Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balanced Suspension Traction dijadikan salah satu tindakan keperawatan yang
mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang ortopedi dan
praktek trauma di Indonesia. Terdapat empat bidang inti praktik dalam bidang ortopedi dan
praktek trauma, yaitu: Pratner / guide (mitra / pemandu), Comfort encharter (penambah
kenyamanan), Risk Manager (pengelola risiko), dan Technician (teknisi). Salah satu rumah
sakit yang menjalankan Balanced Suspension Traction yaitu RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Sampai sejauh ini Balanced Suspension Traction yang dijadikan salah satu tindakan
keperawatan yang mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang
ortopedi dan praktek trauma di Indonesia belum dapat dijelaskan.
Balanced Suspension Traction adalah traksi yang digunakan untuk penatalaksaan pada
fraktur femur, HIP dan kombinasi dari keduanya (Teddy, 2017). Prinsip Traksi adalah
menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis dan menarik tahanan
yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan counter traksi.
Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang
dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,diperlukan untuk
keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi.
Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi
hanya menjadi lewat saja. Tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki fasilitas yang
memadai untuk diadakannya Balanced Suspension Traction.
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa Balanced Suspension Traction dijadikan
salah satu tindakan keperawatan yang mewakili kompetensi seorang perawat dalam
melakukan praktik bidang ortopedi dan praktek trauma terjadi dan ditemukan di Indonesia.
Sehingga kelompok tertarik menulis mengenai fenomena tersebut yang belum dapat
dijelaskan.
1.2 Rumusan Masalah
“Mengapa Balanced Suspension Traction dijadikan salah satu tindakan keperawatan yang
mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang ortopedi dan
praktek trauma terjadi dan ditemukan di Indonesia belum dapat dijelaskan?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan Balanced Suspension Traction dijadikan salah satu tindakan keperawatan
yang mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang ortopedi
dan praktek trauma terjadi dan ditemukan di Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep kompetensi perawat dalam praktik bidang ortopedi dan praktek
trauma.
2. Mengetahui konsep Balanced Suspension Traction.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Mampu mempelajari isu yang terjadi di dunia keperawatan terutama mengenai
Balanced Suspension Traction dijadikan salah satu tindakan keperawatan yang
mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang ortopedi dan
praktek trauma di Indonesia.
1.4.2 Bagi Perawat
Memotivasi diri perawat untuk megembangkan pegetahuan perawat terutama dalam
praktik bidang ortopedi dan praktek trauma.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kompetensi Perawat dalam Praktik Bidang Ortopedi dan Praktek Trauma
Kerangka ini telah dikembangkan dengan menggunakan tingkat Praktik yang digunakan
dalam Kerangka Kerja Karir NHS (2009). Ada Empat bidang inti praktik dalam bidang
ortopedi dan praktek trauma:(bailey1967.pdf n.d.)
1. Patner/Guide (mitra/pemandu)
2. Comfort Enchanter (penambah kenyamanan)
3. Risk Manager (pengelola risiko)
4. Technician (teknisi)
Ada kompetensi di masing-masing dari keempat domain tersebut dan tingkat praktik
yang berbeda untuk masing-masing kompetensi. (RCN Competences : A competence
framework for nurses caring for people living beyond n.d.)
1. Level of Practice - tingkat praktisi itu bekerja berdasarkan Kerangka Kerja Karir NHS
(2009).
2. Competence Statement - Peran adanya harapan pada tingkat praktik yang berbeda, dan
bermanfaat menjelaskan apa yang dibutuhkan di setiap level
3. Performance Criteria - Menjelaskan apa yang dimaksud penampilan kinerja yang
kompeten pada masing-masing tingkat praktik yang berbeda.
4. Knowledge, Understanding and Skills – Merupakan pengetahuan yang spesifik tentang
Ortopedi dan trauma, pemahaman dan skill yang dibutuhkan pada setiap tingkat praktik.
5. Contextual Factor - berkaitan dengan evidence-based atau praktik terbaik yang tersedia
6. Knowledge and Skill Framework (KSF) - di sini dibuat link/hubungan antara kompetensi
dan berbagai dimensi dan tingkat di dalam NHS KSF
Mayoritas praktisi bekerja di organisasi NHS akan bekerja berdasarkan Pengetahuan
NHS dan Kerangka Kerja Keterampilan (KSF) (Departemen Kesehatan 2004) dan
kompetensi telah dikaitkan dengan ini. (RCN Competences : A competence framework for
nurses caring for people living beyond n.d.)
2.1.1 Level Kompetensi
Kerangka Kerja Karir NHS memiliki sembilan level fungsi yang berbeda untuk
dilakukan, mencerminkan tingkat tanggung jawab, otonomi dan pengambilan
keputusan diharapkan dalam peran :
1. Level 1 : Tingkat masuk untuk pekerja pendukung di bidang kesehatan lingkungan
hidup; praktisi ini harus segera pindah ke Level 2
2. Level 2 : Pekerja dukungan perawatan kesehatan
3. Level 3 : Pekerja dukungan perawatan kesehatan senior
4. Level 4 : Asisten pendamping / praktisi associate
5. Level 5 : Staf perawat yang kompeten
6. Level 6 : Perawat yang berpengalaman dan mahir
7. Level 7 : Seorang praktisi senior / ahli perawat yang melakukan pengambilan
sejarah holistik dan penilaian fisik pasien dengan kondisi atau cedera
muskuloskeletal; dididik untuk gelar magister atau tingkat doktor dalam praktik
klinis lanjut
8. Level 8 : Seorang konsultan perawat yang mendiagnosis dan meresepkan
pengobatan untuk pasien dengan kondisi atau cedera muskuloskeletal; bertindak
sebagai sumber yang menyediakan saran ahli klinis lanjutan untuk perawat
lainnya dan profesional perawatan kesehatan; praktik terintegrasi berbasis bukti
dari berbagai sumber di Indonesia untuk memastikan penyediaan perawatan
berkualitas tinggi; berkontribusi terhadap basis pengetahuan melalui audit dan
meneliti dan mengembangkan pedoman dan standar untuk latihan
9. Level 9 : Mempertahankan tanggung jawab tertinggi untuk perawatan klinis,
pengambilan keputusan dan akuntabilitas penuh.
2.1.2 Kompetensi
1. Patner/Guide
Domain ini berhubungan dengan kemitraan antara pasien dan profesional
perawatan kesehatan dan peran unik dalam membimbing pasien melalui
perjalanan mereka dalam perawatan kesehatan ortopedi dan trauma. Mendukung
pasien dan memastikan mereka berada di pusat perawatan sangatlah penting.
Selain itu, menjalin kemitraan dengan keluarga pasien / perawat informal tersebut
penting, seperti penghubung dan kolaborasi dengan semua anggota tim multi-
profesional (MPT) untuk memastikan kelancaran perawatan holistik. Kompetensi
Patner/Guide:
a. Dukungan dan bimbingan.
b. Informasi dan pendidikan pasien
c. Promosi kesehatan.
d. Rehabilitasi.
2. Comfort Enhancer
Comfort/Rasa nyaman adalah konsep yang sangat penting bagi fundamental
perawatan pasien ortopedi / trauma. Rasa nyaman merupakan pengalaman
manusia yang kompleks yang bisa ditafsirkan dengan cara yang berbeda Hal ini
berkaitan dengan pengalaman terhadap nyeri, terutama bagi pasien yang telah
mendapat serangan ke jaringan muskuloskeletal (Morse dan Proctor, 1998;Tutton
dan Pelihat, 2004; Cohen, 2009).
Kenyamanan pasien ortopedi / trauma sangat penting untuk perawatan
berkualitas tinggi dan hasil kesehatan yang positif. Aspek penting perawatan
mungkin lebih kompleks untuk pasien ortopedi / trauma karena kondisi
alamiahnya, cedera atau pembedahan. Ketidakstabilan musculoskeletal dan
gerakan dapat mengakibatkan rasa nyeri yang signifikan dan ketidaknyamanan.
Kompetensi dalam memberikan perawatan esensial dalam konteks ini adalah
untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi dan juga memandang pentingnya
perawatan itu diberikan oleh praktisi yang memiliki kompetensi spesialis yang
diperlukan (Santy et al., 2005; Drozd et al., 2007). Kompetensi Comfort
Enchanter:
a. Pengkajian nyeri dan kenyamanan.
b. Manajemen nyeri dan kenyamanan.
c. Pergerakan dan penanganan.

3. Risk Manager
Praktisi ortopedi perlu melakukan pengkajian dengan aman dan mengelola
pengiriman perawatan ortopedi dan trauma. Salah satu aspek paling sentral dari
praktik ortopedi dan trauma adalah kenyataan bahwa pembedahan ortopedi dan
trauma serta cedera dapat membawa risiko tinggi komplikasi bagi mereka.
Rentang komplikasi bervariasi dari yang umum untuk semua situasi di mana ada
imobilitas dan / atau serangan ke jaringan tubuh.Namun, ada sejumlah komplikasi
yang spesifik seperti kompartemen sindrom, emboli lemak, osteomielitis,
kerusakan neurovaskular, tromboemboli vena (VTE) dan sindrom nyeri regional
yang kompleks. Ini adalah komplikasi yang secara alami yang dapat terjadi dan
membutuhkan perawatan khusus. Kompetensi manajer risiko:
a. Pengkajian resiko
b. Manajemen resiko
c. Discharge planning
d. Pengetahuan praktisi ortopedi dan trauma.
4. Technician
Domain ini berhubungan dengan aspek teknis ortopedi dan perawatan trauma,
meliputi teknik yang tinggi untuk praktik ortopedi dan trauma; sebagai contoh,
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang membutuhkan perangkat dan
peralatan khusus yang digunakan untuk baik mengobati kondisi ortopedi dan
cedera atau untuk melindungi pasien dari komplikasi.
Praktisi trauma dan ortopedi diperlukan untuk menjadi kompeten dalam
mengelola dan menggunakan perawatan modalitas tersebut. Aspek teknis
perawatan ini membawa risiko komplikasi tersendiri dan karena itu terkait dengan
risiko domain manajemen. Banyak aspek teknis trauma dan perawatan ortopedi
sangat terspesialisasi dan beberapa praktisi mengembangkan keahlian yang
ditingkatkan dalam beberapa aspek spesifik; misalnya saat banyak praktisi
merawat pasien dengan gips, pasien membutuhkan praktisi khusus yang memiliki
keahlian yang tinggi untuk pemasangan dan perawatan gips. Oleh sebab itu,
praktisi yang sangat terampil dan terdidik ini memerlukan fokus, pelatihan dan
pendidikan yang mendalam.
Menjaga ketrampilan spesialis mutakhir sangat penting untuk perawatan
trauma ortopedi yang aman dan efektif; misalnya, Penggunaan traksi untuk orang
dewasa sekarang digunakan kurang ekstensif dan oleh karena itu, kompetensi ini
mungkin memerlukan pemutakhiran secara berkala. Kompetensi Technician:
a. Traksi
b. Pemasanga Gips
c. Perawatan ekternal fixator dan skeletal pin site
d. Penerapan sling, splint dan braces
e. Alat bantu mobilisasi
2.2 Konsep Balanced Suspension Traction
2.2.1 Pengertian
Balanced suspension traction adalah traksi yang digunakan untuk penatalaksaan
pada fraktur femur, HIP dan kombinasi dari keduanya (Teddy, 2017).
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan
yang disebut dengan counter traksi. Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan
traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada
arah yang berlawanan,diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah
pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat
menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja.
(bailey1967.pdf n.d.)
Cara perhitungan beban balanced suspension traksi adalah sama dengan tibial
skeletal traksi yaitu 1/7 x kgBB.(Bryne 2006)

2.2.2 Tujuan
1. Mencegah terjadinya kontraktur pada tulang HIP dan Genu
2. Untuk mempertahankan posisi tulang sesuai posisi anatomis
2.2.3 Indikasi
1. Fraktur Femur
2. Fraktur Hip
3. Fraktur kombinasi keduanya
2.2.4 Langkah-langkah Pemasangan Balanced Suspension Traction
Persiapan Alat:
1. Balkan frame 1 set
2. Thomas splint 1 buah
3. Tali/bar 3 buah
4. Beban 2 buah
5. Stir up 1 buah
6. Counter traksi 2 buah
7. Elastic bandage 2 buah
Cara kerja:
1. Siapkan balkan frame
2. Pasang alas pada thomas frame dengan cara mengukur tulang femur yang sehat dari
sias ke condylus femur.
3. Balutkan alas ke thomas frame
4. Angkat kaki dan gerakkan belat dan Pearson Attachment di bawah kaki.
5. Pasang thomas frame ke kaki pasien
6. Ikatkan ujung pearson attachement ke bar membentuk sudut 45 derajat.
7. Pasang stir up.
8. Ikatkan ujung stir up ke katrol bawah melaliu rel.
9. Pasang beban (1/7 x KgBB).
10. Ikatkan bradley leg sling menggunakan tali ke rel sampai sejajar dengan shuolder
pasien.
11. Bentuk cradle for leg dengan menempelkan sling poliester ke splints dan Pearson
Attachment
12. Ikatkan ujung cradle for leg ke katrol atas melalui rel.
13. Pasang beban (2-4 kg)
14. Pasang counter traksi.
2.2.5 Hal – hal yang Perlu diwaspadai
1. Tindakan pencegahan perawatan kulit dan dekubitus harus dilakukan secara rutin
Dan teliti.
2. Latihan aktif dan pasif harus dilakukan minimal empat kali sehari.
3. Pastikan kaki tidak berputar secara eksternal dan memberi tekanan pada saraf
peroneal. Periksa status neurovaskular anggota badan setidaknya setiap dua jam.
4. Jika menggunakan elastic bandage, maka harus sering diperiksa dengan tekanan
berlebihan di fibular head dan dorsum kaki.
5. Sling harus diposisikan agar tumit dan tendon Achilles tidak menahan beban
tungkai bawah.
6. Pasien dengan balanced suspension traksi awalnya mengalami banyak
ketidaknyamanan dan sangat memprihatinkan. Perawat perlu menjelaskan semua
prosedur dan juga meminta kerja sama pasien untuk membantu perawatannya.
7. Gunakan rekstok gantung untuk mempermudah pasien mengangkat kepala dan
bahunya.
8. Lakukan perawatan skeletal traksi secara rutin

BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Balanced Suspension Traction dijadikan salah satu tindakan keperawatan yang
mewakili kompetensi seorang perawat dalam melakukan praktik bidang ortopedi dan
praktek trauma di Indonesia. Terdapat empat bidang inti praktik dalam bidang ortopedi dan
praktek trauma, yaitu: Pratner / guide (mitra / pemandu), Comfort encharter (penambah
kenyamanan), Risk Manager (pengelola risiko), dan Technician (teknisi). Salah satu rumah
sakit yang menjalankan Balanced Suspension Traction yaitu RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Balanced Suspension Traction adalah traksi yang digunakan untuk penatalaksaan pada
fraktur femur, HIP dan kombinasi dari keduanya (Teddy, 2017). Prinsip Traksi adalah
menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis dan menarik tahanan
yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan counter traksi.
Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang
dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan,diperlukan untuk
keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi.
Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi
hanya menjadi lewat saja. Tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki fasilitas yang
memadai untuk diadakannya Balanced Suspension Traction.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Sebagai sumbangsi ilmu pengetahuan untuk dapat mampu mempelajari isu yang
terjadi di dunia keperawatan terutama mengenai Balanced Suspension Traction
dijadikan salah satu tindakan keperawatan yang mewakili kompetensi seorang perawat
dalam melakukan praktik bidang ortopedi dan praktek trauma di Indonesia.
3.2.2 Bagi Perawat
Memotivasi diri perawat untuk megembangkan pegetahuan dan skill perawat
terutama dalam praktik bidang ortopedi dan praktek trauma.
DAFTAR PUSTAKA

“bailey1967.pdf.”
Bryne, Thomas. 2006. “Zimmer Traction Handbook.” : 92.
“RCN Competences : A Competence Framework for Nurses Caring for People
Living beyond.”

Anda mungkin juga menyukai