Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN

Pengambilan Keputusan Klinik


(Dosen Pengajar : Ns. Ni Made Nopita Wati, S.Kep.,M.Kep.)

Oleh:
KELOMPOK 5
(PROGRAM NON REGULER / KELAS B14-B)

Ni Putu Elvian Putri (213221282)


Ni Made Sri Regiantari (213221283)
Ni Nyoman Tri Ariwangi (213221284)
Ni Luh Putri Kristina Mellani (213221285)
Putu Febya Mia Kalista (213221286)
Komang Putri Ayu Wikanti Riski (213221287)
Cok Istri Widyastri Dewi (213221288)
Ni Made Mezha Anindya Prabhaswari (213221289)
I Gede Dwi Yasa Sugiharta (213221290)
Ni Kadek Sumalini (213221291)
Gusti Ayu Made Diah Dwi Meidayanti (213221275)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pengambilan keputusan klinik” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dan sumber-
sumber yang telah membantu saya dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu saya harap Bapak/Ibu dapat memberikan saran/masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dipenyusunan
makalah berikutnya, kami dapat membuat makalah yang lebih baik sesuai dengan
keinginan Bapak/Ibu.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 6 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Penyelesaian Masalah (Problem Solving).........................................................3
B. Berpikir Kritis (Critical Thinking) Dalam Keperawatan................................10
C. Penilaian Klinis (Clinical Judgement).............................................................18
D. Pengambilan Keputusan (Decision-making)...................................................19
E. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan....................................................28
F. Berpikir Kreatif Untuk Bekerja Dalam Sistem Yang Holistik........................29
G. Pengambilan Keputusan Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan..............31
BAB III PENUTUP...................................................................................................33
A. Simpulan..............................................................................................................33
B. Saran....................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang perawat memiliki fungsi dan peran tertentu dalam menjalankan
pekerjannya. Sebagai seorang advokator perawat membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan keputusan atau persetujuan tindakan
keperawatan yang diberikan klien (Asmadi, 2008). Peran perawat dalam membantu
pasien mengambil keputusan klinis sangat membutuhkan keterampilan perawat
dalam berkomunikasi baik dengan pasien maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.
Decision making adalah proses memilih dan menentukan tindakan pada situasi yang
harus membuat prediksi ke depan, membuat perkiraan berdasarkan fakta-fakta serta
memilih salah satu tindakan diantara dua pilihan atau lebih (Syafarudin, 2004).
Dalam pengambilan keputusan otonomi pasien harus dihormati secara etik, akan
tetapi hal itu membutuhkan komunikasi yang efektif seorang perawat dan pasien
atau keluarga dalam mengambil keputusan untuk dapat menyetujui atau menolak
tindakan.
Kemampuan komunikasi perawat saat ini belum banyak mendapatkan porsi yang
cukup dalam pembelajaran di pendidikan keperawatan maupun di klinik. Mahasiswa
atau perawat lebih berfokus dalam tindakan perasat dan skill dibandingkan
keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien atau profesi kesehatan lain.
Padahal jika melihat peran dan fungsi perawat, sebagaian besar membutuhkan
tehnik berkomunikasi yang efektif, mengingat perawat selalu berhubungan dengan
manusia.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai kompetensi perawat dalam membantu pasien mengambil keputusan klinis.
Aspek yang ingin digali adalah terkait dengan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi komunikasi pengambilan keputusan, bagaimana metode komunikasi
pengambilan keputusan yang efektif dan aspek apa saja yang perlu diperhatikan saat
membantu pasien mengambil keputusan klinis. Analisa yang dilakukan dalam
tulisan ini adalah dengan menggunakan literature review dari berbagai jurnal yang

1
terkait dengan peran perawat dalam membantu pasien mengambil keputusan klinis.
Sumber-sumber tersebut diperoleh melalui penelusuran internet data base
EBSCOhost.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyelesaian masalah (Problem Solving)?
2. Apakah yang dimaksud dengan berpikir kritis (Critical Thinking) dalam
keperawatan?
3. Apakah yang dimaksud dengan penilaian klinis (Clinical Judgement)?
4. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan (Decision-making)?
5. Apa sajakah model berpikir kritis dalam keperawatan?
6. Apakah yang dimaksud dengan berpikir kreatif untuk bekerja dalam sistem yang
holistik?
7. Bagaimanakah pengambilan keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti penyelesaian masalah (Problem Solving).
2. Untuk mengetahui arti berpikir kritis (Critical Thinking) dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui arti penilaian klinis (Clinical Judgement).
4. Untuk mengetahui arti pengambilan keputusan (Decision-making).
5. Untuk mengetahui model-model berpikir kritis dalam keperawatan.
6. Untuk mengetahui arti berpikir kreatif untuk bekerja dalam sistem yang holistik.
7. Untuk mengetahui tentang pengambilan keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Masalah (Problem Solving)


1. Pengertian Penyelesaian Masalah
a. Penyelesaian masalah adalah bagian pengambilan keputusan. Proses
sistematik yang berfokus pada upaya menganalisis situasi sulit ini selalu
mencakup langkah pengambilan keputusan (Marquis, 2010).
b. Penyelesaian masalah adalah suatu proses dimana sebuah masalah
diidentifikasi da diperbaiki (Sillivan, 2005).
2. Metode Penyelesaian Masalah
Berbagai metode dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Orang-orang
dengan pengalaman manajemen kecil cenderung menggunakan metode trial and
error, menerapkan satu solusi demi satu masalah diselesaikan atau tampaknya
akan membaik. Para manajer ini sering mengutip kurangnya pengalaman, waktu
dan sumber daya untuk mencari solusi alternatif. Contohnya dalam unit intensive
dengan meningkatnya insiden kesalahan pengobatan, Max, manajer perawat,
menggunakan berbagai strategi untuk mengurangi kesalahan, seperti meminta
perawat untuk menggunakan kalkulator, mengecek persediaan obat, dan
membuat grafik dosis dan obat di unit . Setelah beberapa bulan, metode ini tidak
berhasil, hal itu membuat Max berpikir bahwa mungkin masing- masing perawat
yang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka akan lebih efektif. Max
mengembangkan sistem poin untuk kesalahan pengobatan, ketika perawat
mengumpulkan sejumlah poin, mereka diwajibkan untuk melakukan latihan
ulang dalam pemberian obat. Metode yang digunakan Max efektif, dan tingkat
kesalahan pengobatanpun menurun.
3. Proses Penyelesaian Masalah
Banyak masalah keperawatan memerlukan tindakan segera. Perawat tidak
punya waktu untuk proses formal penelitian dan analisis yang ditentukan oleh
metode ilmiah. Oleh karena itu, metode pembelajaran terorganisir untuk
pemecahan masalah sangat berharga. Salah satu metode praktis untuk
pemecahan masalah adalah untuk mengikuti tujuh langkah proses, yaitu :

3
a. Tentukan masalah
Bagian paling penting dari pemecahan masalah adalah mendefinisikan
masalah. Bagaimana menemukan solusi atau mengidentifikasi perubahan
masalah yang dirasakan. Manajer perawat mengidentifikasi masalah
sebagai awal dari pemecahan masalah. Manajer perawat tidak hanya
bertanggung jawab untuk menangani situasi saat ini, tetapi juga menangani
situasi yang akan datang. Misalkan seorang manajer perawat enggan
menerapkan proses penjadwalan dan menemukan bahwa setiap kali jadwal
diposting, jadwal shift malam dan jadwal libur akhir pekan tidak cukup
memuaskan. Manajer mungkin mengidentifikasi masalah ini sebagai
ketidakmatangan staf dan ketidakmampuan mereka untuk berfungsi di
bawah kepemimpinan demokratis. Penyebabnya mungkin kurangnya minat
dalam pengambilan keputusan kelompok. Kadang-kadang masalah tidak
mudah diidentifikasi.
b. Mengumpulkan informasi
Pemecahan masalah dimulai dengan mengumpulkan fakta-fakta.
Pengumpulan informasi ini memulai pencarian untuk tindakan tambahan
yang memberikan petunjuk dengan ruang lingkup dan pemecahan masalah.
Pengumpulan yang dilakukan dengan hati- hati, sistematis, dan lengkap
memfasilitasi pencapaian tujuan dan mengevaluasi kemungkinan efek dari
solusi. Informasi yang dikumpulkan mungkin akan menjadi kombinasi fakta
dan perasaan. Manajer harus memperoleh deskripsi yang relevan, valid,
akurat, dan rinci dari orang-orang atau sumber yang tepat dan menempatkan
informasi secara tertulis.
Langkah ini mendorong orang untuk melaporkan fakta-fakta akurat.
Manajer perawat atau tim dapat memilih semua orang yang terlibat
memberikan dalam informasi. Meskipun hal ini mungkin tidak selalu
memberikan informasi yang obyektif, mengurangi kesalahan informasi dan
memungkinkan setiap orang untuk berkesempatan untuk menceritakan apa
yang dia pikir yang salah dengan situasi. Kurangnya waktu, tentu saja, dapat
mencegah mengumpulkan data tertulis. Pengalaman adalah salah satu
sumber informasi pengalaman sendiri serta pengalaman manajer perawat

4
dan staf lainnya. Setiap orang yang terlibat biasanya memiliki ide-ide
tentang apa yang harus dilakukan tentang masalah, dan banyak ide-ide ini
memberikan informasi yang baik dan saran yang bermanfaat. Namun
informasi yang dikumpulkan tidak mungkin lengkap. Beberapa data akan
sia-sia, beberapa tidak akurat, tetapi beberapa akan berguna untuk
mengembangkan ide-ide inovatif.
c. Menganalisis informasi
Manajer harus menganalisis informasi ketika semua informasi
terkumpul, lalu diurutkan ke dalam susunan yang teratur, sebagai berikut :
1) Mengkategorikan informasi dalam rangka keadilan.
2) Informasi Daftar dari yang paling penting sampai yang paling tidak
penting.
3) Mengatur informasi sesuai dengan kronologis. Apa yang terjadi
pertama? Selanjutnya? Apa yang datang sebelum apa? Apa keadaan
bersamaan?
4) Mengatur informasi dalam hal sebab dan akibat. Apakah A
menyebabkan B, atau sebaliknya?
5) Klasifikasikan informasi ke dalam kategori: faktor manusia, seperti
kepribadian, kedewasaan, pendidikan, usia, hubungan antara orang-
orang, dan masalah-masalah di luar organisasi; faktor teknis, seperti
keterampilan keperawatan atau jenis unit; faktor temporal, seperti lama
layanan, lembur, jenis pergeseran, dan pergeseran ganda; dan faktor
kebijakan, seperti prosedur organisasi atau aturan yang berlaku untuk
masalah, masalah hukum, dan isu-isu etis.
6) Pertimbangkan berapa lama situasi yang telah terjadi. Karena tidak ada
jumlah informasi yang pernah lengkap atau cukup komprehensif,
keterampilan berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk seorang
manajer untuk memeriksa asumsi, bukti, dan potensi, menilai konflik.
d. Mengembangkan solusi
Seorang manajer perawat harus menganalisis informasi, berbagai
solusi yang mungkin akan menyarankan diri mereka sendiri. Ini harus ditulis
dan direncanakan agar segera mulai mengembangkan yang terbaik dari

5
mereka. Tidaklah bijaksana untuk membatasi pertimbangan hanya untuk
solusi sederhana, karena hal itu dapat menghambat pemikiran kreatif dan
menyebabkan konsentrasi yang lebih secara detail. Mengembangkan solusi
alternatif memungkinkan untuk menggabungkan bagian terbaik dari
beberapa solusi menjadi satu superior. Selain itu, alternatif yang bermanfaat
dalam solusi kasus urutan yang pertama membuktikan mustahil untuk
dilaksanakan. Ketika menganalisis berbagai solusi, manajer perawat harus
menjaga sikap kritis terhadap cara penyelesaian masalah yang telah
ditangani di masa lalu. Beberapa masalah telah memiliki sejarah lama
berdiri pada saat mereka mencapai manajer perawat, dan upaya mungkin
telah dilakukan untuk mengatasinya selama jangka waktu yang panjang.
Kami mencoba ini sebelumnya dan itu tidak berhasil, sering dikatakan dan
mungkin berlaku atau lebih mungkin, mungkin tidak berlaku dalam situasi
yang berubah. Pengelaman masa lalu mungkin tidak selalu menyediakan
jawaban, tetapi dapat membantu proses berpikir kritis dan membantu
mempersiapkan untuk pemecahan masalah dimasa depan. Manajer perawat
dan lain-lain dapat meninjau literatur, menghadiri seminar yang relevan, dan
ide-ide yang cemerlang. Kadang- kadang orang lain telah memecahkan
masalah yang sama dan metode-metode dapat diterapkan untuk masalah
yang sebanding.
e. Membuat keputusan
Setelah meninjau daftar solusi, manajer perawat harus memilih salah
satu yang paling layak dan memuaskan dan memiliki konsekuensi paling
sedikit. Beberapa solusi harus diberlakukan dengan cepat; hal disiplin atau
kompromi dalam keselamatan pasien, misalnya, perlu segera melakukan
intervensi. Manajer perawat harus memiliki wewenang untuk bertindak
dalam keadaan darurat dan mengetahui hukuman yang akan dikenakan
untuk berbagai pelanggaran.
f. Melaksanakan keputusan
Manajer mengimplementasikan keputusan setelah memilih tindakan
yang terbaik. Jika masalah baru yang tak terduga muncul setelah
implementasi, manajer harus mengevaluasi kendala tersebut secermat

6
masalah lainnya. Manajer perawat harus berhati-hati, bagaimanapun, tidak
meninggalkan solusi yang bisa diterapkan hanya karena beberapa orang
keberatan. Jika langkah-langkah sebelumnya dalam proses pemecahan
masalah telah diikuti, solusi sudah dipikirkan secara matang, dan potensi
masalah telah diatasi, pelaksanaan harus bergerak maju.
g. Mengevaluasi solusi
Setelah solusi telah dilaksanakan , perawat harus meninjau rencana
yang telah dibuat dan membandingkan hasil aktual dan manfaat bagi orang-
orang dari solusi ideal.
4. Pemecahan Masalah Kelompok
a. Keuntungan pemecahan masalah kelompok
Kelompok secara kolektif memiliki pengetahuan dan informasi yang
lebih besar daripada satu individu dan dapat mengakses strategi yang lebih
untuk memecahkan masalah. Dalam situasi yang tepat dan dengan
kepemimpinan yang tepat, kelompok dapat menangani masalah lebih
kompleks daripada satu individu, terutama jika tidak ada yang benar atau
solusi yang salah untuk masalah ini. Individu cenderung mengandalkan
sejumlah kecil strategi familiar; kelompok lebih mungkin untuk mencoba
beberapa pendekatan. Anggota kelompok mungkin memiliki berbagai besar
pelatihan dan pengalaman dan masalah pendekatan dari lebih beragam sudut
pandang. Bersama-sama, kelompok dapat menghasilkan informasi yang
lebih lengkap, akurat. Kelompok dapat menangani lebih efektif masalah
yang melintasi batas-batas organisasi atau melibatkan perubahan yang
memerlukan dukungan dari semua bagian yang terpengaruh. Pemecahan
masalah secara bersama-sama memiliki keuntungan tambahan, itu
meningkatkan kemungkinan penerimaan dan pemahaman untuk suatu
keputusan, dan Meningkatkan kerjasama dalam pelaksanaan.
b. Kekurangan masalah kelompok pemecahan
Pemecahan masalah kelompok juga memiliki kelemahan :
membutuhkan waktu dan sumber daya dan mungkin melibatkan konflik.
Anggota yang kurang informasi atau kurang percaya diri memungkinkan
anggota yang lebih kuat untuk mengontrol diskusi kelompok dan

7
pemecahan masalah. Sebuah perbedaan pendapat dapat berkontribusi ke
perebutan kekuasaan antara manajer perawat dan beberapa anggota
kelompok yang tegas. Pemecahan masalah kelompok juga dapat
dipengaruhi oleh pemikiran berkelompok. pemikiran berkelompok
merupakan fenomena negatif yang terjadi yaitu kelompok yang sangat
kohesif yang menjadi terisolasi . Melalui hubungan erat yang
berkepanjangan, anggota kelompok datang untuk berpikir sama dan
memiliki prasangka yang sama, seperti pandangan stereotip orang luar.
Mereka menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk mencari persetujuan,
yang mengganggu pemikiran kritis tentang keputusan-keputusan penting.
Selain itu, pimpinan kelompok tersebut menekan terbuka, diskusi
mendorong anggotanya memberikan ide-ide yang akan dibahas dan berapa
banyak perbedaan pendapat akan ditoleransi .pemikiran berkelompok
merusak pemikiran kritis dan dapat menghasilkan keputusan yang salah dan
merusak.
c. Resiko pergeseran
Kelompok cenderung membuat keputusan berisiko daripada individu .
Kelompok lebih mungkin untuk mendukung posisi yang tidak biasa atau
tidak populer ( misalnya , demonstrasi publik ). Kelompok cenderung
kurang concervative dari pengambil keputusan individual dan sering
menampilkan lebih banyak keberanian dan dukungan untuk solusi yang
tidak biasa atau kreatif terhadap masalah. Fenomena ini disebut sebagai
pergeseran berisiko. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap fenomena
ini. Individu yang kekurangan informasi tentang alternatif dapat membuat
pilihan yang aman, tapi setelah diskusi kelompok mereka memperoleh
informasi tambahan dan menjadi lebih nyaman dengan alternatif yang
lebih aman. Pengaturan kelompok juga memungkinkan untuk difusi
tanggung jawab. Jika ada yang salah, orang lain juga dapat ditugaskan yang
berisiko. Selain itu, para pemimpin mungkin pengambil risiko lebih besar
daripada individu, dan anggota kelompok dapat melampirkan nilai sosial
untuk mengambil risiko karena mereka mengidentifikasi dengan
kepemimpinan. resiko pergeseran mungkin kurang dari masalah dalam

8
organisasi keperawatan karena masyarakat enggan resiko tentang masalah
kesehatan. Namun, manajer perawat harus menyadari fenomena ini,
terutama dalam kaitannya dengan keputusan organisasi ( misalnya ,
memulai atau mengakhiri pelayanan ).
d. Kapan menggunakan kelompok untuk pemecahan masalah
Beberapa faktor menentukan tingkat partisipasi dalam pemecahan
masalah kelompok:
1) Siapa yang memulai ide-ide
2) Berapa banyak dukungan dari bawahan yang diperlukan
untuk mengimplementasikan solusi
3) Bagaimana seorang karyawan benar-benar terlibat dalam setiap
tahapan pemecahan masalah (mengidentifikasi masalah,
menganalisis masalah,
4) Mencari alternatif, memperkirakan konsekuensi, dan membuat pilihan).
Berapa banyak ide-ide yang akan diterima oleh manajer perawat
seberapa dalam manajer perawat tahu tentang masalah ini atau
setidaknya pemahaman, keputusan jika itu harus dilaksanakan dengan
baik; dan proses tidak akan menimbulkan konflik yang tidak dapat
diterima.
5. Proses Penyelesaian Masalah Tradisional
Model penyelesaian masalah tradisional digunakan secara luas dan mungkin
model paling dikenal. Tujuh langkah penyelesaian masalah tradisional :
a. Identifikasi masalah
b. Kumpulkan data untuk menganalisis penyebab dan konsekuensi masalah
tersebut.
c. Gali alternatif solusi
d. Evaluasi alternatif tersebut
e. Pilih solusi yang sesuai
f. Implementasikan solusi
g. Evaluasi hasilnya
Walaupun efektif terdapat kelemahan yang terletak pada waktu yang
dibutuhkan untuk pengimplementasiaan yang tepat. Proses ini kurang efektif

9
pada saat keterbatasan waktu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Kelemahan lain adalah rendah dalam langkah penyusunan tujuan awal.
Penyusunan tujuan suatu keputusan membantu pembuat keputusan terhindar
dari penyimpangan.

B. Berpikir Kritis (Critical Thinking) Dalam Keperawatan


1. Definisi Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat
mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan
profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam
memberikan asuhan keperawatan. Proses berpikir kritis meliputi memahami,
mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan
yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dngan
kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau
mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Potter dan Perry, (fundamental of nursing vol 1 hlmn 131).
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seorang individu untuk
menginterpretasidan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian,
kemampuan untuk berpikir secara kritis,menerapkan pengetahuan dan
pemahaman, pemecahan masalah, dan membuat keputusan adalahinti dari
praktik keperawatan.
Menurut Kozier dan Rubenfeld, (berpikir kritis dalam keperawatan hlmn 6).
Berpikir kritis adalah komponen esensial dalam tanggung gugat professional
dan asuhankeperawatan yang bermutu.
2. Fungsi Dan Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari- hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.

10
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
l. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
m. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan askep.

3. Ciri Prilaku Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


a. Menanggapi atau berkomentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan.
b. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
c. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang dating secara sistematis
d. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat
e. Bersikap cermat, jujur, dan ikhlas
f. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak
berbuat jujur atau tidak berlaku adil
g. Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siapa orangnya
walaupun akan merugikan diri sendiri , sahabat dan kerabat
h. Keadilan ditegakkan dalam segala hal.

4. Karakteristik Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
a. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara
otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.

11
b. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.
c. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu
dan bagaimana seharusnya.
e. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan
secara benar, dan dapat dipercaya.
f. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk
mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari
sintesis beberapa konsep.
g. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan
dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan
beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
h. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.

12
5. Cara Berfikir Kritis Yang Baik Dalam Keperawatan
a. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
3) Memilih informasi yang relevan.
4) Merumuskan /memformulasikan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan
1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
2) Mengecek konsistensi.
3) Mengidentifikasi asumsi.
4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
5) Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.
6) Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan
ideologi.
c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
1) Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

6. Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Menurut Kozier dan Rubenfeld, model berpikir kritis terdiri dari 5 jenis, yaitu :
a. T -> total recall (TR), berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat
tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika
dibutuhkan.“Fakta” keperawatan berasal dari banyak sumber, isi pelajaran
yang diajarkan di kelas, informasidalam buku, hal-hal yang dikatakan pasien
atau orang terdekat pasien kepada perawat, data pasien ang dikumpulkan
melalui indra dengan menggunakan alat dan lainnya. Ingatan total
jugamerupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, pengetahuan
yang dipelajari dan disimpandalam ingatan.
b. H -> habit,berarti pendekatan berpikir yang sering kali diulang, sehngga
menjadi sifatalami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal,yang berhasil, menghemat waktu, atau

13
diperlukan. Orang sering kali menggambarkan apa yangmereka lakukan atas
dasar kebiasaan “tindakan yang saya lakukan tanpa berpikir”. Tindakan
kebiasaan tersebut sebenarnya bukan dilakukan tanpa berpikir ; hanya saja,
proses berppikir telah begitu mendarah daging sehingga tampaknya, atau
sebenarnya mungkin, dilakukan dibawah sadar.
c. I -> inquiry (penyelidikan), bearti memeriksa issue secara mendetail dan
mempertanyaakan isu yang mungkin tampak dengan jelas.Penyelidikan
berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari factor-
faktor yangkurang jelas, meragukan semua kesan pertama dan memeriksa
segala sesuatu, walaupun haltersebut tampak tidak bermakna. Penyelidikan
adalah jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai kesimpulan.
Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan penyelidikan, tapikesimpulan
menjadi lebih baik, jika menggunakan penyelidikan.
d. N->New ideas and creativity, merupakan model berpikir yang sangat
khusus. Pemikiran pribadi ini, melebihi pemikiran yang biasanya guna
membentuk kembali norma. Model ini, memungkinkan untuk memiliki ide
melebihi ide-ide dalam buku ajar. Berpikir kreatif berlawanan dari model
kebiasaan (habit). Ide baru dan kreativitas, sangat penting
dalamkeperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang
diindividualisasi atau asuhan yang sesuaidengan spesifikasi klien. Banyak
hal yang dipelajari perawat yang h arus digabungkan,disesuaikan, dan
dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan situasi klien yang unik .
e. K -> knowing how you thing (mengetahui bagaimana anda berpikir),
berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Membuat seseorang berpikir,
mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang tersebut tidak mengetahui
darimana ia harus memulai. Salah satu cara untuk mengidentifikasi dan
memulai mengeksplorasi bagaimana anda berpikir adalah
denganmenggunakan refleksi diri. Perawat yang reflektif
mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran mereka dan berupaya
keras untuk meningkatkan bagaimana mereka berpikir dan apa yang akan
diputuskan.

14
7. Langkah-Langkah Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Langkah-langkah dalam berpikir kritis
a. Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
b. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali
kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
c. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi
mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang
mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan kesimpulan yang diambil.

8. Penerapan Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:
a. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam
mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun secara
nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam
hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif. Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
1) Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language)
2) Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
3) Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan
keperawatan (directive use of language)
4) Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of
language)
5) Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)

15
b. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait
dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1) Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran.
2) Debat tentang suatu isu
3) Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat
suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
4) Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana
memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan
pengambilan keputusan atau tindakan.
c. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada
situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat
terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam
penyelesaian masalah manajemen di ruangan.

9. Penerapan Dalam Proses Keperawatan


a. Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya
dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang
dapat dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini
merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat
diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan
diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki
kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan ilmu- ilmu seperti
biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu social
b. Perumusan diagnose keperawatan
Pengambilan keputusan yang paling kritikal. Perawat menentukan masalah
yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan
pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan

16
untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini
merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan
perawat dalam mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi,
dan sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat
berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam
membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan
memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan
keperawatan
d. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi
nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan
tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh
karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan
nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai
tujuan atau tidak.
e. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan
dasar kien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat
memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat
mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi,
apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien,
atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

10. Aspek-Aspek Berpikir Kritis


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari
beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku
berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
a. Relevance
relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.

17
b. Importance
enting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi
baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
d. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan
e. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak
jelasan
f. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari
data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification
memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan
penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau
solusi.

C. Penilaian Klinis (Clinical Judgement)


1. Pengertian Clinical Judgement
Penilaian diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membuat keputusan
logis atau rasional dan menentukan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan
benar atau salah. Sedangkan klinis berkaitan dengan klinik atau tempat
perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, dan
terdiri atas tanda-tanda klinis dari suatu masalah kesehatan. Clinical Judgement
(Penilaian Klinis) merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan
actual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif yang
mengarah pada kesimpulan akhir/analisis/diagnosis. Dapat pula didefinisikan
sebagai suatu proses dimana perawat menetapkan data-data mengenai keadaan

18
klien yang akan dikumpulkan, kemudian mengidentifikasi tindakan keperawatan
yang tepat.
2. Pengambilan Keputusan Klinis
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Proses pengambilan keputusan
merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan
keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan sangat
menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat
terjadi mengikuti suatu proses yangs istematis, logis, dan jelas. Proses
pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan, dandipraktikkan
secara gamblang.
Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan informasi, tetapi
tergantung juga pada kemampuan untukmenyusun, menafsirkan, dan mengambil
tindakan atas dasar informasi yang didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam
pengambilan keputusan klinissangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan,
dan latihan atau praktek.Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan klinis yang dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya
tindakan yang petugaskesehatan berikan pada klien. Keputusan yang baik adalah
yang berdasarkan kepentingan klien dan pada saat yang bersamaan juga
menunjukkan integritas orang-orang yang terlibat. Perawat mempunyai
kewajiban moral terhadap klien mereka, terhadap pimpinan mereka, dan kepada
penyedia pelayanan primer, sehingga perawat harus menetukan faktor tantangan
ketika membuat keputusan. Tanggung jawab logika etika adalah rasional dan
sistemik. Ini harus berdasarkan pada prinsip etika dan kode etik dari pada emosi,
intuisi, kebijakan yang telah ada atau preseden.

D. Pengambilan Keputusan (Decision-making)


1. Pengertian Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering
didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu
(Marquis, 2010)

19
b. Pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana pilihan solusi yang tepat
ditimbang dan yang paling tepat akan di pilih (Sullivan, 2005)
2. Jenis Keputusan
Jenis masalah yang manajer perawat hadapi dan mereka harus membuat
keputusan yang sangat bervariasi dan harus menentukan pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan dengan metode yang mereka gunakan. Jenis
keputusannya adalah:

a. Keputusan rutin, menggunakan aturan yang telah ditetapkan, kebijakan, dan


prosedur. Misalnya, ketika seorang perawat membuat kesalahan pengobatan,
tindakan manajer mengacu pada kebijakan dan formulir laporan. Keputusan
rutin lebih sering dibuat oleh manajer tingkat pertama daripada
administrator atas.
b. Keputusan adaptif diperlukan ketika kedua masalah dan solusi alternatif
yang agak tidak biasa dan hanya dipahami secara parsial. Seringkali mereka
adalah modifikasi dari masalah lain yang terkenal dan solusi. Manajer harus
membuat keputusan inovatif ketika masalah yang tidak biasa dan tidak jelas.
3. Kondisi Pengambilan Keputusan
Manajer membuat keputusan baik sebagai individu maupun dalam
kelompok yang terjadi dalam konteks organisasi. Kondisi sekitar pengambilan
keputusan dapat bervariasi dan berubah secara dramatis. Penting bagi manajer
untuk mempertimbangkan sistem total, menyadari bahwa apa pun solusi yang
dibuat akan berhasil hanya jika mereka yang kompatibel dengan bagian-bagian
lain dari sistem. Dalam organisasi, keputusan yang dibuat di bawah kondisi
kepastian, risiko, atau ketidakpastian.
a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kepastian
Ketika manajer perawat mengetahui alternatif dan kondisi setiap
alternatif, keadaan kepastian dikatakan ada. Misalkan manajer perawat pada
unit dengan pasien akut ingin mengurangi jumlah venipunctures sebuah
pengalaman pasien ketika IV dimulai, serta mengurangi biaya yang
dihasilkan dari venipunctures gagal. Tiga alternatif yang ada:
1) Membentuk tim IV pada semua upaya untuk meminimalkan IV dan
mengurangi biaya.

20
2) Membangun hubungan timbal balik dengan departemen anestesi untuk
memulai infus ketika perawat mengalami kesulitan.
3) Menetapkan standar dari dua upaya penyisipan per perawat per pasien
meskipun hal ini biaya peralatan tidak jauh lebih rendah. Manajer tahu
alternatif (tim IV, departemen anestesi, standar) dan kondisi yang
berhubungan dengan masing-masing (mengurangi biaya, bantuan
dengan memulai infus, upaya minimum dan beberapa pengurangan
biaya). Sebuah kondisi kepastian yang kuat dikatakan baik dan
keputusan dapat dibuat dengan banyak pertimbangan dari banyak dan
disesuaikan dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan.
b. Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian dan Risiko
Jarang melakukan pengambilan keputusan memiliki informasi yang
sempurna McConnell (2000) menjelaskan dengan mengetahui segala
sesuatu tentang topik atau situasi. Jika semuanya dikenal, keputusan akan
menjadi jelas bagi semua untuk menyadarinya. Pengambilan keputusan
yang paling penting dalam organisasi dilakukan, oleh karena itu, di bawah
kondisi yang tidak pasti dan berisiko. Individu atau kelompok tidak
mengetahui semua alternatif, risiko untuk petugas, atau kemungkinan
konsekuensi dari setiap pilihan pengambilan keputusan. Ketidakpastian dan
risiko yang tidak bisa dihindari karena sifat kompleks dan dinamis dari
organisasi perawatan. Keputusan yang sukses, menurut McConnell ( 2000 ),
tergantung pada penilaian individu. Berikut adalah contoh : Jika peramal
cuaca akan turun salju 40% dari biasanya, manajer perawat harus
mengkoordinasikan terhadap resiko yang akan timbul dengan mencoba
untuk memutuskan bagaimana staf unit harus bekerja dalam 24 jam kedepan
dalam situasi seperi ini. Dalam situasi yang penuh risiko, ketersediaan setiap
pilihan, keberhasilan potensial dan biaya semua berhubungan dengan
estimasi probabilitas.
4. Proses Pengambilan Keputusan
Literatur manajemen menggambarkan keputusan sebagai kejadian diskrit yang
dibuat oleh manajer individual maupun kelompok yang menggunakan, proses
rasional. Proses pengambilan keputusan adalah

21
a. Rasional (normatif) model pengambilan keputusan adalah serangkaian
langkah-langkah yang manajer ambil dalam upaya untuk berpikir logis, alasan
rasional yang cukup beralasan untuk mencapai tujuan. Rasionalitas keputusan
yang dibuat tergantung pada kemampuan manajer untuk menggunakan
informasi dan analisis dan pada nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan. Proses
pengambilan keputusan adalah urutan langkah-langkah dasar dalam membuat
keputusan. Dalam membuat keputusan adaptif dan inovatif, manajer jarang
menggunakan langkah-langkah ini secara berurutan. Sebuah aplikasi yang
normatif dalam metode pengambilan keputusan adalah strategi yang optimal.
Pengambil keputusan pertama kali harus mengidentifikasi semua hasil yang
mungkin terjadi, meneliti kemungkinan setiap alternatif, dan kemudian
mengambil tindakan yang menghasilkan probabilitas tertinggi untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Model pengambilan keputusan normative
atau rasional ini dianggap ideal tetapi tidak dapat sepenuhnya digunakan.
Individu jarang membuat keputusan yang besar pada satu titik dalam suatu
waktu dan sering tidak dapat mengingat kapan keputusan tercapai.

Figure 7-4 rational decision-making model. From management : A


competency- based approach. 9th ed (p. 229), by hellriegel, D., jackson, S.E
& slocum, J.W., Jr.,2002,cincinnati, OH : south-western (Sullivan

22
b. Deskriptif, model rasionalitas menekankan keterbatasan rasionalitas
pembuat keputusan dan situasi. Ia mengakui tiga cara di mana pembuat
keputusan model rasional dalam pengambilan keputusan :
a) Pencarian pengambil keputusan untuk tujuan yang mungkin atau
solusi alternatif terbatas karena waktu, tenaga dan uang
b) Manajer sering kekurangan informasi yang memadai tentang
masalah dan tidak dapat mengontrol kondisi di mana mereka
beroperasi
c) Manajer sering menggunakan strategi satisficing.
c. Model Politik
Model politik pengambilan keputusan menggambarkan proses
dalam hal kepentingan dan tujuan yang dikuatkan oleh pemegang
kekuasaan, seperti rumah sakit, tenaga medis, pejabat perusahaan, dan
badan pengawas tertentu. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi atau mengendalikan bagaimana masalah dan tujuan
ditetapkan, apakah solusi alternatif dapat dipertimbangkan dan dipilih,
untuk memberikan informasi dan akhirnya keputusan apa yang dibuat.
Proses pengambilan keputusan dimulai ketika manajer perawat merasakan
kesenjangan antara apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang harus terjadi,
dan berakhir dengan tindakan yang akan mempersempit atau menutup
kesenjangan ini. Cara paling mudah untuk belajar keterampilan
pengambilan keputusan adalah untuk mengintegrasikan model ke dalam
pemikiran seseorang dengan memecah komponen ke dalam langkah-
langkah individu. Tujuh langkah yang diuraikan untuk mengklarifikasi
pernyataan, dan harus diikuti dalam urutan yang disajikan.

23
No Langkah dalam pengambilan keputusan
1. Mengidentifikasikan mengapa keputusan tersebut diperlukan? Apa
tujuan : yang perlu ditentukan? Menyatakan masalah
dalam istilah yang seluas-luasnya.
2. Tentukan kriteria apa yang perlu dicapai, dipertahankan, dan
dihindari dari keputusan apapun dibuat?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah standar
dari solusi akan dievaluasi.
3. Pertimbangkan Peringkat masing-masing kriteria pada skala
kriteria : nilai dari 1 (benar-benar tidak penting)
sampai 10 (sangat penting)
4. Carilah alternatif : Daftar semua tindakan yang mungkin.
apakah pilihan yang satu lebih signifikan
daripada yang lain? Apakah salah satu
alternatif memiliki? apakah hal tersebut
dapat diatasi? Bisa dua alternatif atau fitur
dari banyak alternatif digabungkan?
5. Uji alternatif : Pertama, menggunakan metodologi yang
sama seperti pada langkah 3, buat peringkat
setiap alternatif pada skala 1 sampai 10.
Kedua, pasang bobot setiap kriteria dari
setiap alternatif. Ketiga, tambahkan nilai dan
5.
bandingkan hasilnya.
6. Masalah : Apa yang salah? Bagaimana kamu dapat
merencanakan? Dapatkah pilihan tersebut
diperbaiki?

7. Evaluasi tindakan : Apakah solusi dapat diimplementasikan?


Apakah itu efektif?

Langkah-langkah Kritis Dalam Penyelesaian Masalah dan Pengambilan


Keputusan
Keputusan dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang, penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan harus berkualitas tinggi. Langkah-
langkah berikut dianggap krusial dalam proses penyelesaian masalah dan
24
sering kali mengakibatkan buruknya kualitas keputusan.
a. Tetapkan tujuan
Pengambilan keputusan sering melangkah ke proses penyelesaian
masalah tanpa menentukan tujuannya terlebih dahulu. Tujuan keputusan
harus jelas atau harus konsisten dengan pernyataan filosofi individu atau
organisasi, maka keputusan akan berkualitas baik.

25
1) Kumpulkan data secara cermat
Karena keputusan berdasarkan pada pengetahuan dan informasi
tersedia untuk penyelesai masalah (problem solver) pada saat
keputusan harus diambil, harus dipelajari cara memproses dan
mendapatkan informasi yang akurat. Pengumpulan data dimulai
dengan mengidentifikasi masalah dan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan berlanjut ke proses penyelesaian masalah.
2) Membuat Banyak Alternatif
Definisi pengambilan keputusan mengimplikasikan sedikitnya dua
pilihan dalam setiap keputusan. Banyak penyelesaian masalah
membatasi pilihannya hanya dua saat tersedia banyak pilihan.
Semakin banyak alternatif yang dapat dibuat selama fase ini,
semakin besar kesempatan menghasilkan keputusan akhir.Curah
pendapat (Brainstorming) adalah teknik lain yang dapat digunakan.
Tujuan curah pendapat adalah memikirkan semua kemungkinan
alternatif, meskipun alternatif tersebut “diluar target”
3) Berpikir Logis
Selama proses penyelesaian masalah, seseorang harus menarik
inferensi (simpulan) informasi. Inferensi adalah bagian berpikir
deduktif. Orang harus mempertimbangkan informasi dan alternatif
secara cermat. Kesalahan berlogika pada titik ini akan mengarahkan
pada kualitas keputusan yang buruk. Orang berfikir secara tidak
logis terutama dalam 3 cara:
a) Terlalu menggeneralisasi. Tipe berpikir “ilegal” ini jika
seseorang percaya bahwa karena A memiliki karakteristik
khusus, setiap A lainnya juga memiliki karakteristik yang sama.
Contoh berfikir ini adalah jika pernyataan stereotip digunakan
untuk menguatkan argumen dan keputusan
b) Afirmasi konsekuensi. Pada tipe berpikir tidak logis ini,
seseorang memutuskan bahwa jika B adalah baik dan ia
melakukan A, kemudian A mesti tidak baik. Sebagai contoh,
jika metode baru dapat dijadikan cara terbaik untuk

26
melaksanakan prosedur keperawatan dan perawat di unit anda
tidak menggunakan teknik tersebut, adalah tidak logis
menyatakan bahwa teknik yang saat ini digunakan di unit anda
salah atau buruk.
c) Berargumen dengan analogi. Pemikiran ini menggunakan
komponen yang ada dalam dua konsep yang terpisah dan
kemudian menyatakan bahwa karena A ada dalam B, kemudian
A dan B serupa dalam segala hal. Sebagai contoh, karena intuisi
berperan dalam keperawatan klinis dan manajerial, setiap
karakteristik yang melekat pada perawat klinis yang baik juga
akan dimiliki oleh perawat manajer yang baik. Namun, hal ini
tidak selalu benar; perawat manajer yang baik tidak otomatis
memiliki keterampilan klinis yang sama dengan perawat klinis
yang baik.
4) Memilih dan bertindak secara cepat dan efektif
Langkah-langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan pada analisis akhir menempatkan seseorang
untuk bertindak. Banyak orang yang menunda untuk bertindak
karena kurang berani untuk menghadapi konsekuensi pilihan yang
mereka ambil. Keputusan yang tidak efektif atau tidak tepat sering
kali dapat diganti. Dengan mengevaluasi keputusan, manajer dapat
belajar banyak tentang kemampuan mereka dan dimana letak
kesalahan penyelesaian masalah yang lalu. Namun, keputusan harus
terus dibuat meskipun beberapa kurang berkualitas. Melalui
pengambilan keputusan yang terus menerus, individu dapat
meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan.
6. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan sistem teoritis lain untuk penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan. Sebagai model pengambilan keputusan,
proses keperawatan memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh dua model
sebelumnya, yaitu mekanisme umpan- balik.Tanda panah pada gambar
memperlihatkan input yang konstan ke dalam proses. Jika arah keputusan telah

27
diidentifikasi, dilakukan pengambilan keputusan awal dan berlanjut sepanjang
proses dengan menggunakan mekanisme umpan balik. Meskipun proses
dirancang untuk praktik keperawatan dengan mempertimbangkan asuhan kepada
pasien dan tanggung gugat keperawatan, hal ini dapat dengan mudah
diadaptasikan sebagai model teoritis untuk menyelesaikan masalah
kepemimpinan dan manajemen. Petunjuk 2.1 memperlihatkan kemiripan antara
proses keperawtan dan proses pengambilan keputusan.

Mekanisme umpan balik proses keperawatan (Marquis, L.B)

Kelemahan proses keperawatan, seperti model penyelesaian masalah tradisional,


adalah tidak diperlukan pernyataan objektif secara jelas. Tujuan harus
dinyatakan dengan jelas dalam fase perencanaan proses tersebut, tetapi langkah
ini sering kali diabaikan dan sulit dipahami. Dengan mengembangkan
pendekatan ilmiah, kualitas penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
manajemen/kepemimpinan akan meningkat pesat.
7. Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik pengambilan keputusan bervariasi sesuai dengan sifat dari
masalah atau topik, mereka yang membuat keputusan, konteks atau situasi, dan
metode pengambilan keputusan atau proses.
a. Untuk keputusan rutin, pilihan yang benar dapat dibuat untuk didefinisikan
dengan baik dalam situasi atau masalah yang diketahui. Kebijakan yang
dirancang dengan baik, aturan, dan prosedur operasi yang sesuai dengan

28
standar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Teknik pengambilan
keputusan adalah kecerdasan buatan. Termasuk sistem komputer yang
diprogram yang dapat menyimpan, mengambil dan memanipulasi data, dapat
mendiagnosa masalah dan membuat keputusan yang terbatas.
b. Untuk keputusan adaptif yang melibatkan modifikasi masalah dan cukup
ambigu, solusi alternatif dikenal dan didefinisikan dengan baik dalam
berbagai teknik. Banyak jenis tabel keputusan yang dapat digunakan untuk
membandingkan hasil dari berbagai pilihan solusi. Keputusan tentang unit
atau jasa dapat difasilitasi, dengan analisis dengan membandingkan output,
pendapatan, dan biaya dari waktu ke waktu atau di bawah kondisi yang
berbeda.
c. Keputusan inovasi membutuhkan menemukan dan mendiagnosis masalah
asing dan ambigu dan mengembangkan solusi yang unik dan kreatif.
Keputusan ini melibatkan ketidakpastian dan, sering, risiko. Menambahkan
perawatan di rumah dengan layanan yang ditawarkan oleh unit rumah sakit
bersalin. Terlepas dari strategi model pengambilan keputusan yang dipilih,
pengumpulan dan analisis data sangat penting. Dalam banyak organisasi
kesehatan, kualitas tim banyak menggunakan berbagai alat untuk
mengumpulkan, mengatur, dan menganalisis data tentang pekerjaan mereka.

E. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


Penerapan pemikiran kritis dalam pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga
model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model (Budiono, 2016) :
1. Feeling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian.
Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan
gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran px.
2. Vision Model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan

29
dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai
pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi, mencari
peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide. Model berpikir
kritis dalam keperawatan menurut para ahli :
a. Costa and colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “the six
Rs” yaitu:
1) Remembering (mengingat)
2) Repeating (mengulang)
3) Reasoning (memberi alasan)
4) Reorganizing (reorganisasi)
5) Relating (berhubungan)
6) Reflecting (merenungkan)
b. Lima model berpikir kritis, yaitu:
1) Total recall
2) Habits (kebiasaan)
3) Inquiry (penyelidikan/menanyakan keterangan)
4) New ideas and creativity
5) Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

F. Berpikir Kreatif Untuk Bekerja Dalam Sistem Yang Holistik


Berfikir adalah suatu proses mental yang terjadi baik dalam pikiran sadar
maupun bawah sadar dalam menyusun pemikiran dan gagasan dengan penalaran
yang membentuk sebuah pengertian dan pendapat yang dirumuskan secara verbal
serta membuat sebuah kesimpulan tertentu.
Kreatif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau mengasilkan Gagasan
baru dalam memecahkan permasalahan berdasarkan sesuatu yang telah ada
sebelumnya.

30
Berfikir Kreatif memiliki empat kata khas yaitu imajinatif, tidak dapat
diramalkan, divergen dan lateral.
Berikut tabel yang menjelaskan perbedaan antara berpikir kritis dan berpikir
kreatif :

No Berpikir kritis Berpikir kreatif

Menganalisis dan mengembangkan Membuat dan mengkomunikasikan


berbagai kemungkinan untuk berbagai hubungan untuk
1
membandingkan berbagai ide atau memikirkan berbagai kemungkinan;
gagasan
Memperbaiki dan mengembangkan Memikirkan dan mendalami
2 berbagai ide atau gagasan. berbagai cara maupun sudut pandang
berbeda
Membuat keputusan dan penilaian Membuat keputusan dan
3 yang efektif Memikirkan sesuatu yang baru dan
kemungkinan yang tidak biasa
Menghasikan landsan pemikiran Menemukan dan memilih berbagai
4 yang cemerlang untuk mengambil alternatif.
tindakan yang efektif.
Berpikir otak kiri lebih Berpikir otak kanan - global, paralel,
5 menekankan pada berfikir analitik, emosional, subjektif.
berseri, logis, objektif.
Sumber: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.Modul Berpikir Kreatif Dalam
Pelyanan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas.2019

Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan


yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi
tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait erat dengan kesejahteraan (Wellnes).
Untuk mencapai kesejahteraan, ada lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu:
fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan
tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan
beradaptasi terhadap stimulus (Dossey, 2005).

31
Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif untuk bekerja dalam sistem yang
holistik, merupakan salah satu peran, serta kerakter yang harus dimiliki oleh setiap
tenaga kesehatan, misalnya perawat. Pikiran kreatif sangat perlu dikembangkan
dalam menjalankan tugas perawat yang berisifat holistik (menyeluruh), dengan
tujuan dapat memunculkan ide-ide atau gagasan baru untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik kedepannya. Sehingga tercapai derajat kesehatan
seoptimal mungkin, serta terwujudnya kesejahteraan pelayanan kesehatan, yang
menjangkau segala aspek kehidupan manusia bio-psiko-sosial-spiritual-cultural.

G. Pengambilan Keputusan Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan


Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat. Pengambilan
keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi
kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya
berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi
penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan (Zalukhu,
2020).
Hubungan perawat klien adalah dasar dari praktik keperawatan yang berfokus
pada pasien (patient centered care). Keterlibatan pasien merupakan inti dari proses
keperawatan, sehingga partisipasi pasien dalam proses keperawatan menjadi penting
dalam penentuan kualitas dan efektifitas dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Selama praktek, profesional keperawatan menghadapi sejumlah situasi yang berbeda
melibatkan klien dan pemenuhannya yang berbeda pula. Proses pengambilan
keputusan klinis merupakan komponen penting dalam proses keperawatan (Diana
Catarina, 2009), sehingga dibutuhkan kemampuan perawatan karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perawat dapat menghambat perawat
dalam mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien
yang akan berakibat fatal terhadap klien (Kozier et al, 2010).
Penilaian dan keputusan klinis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kualitas
pelayanan yang optimal. Pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan nilai-
nilai dan etika yang dianut oleh klien dan nilai-nilai profesional asuhan keperawatan.

32
Mengkombinasikan nilai profesional, etik dan nilai yang di anut klien akan
meningkatkan pelayanan, identifikasi kebutuhan dan masalah keperawatan lebih
sistematis sehingga meningkatkan pemahaman klien dalam pengambilan keputusan
asuhannya (Doheni. 1992, Potter. 2005, Jan florin. 2007).
Pengambilan keputusan klinis keperawatan harus ada interaksi antara perawat-
klien, pengambilan keputusan klinis keperawatan dapat dilakukan dalam setiap
proses keperawatan, tugas perawat pada saat proses pengambilan keputusan ini
adalah sebagai fasilitator untuk memberikan fasilitas dan dukungan pada klien,
pengambilan keputusan klinis dengan melibatkan klien akan meningkatkan tingkat
kemandirian bagi klien, pengambilan keputusan klinis diperlukan kemampuan
berfikir kritis bagi perawat. Yang terjadi di Indonesia pengambilan keputusan belum
sepenuhnya dilakukan bersama antara perawat-klien. Perawat masih berperan
sebagai pengambil keputusan tunggal. Sehingga dibutuhkan pemahaman lebih lanjut
terkait dengan pengambilan keputusan klinis keperawatan dengan harapan peran
perawat akan lebih terlihat nyata sebagai pemberi asuhan yang akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.

33
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Penyelesaian masalah adalah suatu proses dimana sebuah masalah
diidentifikasi da diperbaiki (Sillivan, 2005).Berbagai metode dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Orang-orang dengan pengalaman manajemen kecil
cenderung menggunakan metode trial and error, menerapkan satu solusi demi satu
masalah diselesaikan atau tampaknya akan membaik. Para manajer ini sering
mengutip kurangnya pengalaman, waktu dan sumber daya untuk mencari solusi
alternatif.
Supervisi klinis merupakan suatu strategi tata kelola yang penting dan bernilai
untuk meningkatkan kemampuan praktisi, baik dari segi kualitas maupun
kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
(Dawson, Philips, & Leggat, 2013). Australian College of Nursing (2017)
menyatakan bahwa supervisi klinis adalah pengaturan yang terstruktur secara
formal antara supervisor dengan satu atau lebih supervisee untuk menyediakan
ruang bagi refleksi kritis atas masalah-masalah pekerjaan. Tujuan utama dari
supervisi klinis yaitu untuk mempromosikan praktik klinis yang aman dan efektif
(Watkins & Milne, 2014).

B. Saran
Makalah ini jauah masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami ingin
meminta kritik dan saran dari pembaca serta dosen pengasuh agar makalah yang
kami buat bisa menjadi sempurna dan jauh lebih baik dari yang sebelumnya, serta
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan bermanfaat bagi para membaca
mudah-mudahan bisa menjadikan makalah ini jauh lebih sempurna dan bermanfaat
bagi semuanya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan : teori dan aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC

Sullivan, Eleanor J dan Decker P.J. (2005). Effective Leadership Management


Nursing. New Jersey: Pearson Education

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Berpikir


Kreatif Dalam Pelyanan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas. 1–28.
https://pdfcoffee.com/agenda-ii-pkp-modul-berfikir-kreatif-dalam-
pelayanan-pdf-2-pdf-free.html

Dossey BM, Keegan L. Holistic Nursing : A Handbook for Practice. Sixth Edit.
Barrere CC, Helming MB, editors. Burlington, MA: Jones & Bartlett
Learning; 2013.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Deniati, dkk. (2018). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat


Pelaksana Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Hermina
Bekasi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 21-24

Heni. (2017). Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 3,


26-29

Zalukhu, F. F. P. (2020). Pengaruh Pengambilan Keputusan Dalam Memberikan


Asuhan Keperawatan. https://osf.io/preprints/7cde2/

35

Anda mungkin juga menyukai