Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


“PROBLEM SOLVING DALAM ASUHAN KOMUNITAS”
Dosen Pengampu: Mugiati, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok XII
1. MIRNA ARSITA (2015301072)
2. SHITARA AUFA SETYAWATI (2015301091)
3. DIRA EFITA MIYOLA (2015301098)
4. RETRIASYA AULIA RIZQI (2015301099)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Asuhan Kebidanan Komunitas dengan judul “Problem Solving Dalam Asuhan
Komunitas” ini tepat pada waktunya.
Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penyusuan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dengan kata lain masih terdapat banya kekurangan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan makalah ini kedepan.
Akhir kata semoga Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas “Problem
Solving Dalam Asuhan Komunitas” ini berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, 23 Juli 2022

Kelompok XII

2
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN ........................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 6
2.1. Definisi Problem Solving ........................................................................... 6
2.2. Langkah-langkah Problem Solving ............................................................ 6
2.3. Pelaksanaan Metode Problem Solving ..................................................... 10
BAB III STUDI KASUS .................................................................................... 11
3.1. Tinjauan Kasus Berdasarkan Asuhan Kehamilan (ANC).......................... 11
3.2. Pemecahan Masalah (Problem Solving) ................................................... 14
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 17
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.2. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas salah
satunya yaitu pelayanan kesehatan kunjungan selama kehamilan (ANC). Asuhan
antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi
konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang
berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan
berbagi informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang
akan diterima. Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan
kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal.
Pilar seorang bidan yang terdapat pada kerangka kerja menurut ICM
(2015) adalah pengetahuan, keahlian dalam melaksanakan pelayanan asuhan
kepada bayi baru lahir, wanita, keluarga sepanjang kehidupannya. Pengetahuan
yang ada bisa menjadi pondasi untuk melakukan suatu keahlian jika dilakukan
sesuai tujuan dan setiap bertindak harus diiringi dengan berpikir kritis dengan
menjawab setiap pertanyaan “mengapa” dan “kenapa” saat bertindak, selain itu
mampu memberikan penilaian klinis dengan baik serta memberikan pemecahan
yang tepat berdasarkan data informasi yang didapatkan.
Dalam dunia kebidanan selain di butuhkan kemampuan berfikir kritis
diharapkan juga memiliki kemampuan dalam penyelesaian semua masalah
(problem solving). Problem solving sama artinya dengan pemecahan masalah.
Problem solving merupakan suatu pendekatan dalam menghadapi suatu masalah.
Problem solving juga merupakan suatu prosedur yang di dalamnya terdapat
langkah-langkah yang harus yang di ikuti dalam memecahkan sebuah masalah
yang di hadapi sesorang sebagai perorangan atau seseorang bagai pemimpin
organisasi atau anggota organisasi.

4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan
bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Apakah definisi dari problem solving?
2. Bagaimanakah langkah-langkah dalam penerapan problem solving?
3. Bagaimanakah pelaaksanaan metode problem solving?
4. Bagaimanakah pemecahan masalah dari tinjauan kasus berdasarkan asuhan
kehamilan ANC?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi dari problem solving.
2. Memahami langkah-langkah dalam penerapan problem solving.
3. Memahami pelaaksanaan metode problem solving.
4. Mengetahui pemecahan masalah dari tinjauan kasus berdasarkan asuhan
kehamilan ANC.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi Problem Solving


Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994,
dalam Yasin, 2009). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara
identifikasi problem untuk dilanjutkan ketahapsintesis kemudian dianalisis dengan
pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap aplikasi selajutnya pada
tahap komprehensif untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah
tersebut. Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan 5 dimana
langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif
yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan penyelesaian
akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (dalam Yasin, 2009).
Ini berarti oreantasi pembelajaran problem solving merupakan infestigasi
dan penemuan yang pada dasarnya pemecahan nasalah. Apabila solving yang
diharapkan tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan berarti telah terjadi di
dalam tahap-tahap awal sehingga setiap enginer harus mulai kembali berfikir dari
awal yang bermasalah untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai
masalah yang sedang dihadapi lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (dalam Yasin,
2009).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi problem solving, seperti: motivasi,
kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi(Rahmat (2001)). Ahli
yang lain berpendapat bahwa problem solvingdipengaruhi kemampuan kognitif
atau kecerdasan (Rahmat, 2001dan Sheryl, 2012). Langkah-langkah dalam
problem solving ini tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat
meloncat meloncat antara macam-macam langkah tersebut, lebih-lebih apabila
orang berusaha memecahkan masalah yang kompleks

2.2. Langkah-langkah Problem Solving


A. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey

6
Penyelesaian masalah menurut model ini dilakukan dalam enam tahap, yaitu :
1. Merumuskan masalah.
Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas.
2. Menelaah masalah.
Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari
berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis.
Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative
penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis.
Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam
bentuk diagram, gambar dan table.
5. Pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan
menghubunghubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan.
6. Menentukan pilihan.
Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai pilihan
dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

B. Penyelesaian masalah menurut Lawner Senesh


Sanesh adalah seorang guru besar ekonomi, ia menggunakan tiga tahap dalam
proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu:
1. Tahap motivasi
2. Tahap pengembangan, dan
3. Tahap komulasi.
Problem solving berbeda dalam tahap yang ke dua yaitu tahap pengembangan
dengan langkah-langkah penyelesaian sebgai berikut:
1. Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the problem)
2. Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the problem)

7
3. Mendefinisikan masalah (definition of the problem)
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the problem)
5. Menganalisi sebab-sebab masalah (causes of the problem)
6. Menyelesaikan masalah (solution of the problem)

C. Penyelesaian masalah menurut David dan Johnson


Penyelesaian masalah menurut Johnson dan David ini dilakukan melalui
kelompok. Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversional, misalnya
dianggap penting (importain), urgen dan dapat diselesaikan (solutionable).
Prosedur penyelesaian adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung isu konflik, hingga menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
Dalam kegiatan ini kita bisa saling meminta pendapat dan penjelasan tentang isu-
isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,
serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun
factor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya kita dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis penghambat yang diperkirakan.
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi. Pada tahapan ini setiap semua pihak didorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap
tindakan yang dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.

8
Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang
sering digunakan. Cara yang sering digunakan dan sering berhasil pada proses
pemecahan masalah inilah yang disebut dengan kiat/strategi pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa problem solving
perlu menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga langkah untuk problem
solving. Adapun tiga langkah problem solving adalah:
1. Mengidentifikasi masalah secara tepat
Berdasarkan konsep seorang problem solver yang professional harus terlebih
dahulu nanpu mengetahui berapa atau pada tingkat mana kinerja actual saat ini,
dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan
secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana
kinerja actual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
2. Menentukan sumber dan akar penyebab dari masalah
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-
sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk
menghilangkan masalah-masalah tersebut.
3. Solusi masalah secara efektif dan efisien
Adapun langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien yaitu:
a. Mendefinisikan secara tertulis
b. Membangun diagram sebab akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan :
 akar penyebab dari masalah itu,
 penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat
diperkirakan
c. Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab
akibat, sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan didaftarkan pada sebab
akibat itu secara tersendiri
d. Mendefiisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan
mempertimbangkan:
1) Pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab – penyebab itu
2) Tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita
3) Memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan

9
e. Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang
diajukan (Vincent Gasper sz, dan Qruztyan).

2.3. Pelaksanaan Metode Problem Solving


Dalam proses problem solving terdapat beberapa tahap yang harus disiapkan
mulai dari mempersiapkan masalah sampai cara memecahkan masalah atau solusi
dari masalah tersebut. Gick (dalam Rofik, 2009:14) mengemukakan dua hal
penting dari teori pemrosesan informasi dalam Problem Solving , yaitu:
1) memunculkan wakil masalah (generation of a problem representation),
2) proses solusi (a solution proses).
Sedangkan Wiconsin memilih proses Problem Solving menjadi empat tahap,
yaitu:
1) pengajuan masalah (problem possing),
2) pendekatan masalah (problem approach),
3) solusi masalah (problem solution), dan
4) komunikasi (communication). (Rofik, 2009:14)

10
BAB III
STUDI KASUS

Skenario Kasus Problem Solving Pada Asuhan Kehamilan (ANC)


Seorang ibu datang ke PMB bidan X, berusia 19 tahun, usia kehamilan 37 minggu
5 hari. Status obstetrinya ialah G1P0A0. Ibu diantar keluarganya ke bidan dengan
keluhan pusing, lemas, cepat lelah, dan mata sering berkunang-kunang. Pada hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/60 mmHg, T 37.2°C, N 88x/menit, R
28x/menit. Riwayat kehamilan tidak pernah melakukan kunjungan ANC
dikarenakan jarak rumah dengan PMB cukup jauh.

3.1. Tinjauan Kasus Berdasarkan Asuhan Kehamilan (ANC)


Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas Ny. R
banyak mendapatkan masalah, yakni terkait :
a. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan
profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah
yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih
banyak.
Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat kali
kunjungan, yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya standar asuhan
yang telah ditetapkan seharusnya akan memberikan dampak yang baik bagi ibu,
apalagi pada saat ini persalinan tidak memerlukan biaya, karena ada jaminan
persalinan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan.

11
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan ANC
adalah:
1) Faktor internal meliputi :
a) Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari
pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan
kehamilannya.
b) Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya dari
pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia
seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang
mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang
pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2) Faktor eksternal meliputi:


a) Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan
berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan.
b) Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini
mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan
kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah,
yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan
tidak mampunyai keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang
dibutuhkan ibu selama kehamilan.

12
d) Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu
dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya
merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil
memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi
kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat
terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi
dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e) Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang
terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi
yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.
f) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah
mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media
massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam
melakukan kunjungan antenatal care.
g) Dukungan
Dukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan
sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk
melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh
sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk
keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan

13
Banyak factor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memeriksakan
kehamilan, termasuk salah satunya adalah factor jarak/geografis. Pada kasus ini,
pelayanan kesehatan jauh dari tempat tinggal ibu hamil sehingga ibu sulit
memeriksakan kehamilannya.

b. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan dengan
gangguan psikologis
Kehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan kehamilan
dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan khusus terkait kasus
ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat dicegah jika ibu melakukan
kunjungan antenatal, yakni adanya pemberian imunisasi TT dan 90 tablet sulfas
ferosus untuk mencegah anemia dalam kehamilan sehingga mengurangi risiko
terjadinya BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.
Tubuh remaja secara fisik belum matang secara reproduksi, sehingga pada
saat kehamilan akan cenderung mengalami anemia, disamping penurunan kadar
ferritin akibat terjadinya hemodilusi, serta asupan nutrisi selama kehamilan yang
tidak diperhatikan.

3.2. Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Masalah umum yang terjadi pada asuhan antenatal meliputi anemia pada
kehamilan dan tidak melakukan kunjungan antenatal. Hal ini merupakan masalah
paling sering terjadi di masyarakat, untuk itu beberapa pemecahan masalah yang
ditawarkan seperti:
a) Anemia Pada kehamilan, solusi permasalahannya yaitu:
 Promotif
Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang merencanakan
kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala kemungkinan yang beresiko
mengalami anemia.
 Preventif
Mengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk memberikan penyuluhan
mengenai asupan nutrisi saat kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta
beberapa olahraga ringan untuk ibu hamil.

14
Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90 tablet dengan
menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar tablet SF dapat diabsorbsi
secara maksimal.
 Kuratif
Melakukan kolaborasi dan rujukan kepada tenaga kesehatan yang
berkompetensi, dengan terus mendampingi ibu. Sehingga dapat dicapai asuhan
kehamilan yang dinginkan.

b) Tidak melakukan kunjungan ANC, solusi permasalahannya yaitu:


1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan memenuhi syarat
penggunaan dengan melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali.
2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk mendeteksi ibu hamil serta
mengkaji buku KIA.
3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung ibu dalam
melakukan kunjungan ANC
4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas ibu hamil, sehingga
harga dapat terjangkau oleh masyarakat.

Selain itu, meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan diantaranya:


1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan
waktu yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap
berbagai jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan
pengetahuan dan tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek
yang paling baik. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional
dan provider.
3. Kesinambungan

15
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas
yang baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses
pelayanan harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui
kontak yang terus menerus antara individu dengan provider.
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
efesiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan
baik bagi pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan
pelayanan.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dalam dunia kebidanan selain di butuhkan kemampuan dalam
penyelesaian semua masalah (problem solving). Problem solving yaitu suatu
pendekatan dengan cara identifikasi problem untuk dilanjutkan ketahapsintesis
kemudian dianalisis dengan pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap
aplikasi selajutnya pada tahap komprehensif untuk mendapatkan solution dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Apabila solving yang diharapkan tidak berjalan sebagaimana yang
diinginkan berarti telah terjadi di dalam tahap-tahap awal sehingga setiap enginer
harus mulai kembali berfikir dari awal yang bermasalah untuk mendapatkan
pemahaman menyeluruh mengenai masalah yang sedang dihadapi lebih bersifat
kuantitatif dan spesifik.
Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang
sering digunakan. Cara yang sering digunakan dan sering berhasil pada proses
pemecahan masalah inilah yang disebut dengan kiat/strategipemecahan masalah.

4.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepannya. Karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Wahyuni,Elly. 2018. Modul Bahan Ajar Kebidanan Asuhan


Kebidanan Komunitas. Kementrian Kesehatan RI.
Sumardyono. 2009. Pengertian Dasar Problem Solving. Yogyakarta:
P4TK.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP.
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Frase M Diane and Cooper A Margaret. 2009. Buku Ajar Bidan Myles.
Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai