Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan untuk

Memenuhi Kebutuhan Istirahat dan Tidur” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Meskipun kami

sudah mengumpulkan banyak referensi untuk membangun makalah ini, tetapi kami menyadari

bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari para

pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik. Akhir kata kami berharap makalah ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 29 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1 Konsep dan Prinsip Kebutuhan Istirahat dan Tidur ..................................................... 3

2.1.1 Fisiologi Organ Eliminasi Uri ................................................................................. 3

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Urinasi ...................................................................... 5

2.1.3 Perubahan Dalam Eliminasi uri ............................................................................. 7

2.1.4 Diversi Urine .......................................................................................................... 9

2.2 Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine ....................... 13

2.2.1 Pengkajian Eliminasi Uri ..................................................................................... 13

2.2.2 Diagnosa Eliminasi Uri ........................................................................................ 15

2.2.3 Rencana Tindakan ................................................................................................ 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 18

3.2 Saran ............................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah berasantai untuk menyegarkan diri atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan menyulitkan bahkan menjengkelkan
sedangkan Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 2009) atau dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relative bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim memiliki
kesadaran yang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat tidur adalah Penyakit,
Lingkungan, Motivasi, Kelelahan, Kecemasan, Alcohol, Obat-obatan, Stress Psikologi dan
Nutrisi.

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktivkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchorinizing Region (BSR) . RAS di bagian
atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran: memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba: serta emosi dan
proses berfikir pada saat sadar. RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR.

Saat bangun RAS mengeluarkan katekolamin seperti norepineprin ketika seseorang


mencoba tidur mereka akan menutupkan mata dan berada dalam posisi rileks. Stimulus ke RAS
menurun jika ruangan gelap dan tenang maka aktivitas SAR menurun pada beberapa bagian.
SBR mengambil alih dan menyebabkan tidur. Fungsi dan tujuan tidur tidak dapat diketahui
secara pasti akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan
mental, emosional, selain itu juga istirahat dan tidur berfungsi sebagai Regenerasi selsel tubuh
yang rusak menjadi baru, Menambah konsentrasi dan kempauan fisik, Memperlancar produksi
hormone pertumbuhan tubuh, Memelihara fungsi jantung, Mengistirahatkan tubuh yang letih
akibat aktivitas seharian, Menyimpan energy, Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan
penyakit, dan menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu istirahat dan tidur ?

2. Apa yang dimaksud fisiologi tidur ?

3. Tahapan apa saja pada siklus tidur secara normal ?

4. Faktor apa saja pada yang mempengaruhi tidur secara normal?

5. Apa saja penyakit fisik pada gangguan tidur?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami definisi istirahat dan tidur.

2. Untuk memahami apa yang dimaksud fisiologi tidur.

3. Untuk memahami tahapan pada siklus tidur secara normal.

4. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi tidur secara normal.

5. Untuk memahami penyakit fisik pada gangguan tidur.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi IPTEK

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan dokumen dasar dalam pemberian

informasi terkait kebutuhan istirahat dan tidur.

b. Bagi Penulis

Memenuhi tugas kelompok terkait materi Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Manusia. Selain itu, juga untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan

keterampilan penulis.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pembaca

Makalah ini bagi pembaca dapat berguna untuk menambah wawasan serta

pengetahuan terkait kebutuhan istirahat dan tidur.

b. Bagi Penulis

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dokumen yang

bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, serta dapat

digunakan sebagai bahan perbandingan untuk makalah selanjutnya.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan Istirahat dan Tidur

a) Pengertian Istirahat

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah berasantai untuk menyegarkan diri atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan menyulitkan bahkan
menjengkelkan.

b) Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensori yang sesuai (Guyton 2009) atau dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri
yang relative bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupaka suatu
urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim memiliki kesadaran yang
bervariasi.

1.2 Fisiologi Tidur

Tidur dalah sebuah mekanisme fisiologi tubuh yang diatur oleh dua hal, yaitu sleep
homeostasis dan irama sirkardian. Sleep homeostasis adalah kondisi di mana tubuh
mempertahankan keseimbangannya seperti tekanan darah, suhu tubuh, dan keseimbangan asam-
basa. Jumlah tidur dalam semalam diatur oleh sistem ini. Saat kita bangun, pengaturan
keseimbangan tidur mulai terakumulasi sampai sore hari. Menurut penelitian, salah satu yang
mempengruhi sistem ini adalah adenosin. Ketika terjaga, kadar adenosin dalam darah terus
meningkat sehingga mengakibatkan rasa ingin tidur juga bertambah. Sebaliknya, saat tertidur
kadar adenosin menurun (National Sleep Foundation, 2006).

Irama sirkadian adalah siklus perubahan secara biologi yang diatur oleh otak selama 24
jam. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus di
suprachiasmatic nucleus (SCN) (National Sleep Foundation, 2006). Bagian susunan saraf pusat
yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo
oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat
penggugah atau aurosal state (Japardi, 2002).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak teratas. RAS
dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan tidur. Selain itu, RAS
dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dalam keadan sadar. Demikian juga pada saat
tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Sistem pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat,
2008).

2.1.1 Tahapan Siklus Tidur

Tahapan tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Rapid Eye Movement
(REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM).

a. Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang ditandai
dengan mimpi yang bermacam-macam, otot- otot yang meregang, kecepatan jantung dan
pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur,
gerakkan mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat dan ereksi penis pada
pria. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses penyimpanan
secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Lehmann et al.
2016).

b. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Saat tidur NREM gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin dalam serta
pernafasan menjadi lambat dan teratur. Mendengkur terjadi pada waktu tidur NREM. Ada 4
tahapan dalam NREM yang dikenal dengan tahap I,II, III dan IV. Tidur yang paling dalam
adalah pada tingkat IV, dan aktivitas listrik paling dalam (W., 2010).

 Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang akan mengalami tidur yang
dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain.
Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas
otot melambat (Patlak, 2011).
 Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuhmenurun.Pada tahap ini
didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2011).
 Tahap III, individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut
tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa
menit (Smith & Segal, 2010). Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
 Terakhir tahap IV merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak
sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk
memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Tahap tiga dan empat dianggap
sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative bagian dari tidur yang
diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2011).

2.1.2 Siklus Tidur

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan
sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan
menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu
makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono,
2008). Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Tahap pra tidur

NREM tahap III NREM tahap IV


NREM tahap I NREM tahap II

Tidur REM

NREM tahap III


NREM tahap IV
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Istirahat Tidur

a. Penyakit

Sesorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal
namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.misalnya
pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti Asma, Bronchitis dan Penyakit Persarafan

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman kemudian terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

c. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan
waspada menahan ngantuk

d. Kelelahan

Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM

e. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga


menggangu tidurnya.

f. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan Insomnia

g. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:

1. membangunkan sesorang pada malam hari dan menyebakan kesulitan untuk kembali
tidurDiuretic: menyebabkan nokturia

2. Anti depresan: menekan REM menurunkan total waktu REM

3. Kafein: meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang tidur

4. Beta Bloker: menimbulkan Insomnia, mimpi buruk

5. Narkotika: mensupensi REM meningkatkan kantuk siang hari

6. Alkohol: menggangu tidur REM


h. Stres Psikologi

Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa, hal tersebut
terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga
sulit untuk tidur

i. Nutrusi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein
yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur kerena adanya Tryptophan yang
merupakan Asam Amino dari protein yang di cerna demikian sebaliknya kebutuhan Gizi yang
kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur.

1.3 Penyakit Fisik pada Gangguan Tidur

1. Insomnia

Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak cukup tidur,
meski terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan ini bisa berdampak pada aktivitas
penderita keesokan harinya.

Insomnia ditandai dengan sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Keluhan tersebut dapat
memicu gejala lain, seperti lelah dan mengantuk di siang hari, serta sulit fokus dalam
beraktivitas. Sulit tidur dapat membuat penderita insomnia kurang konsentrasi sehingga berisiko
mengalami kecelakaan bila sedang berkendara. Insomnia juga bisa menurunkan daya ingat dan
gairah seks, serta menimbulkan gangguan fisik dan mental.

Pengobatan insomnia tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan kondisi pasien.
Metode yang dapat diberikan oleh dokter adalah psikoterapi atau konseling, obat-obatan, atau
kombinasi keduanya.

Insomnia dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara sederhana berikut ini:

• Menghindari banyak makan dan minum sebelum tidur

• Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein

• Berusaha aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang


2. Parasomnia

Parasomnia merupakan gangguan kualitas tidur karena adanya episode abnormal saat tidur.
Beberapa episode abnormal yang dimaksud antara lain berjalan saat tidur, mimpi buruk, atau
paralisis (yang dalam istilah awam sering disebut ketindihan).

Terdapat berbagai macam gangguan tidur yang termasuk parasomnia. Beberapa gangguan yang
paling sering ditemui adalah:

• Gangguan tidur berjalan (sleep-walking), atau disebut juga somnambulisme

• Nightmare

• Night terror

Gangguan tidur lainnya adalah paralisis saat tidur, enuresis (mengompol), halusinasi
tidur, atau sleep talking. Parasomnia lebih banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan
orang dewasa.

Beberapa hal lain yang bisa menyebabkan seseorang rentan mengalami parasomnia adalah:

• Sedang tertekan atau stres

• Penderita memiliki gangguan post-traumatic stress disorder

• Efek samping obat tertentu

• Pengguna narkoba

• Kebiasaan mengonsumsi alkohol

Pengobatan parasomnia tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Bila parasomnia
yang dialami adalah gangguan tidur berjalan, maka hal yang paling penting adalah memastikan
bahwa lingkungan di sekitar tempat tidur aman. Selain itu, keluarga dapat memasang kunci atau
alarm pada jendela dan pintu untuk mencegah penderita gangguan tidur berjalan membahayakan
dirinya. Selain itu, secara umum dapat memberikan obat-obatan untuk membantu penderita agar
tidur lebih nyenyak. Sebagian besar parasomnia akan hilang dengan sendirinya seiring
bertambah usia.

3. Hipersomnia

Hipersomnia adalah kondisi yang membuat seseorang merasa lelah dan mengantuk berlebih
di siang hari. Penderita akan tetap kelelahan meski telah tidur dengan durasi yang cukup.Kondisi
yang juga disebut excessive daytime sleepiness (EDS) ini memiliki dua jenis, yakni primer dan
sekunder.

Seseorang dikatakan mengalami hipersomnia primer ketika EDS berlangsung selama


minimal tiga bulan, dan tidak disertai gejala lain. Sedangkan hipersomnia sekunder biasanya
disebabkan oleh buruknya kualitas tidur di malam hari. Akibatnya, muncul rasa lelah dan
terganggunya konsentrasi.Pada jenis sekunder, hipersomnia merupakan manifestasi dari penyakit
lain. Contohnya, penyakit Parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.

Gejala hipersomnia dapat berbeda-beda di tiap penderita. Perbedaan ini tergantung dari
penyebabnya. Namun secara umum, gejala yang muncul dapat berupa:

• Merasa sangat lelah sepanjang waktu

• Selalu merasa butuh tidur siang

• Tetap mengantuk meski telah tidur cukup atau dalam jangka waktu yang lama

• Sulit berkonsterasi sehingga sulit untuk membuat keputusan

• Kurang antusias

• Mengalami gangguan memori

• Meningkatnya risiko kecelakaan, terutama saat mengoperasikan kendaraan bermotor

• Mudah marah

• Sering merasa cemas

• Kehilangan nafsu makan

Penanganan hipersomnia akan ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya.


Dokter dapat menganjurkan cara mengobati hipersomnia yang meliputi:

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat mengatasi narkolepsi, juga bisa digunakan untuk
mengatasi hipersomnia. Contohnya, amphetamine, methylphenidate, dan modafinil. Obat-obatan
ini termasuk golongan stimulan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih segar dan tidak
mengantuk.

b. Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup juga penting sebagai bagian dari pengobatan hipersomnia. Dokter
mungkin akan menyarankan pasien untuk:
• Mengikuti jadwal tidur yang teratur

• Menghindari kegiatan yang dapat memperparah gejala yang dirasakan, terutama


menjelang tidur

• Tidak mengonsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang

• Menerapkan pola makan kaya nutrisi yang diberikan oleh dokter supaya energi tubuh
tetap tercukupi.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang
hari serta tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Tidak hanya dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga bisa membahayakan penderitanya.

Sebagian besar penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat
kimia dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga
akibat penyakit autoimun.

Narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil
hipokretin, seperti:

• Tumor otak

• Cedera kepala

• Ensefalitis

• Multiple sclerosis

Pengobatan Narkolepsi

Untuk narkolepsi ringan, pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan
tidur. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk di
siang hari dan meningkatkan kualitas tidur di malam hari:

• Olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, dan jangan melakukannya terlalu

dekat dengan waktu tidur. Disarankan untuk berolahraga paling lambat 2 jam sebelum

tidur.

• Hindari konsumsi makanan dengan porsi berat sebelum tidur.

• Usahakan bangun pagi dan tidur malam pada jam yang sama setiap hari.
• Biasakan tidur siang selama 10–15 menit setelah makan siang.

• Jangan konsumsi kafein dan alkohol, serta hindari merokok sebelum tidur.

• Lakukan hal-hal yang dapat merelaksasi pikiran sebelum tidur, seperti membaca atau

mandi air hangat.

• Buat suasana dan suhu kamar senyaman mungkin.

Jika gejala yang muncul cukup parah, penderita perlu diberikan obat-obatan. Obat yang
diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan, usia, riwayat penyakit, kondisi kesehatan
secara menyeluruh, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan gejala narkolepsi meliputi:

• Stimulan, seperti methylphenidate, untuk merangsang sistem saraf pusat sehingga


membantu penderita tetap terjaga pada siang hari

• Obat antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, untuk membantu meredakan gejala


katapleksi

• Antidepresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atau serotonin and
norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), untuk menekan waktu tidur, meringankan gejala
katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis

• Sodium oxybate, untuk mencegah katapleksi dan meredakan rasa kantuk berlebih di siang
hari

• Pitolisant, untuk membantu melepaskan zat histamin di otak guna meredakan rasa kantuk
di siang hari.

5. Apnea

Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan
seseorang berhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai
dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.

Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari gejala sleep apnea. Beberapa gejala itu
justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita. Beberapa gejala umum yang
muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:

• Mengorok dengan keras.

• Berhenti bernapas, selama beberapa kali ketika sedang tidur.


• Tersengal-sengal berusaha mengambil napas saat sedang tidur.

• Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari.

• Sulit tidur (insomnia).

Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan
setelah bangun dari tidur, antara lain:

• Terbangun dengan mulut yang terasa kering.

• Sakit kepala ketika baru bangun tidur.

• Merasa sangat mengantuk di siang hari.

• Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu.

• Mengalami perubahan mood dan mudah marah.

• Penurunan libido.

Penyebab Sleep Apnea

Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea
menurut penyebabnya:

• Obstructive sleep apnea

Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini
membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena
lidah tertelan.

• Central sleep apnea

Central sleep apnea terjadi saat otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang
mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa
waktu.

• Complex sleep apnea

Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central sleep apnea.

Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep
apnea. Sleep apnea yang ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan
berat badan, berhenti merokok, mengurangi minum minuman beralkohol, serta mengubah posisi
tidur. Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan secara
medis, antara lain dengan terapi khusus dan operasi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN

Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami, perubahan
jumlah/kualitas pola tidur dan istirahat sehubungan dengan keadaan biologis atau kebutuhan
emosi.

A. PENGKAJIAN.
1. Riwayat tidur.
a. kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.
b. Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.
c. Kebiasaan/pun saat tidur.
d. Lingkungan tidur.
e. Dengan siapa paien tidur.
f. Obat yang di konsumsi sebelum tidur.
g. Asupan dan stimulan.
h. Perasaan pasien mengenai tidurnya.
i. Apakah ada kesulitan tidur.
j. Apakah ada perubahan tidur.
2. Gejala Klinis.
a. Perasaan Lelah.
b. Gelisah.
c. Emosi.
d. Apetis.
e. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak.
f. Konjungtin merah dan mata perih.
g. Perhatian tidak fokus.
h. Sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur.
Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur yang mungkin terjadi
adalah :
a. Insomnia.
b. Somnabulisme.
c. Enuresis.
d. Narkolepsi.
e. Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).
f. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.

B. DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirhat tidur diantaranya yaitu :
1. Gangguan pola tidur b/d kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan
eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang
mengganggu.
2. Cemas b/d ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur, (sleep apnea) dan ketidak
mampuan mengawasi prilaku.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
4. Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
5. Potensial cedera berhubungan dengan Semnambolisme.
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.

C. INTERVENSI.
Ø Tujuan :
Mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Ø Rencana Tindakan :
a. Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur.
b. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur.
c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
d. Coba untuk memicu tidur.
e. Kurangi potensial cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.

D. IMPLEMENTASI.
Ø Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.

a. Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan lingkungan
rumah sakit, maka :
1) Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas.
2) Berikan obat analgesik sesuai prosedur.
3) Berikan linngkungan yang suportif.
4) Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas.

b. Bila faktor insomnia, maka :


1) Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan sore hari.
3) Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
4) Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
5) Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur.

c. Bila terjadi somnabulisme, maka :


1) Berikan rasa aman pada diri pasien.
2) Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan..
3) Cegah timbulnya cidera.

d. Bila terjadi enuresa, maka :


1) Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur.
3) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.

e. Bila terjadi Narkolepsi, maka :


1) Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin) untuk
mengendalikan narkolepsi.

2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur.


a. Tutup pintu kamar pasien .
b. Pasang kelambu/garden tempat tidur.
c. Matikan pesawat telapon.
d. Bunyikan musik yang lembut.
e. Redupkan atau matikan lampu.
f. Kurangi jumlah stimulus.
g. Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari.
a. Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien.
b. Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari.
4. Membuat Pasien untuk memicu tidur.
a. Anjurkan pasien mandi sebelum tidur.
b. Anjurkan pasien minum susu hangat.
c. Anjurkan pasien membaca buku.
d. Anjurkan pasien menonton televisi.
e. Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur.
f. Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur.
g. Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur.
5. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur.
a. Gunakan cahaya lampu malam.
b. Posisikan tempat tidur yang rendah.
c. Letakkan bel dekat pasien.
d. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan.
e. Gantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila pasien
memekainnya.
6. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
a. Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
b. Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
c. Penerangan tentang efek samping obat hipnotik.
d. Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.
Ø Tindakan Keperawatan Pada Anak :
1. Masa Neonatus dan bayi.
a. Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak.
b. Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak.
c. Atur suhu ruangan menjadi 18˚-21˚C pada malam dan 15,5˚-18˚C pada siang.
d. Berikan cahaya lampu yang lembut.
e. Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering.
f. Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2. Masa Anak.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
3. Masa Sebelum Sekolah.
a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b. Tempel jadwal tidur.
c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
e. Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur.
f. Berikan rasa aman dan nyaman.
g. Nyalakan lampu agak terang.
4. Masa Sekolah.
a. Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas.
5. Masa Remaja.
a. Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan
membersihkan diri
6. Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua).
a. Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.
· Berikan hiburan.
· Kurangi rasa nyeri.
· Bersihkan tempat tidur.
b. Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.
· Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.
· Anjurkan pasien latihan relaksasi.
· Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur.
· Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif.
· Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.

E. EVALUASI.
1. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur dengan meminta
klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
2. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan meminta klien
melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
3. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4 minggu dengan
mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien terjaga.
4. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa sekolah 10 jam/hari
terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusiadimana
istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan dankecemasan (ansietas)
sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar sebagaifungsi protektif tubuh untuk melakukan
perbaikan dan pemulihan jaringansetelah beraktivitas yang dapat dibangunkan kembali.

Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan tidur yangdalam
dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam kondisi aktifatau tidur paradoksial
yang bersifat nyenyak sekali. Kebutuhan istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda–
beda yangsangat dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut. Fungsi tidur adalah untuk
memperbaiki, memulihkan dan menyeimbangkankondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis
ataupun psikologis sehinggakembali optimal.

Faktor–faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur meliputi status


kesehatan,lingkungan, stress psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup, obat–obatan, danmotivasi.
Gangguan istirahat dan tidur meliputi insomnia, parasomnia, hipersomnia,narkolepsi, apnea saat
tidur, deprivasi tidur, enuresis, night terror, danmendengkur.

3.2 Saran

Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu atau pasien dengan gangguan istirahat
dantidur sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, perawat
harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dantidur. Sehingga
proses pemulihan pasien dapat berjalan dengan optimal.

https://silvianitaur.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-istirahat-tidur.html
https://arwenurses.wordpress.com/2016/10/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-
kebutuhan-istirahat-dan-tidur/

https://kumpulanasuhankeperawatanlengkap.blogspot.com/2013/06/askep-istirahat-tidur.html

http://eprints.umm.ac.id/40927/3/jiptummpp-gdl-jauharotul-47514-3-bab2.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1043/1/MENSI%20WOLA.pdf

Anda mungkin juga menyukai