Anda di halaman 1dari 32

CARA PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tugas Mata Kuliah Berfikir Kritis


Dosen Pembimbing : Dr. Finta Kundarti, S.ST,M.Keb

Disusun Oleh :
Ari Isma A. P17312215064 Inggrid Shamanta P17312215069
Ocha Natasya P P17312215083 Assa Aprin T P17312215075
Christina Eka P17312215066 Friska Novidyawati P17312215093
Putri Dewi U.S P17312215076 Emaniar Arta P17312215071
Dhea Putri E. P17312215098 Danik Iswara P17312215086
Amelia Septiani B. P17312215090 Alif Ajeng M. J. P17312215060

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan ridho-Nya kami diberikan kesempatan untuk menyusun makalah yang berjudul “Cara
Pengambilan Keputusan dan Pemecaan Masalah” ini disusun untuk melengkapi tugas
makalah Mata Kuliah Berfikir Kritis.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Finta Kundarti, S.ST,M.Keb
selaku pembimbing yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami.
Serta tak lupa teman-teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran Mata Kuliah Berfikir
Kritis.

Kediri, 24 Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Atau dapat
dikatan sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang didambakan
dengan kenyataan yang tengah dijalani. Masalah akan muncul bila mana keinginan suatu
indvidu tidak mampu ia penuhi karna berbagai kondisi dan keterbatasan yang ia miliki.
Masalah terus bermunculan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat, tentu dalam hal ini
sangat riskan apabila maslah terus bermunculan. Dengan demikian setiap maslah tentu
harus ada penyelesaiannya, agar masalah-masalah yang ada bisa terus berkurang. Dalam
hal ini tentunya harus ada penyelesaian suatu masalah atau yang biasa disebut
dengan Problem Solving. Problem Solving merupakan suatu proses terencana yang perlu
dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin
tidak didapat dengan segera. Tentunya proses Prblem Solving ini sangat dibutuhkan
dalam kegiatan sehari-hari masyarakat, karena dengan adanya proses pemecahan masalah
yang baik atau terstruktur, masalah akan lebih mudah dipecahkan, sehingga kegiatan-
kegiatan yang dijalankan akan lebih berjalan dengan lancer.
Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan pada diri peserta didik
agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalah dalam
bidang kebidanan, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam ilmu kebidanan, bukan saja bagi
mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari ilmu kebidanan,
melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan
dalam kehidupan sehari-hari.
Mengambil atau membuat keputusan adalah kondisi dalam pilihan, biasanya dalam
membuat keputusan akan banyak berbagai alternatif tetapi pembuat keputusan harus
memilih salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif karena dalam membuat atau
mengambil keputusan itu berkaitan dengan menentukan keputusan mana, dari
sekelompok alternatif yang mungkin dan yang optimal untuk suatu kondisi tertentu.
Dalam proses membuat keputusan salah satu komponen yang penting adalah
mengumpulkan banyak informasi. Penerapan pengambilan keputusan ini bisa melalui
bidang usaha atau yang lainnya. Jadi dalam makalah ini kami akan membahas tentang
materi yang berkaitan dengan “Cara Pemecahan Masalah dan Cara Pengambilan
Keputusan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang diangkat pada makalah ini adalah :
a. Bagaimana cara pemecahan masalah ?
b. Bagaimana cara pengambilan keputusan ?
c. Bagaimana analisis pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terhadap kasus
kanker payudara dan kanker serviks ?
d. Bagaimana analisis pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terhadap kasus
kesehatan mental pada penderita kanker payudara dan kanker serviks ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara pemecahan masalah.
b. Untuk mengetahui cara pengambilan keputusan.
c. Untuk mengetahui analisis yang berdasarkan kasus pada penderita kanker payudara
dan kanker serviks.
d. Untuk mengetahui analisis yang berdasarkan kasus kesehatan mental pada penderita
kanker payudara dan kanker serviks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Pemecahan Masalah


2.1.1 Pengertian Pemecahan masalah
Menurut Robert L. Solso (Mawaddah, 2015), “pemecahan masalah adalah
suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi atau jalan
keluar untuk suatu masalah yang spesifik”. Menurut Polya (Indarwati : 2014)
“pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari
suatu kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera”.
Menurut Gunantara (2014) “kemampuan pemecahan masalah merupakan
kecapakan atau potensi yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari”. Menurut Kesumawati
(Mawaddah, 2015), menyatakan “kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanya, dan
kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat atau menyusun model
matematika, dapat memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu
menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh”.
Menurut Palumbo (1990) problem solving adalah fungsi dari cara bagaimana
stimulus tertentu menjadi in-put melalui sistem sensori ingatan, diproses dan
dikoding melalui memori kerja (working memory/short term memory) dan
disimpan bersama asosiasi-asosiasi dan peristiwa-peristiwa (histories) yang
sekeluarga dalam memori jangka panjang (Long Term Memory).
Jadi, pemecahan masalah secara umum dapat diartikan sebagai proses untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Sebagai terjemahan dari istilah problem solving,
istilah pemecahan masalah dalam bahasa Indonesia bermakna ganda yaitu proses
memecahkan masalah itu sendiri dan hasil dari upaya memecahkan masalah yang
disebut solusi.
2.1.2 Elemen Penting Dalam Pemecahan Masalah

Masalah

Berbagai solusi
Standar alternatif
Pemecah Masalah

Informasi
Kendala
Solusi

Beberapa elemen yang harus ada agar berhasil dalam pemecahan masalah
yaitu harus ada satu masalah dan seorang pemecah masalah. Solusi bagi suatu
masalah harus memampukan sistem untuk memenuhi tujuannya secara baik.
Standar ini menggambarkan keadaan yang diharapkan. Selanjutnya harus memiliki
inforrmasi yang tersedia. Informasi itu menggambarkan keadaan saat ini. Jika
keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan sama maka tidak terdapat masalah,
sedangkan jika keadaan itu berbeda maka ada sejumlah masalah dan harus
dipecahkan. Dengan adanya masalah yang timbul maka muncullah kriteria solusi.
Kriteria solusi ini merupakan sesuatu yang menggambarkan perbedaan keadaan
saat ini dengan keadaan yang diharapkan, atau apa yang diperlukan untuk
mengubah keadaan saat ini menjadi keadaan yang diharapkan. Salah satu langkah
dalam proses penyelesaian masalah yaitu mengidentifikasi berbagai alternative
penyelesaian masalah. Hal tersebut dilakukan dengan mengandalkan pengalaman
atau masukan dari berbagai pihak. Setelah berbagai alternative penyelesaian
masalah diidentifikasi dan dengan memanfaatkan sistem informasi maka dilakukan
proses evaluasi pada setiap alternative tersebut. Evaluasi ini harus
mempertimbangkan berbagai kendala yang mungkin dapat terjadi.

2.1.3 Strategi Pemecahan Masalah


Menurut Polya, pemecahan masalah merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan mengubah cara pandang seseorang terhadap masalah untuk
mengidentifikasi masalah dan selanjutnya memutuskan cara penyelesaian masalah.
Menurutnya, solusi yang diberikan tidak hanya merupakan jawaban untuk
memecahkan masalah tetapi juga memuat prosedur yang harus dilakukan untuk
mendapatkan jawaban. Untuk itu, pemberi jawaban harus memberikan langkah-
langkah penyelesaiannya secara detail. Terdapat empat strategi yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, yaitu: memahami masalah
(understanding the problem), merencanakan cara penyelesaiannya (devising a
plan), melaksanakan rencana yang telah dibuat (carrying out the plan), melihat
kembali seluruh proses yang dilakukan (looking back). Untuk melaksanakan
keempat strategi penyelesaian masalah ini dibutuhkan ketelitian dan kesabaran,
yakni pada setiap tahap yang dilakukan diperlukan refleksi sehingga
menjadikannya semacam siklus. Misalkan setelah memahami masalah, akan
melanjutkannya dengan membuat rencana dengan memilih strategi penyelesaian.
Ketika gagal membuatnya, maka kembali kepada masalah dan mencari informasi
tambahan yang relevan untuk dapat mendukung penerapan strategi tersebut agar
dapat digunakan (Syahlan, 2017).
Terdapat beberapa tahapan strategi yang dapat dilakukan pemecahan masalah :
1. Menentukan hal-hal yang diketahui dengan tepat dan apa yang harus
diselesaikan. Sehingga dapat membantu seseorang mengetahui arah yang
menjadi tujuan penyelesaian masalah tersebut sehingga memudahkan setiap
orang membuat rencana penyelesaian dengan menetapkan strategi yang tepat.
2. Mencari alternatif jawaban yang mungkin dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap ini, kreativitas, pengetahuan
terkait masalah, mental belajar, dan konsentrasi seseorang sangat dibutuhkan
untuk menentukan berbagai cara penyelesaian masalah. Terdapat lima cara
yang dapat digunakan dalam mencari cara penyelesaian masalah, yaitu
a. Mencoba-coba (guess and check)
b. Membuat/menemukan pola (look for pattern)
c. Membuat dan menyusun daftar secara sistematis (make a systematic
list)
d. Membuat dan menggunakan gambar maupun model (make and use a
drawing or model)
e. Mempertimbangkan/meniadakan suatu kemungkinan yang dapat
terjadi (eliminate possibilities)
3. Melaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tahap ini cukup
mudah dilaksanakan karena yang dibutuhkan hanyalah kesabaran
4. Melakukan penyelidikan terhadap semua prosedur penyelesaian masalah yang
dibuat. Berdasarkan hal tersebut, seseorang akan dapat menghubungkan
konsep-konsep yang diketahuinya dengan konsep lain sebagai pengetahuan
yang baru serta dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Pemilihan strategi ini umumnya disesuaikan dengan masalah yang
diajukan. Beberapa cara lebih efektif dibandingkan cara yang lain pada suatu
masalah. Namun pada masalah lainnya, cara tersebut malah tidak dapat
digunakan. Oleh karena itu harus jeli dalam memilih strategi yang tepat dan
cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal meniadakan
suatu kemungkinan, ada tiga cara yang dapat diterapkan. Menurut Sheffield
dan Cruikshank, cara tersebut adalah :
a. menyelesaikan masalah secara mundur/dari belakang (working
backwards)
b. menyelesaikan masalah secara langsung (acting out the problem)
c. mengubah cara pandang terhadap masalah (changingyour point of
view).
2.1.4 Langkah Pemecahan Masalah
Siregar (2020) menjelaskan beberapa langkah-langkah yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah adalah berikut :
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan
3. Mengolah fakta dan data
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil
7. Evaluasi
2.2 Cara Pengambilan Keputusan
2.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat diartikan yaitu : Pemilihan diantara berbagai
alternatif pilihan yang ada, dengan berdasar dan tepat sasaran yang sesuai dengan
harapan si pembuat keputusan Menurut George R. Terry “bahwa pengambilan
keputusan di definisikan adalah pemilihan dua alternatif atau lebih” menurut
definisi tersebut bahwa untuk menentukan suatu keputusan harus memunculkan
alternatif solusi minimal dua solusi atau lebih yang akan ditentukan kemudian
pilihan terbaik diantaranya.
Chester Bernard, menyatakan : “Analisis pengambilan keputusan yang
menyeluruh merupakan penerapan teknik – teknik dalam rangka penyempitan
pemilihan” menurut pendapat ini bahwa setiap pemilihan diperlukan analisis
dengan menggunakan metoda alat analisis untuk mempersempit alternatif pilihan.
Sondang P. Siagian, menyatakan : Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu permasalahan dengan pengumpulan
fakta – fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan
pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan suatu tindakan yang
paling tepat. Pengertian ini mengandung makna bahwa suatu permasalahan
dilakukan penelusuran terlebih dahulu sehinga diketahui dengan jelas pokok-pokok
permasalahan atau bukan suatu permasalahan yang perlu dilakukan putusan atau
pilihan.
Azhar Kasim, Menyatakan : “Pemuatan keputusan adalah kegiatan-kegiatan
yg meliputi perumusan masalah, pembahasan alternatif dan penilaian serta
pemilihan bagi penyelesaian permasalahan.
Berlandaskan teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah pilihan alternatif penyelesaian permasalahan, dengan terlebih
dahulu memahami permasalahnnya dengan cara mengurai masalah sehingga
didapatkan pokok permasalahan atau bukan permasalahan, selanjutnya dengan
keilmuan dapat merumuskan berbagai alternatif penyelesaian permasalahan yang
berdasar dan di dukung data dan fakta yang akurat
2.2.2 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan
Dasar-dasar pengambilan keputusan harus jelas, tersedianya informasi atas
permasalahan tersebut dengan lengkap, pemahaman masalah yang sangat konkrit,
penggunaan alat bantu selain kekuatan daya ingat, penempatan profesionalisme diri
diatas kepentingan dan keinginan sendiri, dengan harapan jika hal ini bisa
diterapkan antara lain menjadi dasar terhindarnya keputusan yang bermasalah.
Dasar Pengambilan Keputusan Menurut George R. Terry, bahwa dasar
pengambilan keputusan dapat digolongkan dalam 5 (lima) golongan. Adapun
kelima golongan dasar keputusan tersebut adalah:
1. Intuisi, yaitu : memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh
2. Pengalaman, yaitu : memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
pengalaman dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung rugi, baik buruknya keputusan yang akan
diambil.
3. Fakta; dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Tingkat
kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang akan menerima keputusan yang dibuat dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang; biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau
orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap orang yang rendah
kedudukannya.
5. Rasional; keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai
dengan apa yang diinginkan.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Sangat banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu keputusan, factor-faktor ini mampu memberikan sejauh mana
kualitas keputusan akan ditetapkan, bila factorfaktor yang dipakai sangat tidak
berhubungan atau bukan substansial utama permasalahan tentu akan memunculkan
permasalah baru atau sebaliknya dengan kualitas hubungan faktor dengan
keputusan sangat erat dan sangat substansial jelas akan memberikan keputusan
yang ideal berkualitas. Dalam pembahasan ini akan disampaikan ada 4 (empat)
faktor yang sangat mempengaruhi munculnya suatu keputusan. Adapun faktor-
faktor tersebut adalah :
1) Posisi atau Kedudukan
Faktor Posisi atau kedudukan sangat mempengaruhi suatu
pengambilan keputusan, para pemilik perusahaan sangat sering menghilangkan
kaidah pengambilan keputusan yang benar disebabkan sang pemilik dengan
posisinya membuat suatu keputusan dengan sepihak atas intuisi atau
kepentingan sepihak yang juga sering diakui dan disetujui oleh para direksi dan
karyawan sebagai wujud penghormatan dan penghargaan atau disebabkan
kekhawatiran beda pendapat yang berujung pada ketidakpatuhan. Hal ini sering
kali terjadi walaupun dengan kasat mata logika keputusan sangat bertentangan.
Para pemimpin – pemimpin diktator dibeberapa Negara atau kerajaan-kerajaan
masa lampau menjadikan faktor posisi atau kedudukan ini dapat membuat
berbagai keputusan mutlak yang tidak mengenal kaidah keputusan benar atau
keputusan salah. Dalam hal penerimaan dari hasil pengambilan keputusan
melalui factor kedudukan lebih mudah diterima oleh orang – orang yang
dibawah posisinya atau yang dibawah kedudukannya. Namun pada sisi
positifnya masih ada sejarah pemimpin yang mampu memberikan keputusan
yang baik didasari factor kedudukannya.
2) Masalah Faktor
Masalah dalam pegambilan keputusan sangat berpengaruh, dalam
management stratejik sangat jelas bahwa untuk masuk pada suatu keputusan
atau solusi penyelesaian harus dimulai dengan mengetahui permasalahan-
permasalahan melalui berbagai formula evaluasi yang melahirkan berbagai
permasalahan yang akhirnya ditetapkan sebagai rujukan dalam menentukan
keputusan penyelesaian. Demikian pula halnya dengan faktor masalah dengan
pengambilan keputusan, masalah dijadikan rujukan dalam menyelesaikan
permasalahan atau antisipasi keakuratan kualitas keputusan yang dibuat.
Bahkan diharapkan dari keputusan yang dibuat mampu melihat masalah yang
akan muncul atau dampak msalah yang timbul bahkan masalah yang sekaligus
dapat diselesaikan.
3) Situasi dan Kondisi
Faktor situasi dan kondisi dalam pengambilan keputusan sangat rentan
dengan kualitas keputusan yang dikeluarkan. Dapat kita misalkan bahwa pada
saat kenaikan bahan bakar minyak sangat tidak tepat para produsen kendaraan
meningkatkan produksinya. Maksudnya bahwa momentum situasi dan kondisi
tidak mendukung. Di daerah perkampungan yang sangat religius sangat tidak
tepat mendirikan suatu pub diskotik, maksudnya situasi dan kondisinya tidak
mendukung. Pertanyaannya apakah dilingkungan perkampungan tersebut dapat
didirikan suatu pub diskotik, jawabnya adalah jika perkampungan itu sudah
berubah menjadi lebih terbuka dan modernis dan tidak terlalu kaku terhadap
etika religius maka dapat saja dibuat keputusan untuk dapat mendirikan suatu
pub diskotik pada lokasi itu. Faktor situasi dan kondisi ini sangat memegang
peranan terhadap keputusan, jika pengambil keputusan tidak mengindahkan
faktor ini besar kemungkinan hasil keputusan yang dibuat akan sangat tidak
berarti atau keputusan yang sangat lemah.
4) Tujuan
Faktor tujuan dalam pengambilan keputusan sangat jelas menjadi
sangat pokok sebab hasil keputusan yang tidak didasari oleh faktor tujuan
adalah ngambang sebab keputusan tersebut tidak mempunyai arah dan sasaran
yang dituju. Namun dalam berbagai keputusan yang pernah ada rata-rata
menempatkan tujuan menjadi faktor utama baik tujuan yang mengarah pada hal
negative atau positif organisasi maupun sebaliknya, baik tujuan pribadi maupun
tujuan organisasi.

Faktor-faktor lain: Ada beberapa faktor lain yang dianggap sangat


mendasari dalam pembuatan keputusan, antara lain :
a. Keadaan Intern organisasi
Keadaan intern organisasi sangat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan hal ini dasari oleh keadaan organisasi, adapun hal-hal kesiapan
organisasi yang dimaksud antara lain : kesiapan organisasi berupa dana,
kemampuan karyawan, kelengkapan peralatan organisasi dan struktur
organisasi. Keputusan dengan biaya sangat erat hubungannya apalagi
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan investasi atau proses yang
panjang. Keputusan yang diambil harus seiring dengan kesiapan dana yang
ada dalam mendukung keputusan tersebut dan sangat banyak keputusan
yang tidak berjalan karena ketidaksiapan dana pendukung. Rincian biaya
akan sangat dipengaruhi oleh tema atau arah keputusan. Keadaan internal
terkait dengan kemampuan karyawan terhadap pengambilan keputusan
bisa dilihat dari kesiapan karyawan menerima hasil keputusan, jangan
sampai keputusan yang diambil tanpa memperhitungkan kemampuan
karyawan yang ada. Sebab sehebat apapun suatu keputusan tanpa
didukung oleh SDM yang akan menjalankannya tentu hanya akan sia-sia.
Keadaan internal terkait kelengkapan peralatan organisasi terhadap
pengambilan keputusan dapat dilihat faktornya dari suatu keputusan yang
mempunyai hubungan dengan harus adanya berbagai peralatan pendukung
namun tidak tersedia, tentu keputusan itu tidak berjalan dengan
semestinya. Keputusan yang dibuat wajib mempertimbangkan
kelengkapan peralatan yang ada, jika tidak harus ada penyesuaian terhadap
keputusan baik dari segi keputusannya maupun dari segi penyediaan
peralatannya. Keadaan internal terkait dengan struktur organisasi terhadap
pengambilan keputusan mempunyai peranan yang juga sangat penting
sebab struktural pengambil keputusan menentukan tingkatan keputusan
yang dibuat. Keputusan suatu kebijakan akan sangat didominasi oleh para
struktural yang berada di level menengah dan atas sedangkan keputusan di
level struktural bawah akan lebih pada keputusan-keputusan teknis dari
penjabaran kebijakan yang ditetapkan dari jenjang struktural diatasnya.
b. Keadaan Eksternal Organisasi
Keadaan eksternal organisasi terhadap keputusan menjadi sangat
penting sehingga para pengambil keputusan harus mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi oleh karena itu diperlukan
identifikasi, evaluasi dan diagnosa terhadap lingkungan eksternal. Sangat
banyak keputusan yang dibuat menjadi gagal disebabkan lemahnya analisa
terhadap faktor eksternal ini, misalnya hal budaya di Bali harus
dipertimbangkan menjadi bagian dari keputusan yang seiring bukan
bertentangan, budaya di lingkungan yang Islami, budaya dilingkungan
glamor menjadi factor-faktor yang harus disesuaikan. Penjualan suatu
produk yang sama pada titik lokasi yang berbeda dimana satunya lokasi
modern pusat perkotaan dan lingkungan orang kaya cenderung penetapan
harga lebih mahal dibandingkan dengan lokasi perkampungan tradisional,
pinggiran kota, pendapatan perkapita yang rendah dengan harga yang lebih
murah.
c. Tersedianya Informasi yang diperlukan
Informasi dalam pengambilan keputusan menjadi faktor yang harus
dipenuhi sebelum keputusan di ambil atau ditetapkan, sebab informasi
yang diterima akan memberikan ketepatan sasaran keputusan seiring
dengan kebutuhan sesungguhnya. Misal : pembuatan keputusan tanpa
memperdulikan informasi terbaru terhadap perubahan suatu undang-
undang atau aturan yang ada bisa membatalkan keputusan, penetapan
harga tanpa melihat pembanding kompetitor akan menyebabkan harga
yang tidak ideal, dll.
d. Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan.
Kepribadian dan kecakapan menjadi faktor penting dalam pengambilan
keputusan. Inteligensi, kapasitas, kapabilitas, ketrampilan, penilaian,
kebutuhan menjadi bahagian kepribadian dan kecakapan yang dapat
mempengaruhi hasil keputusan. Bahwa orang pintar dengan orang bodoh
akan sangat berbeda dalam menentukan suatu keputusan. Bahwa orang
yang mempunyai kapabilitas dan integritas sangat berbeda dengan orang
yang tidak mempunyai kapabilitas terhadap suatu keputusan, bahwa orang
yang mampu melakukan penilaian yang baik dengan yang tidak tentu
menghasilkan keputusan yang berbeda, begitu juga dengan kebutuhan.
2.2.4 Proses Pengambilan Keputusan
Berdasarkan beberapa teori proses pengambilan keputusan yang telah
dikemukan, Gitosudarmo dan Sudita (1997) merangkumnya dalam proses yang
lebih rinci, sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan.
Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai akan menentukan hasil yang
akan dicapai
2. Mengidentifikasi persoalan.
Sebuah syarat yang perlu bagi keputusan adalah persoalan. Proses
pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi
3. Mengembangkan berbagai alternatif solusi.
Sebelum mengambil keputusan harus dikembangkan beberapa alternatif solusi
yang dapat dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensinya
4. Mengevaluasi alternatif.
Setelah alternatif dikembangkan, alternatif harus dievaluasi dan dibandingkan
5. Memilih alternatif.
Alternatif yang baik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan
yang hendak dicapai
6. Melaksanakan keputusan.
Jika salah satu alternatif yang terbaik telah dipilih, keputusan tersebut harus
ditetapkan.
7. Evaluasi.
Mekanisme sistim evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisasi.Evaluasi didasarkan atas sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengambilan keputusan diawali ketika seseorang berada dalam situasi
pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap situasi pengambilan
keputusan juga akan menentukan keberhasilan pengambilan keputusan. Situasi
pengambilan keputusan menjadi muncul dalam diri seseorang ketika ia dihadapkan
dengan permasalahan dan beberapa alternatif atau pilihan sebagai jawaban dari
permasalahannya. Selanjutnya dari beberapa alternatif tersebut, ia mulai
mempertimbangkan, berpikir, menaksir, memprediksi dan menentukan pilihan.
Tahap menentukan pilihan dari alternatif yang ada merupakan tahap terpenting
dalam proses pengambilan keputusan. Dalam proses penentuan pilihan bisa terasa
sulit bisa juga terasa mudah.
Dijelaskan oleh Muhaimin, dkk bahwa pengambilan keputusan bergantung
atas keterlibatan yang dilakukan sebelum melakukan pilihan. Keterlibatan ini oleh
Kotler dan Andreasen dibagi menjadi dua, yaitu keterlibatan tingkat tinggi dan
keterlibatan tingkat rendah. Keterlibatan ini dapat mempengaruhi jumlah
pertimbangan yang dilakukan oleh pembuat keputusan. Keterlibatan tinggi terjadi
apa bila keputusan diakukan untuk yang pertama kalinya, resiko yang tinggi,
tekanan dari kelompok luar yang kuat. Jadi, keterlibatan tinggi ini dapat beransur-
ansur melemah (rendah) jika keputusan itu sudah sering dibuat.
2.2.5 Jenis Pengambilan Keputusan
Manajer sebagai pembuat keputusan adalah seorang pemecah masalah, yaitu
dengan memilih salah satu dari alternatif-alternatif yang tersedia, atau menemukan
alternatif lain yang berbeda secara berarti dengan alternatif sebelumnya. Dalam
manajemen keputusan dikategorikan dalam dua jenis yaitu keputusan terprogram
(programmed decisions) dan keputusan tak terprogram (non programmed
decisions).
a. Keputusan terprogram adalah merupakan “keputusan yang diambil berdasarkan
kebiasaan, peraturan, atau prosedur tertentu. Setiap organisasi mempunyai
kebijakan tertulis atau tidak tertulis yang mempermudah pengambilan
keputusan dalam situasi yang berulang-ulang dengan membatasi atau
meniadakan alternatif. Masalah rutin tidaklah selalu sederhana. Keputusan
terprogram digunakan untuk mengatasi masalah yang rumit maupun yang
sepele. Bila suatu masalah terjadi lagi dan jika unsur komponennya dapat
ditentukan, diramalkan atau dianalisis, maka masalah tersebut dapat dipecahkan
dengan pengambilan keputusan terprogram. Sampai tingkat tertentu, keputusan
terprogram itu membatasi kebebasan kita, karena organisasi dan bukan individu
yang memutuskan apa yang harus dilakukan. Akan tetapi, keputusan jenis ini
dimaksudkan untuk membebaskan.Kebijakan, peraturan, atau prosedur yang
digunakan untuk mengambil keputusan, akan membebaskan kita dari waktu
yang diperlukan untuk memecahkan setiap masalah,dengan demikian
memungkinkan kita mencurahkan perhatian pada kegiatan lain yang lebih
penting.
b. Keputusan tidak terprogram adalah keputusan untuk memecahkan masalah
yang luar biasa atau masalah istimewa. Jika suatu masalah jarang sekali muncul
sehingga tidak tercakup oleh suatu kebijakan atau sedemikian penting sehingga
memerlukan perlakuan khusus, maka masalah tersebut harus ditangani dengan
suatu keputusan tidak terprogram.Kalau seseorang berada pada posisi yang
lebih tinggi dalam heirarkhi organisasi, kemampuan untuk mengambil
keputusan tidak terprogram menjadi lebih penting karena secara progresif lebih
banyak keputusan tidak terprogram yang diambil. Karena alasan tersebut,
kebanyakan program pengembangan manajemen berusaha meningkatkan
kemampuan manajer untuk mengambil keputusan tidak terprogram, biasanya
dengan mengajar mereka menganalisis masalah secara sistematik dan membuat
keputusan yang nalar.
2.3 Analisis Jurnal Pada Kasus Penderita Kanker Payudara Dan Kanker Serviks
2.3.1 Pemecahan Masalah
A. Pemecahan Masalah
Kanker payudara maupun kanker serviks saling berhubungan dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Malawi. Oleh karena itu, layanan
deteksi dini adalah sangat dibutuhkan di Malawi untuk meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup bagi pasien. Kementerian Kesehatan Malawi
menyerukan pemeriksaan untuk terintegrasi dalam pelayanan kesehatan primer
dan rutin ditawarkan kepada semua wanita. Kanker payudara adalah kanker
wanita ketiga yang paling umum, dengan 1.216 baru kasus yang didiagnosis
pada tahun 2018. Hasil dan kelangsungan hidup kanker payudara dan serviks
cenderung miskin karena kombinasi dari presentasi akhirtasi gejala ke fasilitas
kesehatan, stadium lanjut saat diagnosis, dan akses terbatas ke tepat waktu dan
stand-pengobatan ard. 80% kanker serviks yang mengejutkan penerimaan
rumah sakit di Malawi hadir di tidak bisa dioperasi tahapan.
Dalam proses pemecahan masalah dari jurnal tersebut adalah dengan
cara proses penelitian dimana usaha yang dilakukan untuk mencari jalan keluar
dari kesulitan yang berupa adanya tingginya angka kematian akibat kanker
serviks dan kanker mamae serta pelayanan kesehatan di Malawai terhadap
kanker tersebut yang rendah. Dan mencapai tujuan tersebut berupa untuk
mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghambat persalinan kanker payudara dan servikslayanan penyaringan di
Malawi sehubungan dengan aksesibilitas, penyerapan, penerimaan, dan
efektivitas. Adapun sasaran yang dimaksudkan oleh jurnal tersebut adalah
peremupan Malawi yang menderita kanker servik dan kanker payudara.
B. Elemen penting dalam pemecahan masalah
Elemen dalam pemecahan masalah meliputi:
1. Masalah
Masalah pada jurnal yaitu meningkatnya insidensi kanker pada wanita di
Malawi, terutama kanker payudara dan servik
2. Seorang Pemecah Masalah
Seorang pemecah masalah disini yaitu pembuat kebijakan (Menteri
Kesehatan Malawi)
3. Standar
Keadaan yang diharapkan pada masalah ini yaitu kasus kanker di Malawi
terutama kanker payudara dan kanker serviks dapat menurun.
4. Informasi
Di Malawi, kebanyakan pasien penderita kanker payudara maupun serviks
datang ke fasilitas kesehatan pada saat sudah stadium yang sangat lanjut
(terutama untuk kanker payudara). Hal tersebut disebabkan karena
kesadaran masyarakat tentang kanker yang rendah dan kurangnya program
skrining atau kontrol yang dapat diakses.
5. Kendala :
Dijurnal disebutkan untuk kendala pada fasilitas kesehatan yaitu beberapa
klinik yang menawarkan pemeriksaan dan pengobatan kanker payudara dan
kanker serviks sering kekurangan staff, yang dikarenakan pendistribusian
tenaga kerja yang tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan di
Malawi. Sedangkan hambatan yang sering terjadi pada pasien yaitu
ketakutan, rasa malu, kurangnya pengetahuan/kesadaran, hingga masalah
yang berkaitan dengan akses dan faktor budaya seperti kepercayaan lokal
negatif seputar perawatan kesehatan preventif.
6. Solusi
Solusi yang digunakan yaitu :
a) Melakukan kampanye pendidikan. Strategi pendidikan yang sukses
memiliki efek yang positif pada wanita yang menghadiri layanan
skrining. Sehingga komponen pendidikan ini perlu dimasukkan
dalam program pengendalian kanker payudara dan serviks di Malawi
untuk memaksimalkan penyerapan.
b) Melibatkan kepala keluarga dan tokoh masyarakat dalam intervensi
untuk menangani masalah budaya yang mencegah pengambilan
skrining.
c) Melakukan perencanaan program skrining dengan
mempertimbangkan hambatan geografis dan logistic yang ada,
termasuk jam buka klinik dan penggabungan skrining dengan
layanan kesehatan lainnya.
C. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pemecahan masalah yg dapat dilakukan :
1. Menentukan hal-hal yg diketahui dengan tepat dan apa yang harus
diselesaikan.
a. Pada tingkat pasien, kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang
penyakit, lokasi, lingkungan skrining yang buruk dan kualitas
perawatan yang dirasakan dapat bertindak sebagai penghalang untuk
berpartisipasi dalam skrining.
b. Tingkat fasilitas kesehatan, pelayanan dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya dan modalitas penyampaian.
c. Tingkat sistem perawatan kesehatan, tidak memadai pendanaan dan staf
(distribusi, pengawasan, retensi), dan kurangnya pemantauan dan
pedoman yang tepat dapat berdampak negatif pada pelayanan.
2. Mencari alternatif jawaban yang mungkin dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
a. Meningkatkan akses distiribusi pelayanan kesehatan mengenai layanan
kanker esensial bagi masyarakat.
b. Peningkatan pengawasan klinis dan melakukan evaluasi bagi pemberi
layanan yang kinerjanya buruk terhadap masyarakat karena
mempengaruhi efektivitas pemberian layanan.
c. Perencanaan untuk skrining program harus mengambil posisi geografis
dan logistik yang ada hambatan tidak menjadi pertimbangan, termasuk
pembukaan jam klinik dan skrining bagi pelayanan kesehatan
3. Melaksanakan sesuai dengan apa yg telah direncanakan.
Memberikan layanan deteksi dini untuk memberikan fasilitas
kesehatan dan perawatan yang tepat pada waktunya bagi penderita suspek
kanker payudara dan kanker serviks.
4. Melakukan penyelidikan thd semua prosedur penyelesaian masalah.
Skrining yang terjangkau dan tepat serta dini, langkah-langkah
diagnosis ada untuk pengaturan sumber daya rendah: pemeriksaan visual
dengan asam asetat untuk kanker serviksdan pemeriksaan payudara klinis
untuk kanker payudara; dengan koagulasi termal atau cryotherapy untuk
mengobati pralesi pada kanker kanker.
Keterlibatan dan kepekaan masyarakat juga diperlukan untuk
meningkatkan akseptabilitas dan penyerapan perawatan kesehatan
preventif, seperti yang dilaporkan dalam negara-negara di kawasan dengan
sosio-ekonomi yang situasinya sama. Kurangnya infrastruktur, kurangnya
data untuk menginformasikan rencana-pengeluaran kesehatan pemerintah
yang tidak memadai, juga didokumentasikan untuk dilakukan perbaikan
kedepannya.
D. Langkah Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi
Cervical Cancer Control Programme (CECAP) telah diterapkan di
Malawi selama lebih dari satu dekade dengan fokus pada pendekatan
skrining dan pengobatan yang menggunakan inspeksi dengan asam asetat
(IVA) dan cryotherapy untuk lesi, tetapi dalam implementasinya pada tahun
2015 cakupannya hanya 27,3%, jauh di bawah tingkat target 80%. Dalam
hal pengendalian kanker payudara meskipun termasuk dalam prioritas
National Sexual and Reproductive Health and Rights Policy (SRHR) 2017–
2022, program nasional tersebut belum dapat terwujud. Selain itu
ditemukan juga bahwa layanan skrining kanker serviks dan diagnosis dini
di Malawi sebagian besar diberikan di bawah program pengendalian kanker
nasional, sebuah inisiatif yang sudah sesuai, namun masih mengalami
implementasi yang tidak merata dan tidak efisien. Untuk kanker payudara,
layanan deteksi dini hampir tidak ada, kecuali untuk sejumlah kecil proyek
yang menguji coba beberapa metode untuk meluncurkan layanan ini kepada
masyarakat.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan
Pencarian jurnal penelitian awalnya dikembangkan dan diuji mulai
Juni 2019 dalam satu database dan kemudian diadaptasi untuk yang lain.
Pencarian dijalankan di database bibliografi berikut: Embase, PubMed,
Ovid MEDLINE, The Cochrane Library, Global Health and African
Journals OnLine (AJOL). Ditemukan 198 hasil penelitian. Setelah
menghapus duplikat, 101 studi disaring berdasarkan judul dan abstrak. Dari
jumlah tersebut, 42 dianggap memenuhi syarat untuk penilaian teks
lengkap. Pilihan akhir studi yang termasuk dalam ulasan ini terdiri dari 6
artikel
3. Mengolah fakta dan data
Memilih 6 studi untuk dimasukkan dalam tinjauan akhir. Berbagai
faktor mempengaruhi pemberian layanan kanker payudara dan serviks di
Malawi, beroperasi pada tiga tingkat yang saling terkait yaitu :
1) Di tingkat pasien, kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan penyakit,
lokasi, lingkungan skrining yang buruk dan persepsi kualitas perawatan
dapat menjadi penghalang untuk berpartisipasi dalam skrining
2) Di tingkat fasilitas kesehatan, layanan dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya dan cara penyampaian;
3) Pada tingkat sistem perawatan kesehatan, pendanaan dan staf yang tidak
memadai (distribusi, pengawasan, retensi), dan kurangnya pemantauan
dan pedoman yang tepat dapat berdampak negatif pada layanan.
Kenyamanan skrining, dalam hal aksesibilitas (lokasi, jam buka) dan
integrasi dengan layanan kesehatan lainnya (misal reproduksi atau
layanan HIV), ditemukan memiliki efek positif pada penyerapan
layanan.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah
Membangun kesadaran akan kanker dan layanan terkait, dan
menawarkan pemeriksaan berkualitas (ruangan khusus, privasi,
profesionalisme staf, dll.)
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih
1) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat
2) Melakukan pemeriksaan berkualitas atau skrinning
3) Melibatkan masyarakat dalam pencegahan kanker
4) Menambah petugas kesehatan dan meningkatkan fasilitas di faskes
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil
1) Temuan dari tinjauan literatur ini menunjukkan bukti strategi
pendidikan yang sukses memiliki efek positif pada tingkat wanita yang
menghadiri layanan skrining. Program pengendalian kanker payudara
dan serviks di Malawi perlu memasukkan komponen pendidikan untuk
memaksimalkan penyerapan, rekomendasi yang juga digaungkan dalam
National Sexual and Reproductive Health and Rights Policy (SRHR)
2) Perencanaan program skrining harus mempertimbangkan hambatan
geografis dan logistik yang ada, termasuk jam buka klinik dan
penggabungan skrining dengan layanan kesehatan lainnya.
3) Keterlibatan dan kepekaan masyarakat juga diperlukan untuk
meningkatkan penerimaan dan penggunaan perawatan kesehatan
preventif, seperti yang dilaporkan di negara-negara lain di kawasan
dengan situasi sosial-ekonomi yang serupa
4) Laki-laki terutama kepala rumah tangga dan tokoh masyarakat, perlu
dilibatkan dalam intervensi di masa depan yang menangani masalah
budaya yang mencegah pengambilan skrining
5) Menambah petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan di Malawi untuk
mengatasi kekurangan petugas kesehatan dan fasilitas yang ditemukan
6) Melengkapi data pasien untuk memantau sumber daya dan kinerja,
perencanaan berbasis kebutuhan, dan modal dan sumber daya dari
pemerintah
7. Evaluasi
Sebagai bahan evaluasi perlu adanya upaya penelitian lebih lanjut di
masa depan yang memiliki tujuan ganda yaitu untuk menginformasikan
strategi intervensi untuk meningkatkan layanan deteksi dini kanker di
Malawi, serta mendukung analisis lintas negara untuk memfasilitasi berbagi
pengetahuan dan perlu dilakukan pembelajaran bersama di antara negara-
negara dengan tantangan serupa.
2.3.2 Cara Pengambilan Keputusan
A. Pengambilan Keputusan
1. Kementerian Kesehatan Malawi menyerukan agar skrining diintegrasikan
dalam perawatan kesehatan primer dan secara rutin ditawarkan kepada semua
wanita .
2. Program nasional pengendalian kanker serviks telah ada di Malawi selama
lebih dari satu decade, berfokus pada pendekatan screen-and-treat yang
menggunakan pemeriksaan dengan asam asetat dan cryotherapy untuk lesi,
tetapi implementasinya menantang (dalam cakupan 2015 adalah 27,3% jauh
dibawah target tingkat 80%). Dalam hak pengendalian kanker payudara
meskipun inklusi diantara prioritas national sexual dan kebijakan kesehatan
dan hak reproduksi 2017-2022, program nasional belum terwujud. Beberapa
inisiatif telah muncul (lihat studi di ulasan kami) tetapi secara sporadic, tanpa
koordinasi diantara mereka atau hubungan dengan actor nasional.
3. Pencarian database bibliografi mengambil 198 makalah, tanpa studi
tambahan yang diidentifikasi dari literatur abu-abu. Setelah menghapus
duplikat, 101 studi disaring berdasarkan judul dan abstrak. Dari jumlah
tersebut, 42 dianggap memenuhi syarat untuk penilaian teks lengkap. Pilihan
akhir studi yang termasuk dalam ulasan ini terdiri dari 6 artikel.
4. Pada tingkat pasien, studi dalam tinjauan kami mengidentifikasi berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan wanita untuk mengambil bagian
dalam skrining kanker. Mulai dari masalah praktis seperti kurangnya waktu,
merasa terlalu sakit/ lelah untuk berpartisipasi, kebutuhan untuk merawat
anggota keluarga dan biaya tidak langsung untuk mengakses layanan
(misalnya transportasi ke fasilitas, pembelian paspor kesehatan, hingga faktor
sosial budaya seperti membutuhkan suami' persetujuan, persepsi negatif
tentang perawatanEmpat artikel menemukan bahwa meningkatkan kesadaran
tentang penyakit dan layanan skrining memiliki efek ppositif pada penerapan
layanan.
5. Dalam kasus layanan skrining terpadu, beberapa responden lebih memilih
dokter atau perawat untuk memberikan tes, karena yang pertama dianggap
lebih berpengetahuan dan yang terakhir lebih dapat dipercaya.
6. Untuk mengatasi beberapa masalah ini dan meningkatkan aliran pasien, Pfaff
et al. memodifikasi Sistem Rekam Medis Elektronik (EMR) yang ada yang
digunakan di klinik HIV tempat skrining kanker serviks dilakukan untuk
memasukkan IVA.
7. Solusi lokal diterapkan di beberapa proyek untuk mengatasi tantangan ini,
seperti pengingat panggilan telepon dan penggantian biaya transportasi. Di
tingkat fasilitas, dan layanan yang kekurangan sumber daya mempengaruhi
pemberian perawatan termasuk kekurangan peralatan penting seperti
cryotherapy dan mesin Prosedur Bedah Elektro Loop (LEEP)
B. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
1. Intuisi yaitu memiliki sifat subyektif sehingga mudah terkena pengaruh.
Dalam hal ini ada bentuk firasat ada perasaan yang hadir dan sering disalah
artikan.
Intuisi dari jurnal tersebut yaitu 12,5% wanita yang diwawancarai
menunjukkan bahwa sebelum dan/atau saat pemeriksaan kanker payudara
mereka takut mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan, dan menerima
hasil yang tidak normal, pasien juga merasa malu.
2. Pengalaman yaitu memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
pengalaman dapat memperkirakan keadaan sesuatu.
Pengalaman menurut jurnal yaitu ada berbagai hambatan tingkat pasien
yang mencegah penggunaan skriningdan layanan deteksi dini. Mulai dari
pribadi faktor-faktor seperti rasa takut, malu dan kurangnya
pengetahuanpengetahuan/kesadaran, terhadap isu-isu yang berkaitan
dengan akses (perjalanan panjang).tances) dan faktor budaya seperti
kepercayaan lokal yang negatifkesehatan preventif di sekitarnya. Faktor-
faktor seperti itu perlu harus diperhitungkan oleh perencana kesehatan,
peneliti dan pelaksana yang bertujuan untuk memperkuat layanan
penyaringan keburukan di Malawi.
3. Fakta yaitu dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik
Fakta dari jurnal ini yaitu berbagai faktor mempengaruhi pemberian
layanan kanker payudara dan serviks di Malawi, beroperasi di tiga yang
saling terkaittingkat. Pada tingkat pasien, kurangnya pengetahuan dan
kesadaran tentang penyakit, lokasi, lingkungan skrining yang burukdan
kualitas perawatan yang dirasakan dapat bertindak sebagai penghalang
untuk berpartisipasi dalam skrining, di tingkat fasilitas kesehatan,
pelayanandipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya dan modalitas
penyampaian, dan pada tingkat sistem perawatan kesehatan, tidak
memadaipendanaan dan staf (distribusi, pengawasan, retensi), dan
kurangnya pemantauan dan pedoman yang tepat dapatberdampak negatif
pada pelayanan. Cara untuk mengatasi kedua kanker ini sangat penting di
Malawi, negara di mana pasien hadir ke fasilitas kesehatan pada stadium
sangat lanjut (par-terutama untuk kanker payudara), terutama karena
rendahnyakesadaran kanker dan kurangnya skrining yang dapat diakses
atauprogram control. Layanan rujukan dan pengobatan mencerminkan
temuan tentang hambatan untuk penyaringan, literatu yang diterbitkan
menunjukkan bahwa hambatan serupa mempengaruhi pelayanan rujukan
dan pengobatan. Pada tingkat pasien,menunda perawatan alih-alih memilih
hari yang sama pengobatan, dalam kasus kanker serviks.
4. Wewenang yaitu biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya
atau orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap orang yang rendah
kedudukannya.
Wewenang pada jurnal ini adalah Kementerian Kesehatan Malawi
menyerukan pemeriksaan untuk terintegrasi dalam pelayanan kesehatan
primer dan rutin ditawarkan kepada semua wanita. Namun, penilaian baru
menemukan bahwa layanan ini tidak tersedia secara luas dan memiliki
kapasitas yang sangat terbatas. Program Nasional Pengendalian Kanker
Serviks(CECAP) telah ada di Malawi selama lebih dari satu
dekade,berfokus pada pendekatan screen-and-treat yang menggunakan
pemeriksaan dengan asam asetat (VIA) dan cryotherapy untuklesi, tetapi
implementasinya menantang (dalam Cakupan 2015 adalah 27,3%, jauh di
bawah target tingkat80% ).
5. Rasional yaitu keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu
Disebutkan dalam jurnal Kanker payudara dan kanker serviks
merupakan penyebab lebih dari setengah dari beban kanker yang dialami
oleh wanita di sub-Sahara Afrika, yang mengakibatkan kematian cepat dan
tinggi. Skrining yang terjangkau dan tepat serta deteksi dini langkah-
langkah diagnosis ada untuk pengaturan sumber daya rendah: pemeriksaan
visual dengan asam asetat untuk kanker serviks dan pemeriksaan payudara
klinis untuk kanker payudara, dengan koagulasi termal atau cryotherapy
untuk mengobati pra-lesi kanker.
C. Faktor – Faktor Pengambilan Keputusan
1. Faktor Posisi :

Program Nasional Pengendalian Kanker Serviks(CECAP) telah ada di


Malawi selama lebih dari satu dekade,berfokus pada pendekatan screen
and treat yang menggunakan pemeriksaan dengan asam asetat (VIA) dan
cryotherapy untuklesi.

2. Faktor Masalah:
Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kanker payudara dan kanker
serviks bersama-sama menyebabkan lebih dari setengah dari beban kanker
yang dialami oleh wanita di sub-Sahara Afrika, yang mengakibatkan
kematian yang cepat. Skrining dini yang terjangkau dan langkah-langkah
diagnosis ada untuk pengaturan sumber daya rendah. Pada penelitian ini
juga mengulas kondisi layanan yang buruk di Malawi. Perempuan di
pedesaan jarang dapat mengakses intervensi, karena belum ada yang
terkoordinasi dan respon dengan sumber daya yang baik terhadap beban
yang semakin meningkat dari kanker
3. Faktor Situasi dan Kondisi
Pendanaan yang tidak memadai memiliki implikasi besar untuk pemberian
layanan skrining kanker payudara dan serviks. Lebih dari setengah
fasilitas yang disurvei mengatakan bahwa pendanaan tidak mencukupi.
Studi ini juga melaporkan distribusi penyedia layanan yang miring di
seluruh Malawi, yang mendukung klinik perkotaan, meskipun sebagian
besar negara' penduduknya tinggal di pedesaan. Selain itu, buruknya
pengawasan klinis penyedia layanan mempengaruhi efektivitas pemberian
layanan
4. Faktor tujuan :
Pada penelitian ini menyajikan tolak ukur bukti upaya penelitian masa
depan harus memiliki tujuan menginformasikan strategi intervensi untuk
meningkatkan layanan deteksi dini kanker, serta dukungan porting analisis
lintas negara untuk memfasilitasi pengetahuan berbagi dan saling belajar
di antara negara-negara
D. Proses Pengambilan Keputusan
Prosesnya adalah :
1. Menentukan tujuan
Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai akan menentukan hasil
yang memadai. Dalam jurnal tersebut proses pengambilan keputusan yang
pertama adalah dengan adanya tujuan penelitian dimana tujuan tersebut
sebagai dasar adanya hasil penelitian yang diharapkan. Tujuan tersebut
berupa untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang
meningkatkan atau menghambat persalinan kanker payudara dan
servikslayanan penyaringan di Malawi sehubungan dengan aksesibilitas,
penyerapan, penerimaan, dan efektivitas. Adapun sasaran yang
dimaksudkan oleh jurnal tersebut adalah peremupan Malawi yang
menderita kanker servik dan kanker payudara.
2. Mengidentifikasi persoalan
Sebuah syarat yang perlu bagi keputusan adalah persoalan. Proses
pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan
diidentifikasi. Persoalan dalam jurnal tersebut telah diidentifikasi,
identifikasi ditemukan bahwa terjadi masalah pada kesehatan di Melawi
dimana adanya kenaikan insiden kanker terutama kanker payudara dan
kanker servik yang paling banyak menyerang wanita di Malawi. Dalam hal
ini persoalan tersebut ditunjang lagi dengan keadaan ekonomi masyarakat
yang cenderung miskin dan terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.
3. Mengembangkan berbagai alternative solusi
Setelah adanya identifikasi masalah tersebut peneliti mengembangkan
alternative solusi yaitu dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan
kanker esensial dan peningkatan deteksi dini terhadap kanker tersebut.
Dimana hal ini menunjukkan bahwa sebelum mengambil keputusan
peneliti mengembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan
dan harus dipertimbangkan konsekuensinya.
4. Mengevaluasi alternative
Dengan mempertimbangkan tujuan dan alternative solusi yang telah
dibuat maka penulis melanjutkan proses tersebut menuju pengujian
alternative tersebut dimana hal itu Nampak dari pengumpulan berbagai
artikel artikel yang dapat menjawab tujuan yang telah dibuat. Didapatkan 6
jurnal sebagai pembanding. Peneliti menilai adanya aspek yang berbeda
dari program percontohan skrining kanker payudara yang disalurkan di
Lilongwe, melibatkan penggunaan perempuan awam untuk mendidik
perempuan perkotaan tentang kanker payudara dan melakukan pemeriksaan
payudara klinis (CBE) skrining, mengintegrasikannya dengan layanan
kesehatan lainnya dipengaturan klinis yang beragam. Alternatif yang baik
adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai.
5. Memilih alternative
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian layanan untuk deteksi
dini kanker menjadi tiga tingkat : pasien, fasilitas kesehatan dan sistem
kesehatan.
a) Faktor tingkat pasien
Pada tingkat pasien, studi dalam ulasan peneliti
mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
perempuan untuk mengambil bagian dalam skrining kanker. Ini mulai
dari masalah praktis seperti kurangnya waktu, merasa terlalu sakit/lelah
untuk berpartisipasi, perlu merawat anggota keluarga dan biaya tidak
langsung untuk mengakses layanan (misalnya transportasi kefasilitas,
membeli paspor kesehatan, hingga sosial-faktor budaya seperti
membutuhkan persetujuan suami, persepsi negatif tentang perawatan
pencegahan, hambatan agama dan pendidikan, malu dan kerendahan
hati.
b) Fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan di Malawi menghadapi banyak hambatan
yang mencegah mereka dari berhasil memberikan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim serta layanan skrining. Segala jenis
kekurangan tingkat fasilitas telah didokumentasikan dengan baik di
daerah lain di Malawi sektor kesehatan dan mencerminkan kondisi.
Studi tersebut menunjukkan bahwa klinik menawarkan skrining dan
pengobatan kanker payudara dan serviks adalah sering kekurangan staf
fitur umum fasilitas di Malawi. Hal ini antara lain disebabkan oleh
persebaran yang tidak merata. Tenaga kerja antara daerah perkotaan dan
pedesaan, dan pergantian staf yang tinggi, dengan banyak penyedia
layanan tidak lebih lama memberikan perawatan. Staf yang
menyediakan layanan skrining melaporkan kurangnya motivasi dan
komitmen, dan pelatihan dan pengawasan yang tidak memadai.
c) System kesehatan
Sistem perawatan kesehatan yang lebih luas. Ini termasuk
kurangnya infrastruktur, kurangnya data untuk menginformasikan
rencana pengeluaran kesehatan pemerintah yang tidak memadai, juga
didokumentasikan di area lain dari layanan kesehatan dinegara dan
tidak jarang di wilayah. Tanpa data untuk memantau sumber daya dan
kinerja, perencanaan berbasis kebutuhan, dan modal dan sumber daya
dari pemerintah, fasilitas kesehatan tidak akan mampu memecahkan
masalah logistik mereka yang mencegah pasien menerima diagnosis
dini dan pengobatan yang memadai. Dengan demikian terdapat tugas
alternatif yang baik adalah dalam hubungannya dengan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya dan tujuan yang hendak dicapai.
6. Melaksanakan keputusan
Dengan meningkatkan kesadaran tentang penyakit dan layanan
skrining memiliki efek positif pada penyerapan layanan, peningkatan
pelayan fasilitas kesehatan dan peningktakan pelayanan system kesehatan
merupakan suatu keputusan akhir untuk menjawab tujuan. Dimana hal ini
dapat memberikan pedoman bagi para peneliti dan pembuat kebijakan
tentang bagaimana untuk meningkatkan akses ke skrining dan deteksi dini
untuk kanker. Hal ini menunjukkan telah dipilihnya 3 alternatif solusi
sehingga peneliti dapat memberi keputusan tersebut.
7. Evaluasi
Evaluasi terhadap keputusan yang sesuai dengan tujuan yang telah
dibuat dijelaskan bahwa keputusan tersebut menyajikan tolak ukur bukti
untuk Malawi, upaya penelitian masa depan harus memiliki tujuan ganda
untuk menginformasikan strategi intervensi untuk meningkatkan layanan
deteksi dini kanker di Malawi, serta dukungan analisis lintas negara untuk
memfasilitasi pengetahuan berbagi dan saling belajar di antara negara-
negara dengantantangan besar.

E. Jenis Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan terprogram :
1. Kementerian Kesehatan Malawi menyerukan agar skrining diintegrasikan
dalam perawatan kesehatan primer dan secara rutin ditawarkan kepada
semua wanita.
2. Pencarian database bibliografi mengambil 198 makalah, tanpa studi
tambahan yang diidentifikasi dari literatur abu-abu. Setelah menghapus
duplikat, 101 studi disaring berdasarkan judul dan abstrak. Dari jumlah
tersebut, 42 dianggap memenuhi syarat untuk penilaian teks lengkap.
Pilihan akhir studi yang termasuk dalam ulasan ini terdiri dari 6 artikel.
3. Pada tingkat pasien, studi dalam tinjauan kami mengidentifikasi berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan wanita untuk mengambil
bagian dalam skrining kanker. Mulai dari masalah praktis seperti kurangnya
waktu, merasa terlalu sakit/ lelah untuk berpartisipasi, kebutuhan untuk
merawat anggota keluarga dan biaya tidak langsung untuk mengakses
layanan (misalnya transportasi ke fasilitas, pembelian paspor kesehatan,
hingga faktor sosial budaya seperti membutuhkan suami' persetujuan,
persepsi negatif tentang perawatan.
4. Dalam kasus layanan skrining terpadu, beberapa responden lebih memilih
dokter atau perawat untuk memberikan tes, karena yang pertama dianggap
lebih berpengetahuan dan yang terakhir lebih dapat dipercaya.
5. Solusi lokal diterapkan di beberapa proyek untuk mengatasi tantangan ini,
seperti pengingat panggilan telepon dan penggantian biaya transportasi. Di
tingkat fasilitas, dan layanan yang kekurangan sumber daya mempengaruhi
pemberian perawatan termasuk kekurangan peralatan penting seperti
cryotherapy dan mesin Prosedur Bedah Elektro Loop (LEEP) .
Pengambilan keputusan tidak terprogram :
1. Program nasional pengendalian kanker serviks telah ada di Malawi selama
lebih dari satu decade, berfokus pada pendekatan screen-and-treat yang
menggunakan pemeriksaan dengan asam asetat dan cryotherapy untuk lesi,
tetapi implementasinya menantang (dalam cakupan 2015 adalah 27,3% jauh
dibawah target tingkat 80%). Dalam hal pengendalian kanker payudara
meskipun inklusi diantara prioritas national sexual dan kebijakan kesehatan
dan hak reproduksi 2017-2022, program nasional belum terwujud.
Beberapa inisiatif telah muncul (lihat studi di ulasan kami) tetapi secara
sporadic, tanpa koordinasi diantara mereka atau hubungan dengan actor
nasional.
2. Untuk mengatasi beberapa masalah ini dan meningkatkan aliran pasien,
Pfaff et al. memodifikasi Sistem Rekam Medis Elektronik (EMR) yang ada
yang digunakan di klinik HIV tempat skrining kanker serviks dilakukan
untuk memasukkan IVA.
2.4 Analisis Jurnal Pada Kasus Kesehatan Mental Penderita Kanker Payudara Dan
Kanker Serviks

Pada kasus di dalam jurnal ini ditemukan bahwa terdapat masalah pada penderita
kanker servik dan kaner payudara di Malawi. Mulai dari masalah praktis seperti kurangnya
waktu, merasa terlalu sakit/ lelah untuk berpartisipasi, kebutuhan untuk merawat anggota
keluarga dan biaya tidak langsung untuk mengakses layanan (misalnya transportasi ke
fasilitas, pembelian paspor kesehatan), hingga faktor sosial budaya seperti membutuhkan
suami persetujuan, persepsi negatif tentang perawatan pencegahan, agama dan hambatan
pendidikan. Dari hal tersebut maka timbul rasa malu dan kerendahan hati untuk dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan menuju sehat yang optimal. Maka dapat diketahui bahwa
upaya peningkatan kesehatan mental pada penderita kanker dapat dilakukan dengan cara
peningkatan pengetahuan sehingga memunculkan efek positif dan optimis terhadap
kesehatannya. Dengan demikian upaya penurunan kanker serviks dan kanker payudara dapat
dijalankan secara optimal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan pada diri peserta


didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalah
dalam bidang kebidanan, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam ilmu kebidanan,
bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
ilmu kebidanan, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang
studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah, kemampuan


pengambilan keputusan juga sangat dibutuhkan. Mengambil atau membuat keputusan
adalah kondisi dalam pilihan, biasanya dalam membuat keputusan akan banyak
berbagai alternatif tetapi pembuat keputusan harus memilih salah satu alternatif dari
sekian banyak alternatif karena dalam membuat atau mengambil keputusan itu
berkaitan dengan menentukan keputusan mana, dari sekelompok alternatif yang
mungkin dan yang optimal untuk suatu kondisi tertentu.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mawaddah, Siti, Anisah, Hana. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif
(Generatif Learning) di SMP. FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Volume 3, No 2,
Oktober 2015.
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009,
Cet.Ke-3.
Siregar, F. R. (2020). Pentingnya Pengambilan Keputusan Dalam Pemecahan Masalah
Asuhan Keperawatan.

Syahlan. (2017). SEPULUH STRATEGI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


[Preprint]. INA-Rxiv. https://doi.org/10.31227/osf.io/6qfpm

Anda mungkin juga menyukai