Anda di halaman 1dari 7

TUGAS K3

PERBEDAAN DISINFEKSI, DEKONTAMINASI DAN


DISTERILISASI

Tugas ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Instrumentasi Teori
dan Praktik
Semester II Diploma III Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Tahun 2018

Disusun oleh:

PUTRA PRATAMA PRASNADISTYA

NIM. P07134117063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
YOGYAKARTAJURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
A. DESINFEKSI
Desinfeksi adalah proses penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme
patogen pada benda-benda yang ada, tanpa tindakan khusus untuk mencegah
kembalinya mikroorganisme tersebut yang dilakukan dengan menggunakan zat yang
disebut Desinfektan.
Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba
patogen pada benda-benda, misalnya : pada lantai ruangan, meja operasi, dan
sebagainya.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi, yaitu:

1. Desinfeksi tingkat tinggi, dengan membunuh semua organisme dengan


perkecualian spora bakteri.
2. Desinfeksi tingkat sedang, dengan membunuh bakteri dan jamur kecuali
spora bakteri.
3. Desinfeksi tingkat rendah, dengan membunuh kebanyakan bakteri, beberapa
virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme
yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.

Cara – Cara Desinfeksi


1. Pembersihan
Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi jumlah
mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi, misalnya:
cuci tangan dengan sabun dan dibelas dengan air sebelum melakukan
operasi. Mencuci tangan harus dengan sabun kemudian dibasahi dengan
menggunakan alkhohol 70%. Cui luka khususnya luka kotor menggunakan
betadine. Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan di operasi dengan
larutan iodium tinktur 3%, kemudian dilanjutkan dengan alkohol.
2. Sinar matahari
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida. Dapat membunuh
bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh
bentuk spora waktunya harus lebih lama.
Sinar ultra violet juga digunakan untuk desinfeksi air, sterilisasi ruang bedah,
dan ruang industri farmasi. Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap
mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan
mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja.
3. Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah
membusuk. Pada suhu -20 derajat C, mikroba tidak bisa merombak makanan
sehingga tidak terjadi pembusukan. Bakteri patogen mati pada suhu 0 derajat
C, misalnya neisseria gonorrhoea, treponema pallida.
4. Pemanasan
Pada umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit pada
suhu 65 derajat C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama.
Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi)
protoplasmanya (protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila
terdapat banyak air karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan udara panas kering. Bentuk spora
clostridium botilinum dengan uap air panas suhu 120 derajat C mati dalam
waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara panas kering suhu 120 derajat C
mati dalam 120 menit
5. Pengeringan
Pengeringan dapat menyebabkan larutan disekeliling mikroba menjadi
hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan dapat menyebabkan
mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik akan diper hebat apabila
ditambahkan garam dan bumbu seperti halnya pada pembuatan ikan asin
dan bandeng. Karena dengan pengeringan ini dapat menyebabkan
berhentinya pembunuhan dan perkembang biakan mikroba.
Menggunakan zat kimia

1. Alkohol; merupakan desinfektan yang paling sering di pakai . Untuk


desinfektin kulit digunakan kadar ethyl alkohol 70%. Daya kerjanya yaitu
mengkoagulasikan protein dan menarik air sel.
2. Yodium; merupakan germicida tertua. Namun kurang baik kelarutannya
dalam air. Lebih baik kelarutannya dalam alkohol. Preparatnya adalah
betadin yang banyak digunakan untuk membersihkan luka. Dan tindakan
antiseptik pada kulit sebelum pembedahan. Yodium merupakan baktericida
yang paling kuat. Preparat chlor; banyak dipakai untuk desinfeksi air minum,
misalnya kaporit. Daya kerjanya berdasarkan proses oksidasi.
3. Zat warna; misalnya getianviolet, tertuma menghambat gram positif dan
jamur. Zat warna lainnya misalnya acriflavin. Acriflavin digunakan untuk
tindakan anti septik pada selaput lendir dan pengobatan luka. Daya kerja zat
warna ini karena berkaitan dengan protein bakteri.
4. Sabun dan detergent sintetis; sabun juga menyebabakan menurunnya
tegangan permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau
pakaian. Berbagai zat yang bersifat germicida sering di tambahkan dalam
pembuatan sabun.
5. Aerosol; adalah zat kimia sebagai anti mikrobial yang di semprotkan di udara
sehingga membentuk butiran-butiran halus dan tetap tersuspensi dalam
udara untuk waktu yang cukup lama. Di pergunakan untuk desinfeksi
ruangan.

Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:

 Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.


 Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
 Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
 Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
 Struktur fisik benda
 Suhu dan PH dari proses desinfeksi
B. DEKONTAMINASI

Membuang semua material yang tampak (debu, kotoran) pada benda,


lingkungan, permukaan kulit menggunakan sabun, air dan gesekan

Produk-produk Dekontaminasi :

1. Larutan klorin 0,5 % dan 0,1 %.


2. Etil 70 %
3. Alkohol
4. Bahan Fenolik atau karbol 0,5 % – 3 %

Tujuan prosedur dekontaminasi:


1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau
permukaan lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat
pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.

C. DISTERILISASI
Proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada
benda yang telah didekontaminasi dengan tepat.
Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan
kedokteran dan perawatan yang dipakai.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi:

1. Sifat bahan yang akan disterilkan

2. Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.

3. Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih


cara yang baik.
Metode Sterilisasi :

1. Sterilisasi secara fisik


Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia
tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara
membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas kering
membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel.
2. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki.
3. Sterilisasi secara mekanik
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan.
Penyaringan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring.
DAFTAR PUSTAKA :

1. https://www.aryowicaksana.com/2017/11/sterilisasi-desinfeksi-dan-
dekontaminasi.html

2. http://serwanahmadi.blogspot.com/2014/12/sterilisasi-desinfeksi-
dekontaminasi.html

Anda mungkin juga menyukai