OLEH:
KELAS A15-A
KELOMPOK 5
DENPASAR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan materi Mengaplikasikan Proses
Pengambilan Keputusan Klinik Dalam Kasus Dilema Etik ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
bidang studi Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Mengaplikasikan Proses Pengambilan
Keputusan Klinik dengan baik dan benar bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi,
S,Kep.,M.Kep selaku dosen Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis prodi S1 Ilmu
Keperawatan Stikes Wiramedika Bali yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Pengertian Dilema Etik............................................................................................2
2.2 Dilema Etik Yang Terjadi Dalam Keperawatan......................................................2
2.2.1 Agama/Kepercayaan.......................................................................................2
2.2.2 Hubungan Perawat Dengan Klien...................................................................3
2.2.3 Hubungan Perawat Dengan Dokter................................................................3
2.2.4 Pengambilan Keputusan.................................................................................3
2.3 Prinsep Moral Dalam Menyelesaikan Dilema Etik Keperawatan............................4
2.4 Pemecahan Kasus Dilema Etik Keperawatan...........................................................4
2.4.1 Mengembangkan Data Dasar..........................................................................4
2.4.2 Identifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut..................................................5
2.4.3 Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan.............................5
2.4.4 Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan..........................................................5
2.4.5 Mengidentifikasi Kewajiban Perawat.............................................................5
2.4.6 Membuat Keputusan.......................................................................................5
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini,sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan
stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam
mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi
yang baik dari seorang perawat (Padila, 2012).
Pasien tentu akan memiliki keluhan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
kesehatan fisik, gaya hidup, budaya, hubungan kekerabatan, lingkungan tempat
tinggal, hingga pengalaman pasien itu sendiri. Oleh karena itu, perawat tidak bisa
langsung mengetahui apa yang pasien butuhkan, melainkan pasien tersebut harus
menyampaikan keluhan yang ia punya dan perawat harus banyak bertanya dan
memiliki rasa ingin tahu untuk melihat suatu hal dengan perspektif yang berbeda.
1. Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis
agama/ kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien
memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. Misalnya ada
seorang wanita(non muslim) meminta seorang perawat untuk melakukan abortus.
Dalam ajaran agama wanita itu,tidak ada hukum yang melarang tentang tindak
3
abortus. Tetapi di satu sisi perawat(muslim) memiliki keyakinan bahwa abortus itu
dilarang dalam agama. Pastinya dalam kasus ini akan timbul dilema pada perawat
dalam pengambilan keputusan. Masih banyak contoh kasus- kasus lainnya yang pasti
muncul di dalam keperawatan.
a. Berkata jujur atau tidak. Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit untuk
dikatakan kepada klien mengingat kondisi klien. Tetapi perawat harus mampu
mengatakan kepada klien tentang masalah kesehatan klien.
b. Kepercayaan klien. Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan
klien.tujuannya adalah untuk mempercepat proses penyembuhan klien.
c. Membagi perhatian. Perawat juga harus memberikan perhatiannya kepada
klien.tetapi perawat harus memperhatikan tingkat kebutuhan klien.keadaan
darurat harus diutamakan terlebih dahulu. Tidak boleh memandang dari sisi
faktor ekonomi sosial,suku, budaya ataupun agama.
d. Pemberian informasi kepada klien. Perawat berperan memberikan informasi
kepada klien baik itu tentang kesehatan klien, biaya pengobatan dan juga tindak
lanjut pengobatan
4. Pengambilan keputusan
1. Otonomi
Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang dihargai.
2. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
3. Kejujuran
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani
perawatan.
4. Kerahasiaan
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi klien dijaga
privasinya. Yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak seorangpun dapat memperoleh
informasi kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
a. Siapa saja orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut seperti klien,
suami, anak, perawat, rohaniawan.
b. Tindakan yang diusulkan. Sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk
membiarkan penyakit menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan hal
itu yang di inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam
pemberi asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor
yaitu membela dan melindungi klien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan
jiwa klien dari ancaman kematian.
c. Maksud dari tindakan. Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi
diharapkan klien dapat menerima serta dapat membuat keputusan yang tepat
terhadap masalah yang saat ini dihadapi.
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan Misalnya pada kasus wanita yang
mengidap kanker payudara dan harus dilakukan pengangkatan payudara.
Bila operasi dilaksanakan :
5
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi klien untuk
dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggi untuk
mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu tindakan.
6. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga dari
pertimbangan tim kesehatan lainnya.
6
Contoh kasus pemecahan dilema etik, menurut Kozier and Erb (1989)
Contoh kasus, Ibu A usia 65 tahun, dirawat di RS, dengan laserasi dan fraktur
multipel akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Suaminya juga ada dalam
kecelakaan tersebut tetapi ia meninggal di RS yang sama. Pada saat kecelakaan
terjadi, ibu A yang mengendarai mobil. Saat di RS, ibu A terus menerus menanyakan
suaminya kepada perawat yang merawatnya. Dokter bedah sudah mengatakan
kepada perawat untuk tidak memberitahukan ibu A tentang kematian suaminya.
Perawat tersebut tidak mengetahui alasan untuk tidak memberitahukan keadaan ini
kepada klien dan ia bertanya kepada kepala ruangan. Kepala ruangan mengatakan
untuk tidak memberitahu klien tentang kematian suaminya (Pratiwi, 2020).
Penerapan pemecahan masalah atau dilema etis dari kasus tersebut yaitu: +
Mendiskusikan hal tersebut lebih lanjut dengan dokter bedah dan kepala ruang
rawat dengan menegaskan hak ibu A, untuk mendapatkan informasi dan
penghargaan atas otonominya. Konsekuensi tindakan ini antara lain:
a. Dokter bedah mungkin akan menyadari hak ibu A, tentang pemberian
informasi dan akibatnya memberi tahu ibu A, tentang kematian suaminya
b. Dokter bedah mungkin akan tetap pada pendapatnya untuk tidak
memberi tahu ibu A, tentang kematian suaminya.
Menetapkan siapa pembuat keputusan yang tepat.
Dalam hal ini perlu dipikirkan:
a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa?
b. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat?
c. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (sosial,
ekonomi, fisiologi, psikologik, peraturan/hukum)
d. Sejauh mana persetujuan klien dibutuhkan?
e. Apa prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang
diusulkan?
Dalam contoh di atas, dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan adalah
dirinya dan kepala ruang setuju. Namun, kriteria siapa yang seharusnya pembuat
keputusan tidak jelas. Bila kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang
efek memberi informasi atau tidak memberi informasi tentang kesehatan ibu A,
sudah dapat diselesaikan.
4. Model Curtin
• Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
• Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
• Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
• Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
• Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
• Memecahkan dilema
• Melaksanakan keputusan
5. Model Levine – Ariff dan Gron
• Mendefinisikan dilema
• Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
• Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
• Pasien dan keluarga
• Faktor-faktor eksternal
• Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
• Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
• Identifikasi pengambil keputusan
• Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
• Tentukan alternatif-alternatif
• Menindaklanjuti
6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981)
Purtillo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
• Mengumpulkan data yang relevan
• Mengidentifikasi dilema
• Memutuskan apa yang harus dilakukan
• Melengkapi tindakan
7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981) mengusulkan 10
langkah model keputusan biotis
• Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
• Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
• Mengidentifikasi issue etik
• Menentukan posisi moral
• Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
• Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
• Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya, Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,
sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress
pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan. Peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian interaksi perawat dengan
penderita dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian penderita. Pengambilan keputusan klinis sebagai keputusan yang terdiri
atas pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran
kritis. Pasien memiliki keluhan yang berbeda-beda, karena itu, perawat tidak bisa
langsung mengetahui apa yang pasien butuhkan, melainkan perawat harus aktif
bertanya kepada pasien. Kompetensi berpikir kritis adalah proses kogritif yang
digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Kompetensi merupakan
kemampuan individual yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugasatau pekerjaan
yang dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerjakeras sesuai untuk kerja
yang dipersyaratkan. Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir
kritis spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
3.2. Saran
1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
bagi penulis.
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada
kekurangan di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini
11
DAFTAR PUSTAKA