Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ANATOMI SISTEM KESEIMBANGAN

( PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN)

MAKALAH
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN
( PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN )

OLEH :
RIDHO IRWANTO
NIM :
G1B109007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa
menyelesaikan makalah yang diberi judul Anatomi Sistem
Keseimbangan ( Penglihatan dan Pendengaran ) tepat pada
waktunya. Makalah ini penulis buat berdasarkan tugas yang di
berikan kepada penulis pada mata kuliah blok Sistem Persepsi
Sensori.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini


terdapat banyak kekurangan, maka oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari rekan-rekan
pembaca sekalian yang bersifat membangun. Penulis berharap
makalah ini bisa member manfaat buat penulis pada khususnya
dan buat pembaca pada umumnya.

Jambi, 21 November 2011


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sistem keseimbangan pada manusia umumnya terbagi menjadi dua,


yaitu sistem penglihatan dan sistem pendengaran.

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang


dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah
lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih
kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Tatkala mengamati alam terbuka disekitar anda akan segera anda


saksikan beragam benda terjauh dan terdekat dari anda dengan segala
bentuk, warna, dan ukuran mereka. Pemandangan ini yang anda
saksikan tanpa susah payah adalah hasil beragam reaksi rumit dalam
tubuh anda. Kini marilah kita amati secara lebih dekat. Mata manusia
memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40
unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi
penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi
bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat.

Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat


dibelakangnya terdapat iris, selain member warna pada mata iris juga
dapat merubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang
masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika
berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya
sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan
mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System
pengaturan otomatis yang berkeja pada mata bekerja sebagaimana
berikut.

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan


ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan
kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan
sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Bagian mata lainnya
yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas
memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian
belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang
ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan
ke retina. Semua system yang telah kami sebutkan tadi berukuran lebih
kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat
untuk meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru,
bahkan system perekaman gambar buatan paling modern di dunia
ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan mata. Jika kita
renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk
membuat alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa
jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata. Jika kita amati bagian-
bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini
semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk Kristal
yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini
ke mata kita menembus kornea dan iris kemudian difokuskan pada retina
oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehinggasel-sel retina dapat
merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton
mengenai sel-sel retina mereka menghasilkan efek rantai layaknya
sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino
pertama dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal.
Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk ini
mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni
rhodopsin. Kini rhodopsin berubah menjadi yang memungkinkannya
berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini
sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum dapat bergabung dengan
rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian
diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein
yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP
telah menyatu tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa
bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu
protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel.
Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan
suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam
sel. Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan
energy listrik energy ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di
belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai
mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam
bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata.
Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina
harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf
tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil yang
memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini
melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit terjadi
energy listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan informasi
yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu
sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang
terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi
yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain.
Lokasi dan fungsi dari telinga, hidung dan tenggorokan
berhubungan erat. Kelainan pada organ-organ tersebut didiagnosis dan
diobati oleh dokter spesialis yang disebut otolaringologis.

Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan,


yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi


energi mekanis oleh telinga tengah. Telinga tengah merubah energi
mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian dihantarkan ke otak.
Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.

B.Tujuan Penulisan
a. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas pada skil lab praktikum blok Sistem Persepsi
Sensori.
b. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan penulis itu sendiri maupun untuk siapa
saja yang membaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sitem Penglihatan

Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara


konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.

Bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam


dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada
bagian luar.
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi
tempat melekatnya bola mata
Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :

muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas.


muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah

Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan


cahaya

Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang


memungkinkan lensa untuk beroakomodasi, kemudian
berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor

Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil,


mengandung pigmen.

Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian


belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui
saraf optikus ke otak.

Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel


kerucut

Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola


mata

Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata


Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata

Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica
fibrosa, tunica vasculosa, dan tunica nervosa.

1) Tunica Vibrosa.
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar
yang sangat kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada
lapisan ini terdapatkornea, yaitu lapisan yang berwarna bening dan
berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian memfokuskannya.
Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga
keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas
cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus
yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata.

2) Tunica Vasculosa.
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari
depan ke belakang terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid.
Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh darah,
lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Coba
Anda perhatikan mata orang Indonesia dengan orang-orang dari Negara
barat! Apakah perbedaannya? Tentunya pada warna. Orang Indonesia
biasanya bermata hitam atau coklat, adapun orang barat biasanya
berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya perbedaan
ini karena di tempat ini memiliki pigmen warna.
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di
belakang kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan
menyempitnya bagian ini. Coba Anda masuk ke dalam suatu kamar yang
gelap gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan melebarkan mata
agar cahaya yang masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi,
demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang
maka Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk
mengurangi cahaya yang masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada
sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang dapat
mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot
yang disebutMusculus Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung
fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan.
Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat
benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja
lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata
lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-benda
tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang
berisi caira bening yang masing-masing disebut Aqueous
Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh
kedudukan bola mata

3) Tunica Nervosa.
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang
terletak pada bagian belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian
terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir menyerupai
lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel
yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar
100 juta sel merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat
pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut). Sel-sel ini
berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada
sedikit cahaya.
a. Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif
terhadap cahaya sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat
ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu pigmen yang
fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan
pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan
untuk penglihatan pada cahaya remang-remang.

b. Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang


berbeda, yaituiodopsin yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis
iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap cahaya merah,
hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan
biru. Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan
mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk
penglihatan ketika cahaya terang.
Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan
melalui sinap ke neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang
akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak ke II yang
menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini
disebut dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak
mengandung sel batang dan sel kerucut, maka cahaya yang jatuh ke
discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga disebut dengan bintik
buta.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot


dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi
mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak.
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar
air mata.
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri
dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika
dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata
bagian belakang.

Alat-alat Tambahan Mata

Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata
dan aparatus lakrimalis.

Alis : terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata,
fungsinya untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk
kecantikan.
Kelopak mata : ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih
banyak bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus
levator pepebrae untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka
mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain yang
melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis
oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura
pelpebrae), celah ini menentukan melotot atau sipit nya
seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula
lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan
sudorifera (keringat).
Bulu mata : ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari
kelenjar Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu
mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi kelenjar ini disebut Lordholum
(bintit).
Apparatus lacrimalis : terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis,
canalis lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.

B. Fisiologi Sistem Penglihatan


Cahaya merupakan salah satu dari suatu spektrum gelombang
elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya adalah 400-700nm yang
dapat merangsang sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) sehingga
dapat terlihat oleh kita. Gelombang cahaya antara 400-700nm ini akan
terlihat sebagai suatu spectrum.
Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang
tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa,
vitreous humor dan terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke
bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus
osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital
kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus
osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus
osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan. Sehingga
apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan
lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun
bola matanya sehat.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan
benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina,
karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang
dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya,
bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari
suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina

C.Anatomi Sistem Pendengaran

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ


keseimbangan. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah
dan dalam .Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah
menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini kemudian
di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic
cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan
ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada
rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin
membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung
jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang
sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke
dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
Secara umum telingan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga bagian
luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.

1. Telinga Bagian Luar


Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar
(meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani).
a. Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi
oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan
subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia
rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih
rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini
lebih menonjol.
b. Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun
telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran
timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan
ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea
dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar
serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen
merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan
materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi
sebagai pelindung.

2. Telinga Bagian Tengah


Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus
eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang
berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh
epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di
antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas.
Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat
udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan
membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik
yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi
udara yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini
berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan
disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva)
Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di
dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di
bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya
selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran
yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan
tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat
pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada
ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada
tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua otot
kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan
mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol
tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke
lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius
berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior
dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini
berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi
tinggi.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar
stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli
koklea. Oleh karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan
oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam.
Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf
terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial
rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh
suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf
dalam skala timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani
dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral
bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen.
Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia
dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling
terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga
telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani menjadi seimbang.

3. Telinga Bagian Dalam

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam


pars petrosum tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin
tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya terdapat labirin membranasea.
Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea
berisi cairan endolimf.

Labirin Tulang

Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu kanalis


semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di
sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam
dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin
tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang
berhubungan dengan rongga timpani melalui suatu membran yang
dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum
bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus.
Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula.
Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam,
karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu
dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan
bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke
arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan
tingkap bulat (fenestra rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk
keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu
koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari
modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang
disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan
ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.

Labirin Membranasea.
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan
suatu sistem saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan
mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh
ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat
terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh
darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.

Labirin membranasea terdiri atas:


Kanalis semisirkularis membranasea
Ultrikulus
Sakulus
Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan
duktus sakularis.
Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus.
Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan
duktus koklearis.
Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ
pendengaran.

Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran


semisirkularis (krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus
(makula sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan
kinetik.

Sakulus dan Ultrikulus


Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat
tebal yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya
dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada
sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula
sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada
dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus
sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga
berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut)
yaitu tipe I dan II serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-
serat saraf dari bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII)
akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang
membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala
terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen,
mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk
silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada
bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal,
sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong
(sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada
lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan
beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan
ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik.
Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang
disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan
suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta
kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi
kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam
membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut.
Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara
sel-sel rambut.

Kanalis Semilunaris

Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang


oval. Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar
dilalui oleh trabekula. Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan
sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat
di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis. Tiap krista ampularis di
bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa
dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya
terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa
dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh
gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini
mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-
sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang
mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel
rambut oleh membran otolitik.

Koklea (Rumah Siput)


Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar
modiolus yang juga merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari
lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu membran basilaris.
Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea
terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum
spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner)
yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar.
Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga
bagian yaitu :

Ruangan atas (skala vestibuli)


Ruangan tengah (duktus koklearis)
Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh
membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala
timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala
timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat
yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu
dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan
dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam
fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum
yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala
vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang
disebut helikotrema. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus
melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada
sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus
terdapat ganglion spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion
keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis
untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal
dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada
bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk
oleh serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala
timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh
darah dan sel mesotel. Membran vestibularis merupakan suatu lembaran
jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian
yang menghadap skala vestibuli.

Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung
pada lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan
mungkin mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan
tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di
bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler.
Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.

Organ Corti

Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel
yang terdapat di organ Corti adalah :
Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping
dengan bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas
membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar
di bagian apeks.
Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam
hanya lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat
terowongan dalam.
Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada
membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk
menopang bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat
saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara
sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel
falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan
dalam.
Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam.
Seperti sel falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
Sel batas membatasi sisi dalam organ corti.
Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris
terletak antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang
berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher
yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu
membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi
gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas
stereosilia sel-sel rambut.

Ganglion Spiralis
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang
bermielin dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit
yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang
mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan
memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut.
Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin.
Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal
dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari
ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus
semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.

Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah


menjadi getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini
kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang tulang pendengaran dalam
telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang
tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli
dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar
(fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam
pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis
dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan
tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan
membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya
membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi
tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian
lain duktus koklearis.

D.Fisiologi Sistem Pendengaran


Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang
telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen
ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan
membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.

Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan
terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya
perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang
N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik
pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada sistem penglihatan apabila ada rangsang cahaya masuk ke


mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea,
aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan
terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf
penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai
pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital kanan akan
menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan
menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang
akan diolah kemudian diinterpretasikan.

Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan


benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina,
karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang
dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat.

Pada sistem pendengaran apabila ada getaran suara ditangkap oleh


daun telinga maka akan diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama
lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga
menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran
basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak
sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan
terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.
Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya
perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang
N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik
pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

B.Saran
Penulis berpesan kepada diri sendiri pada khususnya dan kepada
pembaca pada umumnya, jagalah baik-baik anugerah yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bersyukurlah kita diberi mata agar kita bisa
melihat dan diberi telinga agar kita bisa mendengar apa yang ada di
sekeliling kita. Maka oleh sebab itu pergunakanlah anugerah itu dengan
hal-hal yang positif. Penulis juga sadar akan kekurangan dari makalah
ini, penulis sangat menunggu kritik serta saran yang bersifat
membangun demi kebaikan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera
Khusus dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan),
Edisi V, EGC, Jakarta, Indonesia Hal.574-583.

Fawcett, D.W (1994), The Ear in: A Textbook of Histology (Bloom and
Fawcett), 12th edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 919-
941diFiore,

MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of


Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA,
pp.256-257.

Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheaters


Functional Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK,
pp 380-405

Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of
Histology, W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442

Anda mungkin juga menyukai