-organ yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Panca indera khusus ( special senses) memiliki reseptor-reseptor yang sangat
terlokalisasi dan memiliki kekhususan yang berespons terhadap rangsangan lingkungan
tertentu. Indera mencakup penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penghidu.

Serabut saraf sensorik yang dilengkapi dengan ujung akhir khusus mengumpulkan
rangsangan yang khas setiap organ berhubungan. Organ indera dapat menerima stimulus
baik dari lingkungan maupn badan sendiri. Organ indera tersebut adalah mata yang peka
terhadap cahaya untuk persepsi penglihatan,telinga yang melaksanakan dua fungsi sebagai
pendengaran dan keseimbangan, indera kimiawi lidah dan hidung.

Sensasi somatik dideteksi oleh reseptor yang tersebar luas yang memberikan informasi
mengenai interaksi tubuh dengan lingkungan secara umum. Sebaliknya setiap indera
khusus (special senses) memiliki reseptor-reseptor yang sangat teralokasi , penengarahdan
memiliki kekhususan.

B. Mata

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor, yang
mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.

A. Struktur aksesoris mata


1. Orbita adalah lekukan tulang yang berisi bola mata.
a. Hanya seperlima rongga orbita yang terisi bola mata; sisa rongga berisi
jaringan ikat dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik, yang berasal dari orbita
dan menginsersi bola mata.
b. Ada dua lubang pada orbit; foramen optik berfungsi untuk lintasan saraf optik
dan arteri optalmik, dan fisura orbital superior berfungsi untuk lintasan saraf
dan arteri yag berkaitan dengan otot mata.
2. Tiga pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal, horizontal, dan
menyilang.
3. Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae) atas dan
bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu.
4. Fisura palpebral, atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya
bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan mata.
5. Kantus medial terbentuk dari sambungan (junction) medial kelopak mata atas dan
bawah; kantus laterak terbentuk dari sambungan lateral kelopak mata atas dan
bawah.
6. Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial bagian ini berisi kelenjar
sebasea dan kerenjar keringat.
7. Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap kelopak
(konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan anterior bola mata
(bulbar, atau okular, konjungtiva)
8. Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah bubungan jaringan ikat yang
rapat. Kelenjar Melbomian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada
lempeng tarsal, mensekresi barier berminyak untuk mencegah air mata yang
berlebihan pada kelopak mata bagian bawah.
9. Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
a. Air mata mengandung garam, mukosa, dan lisozim, suatu bakteriosida. Cairan
ini membasahi permukaan mata dan mempertahankan kelembapannya.
b. Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan menyebabkan produksi air mata.
c. Air mata keluar melalui pungtum papila lakrimal, yang menyambung kantong
lakrimal. Kantong membuka ke dalam duktus nasolakrimal, yang oada
giliranya akan masuk ke rongga nasal.
B. Struktur mata
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior
tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat pelekatan otot
ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian
depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya yang memfokuskan berkas
cahaya.
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea) dan tersusun dari koroid,
badan siliaris, dan iris.
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah
refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk
memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
b. Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot mekekat pada ligamen suspensorik,
tempat pelekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi pengliatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak
dekat didepan mata.
c. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna
bening, bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis,
yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil adala ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui caaya untuk
dapat masuk ke interior mata.
3. Lensa adala struktur bikonveks yang bening tepat dibelakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4. Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga; rongga anterior
dan rongga posterior.
a. Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.
(1) Ruang anrterior terletak di belakang kornea dan didepan iris; ruang
posterior terletak di depan lensa dan dibelakang iris.
(2) Ruang tersebut berisi aqueous humor. Suatu cairan bening yang diproduksi
prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuan nutrisi lensa dan kornea.
Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi
darah vena.
(3) Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertaankan
benyyuk boka mata. Jika akiran aqueous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat,
tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan suatu
kondisi yang disebut glaukoma.
b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor,
semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk
bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan transparan. Lapisan ini
terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan
ini adalah lapisan tunggal sel epitek kuboidal yang mengandung pigmen
melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah
refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga
menyimpan vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak bersebelahan dengan
lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai
jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
(1) Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitid yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.
(a) Sel batang adalah neuron silindiris bipolar yang bermodifikasi menjadi
dendrit sensistif cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120 juta sei batang
terletak terutama pada perifer retina. Sel batang tidak sensitif terhsdap
warna dan bertasnggung jawab untuk penglihatan di malam hari.
(b) Sel kerucut berperan dalam persepsoi warna. Sel ini berfungsi pada
ringkasan intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam
penglihatan di siang hari.
(2) Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel
batang dan sel kerucut ke sel-sel ganglion .
(3) Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam
retina untuk membentuk saraf optik.
(4) Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam
retina. Sel ini berperan untuk menghubungkan sinapsis-sinapsis lateral.
(5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel
batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu
impuls saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik
melalui kedua lapisan sel saraf.
c. Bintik buta (diskusi optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada
fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi
saat cahaya jatuh ke area ini.
d. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap
pusat.
e. Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sek batang
dan hanya mengandung sel kerucut. Baigan ini adalah pusat visual mata;
bayangan yang terfokus di sini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh
otak.
f. Jalur visual ke otak
(1) Saraf optik terbentuk dari akson sel-sel ganglion yang keluar dari mata
dan bergabung tepat disisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma
optik.
(2) Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian
temporal (lateral) setiap retina tetap berada di sisi yang sama sementara
serabut neuron yang berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap
retina menyilang ke sisi yang berlawanan.
(3) Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik, yang
memanjang untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi
lateral talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.
(4) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan
nuklei pratektum untuk berpartisipasi dalam refleks pupilaris dan siliaris.

C. Karakteristik optik mata


1. Refraksi adalah defleksi, atau pembelokan berkas sinar saat melewati salah satu
medium menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin
konveks suatu permukaan, maka akan semakin refraktif dayanya.
a. Kornea bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan
alat “penyesuaian kasar” pada mata.
b. Lensa berperan dalam sebagian besar aktivitas refraksi yang tersisa dan
merupakan alat “penyesuaian halus” pada mata.
c. Cairan aqueous dan vitreus bertanggung jawab untuk refraksi minimal.
2. Akomodasi adalah proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan
objek secara jelas pada jarak yang beragam.
a. Lensa konveks (tebal ditengah dan tipis di perifer) mengumpulkan berkas
sinar; lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas
sinar.
b. Lensa konveks (lebih bundar), fokusnya pada objek yang dekat; lensa konkaf
(mendatar), fokusnya pada objek berjarak jauh.
c. Pada emetropia, atau akomodasi normal, kontraksi otot siliaris mengurangi
tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar
sehingga semakin konveks, atau membulat, untuk penglihatan dekat.
Relaksasi otot siliaris memperkuat tarikan ligamen suspensorik pada lensa,
sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.
d. Daya akomodasi, suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring pertambahan
usia akibat penurunan elastisitas lensa, yang tidak dapat menonjol ke luar lagi
sebanyak di usia muda. Kondisi seperti ini disebut presbiopia dan diperbaiki
dengan lensa bifocal.
e. Konvergensi bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu proses
akomodasi dengan memastikan bahwa bayangan dalam kedua mata jatuh
pada bagian koresponden retina.
f. Konstriksi pupil juga terjadi secara refleksi selama proses akomodasi untuk
menampilkan berkas sinar yang paling terbias pada layar dan memungkinkan
pembentukan bayangan yang jelas pada retina.
3. Defek visual
a. Miopi (rabun dekat)
(1) Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang, atau sistem lensa
yang terlalu kuat, menyebabkan fokus bayangan jatuh pada titik di depan
retina.
(2) Akibatnya adalah rabun dekat, disebut demikian karena mata hanya dapat
berfokus pada objek yang dekat.
(3) Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan didepan mata,
sehingga didapatkan refraksi yang cukup untuk memfokuskan objek
berjarak jauh ke retina.
b. Hiperopia (rabun jauh)
(1) Bola mata dengan sisrem lensa yang terlalu pendek atau lemah
mengakibatkan bayangan jatuh dibelakang retina, sehingga penglihatan
buram terhadap objek yang berjarak dekat.
(2) Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang diletakkan di depan mata
sehingga fokus benda jatuh pada retina.
c. Astigmatisme
(1) Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang, berkas sinar yang
melewati juga tidak terefraksi dengan mata sehingga bayangan menjadi
buram di salah satu lempeng.
(2) Astigmatisme dapat diperbaiki dengtan lensa khusus yang memiliki
lengkung perbaikan beda untuk lempeng yang tepat.
D. Fisiologi penglihatan
1. Rodopsin (visual ungu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang
memiliki dua sub-unit.
a. Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. Zat
ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah
all-trans retinal lurus.
b. Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-
retinal.
2. Pemutihan rodopsin dari ungu menjadi merah muda saat cahaya masuk ke retina.
Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berikatan dengan opsin berubah bentuk
menjadi bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
a. Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel batang
(reseptor), yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina.
Stimulasi ini ditransmisi ke otak melalui saraf optik.
b. Tidak seperti membran sel saraf lainnya, saluran Na+ pada membran sel
batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi(cahaya). Dengan demikian,
dalam gelap, aliran masuk Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan
pelepasan transmiter inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidak
terstimulasi.
c. Jika sel batang distimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++ dari dalam sel batang
menyebabkan saluran Na+ menutup. Karena konduksi Na+ menurun, maka
bagian dalam sel menjadi semakin negatif, atau hiperpolarisasi. Pelepasan
transmiter inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.
d. Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membran bukan akibat
depolarisasi membran.
3. Resiatesis redopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah
kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini
membutuhkan energi dari enzim.
4. Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi pemutihan
hanya membutuhkan sedikit cahaya.
5. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara
otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina saat bergerak dari
tempat gelap ke tempat terang atau sebaliknya.
a. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan
dalam melihat cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang
dibutuhgkan untuk meresintesis dan mengumpulkan cadangan rodopsin.
b. Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang ada akan terurai dengan cepat dan
hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata
disebut beradaptasi terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi
terang dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit.
c. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan
vitamin A, suatu prekursor untuk retinal.
d. Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan
akibat degenerasi sel batang dan kerucut.
(1) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya
berkurang, biasanya terjadi pada tahap awal defisensi vitamin A. Hal ini
palinhg jelas terlihart pada malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya
untuk penglihatan yang dekat.
(2) Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sek kerucut.
Pengobatan dengan vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel
batang dan sel kerucut belum rusak.
(3) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna
retina dan semua jaringan saraf.
e. Adaptasi terhadap gelap dan terang jugas menlibatkan refleks pupilaris, untuk
menentukan banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.
6. Penglihatan warna
a. Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sek kerucut bipolar yang
bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan penglihatan warna.
b. Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat pada opsin yang
berbeda dengan opsin dalam sel batang.
c. Iodopsin ini bisa saja bersifat sensistif-biru, sensitif-merah, atau sensitif-hijau,
sehingga setiap sel kerucut memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan
warna.

Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi
dalam sel kerucut, karena pigmen iodopsin tidak merespon dalam cahaya yang redup, maka
sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.

C. Hidung
Mukosa olfaktorius (penghidu atau penciuman) yang terletak dilangit-langit rongga
hidung, mengandung tiga jenis sel : reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal. Sel-
sel penunjang mengeluarkan mukus, yang melapisi saluran hidung. Sel-sel basal adalah
prekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang diganti setiap sekitar dua
bulan. Sel-sel ini adalah satu-satunya neuron yang mengalami pembelahan sel. Akson-
akson sel reseptor secara kolektif membentuk saraf olfaktoris. Bagian reseptor dari sel
reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang mengembung dan berisi silia panjang
yang meluas kepermukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan untuk
melekatnya berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau).

Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di silia menyebabkan


pembukaan saluran N+ dan K+. Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di
lempeng tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak diatasnya.
Serat-serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius. Serat-serat yang keluar dari
bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute : rute subkortikal, yang terutama menuju ke
daerah-daerah di sistem limbik; khususnya sisi medial bawah lobus temporalis (yang
dianggap sebagai korteks olfaktorius primer),dan rute talamus-kortikal. Sampai saat
ini,rute subkortikal dianggap sebagai satu-satunya jalur penghidu. Rute ini, yang
mencangkup keterlibatan hipotalamus,memungkinkan koordinasi erat antara reaksi
penghidu dan perilaku yang berkaitan dengan makan,kawin dan penentuan arah. Rute
talamus-kortikal,seperti pada indra lainnya,penting untuk persepsi sadar diskriminasi halus
penghidu.

Walaupun sangat peka dan sangat deskriminatif, sistem penghidu juga cepat
beradaptasi. Kepekaan kita terhadap bau baru dengan cepat menghilang. Menurunnya
kepekan ini tidak melibatkan adaptasi reseptor. Sebenarnya reseptor-reseptor olfaktorius
itu sendiri yang beradaptasi secara lambat.penurunan kepekaan itu tampaknya melibatkan
proses adaptasi SSP. Adaptasi bersifat spesifik untuk bau tertentu dan ketanggapan
terhadap bau lain tetap tidak berubah.

D. Mulut
A. Struktur kuncup pengeca
1. Reseptor untuk pengecap adalah kuncup pengecap, suatu kemoreseptor yang
terletak terutama di lidah, tetapi juga terdapat palatum lunak dan epiglotis.
2. Kuncup pengecap terdapat dalam tonjolan mukosa lidah yang disebut papila.
3. Masing-masing kuncup merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik
yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap sentral, serta
dibasahi dengan saliva.
B. Fungsi kuncup pengecap
1. Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva.
2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. Hal
tersebut akan menstimulasi dendrit sensorik yang berpilin di sekitar sel-sel
sensorik dan mengakibatkan impuls saraf yang kemudian di transmisi di
sepanjang saraf fasial (CN VII) dan saraf glosofaringeal (CN IX) melalui jalur
pengecap menuju insula korteks serebelar.
C. Sensasi rasa
1. Kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujung lidah.
2. Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.
3. Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya
terkumpul di bagian samping lidah.
4. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.

Kemoreseptor untuk sendai pengecapan terkemas dalam papil-papil pengecap, yang


didalam rongga mulut dan tenggorokan. Sebuah papil pengecap terdiri dari sekitar limapuluh
sel reseptor yang terkemas dengan sel-sel penunjang. Setiap –papil pegecap memiliki sebuah
lubang keicl, pori-pori pengecap, tempat berkontaknya cairan dalam mulut dengan
permukaan sel reseptor. Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan
banyak lipatan permukaan atau mikrovili, yang sedikit menonjol melalui pori-pori pengecap
untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan ke isi mulut. Membran plasma
mikrovili mengandung reseptor-reseptor yang berikatan secara selektif, hanya zat kimia
dalam larutan baik cairan atau zat padat yang telah larut dalam air liur yang dapat berikatan
dengan sel reseptor.

Reseptor pengecap memiliki masa hidup sekitar 10 hari. Ujung-ujung terminal aferen
beberapa saraf karnialis bersinaps dengan papil-papil pengecap diberbagai bagian mulut.
Sinyal dimasukkan sensorik ini dikirmkan melalui perhentian-perhentian sinaps dibatang otak
dan talamus kedaerah gustatorik korteks, suatu daerah dilobus parietalis yang dekat dengan
lidah korteks sematosensorik.

Setiap sel reseptor berespons dalam tingkat yang berbeda-beda terhadap keempat rasa
utama: asin, masam , manis dan pahit, tetapi umumnya lebih responsif terhadap salah satu
dari kemmpat modalitas rasa tersebut. Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh informasi yang
berasal dari reseptor lain,terutama bau.

E. Telinga

Telinga merupakan organ yang berfungsi untuk mendengar adapaun bagia bagiannya
adalah telinga luar terdiri dari pinna, atau aurikula, yaitu daun kartilago,yang
mengangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori
eksternal(meatus),suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang
merntang dar aurikula sampai membran timpani.

Membran timpani (gendang telinga) adalah perbatasan telinga tengah.


a. Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi oleh kulit pada permukaan
eksternal dan membran mukosa pada permukaan internal
b. Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan memiliki tegangan,
ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara
mekanis.

Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal.

a. Tuba eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dan faring.


b. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbka saat menguap, menelan, dan
mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani.

Osikel auditori terdiri dari maleus(martil), inkus (anvil) dan stapes (sangurdi). Tulang-
tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenertra vestibuli, yang
memisahkan telinga tengah dari telinga dalam.

a. Otot stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai dengan fenestra
vestibuli oval, dan menariknya ke arah luar. Otot tensoe timpani melekat pada
bagian pegagan maleus, yang berada pada membran timpani, dan menariknya ke
arah dalam.
b. Bunyi yang keras mengakibatkan suatu refleks yang menyebabkan kontraksi
kedua otot yan berfungsi sebagai pelindung untuk meredm bunyi

Telinga dalam (internal) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi
medial telinga tengah. Teliga dalam terdiri dari dua bangian: labirin tulang dan labirin
membranosa di dalam labirin tulang.

a. Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai
airan seebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan
terbagi menjadi tiga bagian : vestibula, saluran semisirkular, dan koklea berbentuk
siput
Vestibula adala bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran
semisirkular dengan koklea.
a. Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae
yang berhubungan dengan telinga tengah.
b. Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perlimfe.

Rongga tulang saluran semisirkular menuonjol dari bagian posterior vestibula.

a. Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertical, di


setiap sudut kananya.
b. Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua
saluran di atas.

Koklea mengandung reseptor pendengaran

Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak pada
labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan
endolimfe, cairan yang menyerupai cairan inerselular

1. Labirin mebranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong,
utrikulus dan sakulus yang dihubungkan dengan daktus endolimfe sempit dan
pendek.
2. Duktus semisirkular yang berisi endolife terletak dalam sakuran semisirkular pada
labirin tulang yang mengandung perilimfe.
3. Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk
ekulibrium statis(bagaiman cara kepala berorientasi terhadap ruang bergantung
pada gaya gravitasi) dan ekuilibrium dinamis(apakah kepala bergerak atau diam dan
kecepatan serta arah gerakan).
4. Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular sedang sakulus terhubung dengan
duktus koklear dalam koklea

Dari bgian bagian tersebut memiliki fungsi masing masing yang akhirnya bunyi
terdengar oleh manusia. Telinga terdiri dari tiga bagian,yaitu telinga luar dan tengah telinga
berfungsi untuk menyalurkan gelombang suara dari luar ke telinga dalam yang berisi cairan
dan memperkuat energi suara. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik : koklea,berfungsi
mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf,sehingga kita dapat mendengar ;
dan aparatus vestibularis,penting untuk sensasi keseimbangan.
Telinga luar berfugsi mengumpulkan gelombang suara,terdiri dari :

1. Pinna
Lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit dan terletak di kedua sisi kepala.
Berfungsi mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke telinga
tengah,berperan dalam lokalisasi suara.
2. Meatus auditorius eksternus (saluran telinga)
Saluran dari eksterior melalui tulang temporalis ke membran timpani. Berfungsi
mengarahkan gelombang ke membran timpani,mengandung rambut-rambut penyaring
dan mensekresikan kotoran telinga untuk menagkap partikel-partike asing.
3. Membran timpani (gendang telinga)
Membran tipis yang memisahka telinga luar dan tengah. Bergetar secara sinkron
dengan
gelombang suara yang mengenainya,menyebabkan tulang-tulang pendengaran
bergetar.

Telinga tengah berfungsi memindahkan getaran membran timpani ke cairan koklea,dalam


proses memperkuat energi suara,terdiri dari :

1. Maleus,inkus,stapes
Rangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalan melintasi rongga telinga
tengah;maleus melekat melekat ke membran timpani dan stapes melekat pada jendela
oval. Berosilasi secara sinkron dengan getaran membran timpani serta menimbulkan
gerakan seperti gelombang perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama

Telinga dalam berfungsi sebagai tempat sistem sensorik untuk mendengar,terdiri dari :

1. Jendela oval
Membran tipis di pintu masuk koklea;memisahkan telinga tengah dari skala vestibuli.
Bergetar bersama dengan gerakan stapes yang melekat padanya; gerakan jendela oval
menyebabkan perilimfe koklea bergerak.
2. Skala vestibuli
Kompartemen atas koklea. Mengandung perilimfe yang bergerak
3. Skala timpani
Kompartemen bawah koklea. Mengandung perilimfe yang bergerak.
4. Duktus koklearis (skala media)
Kompartemen tengah koklea. Mengandung endolimfe ; tempat membran basilaris.
5. Membran basilaris
Membentuk lantai duktus koklearis. Bergetar bersama dengan gerakan
perilimfe,mebgandung organ corti,organ indra untuk mendengar.
6. Organ corti
Terletak di bagian atas dan di sepanjang membran basilaris. Mengandung sel rambut,
reseptor untuk suara Yang megeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat
gerakan cairan di koklea.
7. Membran tektorial
Membran stassioner yang tergantung diatas organ corti dan tempat sel-sel rambut
reseptor terbenam di dalamnya.
8. Jendela bundar
Membran tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga tengah. Berfungsi
bergetar bersamaan dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredam tekanan di
dalam koklea ; tidak berperan dalam penerimaan suara.

Telinga dalam : aparatus vestibularis berfungsi sebagai tempat sistem sensorik untuk
keseimbangan,dan memberikan masukan yang penting untuk mempertahankan postur dan
keseimbangan. Terdiri dari :

1. Kanalis semisirkularis
Tiga saluran semisirkuler yanga tersusun tiga dimensi dalam bidang-bidang yang
tegak lurus satu sama lain di dekat koklea jauh di dalam tulang temporalis. Befungsi
untuk mendeteksi akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) rotasional atau
agular.
2. Utrikulus
Struktur seperti kantong di rongga bertulang antara koklea dan kanalis semisirkularis.
Berfungsi mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu vertikal dan
mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara horizontal.
3. Sakulus
Terletak disamping utrikulus. Berfungsi mendeteksi perubahan posisi kepala
menjauhi sumbu horizontal dan mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara
vertikal.
Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara dari getaran
cairan di telinga dalam,dengan adanya reseptor-reseptor khusus untuk suara. Pinna (daun
telinga) mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke telinga luar. Daun telinga
manusia tidak dapat begerak,secara parsial menahan gelombang suara dari belakang sehingga
kita di depan dapat membedakan suara yang datang dari depan atau belakang. Lokalisasi
untuk membedakan suara datang dari arah kanan atau kiri berdasarkan dua petunjuk :
pertama, suara mencapai telinga yang lebih dekat dengan sumber suara terlebih dahulu.
Kedua,suara kurang kuat saat mencapai telinga yang lebih jauh, karena kepala dapat
menganggu perambatan suara.

Kanalis telinga (Saluran telinga) dijaga oleh rambut-rambut halus , kulit yang
melapisi saluran telinga mengandug kelenjar-kelenjar keringat yang menghasilkan serumen.
Keduanya berfungsi untuk menangkap partikel-partiekel asing yang halus. Membran timpani
bergetar sewaktu terkena gelombang suara . gelombang suara yang bertekanan tinggi dan
rendah berselang seling menyebabkan gendang telinga menekuk keluar-masuk seirama
dengan frekuensi. Bagian luar gendang telinga terpajan ke tekanan atmosfer yang
mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam gendang telinga berhadapan dengan
rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius. Tuba
eustachius dalam keadaan normal tertutup,tapi dapat terbuka ketika kita menguap,mengunyah
dan menelan

Telinga tengah memindahkan getaran dari membran timpani ke cairan telinga dalam,
dipermudah dengan rantai yang teridiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula
(maleus,inkus,dan stepes). Ketika membran timpani beregerak ketiga tulang juga bergerak
memindahakan getaran ke jendela oval. Getaran pada jendela oval menimbulkan gelombang
pada cairan telinga dalam. Diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggetarkan cairan
telinga dalam. Ada dua mekanisme memperkuat tekanan gelombang untuk menggetarkan
cairan di koklea : pertama, karena luas permukaan membran timpani lebih luas dari jendela
oval. Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran.

Bagian koklearis yang berbentuk seperti siput terletak di dalam tulang temporalis.
Seluruh panjangnya koklearis dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi
cairan,yaitu : Duktus koklearis yang dikenal sebagai skala media, membentuk
kompartemen tengah. Saluran disepanjang bagia tengah koklea hampir mencapai ujungnya.
Kompartemen atas,yakni skala vestibuli ,mengikuti kuntur bagian dalam spiral. Dan skala
timpani kompartemen bawah, mengikuti kuntur luar spiral.

Cairan dalam duktus koklearis disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani
mengandung cairan perilimfe. Didaerah luar duktus koklearis tempat terhubungnya
kompartemen atas dan bawah disebut helikotrema. Skala vestibuli disekat dari rongga
telingaoleh jendela oval. Jendela bundar berupa lubang kecil berlapis membran melepas skala
timpani. Membrana vestibularis memisahkan duktus koklearis dari skala vestibuli. Membrana
basilaris membentuk lantai duktus koklearis, dari skala timpani. Membrana basilaris
mengandung organ coti.

Organ coti terletak diatas membran basilaris, diseluruh panjangnya mengandung sel-
sel rambut yang menghasilkan sinyal saraf. Jika dipermukaannya secara mekanis mengalami
perubahan bentuk akibat gerakan cairan, rambut-rambut terbenam didalam membrana
tektorial. Gerakan staples terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan
dikompartemen atas.

Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu
stapes,menyebabkanjendela oval menonjol kedalam : (1) perubahan posisi jenela bundar dan
(2) defleksi membrana basilaris. Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong
perilimfe kedepan dikompartemen atas kemudian mengelilingi helikotrema dan
kekompartemen bawah menyebabkan jendela bundar menonjol keluar kedalam rongga
telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur
dan menarik jendela oval keluartengah kearah telinga , perilimfe mengalir dalam arah
berlawanan, mengubah posisi jendela bundar kearah dalam.

Gelombang tekanan dari kompartemen atas dipindahan melalui membrana


vestibularis kedalam duktus koklearis dan kemudian melalui si membrana basilaris
kekompartemen bawah, tempat gelombang tesebut menyebabkan jendela bundar menonjol
keluar masuk bergantian. Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sel-sel
rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris bergetar. Perubahan bentuk
mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan salura-saluran ion gerbanag mekanis di
sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian, yang menyebabkan peubahan potensial
depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian potensial reseptor dengan frekuensi yang
sama dengan rangsangan suara semula. Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang
bekomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang
membentuk saraf auditorius(koklearis). Dengan cara ini gelombang suara dapat
diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipresepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.

Telinga dalam menjalankan fungsinya sebagai alat pendengaran dapat mengalami


gangguan pendengaran atau ketulian dapat bersifat sementara atau menetap, parsial atau total.
Ketulian diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tuli konduktif, terjadi apabila gelombang
suara tidk secara adekuat dihantarkan melalui telinga luar dna tengah untung menggetarkan
cairan ditelinga dalam. Mungkin disebabkan oleh sumbatan fisik saluran telinga oleh kotoran
telinga, ruktur gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan cairan, atau
restriksi gerakan osikula karena adhesi antara stapes dan jendela oval. Tuli sensorineural (
saraf), gelombang suara disalurkan ketelinga dalam tetapi tidak diterjemahkan menjadi sinyal
saraf. Defek mungkin terletak pada organ corti, pada saraf auditorius atau jalur auditorius
asendens, atau yang jarang pada korteks audditorius itu sendiri.

F. Kulit

Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia,cahaya matahari,mikroorganisme dan menjaga keseimbangan tubuh dengan
lingkungan dan merupakan organ hidup yang mempunyai ketebalan yang sangat
bervariasi. Perubahan struktur kulit menentukan usia sudah lanjut atau masih muda
A. Lapisan
1. Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari jaringan epitel
skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi; jaringan ini tidak memiliki
pembuluh darah; dan sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat
ditemukan pada telapak tangan yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan
bertikut:
a. Stratum basalis (germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada
jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat
berlangsung pada lapisan ini dan sel baru didorong masuk ke lapisan berikutnya.
b. Stratum spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena
sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina adalah bagian
penghubung intraselular yang disebut desmosom.
c. Stratum granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan
granula- granula keratohialin yang merupakan prekursor pembentukan keratin.
1. Keratin adalah protein keras dan resilien, anti air serta melindung permukaan
kulit yang terbuka
2. Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur
rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
3. Saat keratohialin dan keratin berakumulasi. maka nukleus sel berdisintegrasi,
menyebabkan kematian sel
d. Stratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel- sel gepeng tidak
bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan
sel.
e. Stratum korneum adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30 lapisan
sisik tidak hidup yang sangat terkeratinisasi dan semakin gepeng saat mendekati
permukaan kulit. (Epidermis tipis yang melapisi seluruh tubuh, kecuali pada telapak
tangan dan telapak kaki, tersusun hanya dari lapisan basalis dan korneum ).
1. Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses pergantian ulang
yang konstan atau deskuamasi
2. Ada pembaharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi melalui pembelahan
sel di lapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke atas, ke arah permukaan,
mengalami keratinisasi, dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh
permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.
3. Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar ke setiap 15 sampai 30
hari.

2. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar, atau lamina.
Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.

a. Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast,
dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi
nutrisi pada epdermis di atasnya.
1. Papila dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik taktil dan
pembuluh darah, menonjol ke dalam lapisan epidermis
2. Pada telapak tangan dan telapak kaki, papila yang ada sangat banyak dan tinggi,
jumlahnya sekitar 65.000/inci persegi (10.400/cm2)
3. Pola tonjolan dan guratan pada telapak tangan dan telapak kaki pada setiap orang
sangat unik dan mencerminkan pengaturan papila dermal. Kegunaan guratan
tangan adalah untuk permudah penggenggaman melalui peningkatan friksi.
b. Lapisan retikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusun dari
jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen dan serat elastik. Sejalan dengan
penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik. Sejalan
dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik
mengakibatkan pengeriputan kulit.

3. Lapisan subkutan atau hipodermis (fasia superfisial) mengikat kulit secara longgar
dengan organ-organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel
lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi
banyak pembuluh darah dan ujung saraf.

B. Warna. Perbedaan warna kulit terjadi akibat faktor berikut :

1. Melanosit, terletak pada stratum basalis, memproduksi pigmen, melanin, yang


bertanggung jawab untuk pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam.
a. Pada rentang yang terbatas, melanin melindungi kulit dari sinar ultraviolet matahari
yang merusak. Peningkatan produksi melanin (tanning) berlangsung jika terpajan
sinar matahari.
b. Jumlah melanosit (sekitar 1.000/mm2 sampai 2.000/mm2) tidak bervariasi antar ras,
tetapi perbedaan genetik dalam besarnya jumlah produksi melanin dan pemecahan
pigmen yang lebih melebar mengakibatkan perbedaan ras.
c. Puting susu, areola dan area sirkumanal, skrotum, penis, dan labia mayora, adalah
area tempat teradinya pigmentasi yang besar; sedangkan telapak tangan dan telapak
kaki mengandung sedikit pigmen.

2. Darah dalam pembuluh dermal di bawah lapisan epidermis dapat terlihat dari
permukaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda. Ini lebih jelas terlihat pada
kulit orang kulit putih (Caucasian).

3. Keberadaan dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada stratum
korneum, dan dalam sel lemak dermis dan hipodermis, yang menyebabkan beberapa
perbedaan pada pewarnaan kulit

C. Kelenjar pada kulit

1. Kelenjar keringat (sudoriferus) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan struktur dan
lokasinya
a. Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simpel dan berpilin serta tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini penyebarannya meluas ke seluruh
tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Sekresi dari kelenjar
ini (keringat) mengandung air dan membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk
mempertahankan suhu tubuh.
b. Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang besar dan
bercabang dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar ini ditemukan pada aksila,
areola payudara, dan regia anogenital.
(1) Kelenjar apokrin yang ditemukan di lipatan ketiak dan area anogenital memiliki
duktus membuka ke bagian atas folikel rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi
pada masa pubertas untuk merespons stres atau kegembiraan dan
mengeluarkan semacam sekresi tidak berbau yang kemudian akan berbau jika
bereaksi dengan bakteri.
(2) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga menghasilkan serumen atau getah
telinga, dan kelenjar siliaris Moll pada kelopak mata juga termasuk kelenjar
apokrin.
(3) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang mengalami
spesialisasi untuk memproduksi susu.
2. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut.
Kelenjar sebasea, rambut, dan kelenjar keringat apokrin membentuk unit pilosebasea,
tetapi hanya terbentuk pada rambut di area genitalia, bibir, puting susu, dan areola
payudara.
a. Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori menghilang selama
sekresi sebum).
b. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan- pecahan sel. Zat ini
berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan merupakan suatu barier
terhadap evaporasi. memiliki aktivitas bakterisida.
c. Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea di wajah, leher, dan punggung
yang terjadi terutama pada dekade kedua masa kehidupan. Kelenjar sebasea ini
dapat terinfeksi sehingga menyebabkan furunkel (bisul).

D. Peran Kulit Dalam Termoregulasi. Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan
pergerakan otot. Panas seperti ini harus dikeluarkan, atau suhu tubuh akan naik batas
normal pada lingkungan bersuhu dingin, panas harus dipertahankan, atau suhu tubuh
akan turun di bawah batas normal.

a. Pengeluaran panas di kulit berlangsung melalul proses evaporasi air yang disekresi
oleh kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi tak kasat mata (difusi
molekul air melalui kulit).
1. Pada cuaca panas dan lembab, keringat sangat banyak keluar, tetapi tingkat
evaporasi sangat rendah, sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman. Dengan
demikian. berkeringat sebagai salah satu mekanisme pendinginan banya akan
efisien pada tingkat kelembaban yang lebih rendah.
2. Pengeluaran keringat dikendalikan melalui sistem saraf, yang merespons
pemanasan atau pendinginan darah secara berlebihan.
b. Retensi panas adalah salah satu fungsi dari kulit dan jaringan adiposa dalam lapisan
subkutan. Lemak merupakan insulator panas untuk tubuh dan derajat insulasi
bergantung pada jumlah jaringan adiposa.

c. Pembuluh darah dalam papila dermal juga dikendalikan oleh sistem saraf.
1. Jika pembuluh darah berdilatasi, aliran darah ke permukaan kulit meningkat,
sehingga konduksi panas pada bagian eksterior dapat terjadi.
2. Pembuluh darah berkonstriksi menurunkan aliran darah ke permukaan kulit dalam
upaya mempertahankan panas tubuh sentral
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat indera adalah alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan diluar tubuh. Indra
merupakan “jendela” bagi tubuh untuk mengenal dunia luar sekitar kita. Alat indra adalah
organ peka terhadap rangsangan tertentu
Manusia memiliki lima macam indra, yaitu mata, sebagai penerima rangsangan cahaya.
Telinga sebagi penerima rangsangan getaran bunyi. Hidung sebagi penerima rangsangan
bau berupa gas. Lidah sebagai penerima rangsangan zat dan kulit sebagai penerima
rangsangan sentuhan. Pada setiap alat indra terdapat syaraf. Syaraf ini akan menerima
rangsangan dari luar tubuh. Kemudian, syaraf mengirim rangsangan itu ke otak, maka kita
dapat melihat, mendengar, membau, mengecap, atau meraba.
B. Saran
Setiap orang memerluakan alat indra untuk bisa melihat, mendengar, mengecap, membau,
dan meraba. Oleh karena itu, kita harus menjaga kebersihan kelima alat indra kita agar
tetap sehat. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah ilmu kita tentang alat
indra.
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.. Jakarta :


EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Applegate, Edith J. 1991. The Sectional Anatomy LearningSystem.

Anda mungkin juga menyukai