“NEUROSENSORI”
(MATA KULIAH BERPIKIR KRITIS)
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. FEBRIANTI ASTUTI, M.Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
3. JOHARIAH, A.Md.kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun
sebagai tugas dari mata kuliah Berpikir Keritis dengan judul “Neurosensori”.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ns. Febrianti Astuti, M.Kep selaku dosen mata
kuliah Berpikir Kritis yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Berpikir Kritis dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
Kelompok 3 Progsus S1 Keperawatan KLU
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 5
2.1 Pengertian system sensoris ...............................................................................
2.2 Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 5
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 17
3.2 Saran........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap organ indra menerima stimulus tertentu, hanya kesan yang sesuai
dengan organ indra yang mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim
impuls saraf. Interpretasi dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ
indra umum seperti reseptor peraba yang tersebar di seluruh tubuh dan organ indra
khusus seperti puting pengecap yang terbatas pada lidah.
Reseptor sensoris merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk
potensial aksi dalam neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang
mengelilinginya dan membentuk organ indra. Bentuk tenaga yang diubah oleh
reseptor mencangkup tenaga mekanik (raba dan tekan), suhu (derajat kehangatan),
elektromagnetik (cahaya), dan kimiawi (bau dan pengecapan). Reseptor pada tiap
organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu bentuk khusus, tenaga pada
ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang berespon terhadap bentuk
tenaga lain.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem sensoris?
2. Bagaimana sistem sensoris pada mata?
3. Bagaimana sistem sensoris pada telinga?
4. Bagaimana sistem sensoris pada hidung?
5. Bagaimana sistem sensoris pada pengecapan?
6. Bagaimana sistem sensoris pada kulit?
1.3 Tujuan
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai setelah
menyusun makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem sensoris
2. Mengetahui sistem sensoris pada mata
3. Mengetahui sistem sensoris pada telinga
4. Mengetahui sistem sensoris pada hidung
5. Mengetahui sistem sensoris pada pengecapan
6. Mengetahui sistem sensoris pada kulit
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara struktural, bola mata bekerja seperti sebuah kamera, tetapi mekanisme
persarafan yang ada tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Lapisan saraf yang
melapisi separuh bagian posterior bola mata merupakan bagian dari susunan saraf
pusat yang dihubungkan melalui suatu berkas saraf yang disebut saraf opti (nervus
opticus). Lapisan fibrosa yang terletak di luar sesuai dengan duramater yang berwarna
putih keruh. Antara lapisan fibrosa luar dan retina terdapat suatu lapisan vaskular
yang berfungsi sebagai nutrisi. Pada iris terdapat suatu celah bulat dibagian tengah
dengan diameter yang beragam dan disebut pupil. Retina berlanjut ke depan, tetapi
sebagai lapisan tanpa saraf pembukaan dalam badan siliar, iris, atau bagian siliar, dan
iridika retina.
Mata merupakan suatu bulatan yang sedikit asimetris dan agak gepeng dari
atas kebawah. Titik pusat lengkungan kornea dan sklera disebut kutub anterior dan
kutub posterior.
Bola mata
a. Tunika fibrosa
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang tampak putih. Pada bagian posterior
ditembus oleh nervus optikus dan menyatu dengan selubung saraf durameter.
Kornea yang transparan mempunyai fungsi utama merefraksi cahaya yang masuk
kedalam mata, tersusun berlapis-lapis dari luar kedalam. (Syarifudin, 2009)
Epitel kornea yang bersambung dengan epitel konjungtiva.
6
Substansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan.
Lamian limitans posterior.
Endotel (eoitelium posterius)
b. Lamina vaskulosa
Dari depan kebelakang tersusun atas bagian yaitu:
Koroid (choroidea) adalah lapisan luar berpigmen dan berlapis. Lapisan
dalam sangat vaskular karena menyentuh pembuluh darah. Koroid
mengandung pleksus vena yang luas dan mengepis setelah kematian.
Korpus siliare kebelakang bersambung dengan koroid, kedepan terletak di
belakang tepi parifer iris, terdiri atas korona siliaris, prosesus siliaris, dan
mukulus siliaris. Lapisan luar epitel berpigmen retina disokong oleh lamina
basalis. Lapisan dalam tidak berpigmen dan permukaannya tidak teratur yang
merupakan perpanjangan dalam saraf retina.
Korpus siliare kebelakang bersambung dengan koroid Tepi iris melekat pada
permukaan anterior korpus siliare membagi ruang diantara lensa dan kornea
menjadi kamera anterior dan posterior. Serat otot iris terdiri atas serat sirkuler
yang menyusun muskulus sphinkter pupilae di sekitar tepi pupil dan
muskulus dilatator pupil berupa lembaran tipis yang terletak dekat
permukaan posterior.
c. Tunika sensoria
Retina terdiri dari parspigmentosa, sebelah luar melekat pada koroid dan
persnervosa sebelah dalam berhubungan dengan korpus vitreum. Ujung anterior
retina berbentuk cincin berombak disebut ora serata (ora serrata retinae). Bagian
anterior retina bersifat non reseptif dan terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan
epitel selinderis dibawahnya. Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah
lonjong kekuningan disebut makula lutea. Yang merupakan daerah retina yang
terlihat paling jelas.
Lapisan luar membentuk epitel berpigmen, sedangkan lapisan dalam
menjadi retina saraf. Suatu ruangan potensial berada di antara kedua lapisan
tersebut yang dilalui oleh penonjolan sel pigmen. Retina optikal melapisi koroid
mulai dari papila saraf di bagian posterior hingga ora serata anterior. Epitel
berpigmen adalah suatu lapisan poligonal berbentuk teratur ke arah oraserata dan
7
selnya menjadi lebih gepeng. Epitel berpigmen menyerap cahaya untuk mencegah
pemantulan dan berada dalam nutrisi foto reseptor.
(Sumber : http://www.slideshare.net/ShelaRahmadani/anatomi-mata-59488485)
8
Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon
terhadap getaran mekanik gelombang suara yang ada di udara. Telinga menerima
gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi
pendengaran ke susunan saraf pusat.
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pina yang pada binatang rendahan
berukuran besarserta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang
suara; dan meatus auditorius eksterna yang menjorok ke dalam menjauhi pina,
serta menghantarkan getaran suara menuju membran timpani. Liang ini berukuran
panjang 2,5 sentimeter, sepertiga luarnya adalah tulang rawan sementara dua
pertiga dalamnya berupa tulang.
Aurikel berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulangh rawan dan jaringan
fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, terutama terdiri
atas lemak.
2. Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung
udara, di dalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran yang berfugsi meneruskan
getaran membran timpani ke telinga dalam. Rongga itu terletak sebelah dalam
membran timpani atau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu dari meatus
auditorius eksterna.
3. Telinga dalam
Rongga telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis.
Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-
saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan
dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran
bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan
keseimbangan.
Labirin tulang terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya
bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah
(vestibula) pada sebuah rumah.
9
b. Saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula. Ada 3 jenis
saluran-saluran itu, yaitu saluran superior, posterior dan lateral. Saluran
lateral bentuknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling membuat sudut
tegak lurus. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang
disebut ampula.
Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya laksana
rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang
memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modius.
10
Membran mukosa olfaktorius
Sel reseptor terletak di bagian mukosa hidung khusus, membran mukosa
olfaktorius yang berpikmen kekuningan. Pada manusia, membran ini memiliki luas
area 5 cm di atap rongga hidung di dekat septum. Membran ini terdapat 10-20 juta sel
reseptor. Setiap reseptor olfaktorius adalah neuron, dan membran mukosa olfaktorius
dikatakan merupakan bagian tubuh yang sistem sarafnya terletak paling dekat dengan
dunia luar,
Bulbus olfaktorius yang pada hakikatnya merupakan bagian otak yang
terpencil adalah bagian yang agak berbentuk (membesar) dari syaraf olfaktorius yang
terletak di atas lempeng kribiformis tulang etmoid. Dari bulbus olfaktorius, peraaan
bergerak melalui traktus olfaktotius dengan perantaraan beberapa stasiun
penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada
lobus temporalis otak, tempat perasaan itu ditafsirkan.
Penciuman dirangsang oleh gas yang terhirub atau oleh unsur-unsur halus. Rasa
penciuman ini sangat peka, dan kepekaannya mudah hilang bila dihadapkan pada
suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama.
11
D. SISTEM SENSORIS LIDAH
Lidah sebagai besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot tersebut adalah otot
intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara oto ekstrinsik mengaitkan
lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melakukan gerakkan-gerakan kasar yang
sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan,
menekannya pada langit-langit dan gigi, dan akhirnya mendorongnya masuk faring.
Lidah terletak pada dasar mulut. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan
dengan gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan atau melengkung pada
bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, tampaklah permukaan bawahnya
yang disebut frenulum lingue, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian
posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila
dijulurkan ujung lidah meruncing dan bila terletak tenang didasar mulut ujung lidah
berbentuk bulat. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab jika lidah
sehat berwarna merah jambu. Di permukaan atas seperti beledu dan ditutupi papila.
Papila terdiri 3 jenis yaitu papila valate, papila fungiformis, dan papila filiformis.
Papila sirkumvalata yaitu ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang
terletak pada bagian dasar lidah. Jenis ini terbesar dan masing-masing dikelilingi
semacam lekukan seperti perit. Papila ini tersusun berjajar membentuk V pada bagian
belakang lidah. Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah,
dan berbentuk jamur. Papila filiformis ini banyak tersebar di permukaan lidah. Fungsi
papila ini untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya.
Jaras pengecapan serabut saraf sensori dari papila di dua pertiga anterior lidah
berjalan di dalam cabang korda timani nervus fasialis, Serabut dari sepertiga
posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus glosofaringues. Serabut dari
daerah lain selain lidah mencapai batang otak melalui nervus vagus. Di setiap sisi,
serabut pengecap yang mengandung mielin tetapi penghantar implus relatif lambat di
ketiga saraf tersebut menyatu di bagian
Manusia memiliki lima pengecapan yaitu manis, asam, asin, pahita, asin,
umami. Rasa asam dipicu oleh pronoton EnaC memungkinkan masuknya proton dan
mungkin bertanggung jawab. Namun HCN kanal kation bergabung nukleotida
siklikyang aktif oleh hiperpolarisai, dan reseptor lainnya mungkin berberan
12
Rasa pahit ditimbulkan oleh berbagi senyawa yang tidak saling berkitan.
Banyak dari senyawa bersifat racun dan rasa pahit berfungsi sebagai peringatan untuk
menghindrinnya. Reseptor pahit yang berhubungan dengan protein G heterotrimerik
gustducin
salah satu ujungnya terpotong. Rasa asin ditimbulkan apabila alkali atau ion hidrogen
memasuki kudup rasa.Rasa manis ditimbulkan oleh molekul pada penerima pasangan
protein G pada selaput sel kudup rasa.
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian tubuh
yang perlu mendapat perhatian kusus untuk memper indah kecantikan, selain itu kulit
dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien. Kulit mencakup kulit
pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya termasuk kuku, rambut dan
13
kelenjar. Kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang
masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kulit disebut juga integimen yang tumbuh dari dua macam jaringan yaitu
jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat
(penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit dapat dibedakan
dalam 2 lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit janggat (epidermis=kutis).
Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada dibawahnya dengan
perantaraan jaringan ikat bawah kulit (hipodermis=subkutis), dermis atau kulit
mempunyai alat tambahan atau pelengkap kulit yaitu rambut dan kuku.
14
c. Stratum granulusum (stratum granulusum) : lapisan ini terdiri atas 2 – 3 lapis
sel poligonal yang agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma berisi
butiran (granula) keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan
ini menghalangi masuknya benda asing,kuman dana bahan kimia masuk
kedalam tubuh.
d. Stratum spinosum (stratum spinosum) : lapisan ini terdiri atas banyak
lapisan berbentuk kubus dan poligonal,inti terdapat di tengah dan
sitoplasmanya berisi berkas – berkas serat yang terpaut pada desmosom
(jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat serat – serat tersebut sehingga
secara kesuluruhan lapisan sel – selnya berduri. Lapisan ini untuk menahan
gesekkan dan tekanan dari luar,tebal dan terdapat di daerah tubuh yang
banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki.
e. Stratum malpigi (stratum malpighii) : unsur – unsur lapis taju yang
mempunyai susunan kimia yang khas. Inti bagian basal lapis taju
mengandung kolestrol dan asam – asam amino. Stratum malpigi merupakan
lapisan terdalam dari . epidermis yang berbatasan dengan dermis dibawahnya
dan terdiri atas lapis sel yang berbentuk kubus atau batang.
15
2. Dermis
Kulit janggat terdiri atas serat-serat kolagen, serabut-serabut elastis dan
serabut-serabut retikulin. Serat-serat ini bersama pembuluh darah dan
pembuluh getah bening membentuk anyaman-anyaman yang memberikan
pendarahan untuk kulit. Batas dermis yang sukar ditentukan karena menyatu
dengan lapisan sub kutis (hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3 mm,
beberapa kal lebih tebal dari epidermisdan dibentuk dari komponen jaringan
pengikat.Derivat dermis terdiri atas bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan
kelenjar keringat yang membenam jauh di dalam dermis. Kulit janggat bersifat
ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi bagisn yang lebih dalam. Pada
perbatasan antara kulit ari dan kulit janggat terdapat tonjolan-tonjolan kulit
pada kulit ari (epidermis) yang disebut papil kulit janggat.
3. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri
dari jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel
lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang
terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit
diatasnya. Bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk
bantal lemak disebut pannikulus adiposus. Pada daerah perut, lapisan ini dapat
mencapai ketebalan tiga cm, sedangkan pada kelopak mata , penis, dan
skrotum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial
hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan
hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman
syaraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis. Lapisan
ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar
terhadap jaringan dibawahnya.
16
Gambar 2.5 Anatomi Kulit
(Sumber : http://dosenbiologi.com/manusia/anatomi-kulit)
17
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang sistem sensoris tersebut , di ketahui dalam sistem
sensoris di bahas tentang panca indra atau lima indra di mana di jelaskan bagaimana
mekanisme kerja panca indra tersebut dan bagian-bagian organ yang bersangkutaan,
sistem sensoris meliputi:
1. Sistem indra penglihatan (mata)
2. Sistem indra pendengar (telinga)
3. Sistem indra pembau (hidung)
4. Sistem indra pengecap (lidah)
5. Sistem indra peraba (kulit)
Dalam sistem sensoris ini Indera Pendengar (Telinga) merupakan alat pendengar
dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah
dan rongga telinga dalam.
Indra penglihatan (mata) yaitu organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi
optikal untuk melihat dan saraf untuk trandsuksi. Mata terdiri dari beberapa komponen
utama, sebagai berikut. Aqeuos humor, korpus siliais, bintik buta, fovea, iris, kornea,
koroid, lensa, ligamentum suspensorium, makula lutea, neuron bipolar ,otot siliaris,
pupil, retina, saraf optikus, sel batang, sel ganglion, sel kerucut, sklera, vitreus humor.
Indera Peraba (Kulit) merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-ujung saraf
sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature (panas dan
dingin), serta rasa sakit.
Indera Pengecap (Lidah) merupakan organ yang tersusun atas otot. Prmukaan
lidah banyak tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan
kasar. Pada papilla lidah terdapat indra pengecap.
Indera Pembau (Hidung); aktifnya indra pembau di rangsang oleh gas yang
terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya mudah
hilang jika di hadapkan pada bau yang sama dalam jangka waktu yang lama.
18
2. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
Sistem Sensori sangat penting bagi kehidupan kita, dengan adanya panca indra kita
dimudahkan dalam menjaankan aktifitas kita. Selain dari pada itu, penulis memohon
maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan
yang kami harapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka
pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
(EGC)
Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. PT.Gramedia
Pustaka Utama
20