Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SISTEM

PENGINDRAAN

Dosen pengampu :
Mayer D. Panjaitan, S.Kp., M.Kep

Oleh Kelompok 2 :

Yulan Simarmata
Ayu Sinambela
Masta Rajagukguk
Wahyu Sihombing

AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA


PEMATANG SIANTAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya dan
ucapan terimakasih juga kepada Bapak Mayer D.Panjaitan.S.Kp.Mkep selaku
dosen mata kuliah biomedik dasar masih dapat di berikan waktu untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini mempunyai kekurangan untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar menjadi masukan bagi
kami dalam pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

Pematangsiantar, 25 September 2020

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Makalah
3. Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Apa pengertian dan Sistem Pengindraan


2. Bagaimana Anatomi dan Sistem Pengindraan....................................3
3. Bagaimana Fisiologi dan Sistem Pengindraan pada Manusia............8
4. Apakah sajakah gangguan-gangguan pengindraan pada manusia .....8

BAB 3 PENUTUP
A.    Kesimpulan .........................................................................................24
B.     Saran....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam melakukan kegiatan dibantu dengan berbagai organ yang berkumpul
menjadi suatu sistem organ yang bertugas menopang fungsi aktivitas manusia seperti,
sistem pernafasan manusia untuk proses bernafas, sistem kardiovaskuler untuk
membantu proses pemomompaan darah dan proses aliran darah dari jantung ke seluruh
tubuh dan sebaliknya maupun dari jantung ke paru-paru dan sebaliknya dan masih
banyak sistem organ lain yang membantu aktivitas tubuh manusia.
Salah satunya adalah sistem pengindraan yang sangat penting fungsinya sebagai
penerima rangsangan tertentu, di sini akan kami akan membahas tentang masalah sistem
penginderaan mulai dari anatomi maupun fisiologi serta kelainan-kelainan yang terjadi
pada organ-organ dalam sistem indera yang dapat mempengaruhi fungsinya bagi tubuh
manusia.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.      Apakah sistem pengidraan itu?
2.      Bagaimana anatomi dan sistem pengindraan pada manusia?
3.      Bagaimana fisiologi pada system pengindraan?
4. Apasajakah gangguan-gangguan sitem pengindraan pada manusia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.      Mampu menjelaskan pengertian dari system pengindraan
2.      Mampu menjelaskan anatomi dari sitem pengindraan pada manusia
3.      Mampu menjelaskan fisiologi dari system pengindraan pada manusia
4. Mampu menyebutkan gangguan-gangguan system pengindraan pada manusia

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Sistem Pengindraan
Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa (sensory infersion) dari organ indra menuju ke otak dimana
perasaan ini di tafsirkan.
Serabut saraf dilengapai dengan ujung akhir yang khusus mengumpulkan
rangsangan yang khas dimana setiap orang berhubungan. Sistem indra memerlukan
bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan indra dengan sistem saraf pusat.
Organ indra merupakan sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan
maupun dari dalam badan sendiri, untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut
saraf ke pusat susunan saraf.
Setiap organ indra menerima stimulus tertentu hanya kesan yang sesuai dengan
organ indra yang mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim impuls
saraf. Interprestasi dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ indra
umum seperti reseptor peraba yang tersebar diseluruh tubuh dan organ indra khusus
seperti putting pengecap yang terbatas pada lidah.
Reseptor sensorik merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk potensial
aksi dalam neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang
mengelilinginya dan membentuk organ indra. Bentuk tenaga diubah oleh reseptor
mencakup tenaga mekanik (raba atau tekan), suhu (derajat kehangatan),
elektromagnetik (cahaya), dan kimiawi (bau dan pengecapan).
Reseptor dalam tiap organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu bentuk
khusus, tenaga pada ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang
berespon terhadap bentuk tenaga lain.

2
1. INDRA PENGLIHATAN
a. Pengertian
Mata adalah organ indera yang kompleks yang berkembang dari bercak-bercak
primitif yang peka cahaya pada permukaan invertebrata.  Dalam wadah pelindungnya,
tiap mata mempunyai suatu lapisan reseptor, suatu sistem lensa untuk memusatkan
cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke
otak.

b. Anatomi

c. Fisiologi
a.   Sklera
Lapisan pelindung luar bola mata disebut sklera, yang disebelah depan berubah menjadi
kornea yang transparan, fungsinya untuk membiarkan berkas cahaya untuk masuk ke
dalam mata.

b. Badan koroid
Di sebelah dalam sklera adalah badan koroid, yaitu suatu lapisan berpigmen yang
mengandung banyak dari pembuluh-pembuluh darah yang memberi makan bentukan-
bentukan dalam bola mata.Dua pertiga posterior dari badan koroid dilapisi oleh retina,
di sini terdapat jaringan syaraf yang mengandung reseptor.
c. Lensa
Lensa kristalina adalah struktur transparan yang dipertahankan tempatnya oleh
ligamentum ciliaris atau biasa disebut zonula ziini.Zonula ini melekat pada bagian
anterior badan koroid yang menebal.
Corpus cliare mengandung serabut-serabut otot sirkuler dan serabut-serabut membujur
yang melekat dekat perbatasan kornea dan sklera.
Fungsi lensa ialah untuk memfokuskan cahaya yang berasal dari benda agar jatug tepat
di retina mata.
d.  Iris
Di depan lensa terdapat iris yang memberi warna pada mata. Iris mengandung serabut-
serabut otot siruler yang berfungsi untuk menyempitkan dan serabut-serabut radial yang
berfungsi melebarkan pupil.Perubahan-perubahan pada diameter pupil dapat
menimbulkan sampai 5 kali perubahan pada jumlah cahaya yang mencapai retina.
Fungsi utama iris adalah untuk meningkatkan jumlah cahaya masuk kedalam mata pada
waktu gelap dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata pada
waktu terang.
e.  Retina
Tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel-sel batang dan sel-sel kerucut
Yang berfungsi sebagai reseptor bagi indera penglihatan, ditambah dengan 4 jenis
neuron:
1.      Sel bipolar
2.      Sel ganglion
3.      Sel horisontal
4.      Sel amakrin
Sel kerucut yang dekat dengan badan koroid bersinaps dengan sel
ganglion.Akson sel ganglion berkumpul dan meninggalkan bola mata sebagai nervus
opticus.Sel horisontal menghubungkan sel reseptor satu dengan sel reseptor lainnya.
Dan sel amakrin menghubungkan sel ganglion satu sama lainnya di dalam lapisan
pleksiform luar.
Karena lapisan reseptor retina merapat dengan badan koroid, sehingga berkas
cahaya harus melalui lapisan sel ganglion dan sel bipolar agar bisa mencapai sel batang
dan sel kerucut.Lapisan pigmen koroid disebelah luar retina menyerap berkas cahaya,
dan mencegah pantulan kembali melalui retina. Pantulan seperti ini akan menimbulkan
kekaburan pada bayangan penglihatan.
Unsur-unsur saraf retina terikat bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel-
sel muller. Nervus opticus meninggalkan bola mata dan pembuluh darah retina masuk
ke dalam bola mata pada sebuah tempat 3 mm medial dan sedikit ke atas dari katup
belakang dari bola mata. Daerah ini telihat melalui oftalmoskop sebagai papila nervi
optici. Disini tidak terdapat reseptor penglihatan dan akibatnyabercak ini buta atau biasa
disebut bercak buta.
Pada katup belakang bola mata terdapat bercak yang berwarna kuning  yang
merupakan tempat dari fovea centralis yaitu bagian retina yang menipis dan tidak
mengadung sel-sel batang diman kerucut berdesak-desakkan sangat padat dan dimana
sangat sedikit sel dan tidak ada pembuluh darah yang menutupi reseptor. Fovea adalah
dimana titik penglihatan paling besar. Apabila perhatian orang ditujukan pada sebuah
benda, mata normal akan bergerak sehingga berkas cahaya yang datang dari benda itu
jatuh pada fovea.
Suplai darah bernutrisi pada lapisan dalam retina berasal dari arteria retina
sentralis yang memasuki bola mata melalui pusat saraf optik dan selanjutnya
mempercabangkan diri untuk menyuplai seluruh permukaan dalam retina.
Lapisan terluar retina yang melekat pada badan koroid yang juga merupakan jaringan
kaya pembuluh darah di antara retina dan sklera.
1.      Lintasan saraf
Akson sel-sel ganglion berjalan ke caudal dalam nervus poticus dan tractus opticus
dan berakhir pada corpus genicalatum laterale (suau bagian dari talamus)
Serabut serabut dari masing-masing hemiretina nasal mengadakan persilangan
(decussatio) pada chiasma opticum.
Cabang-cabang akson sel ganglion melintas dari tractus opticus ke daerah prakektal dari
otak tengah dan colliculus superior inilah dimana terbentuk hubungan yang mengawali
refleks penglihatan.
2.      Reseptor
Tiap-tiap sel batang dan sel kerucut dibagi dalam segmen dalam dan luar, daerah inti
dan daerah sinaps.Segmen luar berubah menjadi cilia dan terdiri dari tumpukan yang
teratur berupa kantong-kantong gepeng yang terbentuk dari membran.Kantong-kantong
inilah yang mengandung pigmen yang peka cahaya.
Segmen luar sel batang secara terus menerus diperbaharui dengan pembentukan
kantong-kantong yang baru pada ujung dalam segmen dan fagositosis kantong-kantong-
kantong yang lama dari ujung luar oleh sel epitel pigmen.
Fovea tidak mengandung batang, dan tiap-tiap sel kerucut fovea dihubungkan oleh
satu hipoler kerdil dengan satu sel ganglion, sehingga tiap-tiap sel kerucut fovea
dihubungkan dengan satu serabut dalam nervus opticus.
Dalam mata Manusia memiliki kira-kira 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel batang.
Akan tetapi hanya 1,2 juta serabut saraf dalam tiap nervus opticus.
Sel batang sangat peka terhadap cahaya dan merupakan reseptor untuk penglihatan
malam (penglihatan skotopik). Indra penglihatan skotopik ini tidak mampu mengurai
detail dan batas-batas benda atau menentukan warna.
Sel kerucut mempunyai ketajaman lebih besar dan merupakan sistem untuk
penglihatan  pada cahaya yang terang (penglihatan fotofik) dan untuk penglihatan
warna. Jadi ada 2 jenis input ini, masing-masing berfungsi secara maksimum pada
keadaan penerangan yang berbeda  yang dinamakan “teori penglihatan rangkap”.

3.      Mekanisme fotoreseptor


Perubahan potensial yang menimbulkan potensial aksi pada retina dibangkitkan oleh
kerja cahaya pada senyawa peka cahaya pada sel batang dan sel kerucut. Apabila cahaya
diserap oleh zat ini, bangunnya akan berubah dan perubahan ini bertanggung jawab
untuk pembentukan aktivitas saraf.
Senyawa peka cahaya (fotosensitif) pada mata manusia dan kebanyakan mamalia
lainnya tersusun dari protein yang dinamakan opsin, dan retinen1, aldehida dari
vitamin A1.Istilah retinen1 dipakai untuk membedakan senyawa ini dengan retinen2
yang ditemukan pada mata beberapa jenis binatang. Karena retinen adalah aldehiada
maka biasa disebut juga dengan retinal. Vitamin A sendiri adalah alkohol dan karena itu
dinamakan sebagai Retinol.
Rodopsin adalah pigmen peka cahaya pada sel batang.Biasanya disebut sebagai ungu
penglihatan (visual purple).Opsinnya disebut scotopsin.
Jumlah rodopsin dalam reseptor berbanding terbalik dengan cahaya yang masuk ke
mata.
Rodopsin dan Iodopsin disintesis oleh vitamin A, sehingga ketika terjadi
Avitaminosis vitamin A akan menimbulkan gangguan penglihatan. Diantara gangguan
ini yang paling dini adalah buta malam atau niktalopia. Keadaan ini pertama kali
menarik perhatian terhadap peran vitamin A dalam fungsi sel batang, defisiansi  vitamin
A berkembang apabila pendapatan sehari-hari akan vitamin iniyang larut dalam lemak
berkuran atau penyerapan vitamin A oleh usus terganggu. Defisiensi yang bertahan
mempunyai hubungan dengan perubahan anatomik pada sel batang dan sel kerucut yang
diikuti dengan degenerasi lapisan saraf retina.

4.      Mekanisme pembentukan bayangan


Mata mengubah energi dalam spektrum cahaya yang terlihat menjadi potensial aksi
dalam nervus opticus.Panjang gelombang cahaya terlihat adalah kira-kira 397-723 nm.
Bayangan dari benda disekitarnya akan difokuskan pada retina. Berkas cahaya yang
mengenai retina akan menimbulkan potensial pada sel batang dan sel kerucut. Impuls
yang dibentuk dalam retina akan dihatarkan ke korteks serebri, dimana akan di
timbulkan kesan penglihatan.

5.      Akomodasi
Proses dimana kecembungan lensa diperbesar dinamakan Akomodasi. Pada saat
diam, lensa dipertahankan tegang oleh keregangan ligamentum ciliaris. Karena bahan
lensa liat dan kapsula lensa sangat kenyal, lensa akan ditarik menjadi bentuk yang
gepeng. Bila pandangan diarahkan pada benda yang dekat M. ciliaris akan berkontraksi.
Ini akan menurunkan jarak antara tepi-tepi corpus ciliare dan melemaskan ligamentum
ciliaris, sehingga lensa melentur dan menjadi lebih konveks. Perubahan dalam bentuk
ini dapat menambah sebanayak 12 Dioptri pada daya bias mata.

6.      Gerakan mata


Pergerakan mata di pengaruhi enam otot yang berdempet ke sklera yang
mengendalikan pergerakan mata dalam orbit.Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III
(okulomotor), IV (trochlear) dan VI (abducens).
           
Terdapat 4 jenis gerakan mata.Masing-masing dikendalikan oleh sistem saraf yang
berlainan tetapi menggunakan lintasan akhir yang bersam-sama.
Adapun ke empat gerakan mata tersebut yaitu:
1.      Saccades, yaitu gerakan tersendat-sendat yang tiba-tiba terjadi bila pandangan bergeser
dari satu benda ke benda lainnya.
2.      Gerakan vestibuler, yaitu gerakan penyesuaian yang terjadi sebagai respons terhadap
rangsangan yang timbul dalam canalis semisircularis, dan mempertahankan fiksasi
penglihatan apabila kepala bergerak.
3.      Gerakan konvergen, yaitu ketika aksis penglihatan saling mendekati apabila perhatian
diarahkan pada benda yang dekat dengan pengamat.
4.      Gerakan pemburu yang lain, yaitu gerakan mata yang mengikuti benda yang bergerak.

7.      Sistem cairan mata – Cairan intraokular


Mata diisi dengan ciran intraokular yang mempertahankan tekanan yang cukup pada
bola matauntuk menjaga distensinya.
Cairan intraokular dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1.      Humor aquosus, yang berada di antara permukaan posterior lensa dan retina.
2. Humor aquosus adalah cairan yang mengalir bebas.Humor aquosus secara terus
menerus dibentuk dan direabsorbsi. Keseimbangan antara pembentukan dan reabsorpsi
mengatur volume total dan tekanan cairan intraokular.
3.       Humor viterus atau badan viterus, adalah sebuah massa dari gelatin yang diletakkan
oleh sebuah jaringan fibriler halus yang terutama tersusun dari molekul proteoglikan
yang sangat panjang.
d. Gangguan pada indra penglihatan
a.       Presbiopia, yaitu keadaan dimana lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi.
Biasanya terjadi pada penglihatan orang yang sudah lanjut usia.
b.      Emetropia, yaitu mata akan dianggap norma atau “emetrop” biala cahaya sejajar dari
objek jauh difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total.Ini berarti
bahwa mata emetrop dapat melihat semua objek jauh secara jelas dengan otot siliaris
yang relaksasi.Namun untuk melihat objek dekat, otot siliaris harus berkontraksi agar
mata dapat berakomodasi dngan baik.
c.       Hiperopia (penglihatan jauh)
Biasanya terjadi akibat bola mata terlalu pendek atau kadang-kadang karena lensa
terlalu lemah.Pada keadaan ini cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa
sehingga tidak terfokus di retina.
Pasien hiperopia sering tidak dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan
objek jeuh sekalipun, apalagi untuk memfokuskan objek dekat.
d.      Miopia (penglihatan dekat)
Keadaan ini biasanya disebabkan karena bola mata yang terlalu panjang atau kadang-
kadang karena daya bias sistem lensa terlalu kuat.
Pada miopia sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan
didepan retina.
e.       Astigmatisma
Merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu
bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap
bidang tersebut.
Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu
bidang di mata.
f.       Katarak
Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada orang tua.Katarak adalah suatu daerah
berkabut atau keruh didalam lensa.Pada stadium dini pembentukan katarak, protein
dalam serabut-serabut lensa di bawah kapsul mengalami denaturasi.
g.      Strabismus (mata juling)

2. INDRA PENDENGARAN
1. Pengertian
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks.Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.
2.       Anatomi
1. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana
timpani (gendang telinga).Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi
mata.Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.Kulit
dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit
2. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes.Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara.Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin.anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring.Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat
terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan.Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3.Telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis)
dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek
anatomi.Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis
semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan
mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini
distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan
organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung
dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa
tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan
Corti.Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe.Terdapat
keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam;
banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular
menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel
rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak.Perubahan posisi kepala dan percepatan
linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang
akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus,
nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis,
yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis
(nervus kranialis VIII).Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).Kanalis auditorius internus membawa
nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.

    Keseimbangan dan Pusing


Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang
Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah
tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem
proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya
membawa informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk
koordinasi dan persepsi korteks serebelar.Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah
dari jantung dan sistem arteri.Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti
arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi
kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat
gerakan kepala.

3.      Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat


Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari
stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan
berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana
timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari
gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan
telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang
normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal
stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi
pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi
merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda
dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan
terhadap sel-sel rambut pada organ Corti.Akibatnya terjadi penurunan kemampuan
pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah
yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di
telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran
(gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini,
pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan
merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai
daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian
dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan
bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga
luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya
defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan
konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan
kehilangan pendengaran konduktif.

4. Gangguan pendengaran
a. Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.,yaitu;

1.   Kehilangan konduktif


biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan
telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran
suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2.      Kehilangan sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi
dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga
kehilangan pendengaran fungsional.Pasien dengan kehilangan suara campuran
mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi
udara maupun konduksi tulang.Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat
inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran
yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
b. Gangguan Telinga Luar
1. Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya
(nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga),
maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan
dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring.Banyak keluhan nyeri
telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis.Diperkirakan
bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
2. Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan
warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat
mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan
perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai
penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek
api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat
mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.

3.   INDRA PENCIUMAN

1. Pengertian
Penciuman dan pengecapan umumnya digolongkan sebagai perasaan viseral karena
hubungannya yang erat dengan fungsi pencernaan. Secara fisiologis fungsi ini
berhubungan satu sama lainnya. Cita rasa dari berbagai makanan sebagian besar
merupakan gabungan dari rasa kecap dan baunya. Akibatnya cita rasa makanan dapat
terasa berbeda apabila seseorang menderita pilek yang menekan indra  penciumannya.
Reseptor pencium dan pengecap keduanya adalah kemoreseptor yang dirangsang
oleh molekul-molekul dalam larutan dalam cairan hidung dan mulut. Akan tetapi, kedua
indra ini secara anatomis sangat berbeda reseptor pencium adalah reseptor jauh
(teleseptor) lintasan penciuman tidak mempunyai sambungan dalam talamus dan tidak
terdapat daerah proyeksi dalam neokorteks untuk penciuman.
2. Anatomi
1.      Membran Mukosa Penciuman
Reseptor pencium terletak pada bagian khusus dari mukosa hidung, membran
mukosa pencium berpigmen kekuning-kuningan.
Sel-sel penyangga mensekresi lapisan mukus yang terus menerus melapisi epitel dan
mengirimkan banyak mikrofili rambut halus ke dalam mukus ini.Tersebar diantara sel-
sel penyangga membran mukosa ini terdapat 10-20 juta reseptor.Tiap-tiap reseptor
pencium adalah satu neuron.
Membran mukosa penciuman dikatakan merupakan tempat dimana sistem saraf
paling dekat dengan dunia luar.Neuronnya mempunyai dendrit yang pendek dan tebal
dengan ujung-ujung yang melebar dan dinamakan batang pencium atau (olfactory
rods).Dari batang ini cilia diulurkan ke permukaan mukus.
Akson dari neuron reseptor pencium menembus laminal cribosa dari os ethmoidale dan
masuk ke dalam bulbus olfactorius.

2.      Bulbus olfactorius


Di dalam bulbus olfactorius akson reseptor berakhir diantara dendrit-dendrit dari sel-
sel mitral dan sel-sel berjambul (tufted) untuk membentuk kompleks sinaps bulat yang
dinamakan glomeruli olfactori. Rata-rata 26.000 akson sel reseptor berkonvergensi pada
tiap-tiap glomerulus.Akson dari sel mitral dan berjambul melintas ke posterior melalui
stria olfactori media unutk berakhir pada substantia perforata anterior dan trigonom
olfactorium.Implus yang berhubungan dengan refleks penciuman melintas dari daerah
ini ke sisi sistem limbik dan hipotalamus. Sebagian besar akson dari sel-sel mitral,
melintas dari glomeruli melalui stria olfactori lateral ke korteks dan bagian medial dari
nukleus amigdalae ipsilateral dan ke korteks prepiriform dan periamigdalae. Disamping
input dari luar berasal dari membran mukosa penciuman melalui nervus olfactorius,
terdapat pula tiga input dari lain-lain bagian otak masuk ke dalam bulbus olfactorius.
Satu dari input sentral berasal dari nukleus cabang horisontal jalur diagonal (serabut
sentrifugal). Input lain berasal dari nukleus olfactorius anterior sisi yang sama,
sedangkan input yang ketiga berasal dari nukleus olfactorius anterior kontralateral dan
mencapai bulbus olfactorius melaluicommissuraanterior.

3. Fisologi Penghidung
a.    Perangsang reseptor
Reseptor-reseptor penciuman hanya memberi respon terhadap zat yang
bersentuhan dengan epitel penciuman dan larut dalam lapisan mukus yang tipis.Ambang
penciuman untuk berbagai zat representatif melukiskan kepekaan yang menyolok dari
reseptor penciuman terhadap beberapa zat.Misalnya, metil merkaptan, yaitu zat yang
memberi bau yang khas pada bawang, dapat dicium pada konsentrasi yang kurang dari
sepersatu juta miligram perliter udara.Apabila molekul berbau merangsang reseptor
maka timbulah potensial reseptor.
Satu teori mengemukakan bahwa molekul berbau menekan aktivitas sistem
enzim epitel dan menyebabkan perubahan pada reaksi-reaksi kimia. Teori lain
mengemukakan bahwa molekul berbau mengubah permukaan sel-sel reseptor yang
menyebabkan total listriknya. Teori yang ketiga mengemukakan bahwa molekul hanya
mengubah permeabilitas Na dari membran reseptor.
b.  Mendengus
Bagian rongga hidung yang mengandung reptor pencium mendapat fentilasi
yang sangat sedikit.Sebagian besar udara biasanya bergerak dengan tenang melalui
bagian bawah rongga hidung pada setiap siklus pernapasan.Jumlah udara yang
mencapai bagian ini sangat meningkat dengan mendengus yaitu suatu gerakan yang
menyertakan kontraksi bagian bawah lubang.Hidung pada septum untuk membantu
membiasakan arus udara ke atas.
Mendengus adalah respon semirefleks yang biasanya terjadi apabila bau yang
baru menarik perhatian.
c.  Peranan serabut-serabut nyeri dalam hidung
Ujung-ujung telanjang dari banyak serabut nyeri N. trigeminus ditemukan dalam
membrana mukosa penciuman. Serabut-serabut ini terangsang oleh zat-zat yang
menyangat, dan perasaan menyengat komponen yang timbul dari trigeminus merupakan
komponen dari”bau” yang khas dari zat seperti minyak permen, menthol, dan klor.
Ujung-ujung ini jugsa yang bertanggung jawab untuk menimbulkan refleks bersin,
mengeluarkan air mata, sesak nafas, dan respon refleks lainnya terhadap iritan terhadap
hidung.
d.   Adaptasi
Telah diketahui umumnya bahwa bila seseorang secara terus menerus terkena bau yang
paling tidak enakpun, persepsi dari bau itu menurun dan akhirnya berhenti.Fenomena
yang kadang-kadang berguna ini disebabkan karena adaptasi yang agak cepat yang
terjadi pada sistem penciuman.Adaptasi ini adalah spesifik untuk bau tertentu yang
dicium, ambang untuk bau-bau lainnya tidak berubah.Adaptasi penciuman sebagian
adalah peristiwa sentral, tetapi juga karena perubahan pada reseptor.

4.            INDRA PENGECAP

1. Pengertian
Lidah merupakan bagian tubuh yang penting untuk indra pengecap yang di dalamnya
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, dan rasa manis.

2. Anatomi
1.      Muskulus-muskulus pada Lidah :
A.    Muskulus Ekstrinsik
-M. Genioglossus   : mrpkn otot lidah terkuat
-M. Hyoglossus      : berupa lembaran 4 sisi yang tipis
-M. Styloglossus     : menggerakkan lidah ke depan dan ke belakang
B.     Muskulus Intrinsik
-M. Longitudinalis Superior-inferior Linguae
-M. Tranversus Linguae
-M. Verticalis Linguae 

2.      Pembagian Lidah Berdasarkan Lokasi :


1. Lidah terletak pada dasar mulut
2. Pemblh darah & urat saraf keluar-masuk pada akarnya
3. Ujung serta pinggir lidah bersentuhan dgn gigi bwh
4. Permukaan melengkung pada bagn atas lidah dsbt Dorsum
5. Permukaan bwh lidah dsbt Frenulum Linguae

3.      Bagian-bagian pada Lidah :


1. Radiks Linguae ( pangkal lidah )
2. Dorsum Linguae ( punggung lidah )
3. Apeks Linguae ( ujung lidah )

4.      Papila-papila pada Lidah :


a.       Papillae sirkumvalata : ada 8 hingga 12 buah dari jenis ini yang terletak pada bagian
dasar lidah.
b.      Papillae fungiformis : menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk
jamur.
c.       Papillae filiformis: adalah yang terbanyak menyebar pada seluruh permukaan lidah.
Papillae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh.
3. Fisiologi
5.      Proses Taste Buds pada Lidah .
Setiap kuncup pengecap (taste buds) disarafi beberapa serabut saraf, Yi : nervus
kranialis V, VII, IX, X.
a. Nervus Lingualis memasuki regio submandibularis, langsung menempel
ke mandibula dan melengkung ke depan pada mandibula hyoglossus
untuk memasuki lidah.
b. Nervus tsb akan diteruskan oleh masing2 nervus kranialis dan ketiganya
berhenti di Medula Oblongata & mmbntuk Traktus Solitarius

6.       Kelainan-kelainan pada Lidah :


1. Glositis , atau peradangan lidah. dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan
lendir yang menutupi lidah.
a. Leukoplakia , ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada 
permukaan lidah (juga pada selaput lendir pipi dan  gusi).
b. Lidah terbelah (bifid /clef tongue) : akibat gangguan perpaduan  bagian
kanan dan kiri.
2. ·Microglossia dan macroglossia : akibat kekurangan hormon kelenjar gondok
pada ibunya.
· Linggual thyroid : penonjolan pada pangkal lidah sekitar
toramen coecum.
· Radang Khronik :
          1. Yang tidak khas :
              a. Geographic tongue
              b. Hairy tongue
          2. Yang khas :
               a.Tuberkulosis
               b. Syphilis

4. INDRA PERABA
1. Pengertian
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup.
Kulit menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan  menjadi ciri berbagai
tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.
Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan kebiasaan,
di samping sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya.
Kulit juga dapat menjadi sarana kontak seksual, cinta, persahabatan, atau
kebencian.Kerusakan lebih dari 30% luas kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera
menyebabkan kematian, karena kulit mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.

2. Anatomi
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan
lemak yang menjadikan kulit kedap air.Sel superfisial dari stratum ini secara kostan
dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga tediri
dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu merefraksi cahaya dan membantu
memberikan warna putih pada kulit.Lapisan keempat mengandung sel yang
memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap
pengaruh sinar UV.Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe
bersirkulasi dalam ruang interselular.

b. Dermis
Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial
dibandingkan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama
mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua
mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel
rambut dan muskulus arrektor pilli.
c. Hipodermis

Ini merupakan zona transisional diantara kulit dan jaringan adiposa di


bawahnya.Mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning,
kumparan dari sejumlah glandula sebasea dan radiks dari sejumlah rambut.

Pemberian zat makanan dermis atau porium tergantung pada vena dan limfatika.Baik
saraf bermielin maupun tidak bermielin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir
dan banyak serat saraf.Organ ini memberikan respon sensasi panas, dingin, nyeri, gatal,
dan raba ringan.

d. Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat terdiri dari glomerolus atau bagian sekresi dan duktus. Secara relatif
terdapat catu darah yang kaya dan menskresi keringat yang agak keruh, hampir tidak
berbau, hampir mengandung 99% air, dan sejumlah kecil khlorida, urea, amonium,
asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat ditemukan pada area seperti
genetalia, anus, aksila dan puting susu dan masing-masing juga mempunyai bau yang
khas.
e. Appendises

Appendises termasuk rambut dan kuku.Rambut berasal epitel dan terbentuk dari sel
tanduk yang mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang kompleks, yaitu
folikel yang terletak dalam lapisan dermis yang lebih dalam.Pada saat rambut melintasi
lapisan permukaan dari dermis maka rambut dilapisi oleh sebum yang merupakan
eksresi dari glandula kecil yang terletak berdekatan dengan batang rambut.Fungsinya
adalah melumasi kulit dan menjaga kulit tetap lentur, bertindak sebagai penolak air dan
melindungi kulit dari udara yang kering.

Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat.Pada
bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel prickle
yang mengalami modifikasi pada mana kuku melekat dengan kuat.
Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam
epidermis terutama melanin. Sebagai penitup bagian luar maka kulit mempunyai banyak
fungsi yang tidak saja besifat protektif, tetepi juga termasuk yang berikut :
1. Bertindak sebagai barier terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh, tetapi dapat
juda dirusak oleh mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak rantai panjang yang
ditemukan dalam kulit. Invasi bakteri dapat juga terhalang oleh keasaman kulit.
2.Ketahanan jaringan yang kuat melindungi jaringan di bawahnya.
3.Kulit bertindak sebagai insulator (hipoderm) dan membantu mengatur suhu tubuh.
Pengendalian suhu tubuh juga merupakan fungsi dari glandula sudorifera dan pembuluh
darah. Ketika hari panas, glandula menskresi keringat, dan penguapannya menyebabkan
pendinginan ; pembuluh darah berdilatasi untuk memungkinkan keluarnya panas tubuh
dengan meningkatkan aliran darah dekat dengan permukaan tubuh. Ketika hari dingin,
pembuluh darah berkonstriksi, menurunkan aliran darah dan dengan demikian
menurunkan kehilangan panas.
4. Karena mengandung akhiran saraf sensorik, sensasi dari kulit memainkan peranan
penting dalam mempertahankan kesehatan.
5.Sampai tingkat tertentu, kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk mengeluarkan
produk sampah tubuh. Karena itu memainkan peranan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Dalam kondisi yang sesuai, kulit mencatu vitamin D tubuh. Vitamin ini terbentuk
dengan aksi fotokimia dari sinar UV pada sterol yang diduga diekskresikan dalam
sebum.

3. Fisiologi kulit

a.    Fungsi Proteksi


Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun
mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia
iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin,
gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis,
tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian
luar tubuh.Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar
tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang
berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit
juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan
diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda
yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari
dalam ke luar tubuh.Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan
kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit dengan tempat kulit
lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut.Skrotum adalah kulit
dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah
dan punggung tangan.Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit
yang paling baik sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.

b.    Fungsi Absorpsi


Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam
minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan
kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban
udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit.Penyerapan dapat
melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.

c.   Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa
metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.Kelenjar
lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan
menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada
waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit
melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan
kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat
pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik
fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss)
dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.

d.    Fungsi Pengindra (Sensori)


Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.Badan Ruffini
yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas
diperankan oleh badan Krausse.Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis
menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvier yang terletak di
epidermis.Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.

e.   Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)


Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot
dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat
tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit
menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Kulit kaya
akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi
ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin.
Dinding pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga
mekanisme termoregulasi belum berjalan dengan baik.

f.   Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)


Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini
berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan
besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis
protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit
di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi
produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen
disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki
cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain
oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-
oksidasi, dan karoten.

g. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit,
melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid,
bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke
atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel
tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel
spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati,
protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel
tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di
bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama
14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi
kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam
penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan
kering.

h.  Fungsi Produksi Vitamin D


Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan
tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melaui
makanan.

i.    Fungsi Ekspresi Emosi


Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi
sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan
dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan
diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot
kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit
sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah
kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan
bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan
kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
BAB 3
PENUTUP

A. Simpulan

Sistem indra pada tubuh manusia sangat penting bagi  proses aktivitas/kegiatan pada
manusia. Indra adalah orkan akhir yang dikhususkan fungsinya untuk meneriam
reseptor baik dari luar tubuh mupun dalam tubuh.
Manusia memiliki beberapa macam alat indra pada tubuhnya yang membantu
menopang aktivitas sehari-harinya.
Adapun indra yang dimiliki oleh manusia beserta fungsinya, yaitu :
1.      Indra penglihatan (untuk melihat)
2.      Indra pendengaran (untuk proses pendengaran pada manusia)
3.      Indra penciuman (untuk proses pembauan)
4.      Indra perasa (untuk proses perasa/sensasi rasa pada makanan yang masuk)
5.      Indraaa peraba (untuk sensasi rabaan yang terjadi pada kulit manusia).
Ssemua indra mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam tubuh manusia. Dan
apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem indra di atas, maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan ketidakmampuan pada aktivitas yang dilakukan manusia
sehubungan dengan fungsi sistem indra di atas.

B. Saran

1.      Di harapkan untuk lebih mejaga kesehatan indra yang kita miliki agar bisa kita gunakan
dengan baik
2.      Agar lebih mengetahu apa yang bisa menyebabkan disfungsi pada sisitem indra kita
agar kita bisa menghindari kerusakan pada sistem indar yang kita miliki.

28
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2007.Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Irawati. Jakarta: EGC
Ganong.W.F. 1980.Fisiologi kedokteran (review of medical phisiology). Jakarta: EGC
Syaifuddin .2009.anatomi tubuh manusia. Jakarta: salemba medika
www.google.com

iii

Anda mungkin juga menyukai