Anda di halaman 1dari 9

KETERAMPILAN KOMUNIKASI

ANAMNESIS KASUS SENSITIF

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Mahasiswa diharapkan mampu menggali dan mengumpulkan informasi secara lengkap dan
mampu melakukan anamnesis kasus yang dari sudut moral/etika/harga diri termasuk sensitif

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Mahasiswa mampu:
1. Membina sambung rasa dan melakukan proses pewawancaraan yang baik
2. Mengumpulkan informasi yang lengkap untuk keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan kebiasaan sehari-hari
3. Mendiskusikan hal sensitif
4. Menunjukkan empati
5. Mengumpulkan informasi yang bersifat sensitif
6. Menjelaskan keadaan pasien dalam hal-hal yang bersifat sensitif

23 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


KETERAMPILAN KOMUNIKASI
ANAMNESIS KASUS SENSITIF

Anamnesis kasus sensitif meliputi anamnesis yang menyangkut informasi berkaitan


hal-hal yang tabu, berhubungan dengan organ seksual, memalukan, perbuatan melanggarkan
agama atau kesusilaan, tidak umum dibicarakan atau menurunkan harga diri / harkat martabat
sehingga pasien takut atau enggan diketahui keterangan tersebut sekalipun oleh dokter. Pada
kasus sensitif pasien berharap dapat dibantu mengatasi kesulitan atau kesakitannya tanpa
pasien harus berkata sejujurnya atau berterus terang. Karenanya dokter diharap tahu dengan
bahasa isyarat, kode atau bahasa samaran yang diberikan pasien. Bila diperlukan untuk
kelengkapan data bahasa samaran ini dapat ditanyakan kepada pasien, agar persepsi dokter dan
pasien sama.
Dokter dan pasien seringkali mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena
dokternya enggan menggali informasi lebih lanjut dan pasien tidak berterus terang. Kalaupun
pasien menjawab pertanyaan kadangkala menggunakan bahasa atau isyarat yang lain. Hal-hal
demikian dapat merugikan kedua pihak, mengingat informasi pasien digunakan dokter untuk
mengambil keputusan diagnosis dan terapi. Ketidaklengkapan data dapat menyebabkan dokter
membuat keputusan yang tidak tepat. Pasien dirugikan karena pengobatan yang diberikan tidak
maksimal, sehingga biaya menjadi mahal, pengobatan lama dan tidak puas secara mental
terhadap pelayanan dokter.
Sejak pasien masuk ruang periksa sebenarnya dokter sudah dapat menangkap
kemungkinan adanya hal-hal yang berkaitan dengan kasus yang sensitif seperti orang tua yang
mengantar anak dengan retardasi mental, atau sepasang muda-mudi belum menikah nampak
tidak mengutarakan keluhannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anamensis untuk kasus sensitif
antara lain:

1. Menanyakan identitas
Komunikasi kasus sensitif dimulai sejak sambung rasa awal hingga akhir
anamnesis/penutup. Dari identitas, yang meliputi nama sendiri, alamat, pekerjaan, nama
keluarga, dan data pribadi lainnya, misalnya teman sekamar, teman sekantor, atau cara mencari
tambahan uang. Hal-hal tersebut sudah nampak akan adanya kemungkinan mengandung hal-
hal yang sensitif, yaitu dari keengganan pengungkapan, bahasa non verbal yang dipakai, rasa
malu, bicara lirih, atau menggunakan istilah khusus. Terlebih bila memasuki penggalian
riwayat penyakit dan pengobatan akan banyak menyangkut hal-hal yang sensitif, misalnya
menyangkut pertanyaan tentang organ kelamin, kemampuan seksual / adanya impotensi,
kunjungan ke lokalisasi prostitusi, pernah di penjara, pernah di rawat di rumah sakit jiwa,
penggunaan jasa paranormal atau penggunaan obat kuat seksual.

24 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


Nama seseorang dapat mencerminkan asal tempat, asal keturunan, pangkat dan
kedudukan. Kadang kala pasien hanya memberikan nama panggilan atau bahkan nama samaran
(alias) dan enggan memberikan nama lengkap berserta pangkat atau gelar. Dari pengenalan
nama seorang dokter seharusnya dapat menangkap sesuatu, sehingga nama sebenarnya tidak
sepenuhnya. Apakah ingin menutupi korpsnya, kesatuan, keluarga besar/marga sehubungan
kasus sensistif ini?
Hal sensitif lainnya berhubungan dengan masalah umur pasien. Terutama untuk
perempuan yang belum menikah atau menikah terlalu dini,maka umur kadang-kadang enggan
disebutkan dan hanya memohon ditulis status dewasa. Persoalan keterbukaan mengenai
pengungkapan umur ini pun dapat dipakai sebagai petunjuk adanya sifat terbuka atau tertutup
pasien.
Alamat yang disembunyikan oleh pasien bisa merupakan desa atau wilayah yang
terkenal nakal, kumuh, kotor atau sebaliknya kampung muslim / pondok pesantren / perumahan
elite yang merasa akan tercemar bila kasus sensitif ini terungkap. Sehingga alamat yang
disampaikan kepada dokter hanya samaran saja, misal daerah Senen atau seputar terminal.
Informasi pekerjaan seorang pasien seringkali juga ditutupi dan tidak disampaikan
secara transparan karena pekerjaannya menyangkut hal-hal yang dianggap kurang wajar, misal
mucikari, pekerja diskotik, wanita penghibur, atau pengumpul barang bekas.
Status perkawinan pasien juga merupakan hal yang sensitif untuk mereka yang kawin-
cerai berkali-kali. Status duda atau janda cerai atau ditinggal mati bahkan pisah ranjang
merupakan hal-hal yang sensitif. Informasi ini digali dengan pertanyaan permohonan agar
diberikan jawabannya untuk kepentingan menggali dan memperjelas pemberian konselingnya
nanti. Pertanyaan dapat dimulai dari hal-hal yang dianggap netral dan tidak sensitif dahulu.
Penggalian data identitas yang mengandung informasi yang bersifat sensitif dilakukan
dengan membina sambung rasa dahulu diteruskan memberikan pertanyaan yang secara tidak
langsung, tidak menebak dan tidak menghakimi.

2. Cara bertanya dalam penggalian data untuk anamnesis kasus sensitif


Untuk membuka adanya hambatan komunikasi pada anamnesis kasus sensitif maka
identifikasi sedini mungkin apakah pasien yang kita hadapi memiliki masalah berkaitan dengan
hal-hal yang sensitif haruslah diketahui dengan baik. Setelah terjalin sambung rasa dan dalam
prosesnya ternyata muncul sikap malu, menutupi informasi, berbicara lirih seakan kurang
terjamin rahasianya karena kamar periksa dokter tidak tertutup rapat, menggunakan kata atau
istilah khusus untuk bagian badan yang tabu (organ kelamin), maka hal-hal demikian sebagai
isyarat bahwa pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan hal-hal sensitif.
Setelah diputuskan bahwa dokter menghadapi pasien dengan kasis sensitif, maka untuk
membina dan menjaga proses anamnesis dan pengumpulan informasi, maka dokter perlu
meyakinkan bahwa ruang periksa cukup terjamin kerahasiaannya, mengubah sikap lebih
formal dan sehingga tampak lebih berwibawa untuk menampung keluhan kasus sensitif, serius

25 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


memperhatikan bahasa non verbal, karena bahasa non verbal pada kasus sensitif dapat
dikatakan lebih jujur menyuarakan isi hati. Pemberian keyakinan pada pasien bahwa data yang
diberikan betul-betul untuk kepentingan kelengkapan informasi medis demi akuratnya
diagnosis dan pengobatan yang diberikan, selain itu dokter perlu memperhatikan pola pasien
dalam berkomunikasi, apakah suka berbicara terus-terang atau berbelit-belit. Sebagian pasien
senang dokter menanyakan terus terang, sebagian lagi menghendaki dokter bertanya secara
tidak langsung yaitu dengan memberikan contoh terlebih dahulu atau menceritakan
pengalaman orang lain dahulu baru kemudian menanyakan bentuk keluhan tersebut ada atau
tidak pada pasien yang sekarang sedang berkunjung.
Dokter dalam menghadapi kasus sensitif diharapkan menghindari pertanyaan yang
bersifat menebak informasi yang akan disampaikan oleh pasien. Oleh karena pada kasus ini
kemungkinan pasien mempunyai variasi yang kejadian yang unik dan tidak merasa senang bila
ditebak, dengan demikian biarkanlah pasien menjawab dengan bebas. Untuk itu bentuk
pertanyaan yang dianjurkan adalah pertanyaan terbuka, kecuali bila akan melakukan cross
check. Dokter dapat juga menggunakan kalimat tak lengkap (yang sebetulnya merupakan frase
dari informasi yang diberikan oleh pasien sebelumnya), contoh: ”tadi Ibu mengatakan bahwa
akhir-akhir ini suami ibu sibuk sekali, sehingga......”
Penguasaaan bahasa non verbal dari dokter untuk menangkap informasi dibaliknya
sangat dibutuhkan dan menentukan tercakupnya semua informasi yang ingin disampaikan
pasien pada kasus sensitif ini. Misalnya karena dokter berjenis kelamin yang berbeda dengan
pasien, maka pasien akan enggan menceritakan kelainan pada organ kelaminnya, sehingga
penyakitnya berlarut-larut belum sembuh. Dalam anamnesis pasien hanya berkata bahwa dia
sudah periksa ke dokter ini dan itu tapi dokternya lain jenis sehingga malu untuk periksa. Sikap
pasien pada saat itu pun tersenyum malu-malu. Dari kejadian ini maka perlu dikomunikasikan
pentingnya kesembuhan, dokter peka dan tanggap bahwa ada sesuatu yang ganjil pada alat
kelaminnya yang menurutnya amat sensitif dibicarakan namun memohon bantuan untuk
disembuhkan.
Rasa peka terhadap istilah atau bahasa untuk menutupi gejala kasus sensitif dari pasien
haruslah dibiasakan, misalnya pada kasus anak epilepsi yang dibawa orangtuanya berobat
dikatakan anak sering kena santet lalu kejang. Maka jangan lalu dikatakan bahwa anak bapak
terkena ayan atau epilepsi secara langsung, tetapi katakanlah bahwa penyakit tersebut diobati
dan dikontrol. Sebelumnya sebaiknya juga dijelaskan mengenai penyakit tersebut.
Bahasa-bahasa yang umumnya enak dipakai masyarakat untuk membicarakan keluhan
sensitif semestinya dikuasai oleh mahasiswa, misalnya TBC dengan flek paru, epilepsi dengan
terkena sawan/santet, gonorrhoe dengan flek alat kelamin, atau retardasi mental dengan kurang
tangkap-perhatian. Istilah tersebut dibuat oleh masyarakat untuk menutupi atau seakan
membuat ringan penyakit tersebut, sehingga dapat menghambat pemberatasan atau
penanganannya. Untuk itu sebagai dokter tidak menutup kemungkinan kadang kala memakai
istilah tersebut untuk menjaga proses komunikasi, tetapi kadang kala membuat ketegasan akan

26 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


bahaya penyakit tersebut bila tidak diobati. Informasi atau pengetahuan tentang istilah awam
ini dapat diperoleh dengan ”wawancara selintas” dengan masyarakat sekitar (tetangga, atau
teman non dokter).

3. Penggalian riwayat penyakit / kasus sensitif


Dalam menelusuri riwayat penyakit yang diderita, maka informasi yang sekiranya
menjadi stressor dan sensitif bagi pasien digali secara perlahan-lahan. Misalnya anak dengan
retardasi mental, epilepsy, depresi karena dipecat dari pekerjaan akibat korupsi, penelusuran
penyebab penyakit kelamin, gangguan seksual (impotensi, frigiditas) dan deviasi seksual
(homoseksual, lesbian). Penelusuran dilakukan secara perlahan-lahan dengan harapan dokter
memberikan pertanyaan terbuka dan pasien dengan kerelaan memberikan informasi. Namun
apabila informasi belum diberikan oleh pasien, dokter dibolehkan meminta disertai alasan dan
pemberitahuan bahwa informasi sangat perlu untuk memecahkan masalahnya, serta yakinkan
pasien akan kerahasiaan data tersebut.

4. Permohonan pemeriksaan bagian tubuh yang dianggap sensitif


Pemeriksaan merupakan lanjutan dari anamnesis, sehingga sewaktu dokter akan
memeriksa bagian tubuh yang dianggap sensitif, terutama organ kelamin, dubur, lubang
kencing, maka diperlukan komunikasi yang tepat, penjelasan yang sesuai serta permohonan
persetujuan. Pemeriksaan organ tersebut kadang juga menimbulkan rasa sakit bila pasien
tegang, teruslah ajak pasien bicara ringan dan tidak menjurus sewaktu pemeriksaan.

5. Penyampaian diagnosis kasus sensitif


Penyampaian diagnosis kadang dapat menyinggung perasaan, misalnya adanya
retardasi mental, epilepsi, gangguan jiwa, penyakit kelamin, penyakit rakyat jelata. Oleh karena
sifat sensitif bersifat individual, maka sebagai dokter diharapkan sudah mengetahui tingkat
sensitifitas pasien dalam menerima diagnosis atau informasi yang bersifat sensitif. Dokter
harus membiasakan peka terhadap istilah atau bahasa untuk menutupi kasus sensitif. Pada
kasus epilepsi, maka jangan langsung dikatakan bahwa anak bapak terkena epilepsi atau ayan,
namun sampaikan bahwa penyakit tersebut dapat diobati dan dikontrol.

6. Penyampaian informasi kasus sensitif


Awal dimulainya pemberian informasi dapat dilakukan bila sambung rasa telah terjalin
dengan baik, sehingga pasien akan menerima dan melakukan dengan rela apa yang diutarakan
dokter. Dengan demikian diharapkan adanya kemajuan ke arah yang baik dari diri pasien.
Lebih lanjut mengenai diskusi tentang masalah tersebut diharapkan pasien akan dapat
memecahkan sendiri permasalahannya dan kemungkinan masalah-masalah lain yang mungkin
dihadapi dalam perjalanan hidupnya karena pola memecah masalah bagi diri pasien telah
dikuasainya.

27 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


Pemberian informasi yang jelas dan tidak menyinggung perasaan dapat membuat
pasien menjadi nyaman dalam keluarganya, untuk itu apa yang diutarakan untuk dilaksanakan
pasien jangan sampai memunculkan keributan dalam keluarganya. Hal-hal yang dapat
memunculkan keributan dalam keluarga, misalnya pasangan suami istri, yang istrinya
mendapat infeksi penyakit kelamin, sedangkan penyakit tersebut didapat tidak melalui
hubungan seksual atau penyelewengan, maka informasi dan penjelasan yang sekiranya tidak
menimbulkan keributan antara suami-istri sajalah yang diberikan dokter kepada istri atau
suami, misalnya infeksi kelamin tersebut karena higiene organ kelamin yang tidak baik.
Demikan pula pada kasus anak retardasi mental yang belum tentu berasal dari keturunan salah
satu orang tua, mungkin berasal dari proses genetika atau biologis sewaktu janin dalam
kandungan atau faktor eksternal yang di luar kemampuan suami atau istri.
Dari hal-hal tersebut ternyata sifat peka dari konselor atau dokter sangat diperlukan untuk
kelangsungan dan keberhasilan pemberian informasi dan penjelasan kasus sensitif.

7. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bertujuan tidak saja menyampaikan informasi namun sekaligus
juga pembentukan opini (pendapat) agar diharapkan dengan satu kali tatap muka, dapat dicapai
adanya perubahan perilaku berupa aktivitas seperti yang kita kehendaki. Pada program
pendidikan biasa pencapaian tahap perubahan perilaku dicapai melalui beberapa kali tahap
program. Sehingga tentu saja program penyuluhan membutuhkan teknik penyampaian yang
prima serta membutuhkan sarana-prasarana yang memadai agar tercapai maksud penyuluh.
Bentuk program berupa demonstrasi akan sangat efektif dan efisien dengan sifatnya yang
visual akan mudah dipahami sekaligus peserta dapat meniru serta mencoba keterampilan yang
diajarkan tadi. Selain itu bahasa yang digunakan harus betul-betul dipilih sesuai dengan tingkat
pendidikan serta pengetahuan peserta agar materi penyuluhan dapat dengan cepat dan mudah
ditangkap dan dipahami peserta.
Cara membawakan penyuluhan pun harus sedemikian rupa sehingga memfiksasi perhatian
peserta selama program terhadap materi yang disuluhkan.
Penyuluhan dapat berupa penyuluhan pribadi/individu, yaitu antara
dikter/bidan/perawat/kader ke pasien/kliennya atau penyuluhan kelompok.
Agar efektif jumlah peserta pada penyuluhan kelompok sebaiknya dibatasi maksimal 10 orang,
agar tiap peserta dapat dengan jelas melihat peragaan dan memperoleh kesempatan cukup
untuk iut serta melatih keterampilan tersebuut serta penyuluh dapat memonitor tiap peserta
dengan sebaik-baiknya.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada penyuluhan individu yaitu:


1. Kedudukan dokter dan pasien sederajat, tidak ada yang superior
2. Situasi dibuat santai dan formal

28 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


3. Nada suara jangan terlalu keras, lembut dan berwibawa
4. Dokter harus dapat menanamkan kepercayaan diri si pasien (kemukakan penyakit atau
seberapa berat penyakitnya*) kemudian yakinkan pada pasien bila pasien melakukan
nasehat dokter akan sembuh)
*) untuk penyakit yang berat (dengan prognosis buruk) pada keluarga
5. Tanamkan pada pasien bahwa kesembuhan tidak hanya dari dokter dan obat tetapi juga
harus ada keterlibatan sikap, perilaku dan tubuh pasien sendiri. Kepatuhan dan
kedisplinan sangat diperlukan untuk proses kesembuhan
6. Terangkanlah hal-hal atau perilaku yang dapat menyebabkan penyakit tersebut,
kemudian terangkan hal-hal yang dapat mencegah / meringankan penyakit yang
diderita pasien. Bujuklah pasien untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk
(untuk penyakit infeksi kelamin:berganti-ganti pasangan seksual; hepatitis: minum
minuman beralkohol, penyalahgunaan obat; TBC: kebiasaan merokok; diare: jajan
disembarang tempat)
7. Pasien dimotivasi untuk dapat menuruti petunjuk dokter: minum obat teratur,
menghindari faktor pencetus, melakukan olahraga, atau kontrol secara rutin.
8. Memarahi pasien dapat dilakukan tapi dengan cara halus dan suara yang tidak kasar (”
Saya sudah mengatakan kemarin Ibu/Bapak sebaiknya istirahat jangan bekerja dahulu.
Sekarang Ibu/Bapak dapat melihat dan merasakan akibatnya bukan? Nah, sekarang
sebaiknya Ibu/Bapak istirahat saja dulu .... dst)
9. Sebelum mengakhiri penyuluhan pasien diberi kesempatan untuk bertanya
kemungkinan ada yang belum jelas atau ada pertanyaan lain yang berhubungan dengan
penyakit tersebut.
10. Bila pasien menanyakan hal-hal di luar penyakit atau mengulur-ulur waktu dapat
ditolak dengan halus (Maaf Bu/Pak, di luar sudah ada pasien lain yang menunggu,
Ibu/Bapak jalankan saja dulu hal-hal yang sudah saya utarakan, kalau belum ada
perbaikan dapat kembali lagi.

8. Skenario latihan
Kasus Hamil Muda
Seorang perempuan, 21 tahun, datang menemui dokter praktek dengan keluhan 1 minggu mual,
pusing, muntah terutama pada pagi hari, muntah hanya keluar air warna kekuningan dan terasa
pahit, tidak nafsu makan. Pasien mengaku 2 bulan tidak haid. Pasien kuliah di sebuah
perguruan tinggi dan belum menikah.

Kasus penyakit menular seksual


Seorang laki-laki, 34 tahun, pegawai swasta, datang ke klinik YARSI dengan keluhan rasa
panas ujung kemaluannya dan adanya nanah. Pasien sudah menikah namun istri tinggal di luar

29 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


kota dan mereka bertemu sebulan sekali. Pasien mengaku sesekali berhubungan seksual dengan
pekerja seks komersial.

30 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021


PUSAT PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANAMNESIS KASUS SENSITIF

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Membina sambung rasa :
1. Mengawali dengan basmallah dan mengucapkan salam Islami
2. Memperkenalkan diri dan mempersilahkan duduk
3. Menanyakan identitas
B. Mampu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
4. Menggunakan bahasa yang dipahami responden
5. Wawancara tidak berkesan menyelidiki atau interogasi
6. Menanyakan tentang keluhan utama
7. Menanyakan tentang riwayat penyakit sekarang
8. Menanyakan tentang riwayat penyakit terdahulu
9. Menanyakan tentang riwayat penyakit keluarga
10. Menanyakan anamnesis sistem yang sesuai kasus
11. Menggali riwayat pribadi
12. Menanyakan kebiasaan sehari-hari
13. Melakukan cross check untuk meyakinkan jawaban responden
14. Mendapatkan umpan balik
15. Mendiskusikan hal sensitif
16. Memberikan penyuluhan individu secara kedokteran dan Islam
C. Memiliki penampilan pewawancara yang baik
17. Bersikap netral terhadap pasien
18. Mampu mencatat dengan jelas
19. Kesungguhan bekerja, disiplin
20. Sopan santun, berempati, penampilan sederhana rapi
21. Menutup wawancara
22. Mengakhiri dengan hamdallah dan mengucapkan salam Islami
JUMLAH
Keterangan:
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi kurang lengkap
2 : dilakukan lengkap

Jumlah
Nilai : x 100% =
44

Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab

( ) ( )

31 Skills Lab Sem 7 2020 – 2021

Anda mungkin juga menyukai